Studium General Bersama Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah

Kuliah umum pascasarjana

Kuliah umum pascasarjana#2Dalam kata sambutan pada acara pembuka studium general PPs (Program Pascasarjana) STAIN Pontianak (14/5). Direktur PPs  STAIN Pontianak menjelaskan diadakannya kegiatan ini dengan mengangkat tema Penguatan peran pendidikan Islam yang rasional-fungsional dalam menginternalisasikan nilai-nilai anti kekerasan dan inklusivisme di masyarakat.

Tema ini dilatarbelakangi beberapa kasus radikalisme keagamaan yang sering terjadi belakangan ini, dan masih aktual untuk diperbincangkan.Apalagi dalam konteks multikultural dan multireligius di Kalimantan Barat yang rentan terjadi konflik.

“Tema ini berangkat dari kegelisahan terhadap fenomena-fenomena anak bangsa yang akrab dengan tindak kekerasan. Bahkan kekerasan justru terjadi didunia pendidikan. Nyaris setiap hari media massa menyiarkan tentang kekerasan. Pemberitaan orangtua melakukan kekerasan pada anaknya atau kekerasan yang terjadi diantara anak-anak. Guru melakukan kekerasan pada peserta didiknya, tawuran antar pelajar dan lain-lainsebagainya” Papar Dr. H. Haitami Salim, M.Ag

Tema yang diangkat panitia stadium general PPs STAIN Pontianak yaitu Penguatan peran pendidikan Islam yang rasional-fungsional dalam mengintegrasikan nilai-nilai anti kekerasan dan inklusivisme. Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah memberikan materi yang diberi judul “Berbagi Ruang Di Era Multikultural: Pendidikan Agama Anti Kekerasan dan Inklusif”.

Kuliah umum pascasarjana#3Dijelaskan Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah, bahwa dalam studi sosial-keagamaan terdapat teori ruang yang perlu dipahami. Berkaitan dengan itu adalah: pertama, tubuh ruang. Seorang muslim perlu adanya kesadaran ruang dalam beragama; kedua, dimensi ruang. Kesadaran dimensi seperti dimensi mayoritas umat Islam di Barat dan atau dimensi ruang mayoritas umat Islam di Timur. Ketiga, sifat. Prinsip multidimensi tetap terbuka dan dinamis. Agama juga perlu imajinasi yang kreatif, jangan hanya keimanan yang statis tapi juga keimanan yang dinamis, Imajinasi yang kreatif tentang hakikat ruang agama, sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan menjadi penting.

Menanggapi pendidikan agama anti kekerasan,  Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah munuturkan bahwa nilai agama itu tidak statis tapi dinamis. Secara konseptual dia mencontohkan agama Islam amat menghargai hak-hak perempuan, karenanya aksi/secara tindakan juga harus memuliakan hak-hak itu, dan hak-hak manusia secara keseluruhan. Demikian pula ketika dosen-dosen mengajar berpatokan pada silabi, dan tidak menyesuaikan dengan usaha menyelesaikan pada problem sosial masyarakat setempat, supaya nilai-nilai menjadi dinamis.
Diakuinya, Aplikasi teori ruang dalam teori hubungan antar agama, tak ada agama yang sama. Agama berbeda-beda, karena itu komunikasi dan dialog menjadi sesuatu yang penting. Kata kunci dari inklusif adalah ketika kita bersedia menerima kritikan dari yang lain.

Menurutnya, ada empat komponen dalam pengajaran agama di era multikulturalisme yang perlu dicatat; pertama, iman (harus kuat); kedua, rasionalitas; ketiga, metode (harus menarik dan menyisipkan nilai-nilai multikultural); dan keempat, nilai-nilai (yang harus dinamis; tidak boleh statis). Inilah menjadi tantangan pendidikan Islam ke depan. Basic Character Building (Soft Skills) Bagi Guru/Dosen dan pemimpin era multikultural maka menjadi keharusan.

Print Friendly, PDF & Email