UKM Ray Science Band IAIN Pontianak dalam Seminggu Raih 3 Penghargaan

Congratulation! Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ray Science Band berhasil menjadi juara dalam dua ajang sekaligus di bulan April 2018. Tiga penghargaan yang disandang, menariknya diraih dalam seminggu. Juara I dan III musik akustik yang diadakan oleh HMJ Ekonomi Islam dalam Pentas Ekonomis pada (10/4/2018) serta Juara I dalam kompetisi musik akustik Ankreas yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah pada (12/4/2018)

Rio Bahar selaku Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ray Science Band mengatakan jika dirinya sangat senang dengan hasil yang diraih anggotanya karena berhasil menampilkan yang terbaik dalam setiap ajang musik, khususnya baru-baru ini diikuti dan meraih penghargaan dan prestasi membanggakan. Penghargaan dan prestasi ini tentunya dipersembahkan untuk UKM Ray Science Band dan IAIN Pontianak.

Lebih lanjut Rio menambahkan jika dalam waktu dekat ini dirinya beserta anggota UKM Ray Science Band akan fokus untuk mempersiapkan konser amal sekaligus penutupan Pekan Bhakti Mahasiswa IAIN Pontianak. Rio berharap dengan prestasi ini dapat mempengaruhi penampilan mereka nantinya untuk all out dan memberikan yang terbaik demi mengharumkan almamater tercinta IAIN Pontianak di kalangan masyarakat luas.

Harapannya semoga seluruh program kerja yang direncanakan oleh UKM Ray Science Band tahun ini terselenggara dengan baik, lancar, dan sukses. Meski demikian, Rio juga berharap dukungan dan perhatian dari pihak lembaga untuk mendukung seluruh program kerjanya ke depan. Selain itu ia berharap lembaga dapat memberikan fasilitas yang mendukung kualitas bermusik bagi anggotanya dalam meraih prestasi yang serupa bahkan melebihi dari apa yang sebelumnya diraih.

“Harapan kami lembaga mau membantu memfasilitasi peralatan-peralatan UKM Ray Science Band. Karena jujur kami masih terkendala alat musik untuk latihan dan mengadakan acara karena alat musik yang kami miliki rata-rata sudah tidak layak digunakan lagi. Apalagi dari tahun 2002 alat musiknya belum pernah diperbaharui.” Tegasnya.

Eka Hendry AR, M.Si, M.Pd selaku Pembina UKM Ray Science Band IAIN Pontianak mengungkapkan jika sebagai pembina dirinya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas prestasi yang dicapai anak didiknya. Ke depan prestasi seperti ini harus lebih ditingkatkan untuk membawa nama baik lembaga. Kepada pihak lembaga harus lebih memberi perhatian dan pembinaan. Dengan memberikan peralatan band yang baru dan dana pembinaan untuk menopang prestasi. Dengan begitu dampaknya akan banyak bakat-bakat yang muncul dan akan meraih hasil maksimal dalam even-even musik lainnya. Secara tidak langsung IAIN Pontianak juga akan lebih dikenal di masyarakat luas akan prestasi-prestasi yang membanggakan dari mahasiswanya.




Direktur Diktis: Moderasi Islam Harus Militan!

“Moderasi Islam harus militan. Bukan saatnya lagi kita punya anggapan bahwa yang ngalah yang waras. Kalau begitu yang mendominasi bukan orang waras dong. Itu artinya kita harus militan ketika ingin mengangkat moderasi Islam. Mulai dari menyusun outline dalam bentuk buku untuk dijadikan bahan kajian di lingkungan mahasiswa PTKIN/PTKIS dan madrasah.” Hal tersebut dinyatakan Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA saat menjadi narasumber kegiatan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin PTKIN/PTKIS Se-Indonesia dengan tema “Peluang dan Tantangan Alumni Dalam Merajut Nilai-Nilai Kebangsaan Berwawasan Islam Moderat” yang digelar di Pontianak 19 s.d 21 April 2018 lalu.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA menyampaikan rasa syukur, bahagia, dan perhatiannya karena perjalanan dinas pertama di Pontianak dan menghadiri forum dekan ushuluddin pertama yang dihadiri begitu banyak peserta dari PTKIN/PTKIS Seluruh Indonesia. Namun forum ini berbeda dari forum yang pernah dihadirinya karena ada pra kualifikasi meeting yang diadakan di Yogyakarta dan Bandung, itu artinya persiapan ushuluddin memang terencana dan terorganisir. Ia mengaku bangga akan apa yang telah diupayakan oleh forum dekan ushuluddin.

Dalam penyampaiannya, Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA mengemukakan bahwa seperti keinginan yang disampaikan oleh ketua forum untuk membuat modul atau textbook tentang pengetahun moderasi Islam. Dirinya mendukung penuh dengan rencana ini. Sejatinya, DNA PTKIN adalah Islam moderat atau moderasi Islam. Namun dalam hal ini moderasi Islam yang dimaksud harus berwujud. Jadi tidak kosong. Selama ini apa yang dimaksud moderasi Islam seperti apa yang kita inginkan dan tumbuh dalam benak kita. Dengan kehadiran tantangan dari kelompok seperti Salafi, Syiah, Tarbawi, Hanafi, Tahriri yang hadir di kalangan masyarakat, tidak menutup kemungkinan di lingkungan sivitas akademika kampus juga dipengaruhi akan hal tersebut. Oleh karena itu, tepat jika forum ini mulai menyusun modul tentang moderasi Islam.

Lebih lanjut, Ia mengungkapkan jika ada sebuah buku hasil penelitian Prof. Nur Haidi Hasan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berjudul Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Aprosiasi, dan Kontestasi. Buku ini mengidentifikasi bagaimana generasi milenial menyikapi dan memperoleh pendidikan Islam. Pada umumnya mereka memperoleh pendidikan Islam lewat medsos. Tidak lewat kajian-kajian. Jika nantinya forum ini ingin memasukkan moderasi Islam dalam bentuk modul atau sejenisnya, nanti pola desiminasinya harus dibiasakan pada kebiasan generasi muda saat ini salah satunya melalui medsos. Oleh karena itu, melalui forum ini kita harus melakukan kontestasi ide-ide dan gagasan dalam rangka mewujudkan moderasi Islam kekinian.

Forum ini juga harus siap untuk memikirkan segala hal yang perlu disiapkan untuk dilaksanakan. Menurutnya, kita tidak bisa tinggal diam terhadap fenomena yang ada saat ini. Seperti kasus yang terjadi di IAIN Bukittinggi yaitu ada salah satu dosen IAIN Bukittinggi yang saat mengajar memakai cadar dan menyuruh mahasiswanya untuk memasukkan beberapa orang di luar sana menjadi muallaf sebagai syarat memperoleh nilai. Ketika dosen tersebut dimintai keterangan tentang segala hal yang dilakukan saat mengajar dan menanyakan tentang gurunya, ternyata dosen tersebut sampaikan jika tidak ada guru yang menyuruh atau mengajar akan hal tersebut. Dosen tersebut mengaku jika selama ini dirinya mendapatkan ajaran dan informasi tersebut melalui website. Jika interaksi dan informasi yang didapat melalui website, maka sulit sekali membina kembali secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam kasus ini kita harus mengantisipasi tersebut. Melihat kecenderungan dan fenomena yang ada saat ini, tidak hanya mahasiswa yang terpapar oleh kelompok-kelompok seperti yang disebutkan tadi, melainkan bisa jadi dosen juga dapat terpengaruh akan hal ini.

Guru Besar UIN Jakarta ini memaparkan jika di UIN Jakarta ada program yang disiapkan Lembaga Penjamin Mutu (LPM) yakni induksi terhadap dosen baru. Dalam hal ini dosen diharuskan membaca modul atau buku yang berkaitan tentang sejarah UIN Ciputat maupun Pembaharuan Islam Ciputat. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran dari UIN Ciputat terhadap dosen baru khususnya dosen berlatar belakang umum yang diterima menjadi dosen di fakutas science. Dosen seperti ini biasanya tidak mengenal pembaharuan Islam Harun Nasution, Nur Cholis Madjid, Munawir Sazali dan sebagainya. Langkah ini sedianya untuk mengenalkan dosen terhadap jati diri instansi atau universitas tempatnya bekerja. Oleh karena itu dirinya berharap agar forum ini segera membuat modul moderasi Islam yang nantinya akan menjadi perekat dan disampaikan secara kolektif oleh PTKIN/PTKIS seluruh Indonesia dengan bahasa dan maksud yang sama. Maksudnya, secara teologi bagaimana itu moderat, secara tasawuf bagaimana itu moderat, secara fiqh bagaimana itu moderat, dan lain sebagainya.

Ia pun menjelaskan, melalui forum ini dirinya mengajak untuk mulai memahami dan membaca tentang apa yang diperlukan serta diinginkan oleh generasi masa kini. Menurutnya generasi milenial berkisaran umur 17-30 tidak semuanya bisa berkonsentrasi kepada teks atau buku. Akan tetapi lebih kepada visual. Namun walau begitu mereka sangat kreatif tapi tidak mudah didikte. Dalam hal ini sebenarnya gerakan moderasi Islam memiliki peluang untuk bisa ‘bersaing’ dengan kelompok-kelompok tadi. Pada hakikatnya, Islamisme Populer merupakan gerakan yang ingin tetap menjaga pemahaman pokok Tahriri, Jihadi, dan Tarbawi sekaligus juga ingin menggandeng semua nilai-nilai moderasi Islam di dalamnya. Maka dari itu, Novel Ayat-Ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan contoh yang merefleksikan terhadap Islamisme Populer tadi. Hal inilah yang seharusnya dibuat Forum Dekan Ushuluddin untuk menggabungkan keduanya sehingga menjadi moderasi Islam yang populer.

“Kita tidak perlu khawatir untuk bergandengan tangan dengan pihak manapun. Seperti yang biasa disebut Menteri Agama, PTKIN adalah etnis besar negeri. Disinilah keislaman dan keindonesiaan menyatu. Menjadi Islam adalah menjadi Indonesia, menjadi Indonesia adalah menjadi Islam. Maka dari itu kita berkepentingan untuk menjaga moderasi Islam ini. Jika ada isu dan ramalan bahwa ada Indonesia akan runtuh tahun 2030, itu harus kita lawan dan dipatahkan. Maka dari itu kita jaga moderasi Islam di Indonesia sampai kapanpun.” ujarnya.

Fakultas Ushuluddin merupakan jantung dari fakultas-fakultas yang di PTKIN ‘the Knowledge of PTKIN’. Oleh karena itu tanggung jawab ushuluddin sangat besar terkait pendidikan Islam di PTKIN/PTKIS maupun di madrasah. Tidak hanya bergantung pada Tarbiyah atau membiarkan begitu saja, namun lebih dari itu Ushuluddin harus membina dan mengawasi fakultas-fakultas lain. Dalam hal ini, kita melihat output-output alumni yang kita hasilkan masih memungkinkan dipengaruhi oleh interaksi luar khususnya di marasah atau di sekolah umum. Padahal jika dilihat kurikulum di universitasnya pemahaman moderasi Islamnya baik. Oleh karena itu tidak salah kiranya jika moderat itu harus militan demi menjaga moderasi Islam di tengah gempuran ideologi yang berkepentingan mendominasi Indonesia saat ini.

“Apa yang dilakukan oleh Menteri Agama saat ini dengan program Mengasah Jati Diri (Mengaji) Indonesia merupakan salah satu upaya moderasi Islam masa kini. Karena itulah kita juga harus melakukan dan menyeimbangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Menteri Agama.” tutupnya.




Pertamina Goes to Campus IAIN Pontianak, Pertama di Kalimantan Barat

Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (DEMA-IAIN Pontianak) menyelenggarakan kegiatan Pertamina Goes to Campus pada Kamis, (12/4/2018). Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara DEMA IAIN Pontianak dengan PT. Pertamina. Kegiatan yang disebut ‘Diskusi Publik’ ini sendiri dimulai pukul: 08.30 sampai selesai bertempat di Gedung Teater Biro AUAK IAIN Pontianak. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA, Manager Marketing Pemasaran PT. Pertamina Kalimantan Barat, Teuku Johan, dan Kabag. Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pontianak, Suyati, S.Ag.

Dalam sambutannya, Burhanuddin, Presiden Mahasiswa IAIN Pontianak menyampaikan jika acara ini merupakan kegiatan Pertamina Goes to Campus pertama dari PT. Pertamina khususnya di Kalimantan Barat. Hal ini patut diapresiasi oleh IAIN Pontianak selaku tuan rumah karena dipercayai untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi Mahasiswa IAIN Pontianak. DEMA IAIN Pontianak secara konsisten memang sedang fokus membuat kegiatan yang berkenaan dengan informasi atau permasalahan yang ada di masyarakat. Acara ini setidaknya akan diupayakan sebulan sekali. Kegiatan ini pun mendapat apresiasi dari beberapa kampus yang ada di luar Kalimantan Barat, mereka menyebut jika kegiatan ini dapat memberikan wawasan bagi mahasiswa khususnya terkait persoalan yang sedang marak di masyarakat tentang kenaikan BBM.

“Sebenarnya inisiatif dalam kegiatan ini mengambil dari keluhan masyarakat tentang kenaikan BBM. Sebenarnya kemarin kita diajak gabung untuk aksi, namun untuk sementara DEMA IAIN Pontianak menarik dulu untuk tidak ikut aksi. Nah, salah satu inisitif yang lebih konkrit DEMA mengambil langkah untuk mengadakan diskusi publik yang hari ini diadakan.” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Teuku Johan selaku Manager Marketing Pemasaran PT. Pertamina menjelaskan jika kegiatan ini merupakan ajang silaturahim dan sarana komunikasi yang efektif antara Pertamina dengan stakeholders terutama mahasiswa. Teuku Johan mengucapkan terima kasih kepada IAIN Pontianak atas kesempatan yang diberikan dalam kegiatan ini. Kemudian ia juga mengapresiasi usaha dan kerja keras dari pihak DEMA IAIN Pontianak atas inisiatif dan keberhasilannya melaksanakan kegiatan ini serta menyusun program-program yang produktif bagi mahasiswa. Ia juga menambahkan jika dalam kesempatan kali ini dirinya akan berbagi informasi dan pengetahuan tentang Pertamina serta bagaimana Indonesia menghadapi kedaulatan energi ke depan.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA mengatakan, “Jika apa yang disampaikan oleh Pak Johan itu menarik dan penting. Oleh karena itu perlu disimak bersama paparan yang akan disampaikan nantinya khususnya yang berkenaan tentang energi. Masalah energi ini sangat penting karena mendapat informasi yang benar hingga nantinya dapat menginformasikan dan meluruskan apa-apa yang berkembang di masyarakat.” paparnya.

“IAIN Pontianak mulai berbenah. Maka dari itu kami berkembang ke atas dan nantinya ke samping. Maksudnya kami sedang mencari peluang dengan pihak luar untuk mengembangkan IAIN Pontianak menjadi UIN. Salah satunya mencari lahan untuk kampus 2. Karena mahasiswa kita saat ini 6000 lebih, sedangkan animo masyarakat untuk kuliah di IAIN Pontianak sangat tinggi. Apalagi nantinya jika menjadi UIN akan banyak jurusan maupun prodi umum. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini PT. Pertamina memiliki kepedulian terhadap IAIN Pontianak untuk ikut bersama mengembangkan kampus tercinta ini.” jelasnya.

“Mudah-mudahan tumbuh tinggi dan menyampingnya IAIN Pontianak bagus. Oleh karena itu kami juga mohon dukungan dari Pertamina. Begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, tak kenal maka tak sayang. Mahasiswa harus menjadi agen di masyarakat. Sampaikanlah apa yang diinformasikan oleh Pertamina dalam kegiatan ini nantinya untuk menjadi informasi penting bagi masyarakat.” tutupnya.




Gelar Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa, Dekan FTIK IAIN Pontianak Puji HMJ PBA

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab menyelenggarakan Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa atau biasa disingkat SEZARAH. Acara ini diselenggarakan mulai tanggal 16 s.d. 21 April 2018 berlokasi di Lapangan Volly dan selasar Auditorium Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Agenda yang dilaksanakan yaitu, Lomba Taqdimul Qissah, Pidato Bahasa Arab, Debat Bahasa Arab, Baca Kitab Kuning, Mewarnai, dan Kaligrafi. Tidak hanya itu ada agenda menarik lainnya seperti, SEZARAH Bershalawat yang bekerjasama dengan KBM IAIN Pontianak, Islamic Book Fair, Food Festival, Seminar Bahasa Arab, dan sebagai penutup acara yaitu Arabian Night.

Ketua HMJ Pendidikan Bahasa Arab, Ruslan Haerul Saleh menjelaskan jika tujuan diadakannya rangkaian kegiatan ini yang paling utama sebagai ajang silaturahmi dengan seluruh pecinta bahasa Arab baik di lingkungan kampus, alumni, maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu juga sebagai ajang promosi Jurusan Bahasa Arab FTIK IAIN Pontianak kepada masyarakat luas.

“Kita ingin memunculkan kembali minat para pemuda dalam berbahasa Arab. Selama  ini bahasa Arab seringkali dianggap ketinggalan zaman, akan tetapi dengan kegiatan ini kita bisa membuktikan kepada semua orang bahwa bahasa Arab itu sangat menarik.” tuturnya.

Dekan Fakutas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd menjelaskan jika pihak fakultas memberikan apresiasi yang luar biasa terkait terselenggaranya kegiatan Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa. Ia mengaku jika kegiatan yang mereka lakukan tersebut berdampak kepada hal positif dan relevan terhadap akreditasi jurusan yang berdampak pula pada akreditasi institusi.

Selain itu kegiatan ini juga sebagai ajang promosi bagi IAIN Pontianak khususnya FTIK dan lebih khusus lagi Jurusan PBA kepada masyarakat luas. Dengan kegiatan ini masayarakat bisa melihat perkembangan IAIN Pontianak seperti perubahan fisik, jumlah mahasiswa, dan aspek iklim organisai di IAIN Pontianak yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke IAIN Pontianak.

“Menurut saya kegiatan ini sangat relevan. Oleh karena itu ke depannya kegiatan seperti ini harus didukung dan ditingkatkan lagi.” katanya.

Lebih lanjut Dekan FTIK mengungkapkan, bagi kepengurusan HMJ, kegiatan ini nantinya dapat menjadi ajang menumbuhkan karakter pemimpin dan nantinya hal ini menjadi modal bagi mereka setelah lulus atau telah menjadi alumni. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan mereka di kampus, maka begitu sudah menjadi alumni mereka akan terampil untuk melakukan berbagai aktivitas. Apa yang mereka lakukan saat ini memenuhi 4 aspek yaitu chritical thinking, colaboratif, creative, dan communicative.

“Ke depan, karena kegiatan seperti ini mendongkrak akreditasi jurusan, fakultas, dan institusi, serta pemenuhan alumni yang berkualitas, maka dari itu mulai tahun ini dan kedepannya kami akan menyediakan dana SPPD melalui akun pengabdian pada masyarakat. Harapannya, even-even seperti ini nantinya menjadi ajang pembiasaan bagi mereka untuk melangkah dan melaju lebih baik lagi di even-even berskala nasional maupun internasional.” tutupnya.




IAIN Pontianak Tuan Rumah Pertemuan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin PTKIN/PTKIS Se-Indonesia

Kamis malam (19/4) bertempat di Hotel Golden Tulip Pontianak, Plt. Rektor IAIN Pontianak membuka kegiatan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) se- Indonesia.

Tema yang usung dalam kegiatan tersebut adalah “Peluang dan Tantangan Alumni dalam Merajut Nilai-nilai Kebangsaan Berwawasan Islam Moderat”

Dr. Samsul Hidayat, Dekan FUAD IAIN Pontianak menjelaskan “Forum ini sangat penting. Sumbangsih ushuluddin untuk kemajuan bangsa. Kita berharap FUAD semakin menunjukkan kiprahnya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai 19 s.d 22 April 2018” katanya.

Prof. Masri Mansur, Ketua Forum Dekan FUAD PTKIN Se- Indonesia memaparkan bahwa menyambut gembira dan kegiatan kali ini paling ramai diikuti para dekan ketimbang kegiatan sebelum-sebelumnya.

Deklarasi di Bandung mengusung Islam moderat. Kali ini kita akan sempurnakan hasil FGD Yogyakarta. Hasil tersebut sudah dilaporkan kepada Direktur Pendidikan Islam. Saya berharap FUAD lebih maju. Sudah saatnya memaksimalkan peran sehingga Ushuluddin itu bisa sebagai jantungnya PTKIN. Tentu kita harus kreatif. Forum kali ini juga spesial karena dilaksanakan penandatanganan MoU yang akan memengaruhi akreditasi fakultas.

Plt. Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif memaparkan “Selamat datang di Pontianak dan selamat berkonferensi. Kita di Kementerian Agama menjadi stakeholders utama yang diinginkan untuk berperan lebih maksimal menyejukkan bangsa. Kementerian Agama menjadi satker terbesar di Indonesia. Islam moderat merupakan tema mandatori Kementerian Agama untuk menciptakan Islam yang Rahmatan Lil’alamin. Karena itulah intinya Islam. Forum dekan mesti punya konsep yang bagus untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa” ujar Dr. Syarif.




Pengumuman Lelang Inventaris BMN Rusak Berat Milik IAIN Pontianak

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak melalui perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Pontianak mengumumkan akan melaksanakan penjualan di muka umum (lelang) melalui e-Auction Open Bidding terhadap objek lelang Barang Milik Negara (BMN) berupa satu paket Inventaris Kantor sejumlah 1102 unit yang terdiri dari mesin komputer, mesin non komputer dan perabot kantor dalam keadaan rusak berat. Adapun harga nilai limit barang inventaris tersebut sejumlah Rp. 14.960.000. Sedangkan uang jaminan sebesar Rp. 4.488.000,- Pengumuman Lelang dibuka pada Senin, 16 April 2018 pukul 12.40 (Waktu Server ALI) dan ditutup pada Senin, 18 April 2018 pukul 14.40 (Waktu Server ALI). Tempat pelaksanaan lelang tersebut dilakukan di kantor KPKNL Pontianak, Jalan Letjen Sutoyo Pontianak.

Kasubbag Tata Usaha, Humas dan Rumah Tangga IAIN Pontianak menjelaskan, Syarat dan Cara Pelelangan dengan detail. Penawaran lelang dilakukan tanpa kehadiran peserta (e-Auction) dengan penawaran terbuka (Open Bidding) yang ditayangkan pada Aplikasi Lelang Internet (ALI) pada domain: http//www.lelangdjkn.kemenkeu.go.id/ Tata cara dapat dilihat pada menu “Prosedur Lelang” dan “Syarat dan Ketentuan” pada domain tersebut. Calon peserta lelang mesti mendaftarkan diri dan mengaktifkan akun http//www.lelangdjkn.kemenkeu.go.id/ dengan merekam dan mengunggah softcopy KTP, NPWP, dan nomor rekening atas nama sendiri (apabila kalah, uang jaminan akan dikembalikan langsung ke nomor rekening tersebut).

Peserta lelang wajib menyetor uang jaminan  dengan ketentuan jumlah yang disetorkan harus sama dengan uang jaminan yang disyaratkan dalam pengumuman lelang tersebut. Dan disetorkan sekaligus (bukan dicicil) serta harus sudah efektif diterima KPKNL Pontianak selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan lelang. Uang jaminan tersebut disetor ke nomor Virtual Account (VA) di PT. BNI (Persero),Tbk masing-masing peserta dapat melihat pada status menu status lelang setelah berhasil melakukan pendaftaran dan data identitas dinyatakan sesuai dokumen yang diberikan.

Harga penawaran belum termasuk bea lelang 2%dari harga penawaran/pokok lelang dan biaya resmi lainnya. Pemenang lelang harus melunasi kewajibannya paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dinyatakan pemenang lelang. Apabila tidak dilunasi (wanprestasi), maka uang jaminan seluruhnya  akan disetor ke kas negara sebagai pendapatan jasa lainnya. Objek Lelang dengan ketentuan dan kondisi apa adanya. Bagi peserta lelang dapat melihat barang yang akan dilelang di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Jl. Letjend. Soeprapto No. 19 Pontianak pada hari dan jam kerja sebelum lelang dilaksanakan. Lelang dapat dibatalkan sesuai ketentuan, dan peserta tidak berhakk menuntut ganti rugi atau tuntutan dalam bentuk apapun kepada KPKNL Pontianak atau IAIN Pontianak.




Humas IAIN Pontianak Ikuti Workshop Membangun Branding Syariah PTKIN

Biro Humas, Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama bekerjasama dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Workshop Membangun Branding Syariah PTKIN. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Cavinton Yogyakarta, 10 s.d 13 April 2018.

Rektor UIN Yogyakarta, Prof. Yudian Wahyudi, membuka kegiatan tersebut secara resmi. Dalam sambutannya beliau memaparkan bahwa syarat utama hidup di dunia ini adalah ilmu. Ilmu merupakan alat terkuat untuk beradaptasi dengan perubahan yang semakin cepat. Kadang kita tidak bisa bedakan antara promosi dengan takabbur. Bangsa Indonesia itu lemah dipromosi. Hukum dunia itu positif dan negatif sekaligus. Untuk itu sebuah institusi mesti punya branding yang sederhana dan menyenangkan. Tentu ukurannya selaras dengan budaya lokal. Tak kalah penting adalah PTKIN mesti akrab dengan digital teknologi, tegasnya.

Kegiatan Workshop Membangun Branding Syariah itu diikuti oleh para pimpinan dan humas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se Indonesia, termasuk IAIN Pontianak.




Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Pontianak Gelar English Language Translation Workshop

Era globalisasi menuntut warga dunia menguasai bahasa asing. Dewasa ini persaingan global semakin berat, oleh karena itu setiap pemuda dalam hal ini mahasiswa harus mampu berbuat lebih keras lagi ke depannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa asing yang baik. Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa dunia dianggap penting untuk dipelajari, dipahami, dan diaplikasikan dalam dunia akademis khususnya. Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Pontianak hadir untuk menjawab hal itu. Dengan mengusung kegiatan English Language Translation Workshop bagi Mahasiswa IAIN Pontianak yang dilaksanakan mulai 6 s.d. 8 April 2018, bertempat di Laboratorium Bahasa IAIN Pontianak. Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini yaitu Nining Ismiyani, M.EIL dan Dr. Istiqamah, MA. Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini sendiri berjumlah 30 orang berasal dari berbagai jurusan yang ada di IAIN Pontianak.

Ketua Panitia Penyelenggara, Wardah, M.Pd mengungkapkan bahwa secara umum kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas menerjemahkan menggunakan bahasa Inggris bagi Mahasiswa IAIN Pontianak. Secara khusus, mengaplikasikan segala keterampilan dan pengetahuan yang didapat terkait penerjemahan karya ilmiah bahasa Inggris serta dapat mempublikasikannya lewat buku maupun jurnal.

Lebih lanjut Wardah menjelaskan jika manfaat dari kegiatan ini bagi IAIN Pontianak selaku lembaga yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas mutu kemampuan bahasa Inggris bagi Mahasiswa IAIN Pontianak. Selanjutnya, Mahasiswa IAIN Pontianak selaku objek yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan bermanfaat ini.

“Dalam kegiatan ini nantinya menggunakan metode ceramah dan praktik. Peserta tidak hanya diberikan teori-teori semata, melainkan juga akan mempraktikkan secara langsung materi yang disampaikan oleh narasumber berkompeten di bidangnya.” ujar Wardah.




FSEI IAIN Pontianak Jalin Kerjasama dengan OJK Pusat Gelar Sosialisasi Peluang dan Tantangan Industri Keuangan Non-Bank Syariah

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Pontianak menjadi fakultas yang menggiurkan bagi stakeholders maupun mitra kerja untuk mensosialisasikan program unggulannya kepada masyarakat, khususnya Mahasiswa IAIN Pontianak. Tak tanggung-tanggung kali ini perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pusat melalui Direktorat Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah menyelenggarakan Sosialisasi Peluang dan Tantangan Industri Keuangan Non-Bank Syariah Indonesia. Acara ini dilaksanakan pada 5 s.d. 6 April 2018 bertempat di Gedung Auditorium Abdul Rani Mahmud. Dihadiri oleh Deputi Direktur IKNB Syariah 2 DNBS-OJK, Kris Ibnu Roesmawati beserta tim dan Dekan FSEI IAIN Pontianak, Dr. Ichsan Iqbal, MM beserta jajaran. Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut sekitar 200 orang.

Rasiam, Ketua Jurusan Perbankan Syariah IAIN Pontianak sekaligus sebagai moderator dalam kegiatan ini menjelaskan, “Kegiatan ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi sivitas akademika IAIN Pontianak, khususnya bagi Mahasiswa IAIN Pontianak. Selain mendapat ilmu baru yang berguna, juga dapat menjadi perhatian bagi mahasiswa dalam melihat peluang serta tantangan kaitannya dengan industri keuangan non-bank syariah”

Masih menurut Rasiam, kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini tidak hanya diperuntukkan oleh mahasiswa saja, melainkan para dosen yang ada di lingkungan FSEI serta IAIN Pontianak secara umum juga turut memperoleh manfaat dari sosialisasi ini. Dalam kegiatan ini para dosen berdiskusi secara langsung dengan pihak regulator yang selama ini berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Non-Bank Syariah.

Dr. Syaifullah selaku Wakil Dekan III FSEI IAIN Pontianak sekaligus menjadi narasumber lainnya dalam kegiatan tersebut mengatakan jika IAIN Pontianak patut berbangga dengan hadirnya OJK Pusat melalui Direktorat Institusi Keuangan Non-Bank Syariah dengan memberikan sosialisasi langsung kepada Mahasiswa dan Dosen IAIN Pontianak.

Dirinya berharap dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa dan dosen tidak hanya mengetahui sosialisasi yang diberikan. Namun juga bisa memahami sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan nantinya dapat menyebarkan sosialisasi ini kepada keluarga, teman dekat, dan relasi karena dengan begitu masyarakat dapat mengetahui dan bersiap menghadapi peluang serta tantangan industri keuangan non-bank syariah ke depan. Dalam kegiatan ini juga berlangsung pameran IKNB Syariah.




Dalam Rangka Menyongsong PWN PTK di Riau, Jurusan PGMI IAIN Pontianak Melaksanakan KMD

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak melaksanakan kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) pada 28 Maret s.d. 2 Apil 2018 bertempat di Kampus IAIN Pontianak. Peserta dalam kegiatan ini secara umum Mahasiswa IAIN Pontianak, khususnya Mahasiswa Jurusan PGMI serta guru atau pembina pramuka se-Kalimantan Barat.

Menurut keterangan Ketua Panitia Penyelenggara KMD, Zulkarnain, S.Si., M.Pd, tujuan dilaksanakannya KMD ini pertama, untuk membekali mahasiswa dan pembina pramuka tentang pengertian dasar kepramukaan dan garis besar cara membina serta mengelola satuan pramuka di gugus depan. Kedua, meningkatkan kualitas calon pembina pramuka yang bermutu. Ketiga, memahami hakikat kepramukaan. Keempat, meningkatkan kualitas dan loyalitas para calon pembina pramuka.

Lebih lanjut Zulkarnain menjelaskan bahwa sasran dari kegiatan ini yaitu peserta mampu melaksanakan semua kegiatan KMD dengan baik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Selain itu, peserta mampu menjelaskan dan menerapkan ilmu kepramukaan secara efektif dan efisien sesuai dengan golongannya.

“Output yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu peserta memperoleh pengetahuan kepramukaan yang lebih luas. Kemudian peserta juga dapat memperoleh keterampilan kepramukaan. Hal yang tak kalah pentingnya lagi meningkatkan kedisiplinan kreativitas para pembina pramuka.” Terangnya.

Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak mengaku jika tujuan diadakannya KMD oleh Jurusan PGMI dalam rangka memberi bekal kompetensi dasar kepramukaan kepada mahasiswa agar nantinya dapat berguna di masa akan datang. Kegiatan KMD ini juga merupakan bagian dari mata kuliah wajib di Jurusan PGMI, bahkan nantinya akan ada sertifikat yang diterbitkan langsung oleh kwartir cabang. Sertifikat itulah yang akan dijadikan salah satu syarat kelulusan biasa disebut Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Hal ini mengacu pada profil lulusan Jurusan PGMI yakni menjadi guru kelas dan guru mapel. Oleh karena itu, Mahasiswa Jurusan PGMI harus menguasai extrakulikuler dalam hal ini kepramukan yang dapat mendukung pertumbuhan karakter peserta didik lewat kegiatan kepramukaan dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter. Diantaranya, disiplin, kejujuran, regulisitas, tangungjawab, kemandirian, dan lain-lain.

Dirinya berharap pelaksanaan KMD yang dilaksanakan oleh Jurusan PGMI memiliki peningkatan kualitas baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Oleh karena itu sedianya ada angket kuisoner pre test dan post test untuk mengetahui kualitas kegiatan agar nantinya dalam pelaksnaannya dapat menelurkan bibit-bibit potensial dan berkualitas dalam bidang kepramukaan. Hingga akhirnya dapat berprestasi di ajang nasional maupun internasional. Dengan begitu, secara tidak langsung mempengaruhi nilai akreditasi jurusan, fakultas maupun institusi.

Seiring hal tersebut, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak, Dr. Zaenuddin, MA menyebut jika kegiatan KMD yang dilaksanakan oleh Jurusan PGMI merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan pembina pramuka. Tidak hanya untuk mahasiswa IAIN Pontianak, tapi juga bagi kalangan madrasah yang ada di Kota Pontianak. Menurutnya, kegiatan ini dapat dilanjutkan lagi ke depan karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembina yang telah memiliki sertifikat. Tidak hanya itu, KMD merupakan salah satu syarat untuk menjadi pembina pramuka.

Lebih lanjut, kegiatan ini dalam rangka menyambut Perkemahan Wirakarya Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Kementerian Agama RI yang akan dilaksanakan di Pekanbaru, Riau, pada 3 s.d. 10 Mei 2018. Dirinya mengaku jika kegiatan ini menjadi ajang pemanasan bagi IAIN Pontianak dalam menghadapi event tersebut.