Launching & MoU Prodi Manajemen Dakwah, dan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Bersama DR. Muhammad Zain

dakwah#4

Kegiatan Dakwah Fair 2013 yang digelar oleh jurusan Dakwah selama sepekan menghadirkan banyak acara-acara dan pembicara serta melibatkan stakeholders. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memberikan warna baru dan pengembangan yang lebih baik bagi jurusan Dakwah.

Terkait dengan pelaksanaan dakwah Fair 2013 tersebut, pada acara pembukaan lounching prodi Manajemen Dakwah dan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, workshop kurikulum pengembangan prodi, dan dan penandatanganan MoU bersama, panitia secara khusus menghadirkan Dr. Muhammad Zain, Kasubdit Akademik dan kemahasiswaan Dirjen Pendis kemenag RI.

dakwah#6Dalam kata sambutannya, Dr. Muhammad Zain sedikit bercerita tentang tokoh agama yang ada di Kalimantan Barat. “Kalimantan Barat ini adalah kota yang luar biasa, pernah mendunia dan tertulis dengan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam dunia dan Indonesia”.

Syeh Muhammad Basiuni Imran (1885-1976) adalah ulama besar yang pernah mengecap ilmu pengetahuan di al-Azhar dan Makkatul Mukarramah. Di sini syeh Muhammad Basiuni Imran mendapatkan dua arus pemikiran yang luar biasa dan beliau pernah menulis kitab-kitab dalam bahasa Arab dan Melayu, tuturnya.

Jurusan Dakwah, prodi tafsir hadits dan komunikasi menurutnya sangat prospektif, dan berhubungan mahasiswa IAIN Pontianak. Ia berharap mahasiswa punya spirit dan gairah keilmuan yang mirip atau mengikuti syeh Muhammad Basiuni Imran, dalam hal keilmuan dia merantau ke Mesir, Mekah hanya untuk mencari ilmu pengetahuan.

IAIN Pontianak dapat menjadi prototipe, apabila mahasiswa fakultas dakwah nanti bisa menjadi mercusuar. Mahasiswa mampu menguasai kompenen yang sangat penting yaitu kecakapan berkomunikasi. Menurutnya, kecakapan komunikasi mutlak harus dikuasai tidak hanya mahasiswa jurusan Dakwah tetapi juga mahasiswa IAIN Pontianak secara keseluruhan.

Mengutip buku Lead with a Story, dia mengatakan bagaimana pemimpin besar dimuka bumi ini sukses, bukan hanya memiliki kemampuan manajemen perusahaan, tetapi karena kecakapan komunikasi CEO pada perusahaan tersebut. Jadi, menurutnya wajib hukumnya mahasiswa IAIN Pontianak belajar komunikasi dengan baik.

Saat ini mahasiswa berada pada era baru (new era), era interconnected atau keep connected. Merupakan era revolusi informasi yang terus mengalami perubahan dimana informasi terus mengalami updating. Google sendiri melakukan updating setiap 7 hari sekali, jelasnya.

dakwah#5Dia juga berharap IAIN Pontianak menjadi pelopor pendidikan electronic library. Jadi dosen bisa mengupdate ilmu pengetahuan, apa penelitiannya, kiprah, tulisan-tulisanya, dan sebagainya. Disitu juga terdapat menu ilmu-ilmu atau artikel-artikel terkait, jadi ketika dosen masuk di kelas, mahasiswa dapat langsung berdiskusi tentang keilmuan yang ditulisnya. Dengan demikian sangat memungkinkan IAIN Pontianak akan menjadi lebih baik dan lebih maju.

Pada kesempatan tersebut Dr. Muhammad Zain berkesempatan membuka Acara workshop kurikulum pengembangan prodi secara simbolik dengan memukul rebana. Acara ditutup dengan penandatanganan MoU STAIN Pontianak Jurusan Dakwah, dengan Travel Mabrur Tour, Dompet Ummat, Dewan Masjid Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Baznas provinsi Kalimantan Barat, LPTQ, Radio dan Televisi Mujahidin, TVRI Kalbar.




Dakwah Fair 2013

Saat ini jurusan Dakwah memiliki 4 prodi, 2 diantaranya merupakan prodi baru yaitu Manajemen Dakwah, dan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Pada tahun mendatang jurusan Dakwah sedang merencanakan dan mempersiapkan pembukaan prodi Perbandingan Agama, prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, dan prodi Psikologi.

dakwah

Ketua STAIN Pontianak Dr. Hamka Siregar, M.Ag merasa bangga dengan kegiatan “Dakwah Fair 2013”, kegiatan ini dipandang sukses dan mengundang banyak perhatian, pembaca dan pendengar media, maupun civitas akademika STAIN Pontianak selama sepekan. Tidak luput, gramedia juga ikut memeriahkan kegiatan tersebut dengan melakukan bazar buku-buku Dakwah dan Keagamaan yang dijual dengan harga rendah.

“Kegiatan-kegiatan seperti ini kita bisa meningkatkan kemampuan dan kualitas. Kita berharap jurusan-jurusan yang ada akan berkembang dengan baik, lebih kompetitif karena masing-masing jurusan punya unggulan program studi dan kampus pun menjadi semarak. Saya berharap jurusan Dakwah dapat menjadi fakultas favorit di masa IAIN Pontianak mendatang”, tegas Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag.

dakwah#2Jurusan Dakwah sepertinya pun sedang menunjukkan intensitas dan semangat akademik untuk mengubah secara fundamental dan merestrukturisasi keberadaan jurusan secara keseluruhan baik ditingkat individu maupun kolektif. Berawal dari sebuah ide sederhana menggabungkan beberapa kegiatan prodi dan unit-unit di jurusan Dakwah ke dalam satu wadah yang lebih besar yang dinamakan “Dakwah Fair 2013” yang berlangsung selama sepekan (23-28/9/13).

Dikatakan ketua jurusan Dr. H. wajidi Sayadi, M. Ag, kegiatan Dakwah Fair dilaksanakan selama sepekan diawali dengan studium general dengan tema “Ikhtiar Membangun Soliditas, Integritas dan Sinergisitas Dakwah di Era Globalisasi”, acara ini secara khusus menghadirkan Prof. Dr. H. Asep Saiful Muhtadi, MA dari Universitas Negeri Sunan Gunung Jati Bandung. Agenda selanjutnya seminar Penyiaran Radio dan Telivisi. Bertemakan “Membangun Insan Penyiaran yang Kreatif dan Profesional Berbasis Komunitas”. Menghadirkan pembicara dari KPID Kalbar, Faisal Riza, ST, dan Praktisi TV, Mursalin, SP.

Kegiatan besar lainnya adalah seminar konseling yang mengangkat tema “Menyikapi Permasalahan di Sekolah dan Masyarakat (Konseling Sekolah, Perkawinan, Kesehatan, dan Remaja)” yang menghadirkkan pembicara dari BKKBN, UNTAN, Kesehatan dan Pengadilan Agama. Disamping itu ada pula acara Temu Alumni, Panel Doctor yang menghadirkan doctor-doctor di jurusan Dakwah(Dr. H. Wajidi Sayadi, M. Ag. Dr. Yusriadi, Dr. Zaenuddin, MA, Dr. Hasbullah Diman, Dr.Ibrahim, MA, dan Dr. Harjani Hefmi, MA) yang mengangkat tema “Dakwah dalam Multi Perspektif”, dan Pelatihan Produksi Acara Radio.

dakwah#3Selanjutnya, acara Workshop Kurikulum Pengembangan Prodi, sekaligus launching dan penandatangan MoU Prodi IAT dan MD serta Launching website Jurusan Dakwah yang menghadirkan Dr. Muhammad Zain, M. Ag., Kasubdit Akademik dan Kemahasiswaan Dirjen Pendis Kemenag RI dan stakeholders, dan tidak ketinggalan pula kegiatan Workshop Kurikulum Pengembangan Jurusan Dakwah dengan pembahasan kurikulum Prodi Ilmu Perbandingan Agama, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, dan Psikologi yang menghadirkan stakeholders (FKUB, pihak sekolah ditingkat SMA dan sederajat, Dikbud, Kemenag, dan dosen-dosen).

Ketua Jurusan Dakwah berharap dengan kegiatan dan tema-tema yang dibangun akan memberikan semangat, rasa solidaritas, dan sinergisitas seluruh komponen dan kekuatan STAIN Pontianak, terutama integritas jurusan Dakwah ke depan, apa lagi dalam rangka moment menyambut peresmian alih status STAIN menjadi IAIN Pontianak.

Dituturkannya, saat ini jurusan Dakwah memiliki 4 prodi, 2 diantaranya merupakan prodi baru yaitu Manajemen Dakwah, dan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Pada tahun mendatang jurusan Dakwah sedang merencanakan dan mempersiapkan pembukaan prodi Perbandingan Agama, prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, dan prodi Psikologi. Adapun mengenai nama prodi-prodi baru masih akan dilakukan pengkajian mendalam.

Ketua jurusan Dakwah optimis kedepannya, saat ini jurusan Dakwah memiliki 4 prodi dan mahasiswa baru berjumlah 118 orang. Maka untuk seterusnya bila jurusan Dakwah dapat merealisasikan prodi-prodi baru yang akan diusulkan, terbuka lebar mahasiswa jurusan Dakwah akan bertambah banyak.




Ihya Ramadhan Ala P3M STAIN Pontianak

P3M#2

Kegiatan yang bertemakan “Melalui Ihya’ Ramadhan Kita Tingkatkan Kualitas Ketakwaan, Pengetahuan dan Kepedulian Terhadap Sesama” merupakan kegiatan Ihya’ Ramadhan 1434 H yang dilakukan P3M STAIN Pontianak setiap tahunnya. Kegiatan ini diharapkan dapat menimbulkan dampak positif dari warga kepada masyarakat umum dan pelajar SMA/SMK/MA/Pesantren Kota Pontianak dan sekitarnya.

P3M#3Untuk melengkapi ibadah Ramadan ini diadakan beberapa kegiatan yang telah menjadi program tahunan P3M STAIN Pontianak, diantaranya Pasantren Kilat (Sanlat), Talk Show, Ifthar (Jama’i) Bersama Anak Yatim, Kuliah Tujuh Menit (Kultum), ceramah agama di LP (lembaga pemasyarakatan) anak dan dewasa, dan ceramah agama di TVRI Kalbar. Program-program tersebut merupakan refleksi pengembangan dan penumbuhan kembali nilai-nilai kearifan spiritualitas pada bulan ramadhan 1434 Hijriah.

Menurut Ketua Panitia Ihya Ramadhan, Rahnang, M.Pd.I. Program Ihya Ramadhan P3M STAIN Pontianak mendapat catatan serius, Ihya Ramadhan yang dilaksanakan merupakan kegiatan rutin diselenggarakan oleh Lembaga. Melihat dari kacamata sosial dewasa ini, masalah moralitas masyarakat khususnya di kalangan pelajar merupakan salah satu masalah pendidikan yang harus mendapat perhatian semua pihak.

DP3M#4iakuinya Rahnang, M.Pd.I., berbagai macam perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan para pelajar, mulai dari tata pergaulan, gaya hidup, bahkan hingga pandangan-pandangan yang mendasar di era global. Sadar akan hal tersebut, maka Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak merasa terpanggil untuk ikut memberikan wadah efektif bagi pelajar yang siap menghadapi tantangan zaman melalui kegiatan Ihya’ Ramadhan.

Jadi, ramadhan bukan alasan untuk menghentikan kegiatan. Justru sebaliknya, ini adalah bulan baik untuk meningkatkan amalan. Apalagi setiap kebaikan yang kita perbuat, pahalanya akan dilipatgandakan, Tambah Rahnang, M.Pd.I.




Tasawuf, Menjawab Tantangan Global

 Tasawuf

Mengutip website www.darulfaizin.org, Eric Fromm mengatakan bahwa karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, dimana keberhasilan seseorang tergantung pada sejauh mana nilai jualnya dipasar. Akibatnya, setiap oarng termotivasi untuk berjuang keras menjadi pekerja-pekerja sukses dan kaya raya untuk membuktikan keberhasilannya. Kemakmuran melambangkan tingginya nilai jual, sementara kemiskinan dimaknai sebaliknya.

Kebaikan, kejujuran, kesetiaan pada kebenaran dan keadilan bagai tidak bernilai jika tidak memberikan manfaat untuk kesuksesan dan kemakmuran. Jika kondisi ekonomi seseorang tidak makmur, maka dinilai sebagai orang yang belum sukses, bahkan gagal dalam kehidupan. Pendek kata, segala sesuatu diukur dengan berpatokan kepada keberhasilan dalam mencapai kekayaan materi, tidak lagi berpijak kepada kualitas kemanusiaan.

Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi problematika masyarakat modern. Salah satu cara yang banyak disepakati para ahli adalah dengan mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Salah satu pengusung gagasan ini adalah Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail, MA, guru besar tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam bukunya Tasawuf Menjawab Tantangan Global yang dibedah di kampus STAIN Pontianak (6/13).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Trans Pustaka, bekerjasama dengan STAIN Pontianak dan Yayayan Pendidikan Islam Darul Faizin. Dikatakan ketua panitia Ir. Bambang Mulyantono dalam pengantar sambutannya, buku ini sangat relevan dengan situasi dan persoalan kehidupan kita dewasa ini, karna globalisasi selain membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia, juga membawa kecemasan dan problematika.

Dalam rangka merespon problematika masyarakat modern, Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail, MA menuangkan pandangan-pandangan cemerlangnya dalam bukunya tersebut. Dalam buku itu, Penulis yang tak lain penyusun Ensikolpedi Tasawuf juga menguraikan secara rinci bagaimana mengamalkan tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern dan bagaimana tasawuf membangun karakter Muslim.

Tasawuf merupakan belahan dalam dari ajaran Islam, belahan luarnya adalah fikih. Di dalam shalat ada belahan luar dan ada belahan dalam. Belahan luarnya itu bacaan dan gerakan, sedangkan belahan dalamnya menghadap kepada Allah, merasakan kehadiran Allah, ikhlas, khusuk, berdialog dengan Allah. Jadi tasawuf tidak bisa dipisahkan dengan fiqih. Tidak bisa mengambil aspek dalamnya saja lalu mengabaikan aspek luar. Karena agama itu luar dan dalam.

Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail, MA menggambarkan bangunan Islam yang utuh itu sebagai segitiga sama sisi. Sisi dasar atau pondasi adalah  iman, penjabarannya pada rukun iman yang enam perkara. Lalu pondasi keimanan diaktualisasikan pada sisi kedua yakni islam, dengan pelaksanaan yang terinci pada rukun islam yang lima itu. Sisi ketiga disebut ihsan. Dalam sebuah hadist,  Rasulullah menerangkan ihsan adalah sikap bahwaengkau menyembah (beribadah) kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya; jika kau tidak dapat (merasakan) melihatNya, sesungguhnya Allah melihatmu. Jadi, ihsan adalah penghayatan mendalam dari pelaksanaan Islam.

Dijelaskan Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail, MA tasawuf itu ingin mengokohkan tiga hal yaitu satu aqidah, dua syariat, dan tiga akhlak, fokus tawasuf itu Allah yang dipahami sebagai tuhan. Ketika menjalankan nilai ketiga hal ini, tujuan tasawuf adalah mensucikan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, bagaimana merasakan hidup dengan kehadiran Allah.

Terkait dengan peran penting apa yang dimainkan oleh tasuwuf dalam menjawab tantangan global dewasa ini, penulis menegaskan bahwa dunia tasawuf dapat memberikan kontribusi pada tiga hal: Pertama mengokohkan keislaman, sehingga keislamannya menjadi Islam yang santun, Islam yang ramah, Islam yang manusiawi. Kedua meneguhkan perlunya mengembangkan umat dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial. Ketiga membangun solidaritas umat Islam yang sekaligus akan memperkuat bangsa ini karena bangsa ini mayoritas muslim.

Selanjutnya, bagaimana uraian lengkap buku tersebut, mungkin anda dapat membaca lansung dengan membelinya ditoko buku terdekat.




Alih Status Momentum Transformasi

PPMP#3

Oleh: Eka Hendry, Ar. M.Si

Keberadaan STAIN Pontianak harus dilihat dalam 2 kerangka, yaitu sebagai institusi pendidikan tinggi formal berbasis keagamaan dan juga harus dilihat sebagai asset atau kekayaan yang dimiliki oleh Kalimantan Barat. Kekayaan, tidak semata bagi umat Islam, akan tetapi juga asset bagi daerah. Tentu kekayaan yang dimaksud adalah secara substansial bahwa, kampus ini harus terus-menerus men-create generasi-generasi terdidik dan tercerahkan (setidaknya) bagi daerah ini. Generasi-generasi terdidik dan tercerahkan dibutuhkan untuk meneruskan dan mengembangkan daerah ini di masa depan. Kemudian dari kampus ini juga harus terus menerus dihasilkan karya-karya ilmu pengetahuan yang berguna bagi masyarakat dan kemanusiaan. Inilah sesungguhnya dari makna kampus ini sebagai aset atau kekayaan umat dan daerah.

Menyadari bahwa, institusi ini merupakan kekayaan, maka perlu ada kesadaran baru atau pembaharuan tekad (renewal of obsession) dari para civitas akademika STAIN Pontianak untuk menata ulang cara berpikir, berstrategi, bersikap dan bertindak untuk kemajuan lembaga. Mengelola lembaga ini tidak bisa lagi dengan cara biasa (conventional ways) akan tetapi membutuhkan lompatan-lompatan besar untuk keluar dari kotak kebiasaan (out of box). Tentu saja lompatan secara rasional, kontekstual, berani dengan segala resiko (risk taking calculation) dan cermat serta cepat dalam memanfaatkan capaian-capaian ilmu IPTEK (leafroging advantages).

Insyallah, sekiranya ijin perubahan bentuk menjadi IAIN terwujud tahun ini (2013) maka ini akan menjadi milestone dan sekaligus momentum bagi civitas akademika STAIN Pontianak untuk melakukan tranformasi. Karena sejatinya, perubahan bentuk bukan sekedar transformasi institusional saja, akan tetapi tuntutan sesungguhnya dari negara dan masyarakat adalah transformasi kualitas penyelenggaraan Tri Dharma. Sekiranya momentum alih status ini tidak dikelola secara benar, bisa-bisa mengalami “sindrom reformasi”, yaitu semua energi dihabiskan untuk mencapai alih status, tapi manakala alih status telah tercapai, kita mengalami diorientasi alias bingung harus berbuat apa lagi.

Harus kita sadari sedari awal, kelak alih status akan banyak menghadirkan “kejutan-kejutan”, seperti anggaran DIPA yang jauh lebih besar ketimbang Sekolah Tinggi, jabatan-jabatan yang harus diisi dengan konsekwensi logis penambahan pendapatan dan kejutan-kejutan lainnya. Namun di sisi lain, materi yang jauh lebih “melimpah” terkadang malah “menumpulkan” kreatifitas dan kecerdasan melihat peluang perubahan ke arah yang lebih baik.   Dugaan penulis, 3 hingga 5 tahun pertama, kita semua akan dihinggapi euphoria perubahan bentuk, tentu saja dengan ekspresi yang beragam.   Buntutnya adalah perubahan bentuk hanya akan menjadi perubahan yang berderajat peripheral (atau simbolik) yang tidak menyentuh substansial (atau hal-hal yang fundamental). Warning ini perlu penulis kemukakan, agar menjadi bahan pemikiran dan perenungan kita bersama.

Oleh karenanya, maka memperbaharui obsesi dan cita-cita harus kita lakukan dan kita harus membuat lompatan-lompatan besar di masa depan. Menurut hemat penulis setidaknya ada 3 pilar yang harus dikokohkan di masa depan, yaitu:

Pertama, pilar universitas yang memproduksi pengetahuan (Knowledge Production University). Kampus ini sudah selayaknya bukan sekedar menjadi kampus penyambung lidah para ilmuan klasik dengan ilmuan kontemporer (terutama dalam bidang keagamaan). Akan tetapi sudah saatnya kita berpikir untuk menjadi kampus yang memproduksi pemikiran, gagasan dan model-model baru yang lebih up to date dalam bidang sosial dan keagamaan (sebagai nomenklatur keilmuan Sekolah Tinggi atau Institut Keagamaan). Manifestasinya, dosen dan mahasiswa harus didorong untuk “mencipta” atau memproduksi gagasan-gagasan dan model-model baru dalam hal pembelajaran, pengajaran maupun interpretasi praktis ajaran-ajaran keagamaan dalam konteks sosial kemasyarakatan. Mind set pengajaran di kampus ini harus diorientasikan pada semangat pembacaan kritis terhadap khazanah ilmu pengetahuan klasik dan kontemporer serta semangat eksplorasi dan penemuan (exploration and invention) hal-hal baru yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Ini memang sebuah proyek besar, membutuhkan banyak energi, modal dan couriosity yang kuat serta dalam waktu yang tidak singkat.

Kedua, Pilar Kampus Riset. Untuk menopang terwujudnya spirit produksi pengetahuan maka harus ada kebijakan yang bersifat serius dari pimpinan untuk mendorong penguatan pada bidang riset, baik di kalangan dosen maupun mahasiswa. Manifestasi penguatan tersebut berupa dukungan budgeting yang memadai, penguatan kapasitas para dosen dalam bidang penelitian, affirmative action untuk mendorong kompetisi dalam bidang penelitian, diversifikasi bidang dan masalah penelitian, publikasi ilmiah hasil-hasil penelitian sehingga dapat diakses oleh masyarakat secara luas. Budget “sarung pendek” dalam bidang penelitian dipastikan tidak akan menghasilkan penelitian yang berkualitas dan mendalam, maka wajar saja penelitian-penelitian yang ada masih jauh dari harapan.   Penguatan riset ini sangat strategis dalam rangka meningkatkan nilai kompetitif dari lembaga pendidikan serta sebagai ujung tombak dalam menterjemahkan visi dan misi STAIN/IAIN, menjadi pusat studi dan pengembangan budaya Islam lokal. Sejauh ini, visi ini masih mengawang-awang antara langit dan bumi, belum terbumikan secara konkrit dalam bentuk produk-produk keilmuannya. Obsesi kita bagaimana menjadikan STAIN/IAIN Pontianak nantinya dapat menjadi salah satu “kiblat” ilmu pengetahuan sosial keagamaan di Kalimantan (khususnya) maupun di Indonesia (pada umumnya).

Ketiga, Pilar Jaringan Kerjasama. Pilar ketiga yang harus diperkuat dalam rangka menyangga lembaga yang akan memproduksi pengetahuan adalah memperluas dan mengintensifkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak luar, baik dalam dan luar negeri. Karena ini konteksnya penguatan produksi pengetahuan, maka jaringan kerjasama yang harus diperkuat adalah kerjasama dalam bidang pengembangan keilmuan dan riset. Tentu saja sasaran dari kerjasamanya adalah Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi, baik dalam dan luar negeri. Untuk PT luar negeri, jika 5 hingga 10 tahun yang lalu mungkin ini baru sekedar mimpi, namun tidak untuk hari ini. Dengan semakin banyak para dosen yang lulusan luar negeri, maka hal tersebut tidak sulit lagi untuk diwujudkan. Inter-relasi ini dimaksudkan untuk “membuka selubung kabut” yang membatasi cakrawala wawasan civitas akademika STAIN Pontianak, agar tidak lagi berjalan di tempat (involutive) dan sempit (narrow minded). Wujud kerjasamanya bisa dalam bentuk dosen tamu, chair lecture, pertukaran mahasiswa, akses jurnal ilmiah, dan jika suatu saat nanti sudah memungkinkan bisa kita kembangkan kerjasama riset.

Ketiga pilar ini setidaknya dapat menjadi starting point bagi kita untuk memulai transformasi secara substantif. Untuk mewujudkan hal tersebut, sudah saatnya mulai mendesign masa depan lembaga ini, melalui perangkat-perangkat yang fundamental seperti meredesign rencana strategis (renstra) untuk 5 hingga 20 tahun ke depan, menyusun sistem penjaminan mutu pendidikan sehingga semuanya menjadi terencana, terstandard dan dapat terukur progresnya. Kemudian yang tidak kalah penting, setiap komponen atau unit yang ada di STAIN/IAIN Pontianak harus melakukan pembacaan ulang terhadap “tubuh dan muatan” kita masing-masing, bahkan kalau perlu melakukan reformulasi paradigmatik (untuk tidak menyebut revolusi paradigmatik) pengelolaan lembaga. Komponen-komponen seperti Jurusan/Fakultas dan Program Studi harus mengevaluasi kembali keberadaannya, mengkritisi lagi visi, misi dan kurikulumnya serta membuat kebijakan-kebijakan yang lebih kreatif dan berani. Kalau tidak, kita akan menjadi lembaga pendidikan yang “biasa-biasa” saja, bukan kampus yang “luar biasa”.




Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP) STAIN Pontianak

PPMP

PPMP (Pusat Penjamin Mutu Pendidikan) STAIN Pontianak ditahun 2013 ini sedang berupaya melakukan perubahan penting, khususnya dalam sistem penjaminan mutu perguruan tinggi. Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi atau disingkat SPM-PT tidak saja memuat penjaminan mutu internal yang telah diberi nama sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), tapi juga memuat penjaminan mutu eksternal atau akreditasi yang diberi nama sebagai Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), serta sistem Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT).

PPMP#2
Eka Hendry, Ar. M.Si — Kepala PPMP STAIN Pontianak

Penjaminan mutu perguruan tinggi adalah proses perencanaan, pemenuhan, pengendalian, dan pengembangan standar pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga pemangku kepentingan (stakeholders) Internal dan eksternal perguruan tinggi, yaitu mahasiswa, dosen, karyawan, masyarakat, dunia usaha, asosiasi profesi, pemerintah memperoleh kepuasan atas kinerja dan keluaran perguruan tinggi.

Tujuan penjaminan mutu perguruan tinggi adalah terjaminnya mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi baik pada masukan, proses, maupun keluaran berdasarkan peraturan perundang-undangan. PPMP STAIN Pontianak memilih dan menetapkan standar mutu untuk tiap program studi meliputi aspek; nilai dasar, visi-misi, tujuan, sasaran, serta strategi pencapaian perguruan tinggi.

Kegiatan penjaminan mutu perguruan tinggi dilaksanakan oleh STAIN Pontianak dalam sebuah sistem yang disebut Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) terdiri atas; Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Sedangkan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), dan Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT).

Sistem penjaminan mutu internal (SPMI), adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (internally driven) untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam SPMI meliputi landasan ideal penjaminan mutu akademik, pelaksanaan penjaminan mutu, evaluasi diri, audit internal dan koreksi.

Sedangkan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), adalah penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh badan/lembaga di luar perguruan tinggi yang disebut sebagai badan/lembaga di luar perguruan tinggi yang melaksanakan SPME. Setiap Perguruan tinggi dapat memilih sistem penjaminan mutu perguruan tingginya masing-masing. SPME dikenal sebagai akreditasi, dapat menggunakan standar nasional ataupun internasional dengan syarat diakui oleh Pemerintah. Untuk saat ini STAIN Pontianak mengikuti standar mutu yang dijalankan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Selanjutnya, kegiatan penjaminan mutu perguruan tinggi harus didukung oleh ketersediaan data dan informasi tentang perguruan tinggi secara akurat, lengkap, dan mutakhir. Data dan informasi tersebut dikelola oleh suatu pangkalan data pada masing-masing perguruan tinggi. Kemudian, data dan informasi yang berasal dari pangkalan data pada masing-masing perguruan tinggi dihimpun, dikelola, dan dikendalikan oleh suatu Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) pada skala nasional yang dikelola oleh Ditjen Dikti.

Dewasa ini untuk strategi pengembangan mutu pendidikan, PPMP STAIN Pontianak melakukan beberapa strategi pencapaian diantaranya; strategi perencanaan mutu berbasis bottom up, strategi perencanaan mutu berbasis kondisi lokal, strategi implementasi budaya mutu berbasis kebutuhan praktis dan jangka pendek, strategi implementasi budaya mutu berbasis ekspektasi mahasiswa, strategi implementasi budaya mutu berbasis akspektasi dan kebutuhan dunia kerja, dan strategi evaluasi budaya mutu berbasis aturan.

Dalam mewujudkan strategi pencapaian pengembangan mutu pendidikan tersebut, PPMP STAIN Pontianak menyusun program kegiatan PPMP ke dalam tiga kategori; pertama, program inti (core program), adalah program berkenaan langsung dengan tugas dan fungsi utama PPMP yakni peningkatan mutu dosen, peningkatan mutu mahasiswa, peningkatan mutu pembelajaran, peningkatan mutu pelayanan akademik, dan peningkatan mutu pelayanan administrasi.

Kedua, program penghubung (bridging program). Program ini dirancang sebagai penghubung antara program inti dengan program pendukung. Kompenen program ini diarahkan kepada penyiapan perangkat pencapaian program inti, seperti penyusunan peraturan-peraturan yang dapat mendorong pencapaian standar mutu pada program inti. Program ini dapat berupa peningkatan kapasitas SDM tenaga dosen, tenaga kependidikan, pegawai, dan mahasiswa.

Ketiga, program pendukung (support program) adalah program yang bersifat insidentil, disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dapat menopang proses pencapaian tujuan program inti, program pendukung dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kebutuhan stakeholders. Implementasi dapat berupa kompetisi antar dosen berupa kegiatan ilmiah (papers, penilitian, penulisan buku dan sebagainya), program partisipasi kegiatan di luar, studi banding, menghadirkan tamu-tamu yang berkopeten dalam bidang ilmu tertentu.

Dengan demikian untuk mendorong ekspektasi dalam meningkatkan kualitas dari segala aspek pengembangan mutu pendidikan, baik meliputi perencanaan, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, layanan akademik dan administrasi, dan lain-lain dapat dicapai oleh PPMP STAIN Pontianak. Selain itu, mensosialisasikan dan membudayakan usaha kerja bermutu bagi seluruh pegawai dan pejabat.




Alih Status IAIN Pontianak, Dorong Jurusan Bentuk Prodi baru

Perpres No. 53 Tahun 2013 Tentang IAIN Pontianak

PAI

Baru-baru ini STAIN Pontianak telah membuka Prodi baru, yaitu Prodi Tafsir Hadits dan Prodi Manajemen Dakwah di Jurusan Dakwah , dan Prodi Perbankan Syariah di Jurusan Syariah. Menyusul Jurusan Tarbiyah hampir dipastikan segera membuka Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) pada tahun mendatang dan tentunya ini selangkah dengan kesiapan alih status STAIN ke IAIN Pontianak yang telah memasuki babak akhir setelah keluarnya Perpres nomor 53 tahun 2013 tentang IAIN Pontianak, dan selanjutnya menunggu keluarnya Ortaker (Organisasi dan tata kerja) dari Menpan dan surat Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia.

PAI#2Rencana pembukaan prodi baru di jurusan Tarbiyah terungkap dalam visitasi pembukaan prodi PGMI STAIN Pontianak yang digelar pada 10 Juni lalu. Hadir untuk meninjau persiapan pembukaan prodi PGMI adalah reviewer Kemenag RI Prof. Dr. Hj. Amani Lubis, MA., sekaligus ketua tim ahli penilai proposal.

Kegiatan merupakan salah satu rangkaian dari proses pembukaan prodi PGMI STAIN Pontianak, visitasi diperuntukkan untuk melihat persiapan pembukaan prodi. Disela agenda utama kegiatan visitasi, kehadiran Prof. Dr. Amany Lubis, MA, juga mendapat kehormatan untuk mengisi studium general jurusan Tarbiyah dengan tema sejarah perkembangan peradaban Islam dan bahasa Arab.

Dra Yusdiana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah dalam sambutannya menyambut baik dan mengucapkan terima kasih kepada tim visitasi yang bersedia hadir untuk melihat kesiapan pembukaan prodi PGMI STAIN Pontianak.

Dra Yusdiana, M.Si., dihadapan tim visitasi mengemukakan bahwa kehadiran tim visitasi untuk pembukaan prodi PGMI STAIN Pontianak ini adalah sebuah langkah maju bagi jurusan Tarbiyah, dimana belum ada prodi PGMI di Kalimantan barat, pemilihan prodi PGMI ini setelah melakukan studi kelayakan, dan melihat beberapa PTAIN yang ada serta banyaknya permintaan dari madrasah-madrasah yang ada di Kalimantan Barat, sehingga atas pertimbangan tersebut dipandang perlu untuk dibuka prodi PGMI STAIN Pontianak di bawah jurusan Tarbiyah.

Hal serupa diungkapkan Prof. Dr. Amani Lubis, MA., tim ahli Kemenag RI selaku penilai proposal pembukaan prodi PGMI, mengapresiasi prodi PGMI sudah siap untuk dibuka melihat kebutuhan banyak sekali, dirinya merasa yakin penting sekali dan ada kekhususan bahwa PGMI itu dibutuhkan, bukan hanya lulusan PAI yang bisa jadi guru madrasah tsanawiyah dan aliyah, akan tetapi lulusan PGMI kedepannya khusus untuk guru madrasah ibtidaiyah.

PAI#3Diakui Prof. Dr. Amani Lubis, MA., tugas utamanya berkunjung ke STAIN Pontianak adalah untuk memvisitasi dan melihat langsung secara nyata kondisi kampus dan menyaksikan kesiapan pembukaan prodi PGMI di STAIN Pontianak. Ini merupakan upaya positif STAIN Pontianak untuk memperbaiki pendidikan Islam di Kalimantan Barat, agar dapat terlaksana dan untuk memajukan kedepannya adalah perjuangan sesungguhnya.

Dikatakan Prof. Dr. Amani Lubis, MA., khusus untuk pembukaan prodi PGMI ada enam hal yang akan diteliti dan dilihat kesiapannya, yakni; kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, tenaga administrasi, sarana dan prasarana, pendanaan, dan manajemen akademik. Jika keenam persyaratan tersebut dapat terpenuhi maka secepatnya kita berharap prodi PGMI segera dibuka di STAIN Pontianak.

Dengan demikian kedepannya, kehadiran prodi PGMI lahir sebagai bentuk tanggung jawab akademik dan atas banyaknya kebutuhan guru untuk madrasah ibtidaiyah di Kalimantan Barat. Pendidikan keguruan pada prodi PGMI tentu diharapkan mampu mengoptimalkan keahlian khususnya bagi guru madrasah ibtidaiyah yang berkualitas dan mempunyai keahlian yang khusus.




Restorasi Karakter Bangsa di Arus Global

Syahrin Harahap

Oleh: Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA (Guru Besar IAIN Sumatera Utara)

Tidak dapat dipungkiri bahwa informasi global yang melanda dunia saat ini kebanyakan merupakan produk negara-nagara maju. Informasi yang datang dan sampai ke kamar-kamar tidur kita (tv tabel, internet, koran, majalah, buku, facebook, twiter, dan sebagainya) berasal dari negeri-negeri second wave (masyarakat industri) atau third wave (masyarakat informatika). Sementara penerimanya masih kebanyakan berada pada tahap first wave (masyaraakat agraris), bahkan masih banyak warga kita yang hidup dalam budaya agraris.

Untuk melihat peluang perguruan tinggi dalam restorasi karakter bangsa tersebut kiranya perlu lebih dahulu dilakukan survey singkat mengenai pergaulan global, efek negatif yang ditimbulkannya serta pada posisi mana karakter bangsa kita berada.

Namun perlu disadari bahwa perkembangan global itu bukanlah milik negeri-negeri tertentu atau orang-orang tertentu saja melainkan milik kita semua. Sebab seluruh umat manusia, terutama umat Islam, memiliki peran penting dalam men-support timbulnya abad modern dan kemodernan dunia.

Pergaulan Global

Globalisasi dunia saat ini bagai pisau bermata dua, pada satu sisi menuju arah yang positif dan pada sisi lain bisa menuju ke arah yang negatif, tergantung siapa yang paling banyak “menginstal” teori-teori, konsep-konsep, pemikiran-pemikiran, dan penerapan teknologi, budaya, dan nilai ke dalamnya. Dalam kondisi yang demikianlah kita berbicara mengenai restorasi karakter bangsa di arus global dan pada saat yang sama kita juga ingin melihat peran perguruan tinggi di dalamnya.

Ada tiga komponen yang mengendalikan globalisasi dunia saat ini; pertama, adalah pendidikan/perguruan tinggi; karna dari perguruan tinggilah lahirnya produk teori, dan penerapan teori itu akan melahirkan indoktri dan selanjutnya dari indokri akan melahirkan barang-barang yang dipakai dan dikonsumsi oleh masyarakat kita; kedua pabrikasi dan manufaktur, pabrik-pabriklah yang mengubah peta ekonomi; dan ketiga perbankan, dunia perbankan yang mengendalikan ekonomi dan wajah dunia saat ini.

Secara umum globalisasi dunia yang terjadi saat ini atau yang akan datang, dapat dilihat dari lima ciri: Pertama, terjadi pergeseran dari konflik ideologi dan politik kearah persaingan perdagangan, investasi, dan informasi, Kedua, Hubungan antar negara/bangsa secara struktural berubah dari sifat ketergantungan (devendency) kearah saling ketergantungan (interdevendency); Ketiga, batas-batas geografi hampir kehilangan arti operasionalnya. Keempat, Persaingan antar negara sangat diwarnai oleh perang penguasaan teknologi tinggi. Kelima, Terciptanya budaya dunia yang cenderung mekanistik dan efisien, tidak menghargai nilai dan norma yang secara ekonomi dianggap tidak efisien.

Pergaulan global dengan cirinya yang demikian itu telah berimplikasi pada kehidupan hampir seluruh umat manusia, termasuk masyarakat Indonesia baik dalam bentuknya yang positif maupun yang negatif. Namun aspek kemanfaatan itu tidak harus melalaikannya dari dampak negatif yang ditimbulkannya agar anak-anak negeri ini dapat mengikuti perkembangan yang demikian cepat, dengan tetap berada di atas jati dirinya.

Peran Pendidkan Tinggi

Kehidupan yang semakin mengglobal tidak dapat dan tidak perlu dihindari karena Islam sendiri adalah agama global (rahmatan li al-‘âlamîn). Komunikasi dan penganutnya telah lebih dahulu melakoni kehidupan global seperti terlihat pada zaman keemasan (golden age)-nya. Dengan begitu maka abad 21 tidak dapat memandang rendah Islam, karena Islam tetap merupakan suatu kekuatan tersendiri. Sebaliknya Islam pun harus menerima abad 21 karena abad itu dengan seluruh kenyataan yang terjadi di dalamnya adalah suatu kenyataan. Sikap menolak bukanlah jalan keluar yang tepat. Dengan kata lain Islam harus ‘akrab’ dengan abad 21 dengan cara itu Islam pun akan memperoleh keharmonisan dalam tubuhnya sendiri dan dapat mengarahkan dunia secara teleologis kearah yang lebih bak.

Perguruan Tinggi, khususnya perguruan tinggi Islam, sebagai basis pergerakan dan perubahan zaman serta antisipasi masyarakat terhadap perkembangan, perlu memainkan perannya yang teramat penting dalam restorasi karakter bangsa di arus gobal.

Pentingnya untuk memperlihatkan peran akademisi dalam restorasi karakter bangsa. Sebab para akademisi menjadi penggerak kemampuan dan kekuatan pribadi peserta didik dan masyarakat untuk mengantisipasi perkembangan zaaman yang terus berkembang.

Perubahan (modifikasi) isi dan inovasi dalam proses belajar mengajar sudah barang tentu menyebabkan perubahan dalam peranan akademisi dan peningkatan tanggung jawabnya kepada peserta didik dan masyarakat serta meningkatkan keteladanan mereka dalam kehidupan.

Sehubungan dengan pengayaan dan perubahan isi program pendidikan, peran akademisi menjadi lebih luas dan lebih kompleks. Peran akademisi tersebut semakin memperkokoh posisi pendidikan sebagai usaha pengembanagan asset bangsa: asset bahasa, asset persatuan, asset konstitusional, dan asset keberhasilan ekonomi.

Dengan demikian Islam memandang peran akademisi sangat strategis, sebab ia bertanggung jawab mengarahkan peserta didik dan bahkan masyarakat dalam hal penguasaan ilmu dan konkritisasinya serta penegakan identitas dan karakter dalam kehidupan mereka.




Unit Perencanaan Gelar Pelatihan Implementasi Data Dukung (KAK/TOR & RAB)

Penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementrian Agama dan standar biaya adalah satuan biaya yang diterapkan. Seyogyanya kegiatan ini menghasilkan produk atau KAK/TOR dan RAB 2014 namun karena waktu yang terlalu sedikit dan beberapa masih harus mendapat perbaikan.

perencanaan

Idealnya proses penyusunan anggaran disemua instansi pemerintah melakukan pola yang sama, karena proses tersebut diatur dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Oleh karena itu setiap usulan pembiayaan wajib dilengkapi dengan KAK/TOR dan RAB sebagai dasar rasionalitas dari kegiatan yang diajukan dan akan dilaksanakan. Kelengkapan administrasi dalam proses penyusunan anggaran diharapkan tidak terjadi lagi pemblokiran anggaran seperti yang terjadi di Kementerian Agama pada tahun 2013 ini.

perencanaan#2Oleh karena itu, Unit Perencanaan STAIN Pontianak pada tahun ini sepertinya tidak ingin hal tersebut terjadi dan terulang untuk kedua kalinya. Hal ini memberikan dampak negatif terhadap aktivitas kelembagaan seperti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit terhambat. Sebagai informasi bahwa pemblokiran anggaran yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan DPR RI untuk tahun 2013 terhadap Kementerian Agama terjadi sampai pertengahan Juli 2013.

Melalui kegiatan pelatihan Implementasi Data Dukung KAK/TOR dan RAB pada Satuan Kerja STAIN Pontianak yang digelar di hotel Peony Pontianak(7-8/7/13) diharapkan menjadi solusi alternatif terhadap kendala tersebut. Kegiatan ini melibatkan staf administrasi disetiap unit kerja STAIN Pontianak. Staf administrasi yang dimaksud adalah staf yang ditunjuk dan direkomendasikan oleh pimpinan unit.

Dikatakan Kepala Unit Perencanaan STAIN Pontianak, Suhaimi, M.Pd, diselenggarakannnya kegiatan Implementasi Data Dukung (KAK/TOR dan RAB) bagi Satuan Kerja STAIN Pontianak adalah sebagai respon atas tuntutan Kementerian Keuangan sebagai bendahara umum negara Republik Indonesia terhadap Kementerian Agama Republik Indonesia untuk mengakurasikan, mensinergiskan data dukung (KAK/TOR dan RAB) sebagai bahan pertimbangan dalam usulan anggaran program dan kegiatan.

Dalam keterangannya, Suhaimi menyebutkan selama ini data dukung yang disampaikan oleh unit senantiasa berubah-ubah, dan berdasarkan pada kebutuhan riildi lapangan, disamping format yang digunakan bervariasi tanpa menggunakan standarisasi yang jelas.

Dengan kondisi seperti ini jelasnya, sangat sulit untuk melakukan rasionalisasi anggaran yang diinginkan apalagi harus dipertanggung jawabkan, karena akan berimplikasi pada kelebihan dan bahkan kekurangan anggaran yang akan di alokasikan bagi unit dan ini menjadi stigma negatif bagi Kementerian Agama secara umum.

Unit Perencanaan STAIN Pontianak berupaya untuk melakukan langkah konkrit untuk melakukan perubahan dengan menggagas kegiatan standarisasi format KAK/TOR dan RAB (Kerangka Acuan Kerja/Term of Reference) dan Rincian Anggaran Biaya dalam pengusulan anggaran bagi unit-unit kerja di Satuan Kerja STAIN Pontianak, tegasnya menambahkan.

perencanaan#3Dijelaskan Suhaimi, M.Pd., urgensi dari kegiatan yang diselenggarakan ini akan memberikan kemudahan dalam pertanggung jawaban penggunaan anggaran, rasionalisasi yang tepat, akurasi data yang terukur, dan standarisasi format usulan anggaran yang digunakan seragam.

Pada acara penutupan pelatihan Noviansyah, S.Pd.I Ketua Panitia Pelatihan mengatakan Penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementrian Agama dan standar biaya adalah satuan biaya yang diterapkan. Seyogyanya kegiatan ini menghasilkan produk atau KAK/TOR dan RAB 2014 namun karena waktu yang terlalu sedikit dan beberapa masih harus mendapat perbaikan.

Diakuinya, apa yang semestinya dihasilkan dalam kegiatan ini tidak berlarut-larut, karna ada batasan waktunya, selama kegiatan tersebut beberapa pegawai atau honorer mempunyai pekerjaan lain yang juga memerlukan penyelesaian pekerjaan dengan cepat. Kita harapkan pekerjaan yang dibebankan kepada rekan-rekan peserta pelatihan menjadi tanggung jawab bersama, ini sangat penting, dan dimintakan hingga 12 juli mendatang semua TOR/TOR dan RAB sudah dapat diserahkan, harap Noviansyah kepada peserta pelatihan.




KKL Integratif STAIN Pontianak

KKL (Kuliah Kerja Lapangan) STAIN Pontianak adalah suatu kegiatan perkuliahan dan kerja lapangan, merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan sebagai salah satu wujud dari tridharma perguruan tinggi.

 KKL P3M#2.

KKL STAIN Pontianak pada tahun 2013 ini, selain dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun dan juga dilaksanakan pada dua kabupaten atau daerah yang berbeda. KKL pertama yang dilaksanakan pada bulan maret s/d Mei lalu dilaksanakan dikabupaten Kubu Raya, dan untuk yang keduanya akan dilaksanakan di kabupaten Landak.

KKL P3M#3.Dikatakan Lukman Hakim, M.Si, Ketua panitia KKL STAIN Pontianak kali ini berbeda dengan KKL sebelumnya, selain dilaksanakan dua kali dalam setahun, kami juga mengusung tema KKL Integratif yang merupakan modifikasi dari KKL berbasis PAR yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

Ketua panitia KKL juga mengungkapkan bahwa konsep dasar KKL Integratif adalah bagaimana melakukan penguatan pada kompetensi masing-masing program studi dan jurusan yang ada di STAIN Pontianak dengan tetap mengacu pada tri dharma perguruan tinggi. Pengintegrasian dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa secara pragmatis, berdimensi luas melalui pendekatan interdisipliner, komprehensif, dan lintas sektoral.

Diakuinya, “sejauh ini KKL lebih berfokus pada program-program kerja partisifatif dan bersifat aksidental, program-program seperti ini lebih bersifat tangiable dan memang hasilnya lebih nyata. Namun kompetensi akademik mahasiswa kurang berkembang secara maksimal”.

Ketika disinggung lebih dalam soal KKL Integratif, Lukman Hakin, M.Si, memaparkan KKL Integratif akan menekankan pada penguatan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan.

KKL P3M#4Kemudian mahasiswa juga harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian tentang persoalan-persoalan yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan yang ada. Melalui penelitian singkat tersebut diharapkan dapat melatih kemampuannya dalam melakukan penelitian dan membantu mahasiswa dalam mempercepat masa studi. Selanjutnya, hal yang tidak kalah penting adalah aplikasi pengabdian kepada masyarakat dengan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan problem solving, tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill).

Selain itu, Lukman Hakim, ketua panitia KKL menyampaikan ada beberapa prinsip yang menjadi paradigm dari KKL Integratif yang harus mahasiswa ketahui, diantaranya; mengintegrasikan ketiga aspek tri dharma perguruan tinggi menjadi satu kesatua yang utuh dan menopang satu sama lain; penguatan kompentensi masing-masing jurusan dan prodi, dimana mahasiswa berusaha menterjemahkan nilai kompetensi studi dalam bentuk kegiatan dimasyarakat; bersifat interdisipliner-kolaboratif, kegiatan dilakukan dengan lintas jurusan dan program studi ; kontekstual, implementasi KKL harus melihat persoalan dan kecenderungan sosial yang ril dihadapi masyarakat, kemampuan merespon dan mencermati kondisi ril di lapangan menjadi pra syarat penting; dan tangible-measurable, dalam membuat pencapaian program dapat dilihat dan dirasakan masyarakat manfaatnya.

Dengan demikian, Lukman Hakim, M.Si berharap, program KKL Integratif STAIN Pontianak pada tahun ini dapat terlaksana dan tercapai sesuai dengan perencanaan, sehingga keberhasilan dan manfaat KKL dapat dirasakan bersama. “Keberhasilan KKL ini juga merupakan keberhasilan kita bersama” ujarnya optimis.