Presensi Direktur Diktis Motivasi Mahasiswa Baru

Dede Rosyada

Salah satu momentum penting bagi mahasiswa baru FTIK (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan) tahun ini adalah bisa bertemu dengan Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. Dede Rosyada, dalam acara Studium General II pada Senin, (22/9/2014) Gedung Rektorat lantai 4 IAIN Pontianak.

Prof. Dr. Dede Rosyada, yang diundang secara khusus memberikan materi FTIK yang Unggul Berkukalitas untuk SDM Berdaya Saing Global. Dalam kesempatan tersebut, Dia mengatakan, Mulai Januari 2015 mahasiswa sudah dihadapkan pada Asean Economic Community (AEC) dimana negara-negara di Asia Tenggara telah menyepakati “One Single Market on Services”.

Dia mengatakan, melalui komitmen Bali Concord II (2003), Action Free Flow of Good telah dimulai secara bertahap sejak 2007, dan Action Free Flow of Service (2013-dalam bidang trasportasi udara, kesehatan dan torism).

Pada tahun depan, ujar Dede Rosyada, tentu seluruh sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk digali, dimodifikasi, dan ditingkatkan mutu kualitas untuk memberikan nilai tambah dalam mendorong potensi lokal.

“Seluruh kota-kota besar yang ada di 11 negara Asia Tenggara akan menjadi market bagi lulusan guru, praktisi medis, dokter, perawat, pengacara, arsitektur, profesional pariwisata, surveying qualifications, jasa akuntansi dan sektor jasa lainnya akan bersaing menjadi yang terbaik”, jelasnya.

Dede Rosyada memberikan pandangan, bahwa kesepakatan Bali Concord II tersebut, ketika diterapkan pada tahun mendatang, tentu juga akan menciptakan persaingan dalam mencari tempat bekerja yang terbaik.

Menurut dia, mahasiswa FTIK sekalipun kuliah di Pontianak punya kesempatan (kans) untuk berdaya saing global, boleh melamar kerja di Malaysia, Singapura atau di Brunei Darussalam untuk melamar kerja, bersaing dengan sarjana dari luar negeri lainnya, dan keluar sebagai pemenang (the winner).

Kesempatan tersebut tentu akan menjadi motivasi tersendiri bagi mahasiswa baru untuk memupuk kemampuan akademik untuk mengelaborasi dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan kesempatan terbaik yang dinantinya manakala sudah di depan mata.

Dede Rosyada menyebut, dari saat ini mahasiswa harus mengubah mindsite dari localizing society menjadi globalizing society, mengingat persaingan akan semakin ketat jika tidak ingin ketinggalan. Mulai berpikir ketika lulus dari FTIK tidak hanya bercita-cita mengajar di Pontianak atau sekitarnya, akan tetapi mencoba untuk berorientasi pada pasar global se-Asia Tenggara.

Dikemukakannya, pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi baru dengan perubahan paradigma, dari orientasi lokal, menjadi regional dan global. Dari eksklusif menjadi inklusif pluralis, dan bisa bekerjasama dengan siapa saja di dunia, tanpa membedakan agama, ras dan budaya. Dari pekerja yang siap melaksanakan pekerjaan secara profesional, menjadi pekerja yang kratif dan inovatif.

Karena itu, Dede Rosyada meminta, kepada mahasiswa FTIK, mulai menempuh pendidikan dengan belajar lebih serius, selain mempertajam bidang keilmuan dan keahlian pada bidangnya, juga harus sering melakukan praktek mengajar menggunakan bahasa Inggris, agar bisa berdaya saing global.

Dalam analisanya, pada tahun-tahun mendatang dari sisi kesejahteraan, dia mengutip Hatta Rajasa dalam Republika yang menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi upper middle income countries, dengan perkapita US $15.000, pada tahun 2025.

Sementara menyadur Raoul Oberman, dari McKinsey Global Institute, dia menegaskan, bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara maju di tahun 2030. Demikian juga merujuk pada media Kompas, Ekonomi Indonesia paling stabil, pertumbuhan merata ke luar jawa, ekspor komiditas non migas, dan pertumbuhan ditopang oleh peningkatan produktifitas.

Masih pada pendapat Raoul Oberman yang memprediksikan Indonesia will be number seven front the best country on the world atau Indonesia menjadi negara terkaya ke tujuh di dunia, dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara yang paling tertib dalam bidang pembangunan ekonomi.

RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) yang dituangkan dalam undang-undang nomor 17 tahun 2005 mengatakan bahwa Indonesia pada tahun 2025 akan menjadi negara maju, mandiri dan sejahtera.

Maju dalam persepsinya, perkeluarga mampu menghasilkan pendapatan perkapita rata-rata US $18.000 pertahun, dan mandiri dimaksudkan tidak lagi bergantung pada negara asing, sedangkan sejahtera adalah pemerataan antara satu keluarga satu sama lainnya.

Print Friendly, PDF & Email