Berbeda Bukan untuk Bermusuhan

PONTIANAK (iainptk.ac.id) – IAIN Pontianak kedatangan tamu istimewa Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kehadirannya dalam rangka menjadi pembicara kegiatan Seminar dan Pembinaan Pegawai dengan tema “Anti Hoax dan Ujaran Kebencian: Sinergi 9 Pilar Semangat Kerja IAIN Pontianak”. Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium Abdul Rani Mahmud pada Kamis (14/3) pagi.

Hadir ratusan pegawai dan mahasiswa IAIN Pontianak, untuk menimba ilmu tentang cara menghindari hoax dan ujaran kebencian.
Terdapat tiga narasumber yang mengulas tentang hoax dan ujaran kebencian. Pertama Dr. Pabali Musa, M.Ag. selaku ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Kalbar. Kedua Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA dan terakhir Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan itu dimoderatori oleh Dr. Samsul Hidayat, Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak.

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok yang merupakan putra kelahiran Kalbar ini menerangkan “Hoax menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berita bohong. Dalam Oxford English Dictionary hoax didefinisikan sebagai malicious deception atau kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. Sekarang ada yang namanya manajemen hoax. Hoax sengaja di buat oleh satu atau dua orang. Ada yang bertugas membuat konten, ada yang meng-upload, ada juga yang bertugas untuk menge-share berita itu.” paparnya.

Berdasarkan hasil survey dari Polling Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 pengguna internet Indonesia berdasarkan usia. Paling banyak usia 25-37 tahun sebanyak 75,8%, pada usia 10-24 tahun sebanyak 75,5%, Pada usia 35-33 tahun sebanyak 54,7%, pada usia 45-54 tahun sebanyak 17,2% dan pada usia 55 tahun ke atas hanya 2%. Ini sebagai wadah dimana hoax-hoax itu tersebar” terangnya.

“Pengguna Ponsel di Indonesia pada tahun 2017 terdaftar sebanyak 371,4 Juta. Sedangkan penduduk Indonesia hanya 262 juta, jadi satu orang ada 1,2,3 hp. Pengguna internet 132,7 Juta, Pengguna Media Sosial Aktif 106 jiwa dan mengguna medsos mobile aktif 92 juta” ungkapnya.

“Ini sangat membahayakan sekali, kalau kita tidak bisa memanfaatkan internet dengan baik.
Adapun ciri berita hoax pertama tidak lengkap, informasi di potong-potong, memiliki daya tarik, tidak ada keterangan waktu, tidak ada nama pembuat dan kontak serta tidak ada link. Kedua tautannya palsu dan aneh. Ketiga hoax biasanya dibuat dengan gambar yang sederhana, agar mudah menyebar lewat media sosial. Biasanya konten hoax memiliki isu yang ramai dikalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga membuatnya sangat mudah memancing untuk membagikannya. Keempat data palsu dan lima data statistik yang palsu, alamat palsu, tautannya juga palsu.” urainya.

“Kita ini adalah Negara multikultural, saya mengatakan belum. Kita ini masih Negara plural majemuk. Multikultural itu adalah orang yang menjunjung tinggi perbedaan dan menghargai perbedaan. Tetapi kalau plural tidak, yang penting adalah berbeda tetapi tidak saling menghargai. Kita akan mendorong semuanya menjadi masyarakat yang multikultural, masyrakat yang saling menghargai, menjunjung tinggi perbedaan dan menghargai perbedaan dan menghormati perbedaan. Itu yang kita inginkan, karena kita bersaudara” pungkasnya.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email