Dari Kampung Riset hingga KKL Eksotis di Pulau “Bertuah”

KKL P3M#5

Pada bulan Oktober tahun lalu, P3M yang sekarang berganti nama menjadi LP2M IAIN Pontianak, pernah menggelar kegiatan Kampung Riset. Selanjutnya diawal tahun pada bulan Januari 2014 LP2M melaunching buku hasil karya mahasiswa dan dosen dalam kegiatan tersebut.

KKL P3M#6Dari kacamata LP2M dan Pemerintah Daerah Kayong Utara, kegiatan tersebut cukup berhasil. Mengutip liputan Suluh pada edisi 6 tahun 2014, dari hasil laporan dan karya buku yang dihasilkan. Kegiatan Kampung Riset dapat dijadikan referensi strategis bagi pemerintah Kayong Utara dalam melakukan pemetaan pembangunan bidang budaya dan pariwisata.

Tahun ini LP2M melanjutkan program sebelumnya dengan melakukan kegiatan KKL Integratif di Kabupaten Kayong Utara pada empat kecamatan yakni Simpang Hillir, Sukadana, Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata. Gawai ini diikuti sebanyak 413 mahasiswa dari tiga fakultas yaitu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah yang dibagi dalam 30 kelompok.

Menurut Kepala LP2M Luqman Abdul Jabbar (23/6), Kabupaten Kayong Utara dulu cukup dikenal dengan pulau bertuah. Berkembang opini publik akan hal-hal gaib, sakti, dan keramat, dan lain sebagainya, tapi persepsi sebagian masyarakat itu berbalik seratus delapan puluh derajat bagi sebagian mahasiswa IAIN Pontianak yang sedang melakukan KKL Integratif, yakni dengan menjadikan Kayong Utara sebagai pulau eksotis yang menakjubkan kaya akan pemandangan alam, budaya, sejarah, dan khazanah Islam.

Luqman menjelaskan, jika ditempuh perjalanan darat dan air daerah ini memiliki hutan yang menghijau, mengalir sungai Kapuas yang memanjang berkelok dan lebar, memiliki pantai menghampar dari selatan ke utara. Pemandangan matahari pagi dan sore hari melengkapi keindahan alam yang dimiliki Kayong Utara.

Dengan pemandangan eksotis membentang sepanjang perjalanan air dan darat. Dirinya mengaku, setibanya di dermaga banyak mahasiswa kagum akan takjubnya Kayong Utara. Mereka disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat setempat yang seketika menghilangkan rasa lelah selama diperjalanan.

Terlebih untuk kecamatan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, Luqman punya persepsi yang berbeda terhadap pulau-pulau yang ada di kecamatan Pulau Karimata sering dikatakan sebagai pulau terluar. Terminologi ini perlu ditarik, ia mengatakan pulau yang ada di Karimata adalah pulau yang terdepan.KKL P3M#7

Dia berpendapat jika dikatakan pulau terluar, maka wajar sampai hari ini pulau tersebut tidak terjamahkan masyarakat dari luar. Pulau tersebut diakuinya memiliki pesona panorama luar biasa.

Secara geografis jelasnya, jika ditempuh perjalanan laut pulau Jawa atau pulau-pulau lain menuju ke Kalimantan Barat atau dari arah selatan, pulau ini terlebih dahulu dilewati sebelum sampai di Kalimantan.

“Maka sudah sewajarnyalah Pulau Karimata dapat dikatakan pulau terdepan, dan pemerintah daerah perlu memperhatikan dan prioritaskan untuk mempromosikan dan mengembangkan potensi pariwisata”, tegasnya.

Namun demikian, pemandangan diutarakan tadi baru sisi luar dari kekayaan alam dari Kabupaten Kayong Utara. Pemandangan eksotis nan luar biasa hanya dapat dinikmati oleh mahasiswa yang ditempatkan di dua kecamatan yakni Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, ungkap Luqman.

Selain menggambarkan sisi keindahan yang terdapat di Kayong Utara, lanjut Luqman, misi utama mahasiswa adalah melakukan KKL Integratif dan program kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebuyaan. Mahasiswa bisa membantu dibidang pendidikan dan keagamaan yakni mengentaskan atau meminimilisir tingkat buta aksara yang masih terdapat dibeberapa desa terpencil disana.

Masih pada konteks KKL Integratif, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensinya dibidang masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. “Membaur, bersinergi dengan tokoh masyarakat dan agama di sana jauh lebih penting, dalam membuat dan mengelola program yang baik untuk penduduk setempat”, tambahnya.

Print Friendly, PDF & Email