Mahasiswa KPI Konsentrasi Public Relations Bekerjasama dengan Bapor Dan Widodo FC Gelar Turnamen Futsal Tingkat Pelajar dan Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Konsentrasi Public Relations IAIN Pontianak bekerjasama dengan Widodo FC dan Badan Pembina Olahraga (BAPOR) Futsal IAIN Pontianak menyelenggarakan even bergengsi Turnamen Futsal Antar Pelajar Tingkat SMA/SMK/MA dan Mahasiswa IAIN Pontianak dengan tema: Bapor & Widodo Futsal Championship 1st 2018-Piala Rektor IAIN Pontianak. Acara diselenggarakan mulai 21 s.d. 28 April 2018 bertempat di Lapangan Futsal IAIN Pontianak. Peserta yang berpartisipasi dalam turnamen ini berjumlah 49 tim. Dengan rincian 25 tim Tingkat Pelajar SMA/SMK/MA dan 24 tim Tingkat Mahasiswa IAIN Pontianak. Total hadiah yang diperebutkan belasan juta rupiah.

Ketua Panitia, Badrus Sholeh memaparkan jika pelaksana kegiatan ini yaitu Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Public Relations. Bentuk kegiatan ini dimulai dari technical meeting, seminar, demo sponsor utama, turnamen futsal antar Pelajar SMA/SMK/MA dan Mahasiswa IAIN Pontianak, serta pameran produk maupun demo sponsor utama.

Ia menambahkan jika terselenggaranya kegiatan ini dilatarbelakangi dari keinginan dan kesadaran dari seluruh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam khususnya Konsentrasi Public Relations yang ingin mengangkat peran vital dan tanggungjawab yang diemban oleh pelajar maupun mahasiswa kini dan akan datang. Peran vital dan tanggungjawab tersebut bisa dilaksanakan dengan baik, jika ada proses pembelajaran yang dapat membentuk karakter bertanggungjawab, progresif, kreatif, inovatif, dan profesional, serta perilaku sportif sebagai human resources investment di masa akan datang. Oleh karena itu, pelajar dan mahasiswa harus mengembangkan potensi serta bakat yang dimiliki terutama dalam bidang keilmuan maupun olahraga yang nantinya dapat membentuk jiwa spotivitas dan kerjasama tim yang baik.

Koordinator Humas Kegiatan, Rosul menyebut tujuan diselenggarakannya even ini yaitu pertama, ajang promosi IAIN Pontianak ke khalayak ramai khususnya Pelajar SMA/SMK/MA Pontianak dan sekitarnya. Kedua, wadah bagi pelajar dan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai kerjasama, semangat, dan sportifitas. Ketiga, memberi motivasi kepada pelajar dan mahasiswa untuk berkontribusi melalui olahraga futsal.

“Kita ingin even ini bisa memberikan sumbangsih nyata kepada pihak institut dalam hal promosi kampus. Selain itu bisa memberi motivasi yang tinggi bagi mahasiswa dalam berkompetisi secara sportif, profesional, dan tanggungjawab. Tidak hanya itu, semoga dengan digelarnya even ini dapat menumbuhkan semangat yang lebih baik lagi di kalangan Mahasiswa KPI Konsentrasi Public Relations untuk membuat even-even menarik lainnya di masa akan datang.” harapnya.




Studium General Pascasarjana: Membangun Konfidensi dalam Memahami Studi Keislaman

Pascasarjana IAIN Pontianak menyelenggarakan Studium General dengan tema: Membangun Konfidensi dalam Memahami Studi Keislaman, Jumat (27/4) bertempat di Aula Wisma Nusantara Pontianak. Hadir sebagai narasumber Guru Besar sekaligus Rektor Universitas Riau Kepulauan, Prof. Dr. Nasaruddin Harahap. Hadir pula Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA, Wakil Direktur Pascasarjana, Dr. Misdah, MA, Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd, serta para dosen di lingkungan Pascasarjana IAIN Pontianak. Puluhan peserta dari kalangan Mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak turut hadir sebagai peserta dalam kegiatan tersebut.

Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak yang diwakili oleh Wakil Direktur Pascasarjana, Dr. Misdah, MA menjelaskan stadium general ini merupakan kegiatan yang sudah direncanakan dan dipersiapkan anggarannya. Sebagaimana lazimnya pada saat penerimaan mahasiswa baru, studium general dianggap sebagai pemahaman awal mahasiswa terhadap bidang keilmuan yang akan dipelajarinya selama kuliah. Jika sebelumnya studium general dilaksanakan 2 kali dalam 2 semester. Namun di tahun 2018, studium general hanya dilaksanakan 1 kali dalam 2 semester. Hal ini berkenaan dengan kebijakan dari pusat.

Ia pun menambahkan jika studium general yang dilaksanakan kali ini, menjadi momen yang berharga bagi semua yang hadir dalam kesempatan ini. Sebab tema yang diangkat yaitu Membangun Konfidensi dalam Memahami Studi Keislaman. Tema seperti ini menjadi hal baru dan belum tentu bisa didapatkan dalam kesempatan yang lain. Apalagi dengan narasumber yang kompeten seperti Prof. Dr. Nasaruddin Harahap. Harapannya, tema ini dapat menjadi khazanah keilmuan dan pengetahuan bagi mahasiswa, dosen, serta pengelola pascasarjana dalam memahami studi keislaman.

Plt. Rektor IAIN Pontianak, diwakili Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA mengungkapkan sepertinya yang membuat tema studium general ‘kurang percaya diri’. Oleh karena itulah studium general ini dilaksanakan agar kita lebih percaya diri dalam memahami pengetahuan khususnya tentang studi keislaman. Maka dari itu, dalam rangka meningkatkan percaya diri, salah satunya harus melakukan kerjasama. Saat ini IAIN Pontianak telah melakukan upaya kerjasama dengan Malaysia dalam bidang PPM di Sarawak, Malaysia. Ternyata Universitas Riau Kepulauan memiliki kegiatan yang hampir sama yakni melakukan KKN ke Johor, Malaysia. Jika diperlukan Mahasiswa Pascasarjaan melakukan KKN disana, maka Pascasarjana insyaAllah siap untuk mengirimnya.

“Saya kira program kerjasama ini bisa kita bangun. Sehingga mahasiswa kita selain percaya diri secara kelimuan, selain itu percaya diri secara penampilan. Karena kalau semangat dan ilmunya sudah dimiliki, maka kita bisa menguasai materi. Terima kasih kami ucapkan kepada Prof. Dr. Nasaruddin Harahap yang telah berkenan hadir dan membagikan ilmunya. Semoga berkah dan bermanfaat bagi kita semua” tutupnya.




Wakil Rektor III Lepas Kontingen Perkemahan Wirakarya Nasional XIV Riau Tahun 2018

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama sekaligus Pembina Pramuka, Dr. Zaenuddin, MA melepas Kontingen IAIN Pontianak untuk menghadiri Perkemahan Wirakarya Nasional XIV Riau, 3 s.d. 10 Mei 2018 pada Jumat (27/4) di Gedung Rektorat Lantai IV. Turut hadir dalam pelepasan yakni Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Drs. Syahrul Yadi, M.Ag, Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd, Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan, Suyati, S.Ag beserta jajaran, perwakilan DEMA, UKM, dan UKK di lingkungan IAIN Pontianak.

Dalam sambutannya, Dr. Zaenuddin, MA menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin 2 tahunan yang menjadi program Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

“Alhamdulillah tahun ini kita akan ke Pekanbaru selama 10 hari. Mulai tanggal 1 Mei berangkat dan pulang 11 Mei. Semoga peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tersebut nantinya, sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.” ucapnya.

Ia menambahkan, jika ada niatan dan rencana untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini. Namun memandang kesiapan yang belum sepenuhnya, untuk sementara diurungkan tahun ini. Akan tetapi jika nantinya persiapan dan keadaan memungkinkan, IAIN Pontianak akan mengusulkan untuk menjadi tuan rumah PWN PTK berikutnya.

Dirinya berpesan kepada peserta kontingen Perkemahan Wirakarya Nasional PTK XIV Riau 2018 untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan rasa tanggungjawab dan penuh semangat, sehingga apa yang dilakukan memiliki dampak, karena nantinya banyak kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Selain itu nantinya peserta akan tinggal di home stay, maka dari itu ia berharap agar semua peserta cepat beradaptasi dengan baik di lingkungan baru.

Tidak hanya itu, Wakil Rektor III ini berpesan kepada Pengurus DEMA, UKM, maupun UKK untuk ikut mempromosikan pramuka. Karena telah menjadi program nasional. Namun kenyatannya, masih banyak mahasiswa yang belum tertarik masuk pramuka. Hal ini menjadi tugas berat bagi pengurus pramuka untuk gencar melakukan sosialisasi tentang beberapa kegiatan pramuka yang berdampak kepada masyarakat dan mendukung pembelajaran, sehingga kegiatan yang dilakukan itu juga memberikan manfaat bagi sivitas akademika sekaligus menjadi ajang promosi IAIN Pontianak.

“Saya kira jika informasi PWN PTK disosialisasikan kepada mahasiswa, dapat menjadi daya tarik yang penting. Sehingga peserta yang mengikuti kegiatan ini dapat bergantian sekaligus menarik perhatian mahasiswa untuk ikut pramuka.” tutupnya mengakhiri pembicaraan.




Rangkaian Milad, Jurusan PGMI Gelar Muswil IV Ke-III dan Seminar Nasional

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FTIK IAIN Pontianak menyelenggarakan Musyawarah Wilayah IV ke-III dengan tema: Peningkatan Kapasitas Global Untuk Membangun Pergerakan Lokal, Kamis (26/4) bertempat di Gedung Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Acara tersebut dirangkai juga dengan Seminar Nasional: Pemuda-Pemudi Pembangun Peradaban Pancasilais. Hadir dalam kegiatan tersebut, Staf Ahli Walikota Pontianak Bidang Pemerintahan dan SDM, Aswin Taufik, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA, dan Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd beserta jajarannya, serta Pengurus IMPI Pusat. Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan DEMA, UKM, UKK serta diikuti oleh Mahasiswa Jurusan PGMI FTIK IAIN Pontianak.

Kegiatan ini merupakan salah satu dari sekian banyak agenda yang dilaksanakan oleh Jurusan PGMI dalam rangka Milad PGMI ke-III. Sebelumnya Jurusan PGMI telah melaksanakan Jalan Santai (22/4), Pembukaan Milad PGMI ke-III dan dilanjutkan Lomba Tahfidz Qur’an Tingkat SD/MI se-Pontianak dan Kubu Raya (23/4), Lomba Media Pembelajaran dan Mading 2 Dimensi se-PGMI dan PIAUD (24/4), Lomba Tahfidz Qur’an se-PGMI dan Lomba Debat Pendidikan se-FTIK (25/4).

Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Joni Iskandar memaparkan jika kegiatan Muswil ini dilaksanakan mulai tanggal 26 s.d 29 April 2018. Peserta Muswil merupakan perwakilan dari PTKIN/PTKIS Wilayah IV terdiri dari 15 kampus yang ada di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Gorontalo. Adapun yang hadir saat ini 3 kampus yakni IAIN Pontianak, UIN Antasari Banjarmasin, IAIN Palopo Palu. Kegiatan ini akan dirangkai dengan seminar-seminar. Pertama, Seminar Nasional: Pemuda-Pemudi Pembangun Peradaban Pancasilais (26/4), Seminar Bersama Nordianto dari Youth Advisory Panel United Nations Population Funds (27/6), dan Seminar Nasional Bersama Pemateri PGMI Pusat (28/4).

Sementara itu, Ketua Jurusan PGMI FTIK IAIN Pontianak, Drs. Mansur, M.Pd menjelaskan, kali ini Jurusan PGMI melaksanakan kegiatan yang cukup besar. Muswil Wilayah, Seminar Nasional, dan Milad PGMI. Selaku Ketua Jurusan PGMI, dirinya mengapresiasi sebesar-besarnya kerja keras panitia dalam mensukseskan kegiatan ini. Ia berharap semua Mahasiswa PGMI terlibat aktif dan mendukung dalam setiap rangkaian kegiatan. Ia pun berterima atas kehadiran UIN Antasari Banjarmasin, IAIN Palopo Palu, dan Pengurus IMPI Pusat dari UIN Malik Ibrahim Malang yang berkenan hadir dalam Muswil kali ini. Semoga ke depan kegiatan ini diikuti lebih banyak lagi peserta dari PTKIN/PTKIS se-Indonesia.

Ia pun menambahkan, rangkaian seminar ini akan menghadirkan beberapa narasumber diantaranya, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd (Dekan FTIK IAIN Pontianak), Dr. Fauzan, MA (Ketua Asosiasi PGMI), dan Narayana Sastrawiguna (Pengembangan Akreditasi Perguruan Tinggi). Kajur PGMI ini berharap, dengan adanya beberapa narasumber ini semoga dapat memberikan arahan, pandangan, dan upaya dalam meningkatkan akreditasi jurusan yang semula C minimal menjadi B. Lebih lanjut ia berharap agar seluruh Mahasiswa PGMI bisa bergabung keanggotaan Ikatan Mahasiswa PGMI Se-Indonesia (IMPI). Dengan bergabung di IMPI, mahasiswa dapat bertukar pikiran dan pengalaman untuk membantu kualitas pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah di daerahnya masing-masing.

Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd mengemukakan jika ada 4 hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan kegiatan yaitu chritical thinking, colaboratif, creative, dan communicative khususnya di Jurusan PGMI FTIK IAIN Pontianak. Sesuai dengan tema Muswil kali ini yaitu, Peningkatan Kapasitas Global Untuk Membangun Pergerakan Lokal, dirinya menjelaskan tema ini harus dikaitkan dengan 4 C + 21 kompetensi. Seperti contoh colaboratif yaitu kemampuan berkomunikasi melalui jurnal. Ia berharap semoga ke depan ada jurnal ilmiah mahasiswa tingkat nasional dalam rangka kolaborasi akademik ilmiah. Ia berharap juga kegiatan Muswil ini dapat menghasilkan program-program produktif yang dapat mewujudkan 4 C + 21 kompetensi tadi, hingga nantinya lulusan kita dapat bersaing dengan PTKIN/PTKIS se-Indonesia dan luar negeri.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA mengatakan “Sekarang ini muncul ikatan atau asosiasi tingkat mahasiswa baik itu tingkat prodi, jurusan, maupun fakultas. Dengan begitu diperlukan sarana informasi dan komunikasi yang mendunia agar terjalin silaturahmi yang berkelanjutan. Media merupakan salah satu sarana yang paling efektif untuk mewujudkan hal itu. Mahasiswa harus melek media. Khususnya media sosial. Literasi media harus mulai dikembangkan di kalangan mahasiswa” jelasnya.

Zainuddin menambahkan, “Sebagai pejabat yang menangani kemahasiswaan, saya merasa bangga dan sangat mendukung acara-acara seperti ini. Mahasiswa harus meningkatkan networking. Seminar dan musyawarah ini bagian dari networking. Maka dari itu manfaatkanlah networking tersebut. Dengan begitu kita dapat meningkatkan kemampuan kita. Jika dalam ilmu antropologi ada 4 modal yaitu modal ekonomi, modal intelektual, modal sosial, dan modal spiritual.” paparnya.

Staf Ahli Walikota Pontianak Bidang Pemerintahan dan SDM, Aswin Taufik yang sekaligus membuka acara secara resmi mengungkapkan jika Muswil IV Jurusan PGMI ini merupakan kesempatan untuk membuat langkah-langkah strategis satu tahun ke depan dan dapat berpengaruh besar khususnya bagi mahasiswa serta masyarakat luas pada umumnya.

“Dahulu Madrasah Ibtidaiyah tidak menarik. Tidak menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Karena dianggap kurang berkualitas. Padahal guru madrasah ibtidaiyah merupakan guru kelas yang dituntut mengajar semua mapel ditambah dengan mapel kepesantrenan. Akan tetapi sekarang banyak Madrasah Ibtidaiyah yang berkembang sebagai madrasah modern dan favorit di masyarakat. Bagi lulusan PGMI lapangan pekerjaan masih luas karena semakin banyak masyarakat yang percaya akan madrasah ibtidaiyah. Seperti slogan madrasah lebih baik, lebih baik madrasah.” ujarnya.

“Atas nama walikota dan pemerintah Kota Pontianak, saya mengucapkan selamat melaksanakan Musyawarah Wilayah IV Jurusan PGMI. Semoga musyawarah ini dapat meletakkan fondasi solidaritas sesama mahasiswa dan membuat citra Jurusan PGMI semakin meningkat.” tutupnya.




UKM Ray Science Band IAIN Pontianak dalam Seminggu Raih 3 Penghargaan

Congratulation! Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ray Science Band berhasil menjadi juara dalam dua ajang sekaligus di bulan April 2018. Tiga penghargaan yang disandang, menariknya diraih dalam seminggu. Juara I dan III musik akustik yang diadakan oleh HMJ Ekonomi Islam dalam Pentas Ekonomis pada (10/4/2018) serta Juara I dalam kompetisi musik akustik Ankreas yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah pada (12/4/2018)

Rio Bahar selaku Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ray Science Band mengatakan jika dirinya sangat senang dengan hasil yang diraih anggotanya karena berhasil menampilkan yang terbaik dalam setiap ajang musik, khususnya baru-baru ini diikuti dan meraih penghargaan dan prestasi membanggakan. Penghargaan dan prestasi ini tentunya dipersembahkan untuk UKM Ray Science Band dan IAIN Pontianak.

Lebih lanjut Rio menambahkan jika dalam waktu dekat ini dirinya beserta anggota UKM Ray Science Band akan fokus untuk mempersiapkan konser amal sekaligus penutupan Pekan Bhakti Mahasiswa IAIN Pontianak. Rio berharap dengan prestasi ini dapat mempengaruhi penampilan mereka nantinya untuk all out dan memberikan yang terbaik demi mengharumkan almamater tercinta IAIN Pontianak di kalangan masyarakat luas.

Harapannya semoga seluruh program kerja yang direncanakan oleh UKM Ray Science Band tahun ini terselenggara dengan baik, lancar, dan sukses. Meski demikian, Rio juga berharap dukungan dan perhatian dari pihak lembaga untuk mendukung seluruh program kerjanya ke depan. Selain itu ia berharap lembaga dapat memberikan fasilitas yang mendukung kualitas bermusik bagi anggotanya dalam meraih prestasi yang serupa bahkan melebihi dari apa yang sebelumnya diraih.

“Harapan kami lembaga mau membantu memfasilitasi peralatan-peralatan UKM Ray Science Band. Karena jujur kami masih terkendala alat musik untuk latihan dan mengadakan acara karena alat musik yang kami miliki rata-rata sudah tidak layak digunakan lagi. Apalagi dari tahun 2002 alat musiknya belum pernah diperbaharui.” Tegasnya.

Eka Hendry AR, M.Si, M.Pd selaku Pembina UKM Ray Science Band IAIN Pontianak mengungkapkan jika sebagai pembina dirinya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas prestasi yang dicapai anak didiknya. Ke depan prestasi seperti ini harus lebih ditingkatkan untuk membawa nama baik lembaga. Kepada pihak lembaga harus lebih memberi perhatian dan pembinaan. Dengan memberikan peralatan band yang baru dan dana pembinaan untuk menopang prestasi. Dengan begitu dampaknya akan banyak bakat-bakat yang muncul dan akan meraih hasil maksimal dalam even-even musik lainnya. Secara tidak langsung IAIN Pontianak juga akan lebih dikenal di masyarakat luas akan prestasi-prestasi yang membanggakan dari mahasiswanya.




Direktur Diktis: Moderasi Islam Harus Militan!

“Moderasi Islam harus militan. Bukan saatnya lagi kita punya anggapan bahwa yang ngalah yang waras. Kalau begitu yang mendominasi bukan orang waras dong. Itu artinya kita harus militan ketika ingin mengangkat moderasi Islam. Mulai dari menyusun outline dalam bentuk buku untuk dijadikan bahan kajian di lingkungan mahasiswa PTKIN/PTKIS dan madrasah.” Hal tersebut dinyatakan Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA saat menjadi narasumber kegiatan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin PTKIN/PTKIS Se-Indonesia dengan tema “Peluang dan Tantangan Alumni Dalam Merajut Nilai-Nilai Kebangsaan Berwawasan Islam Moderat” yang digelar di Pontianak 19 s.d 21 April 2018 lalu.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA menyampaikan rasa syukur, bahagia, dan perhatiannya karena perjalanan dinas pertama di Pontianak dan menghadiri forum dekan ushuluddin pertama yang dihadiri begitu banyak peserta dari PTKIN/PTKIS Seluruh Indonesia. Namun forum ini berbeda dari forum yang pernah dihadirinya karena ada pra kualifikasi meeting yang diadakan di Yogyakarta dan Bandung, itu artinya persiapan ushuluddin memang terencana dan terorganisir. Ia mengaku bangga akan apa yang telah diupayakan oleh forum dekan ushuluddin.

Dalam penyampaiannya, Prof. Dr. Arskal Salim GP, MA mengemukakan bahwa seperti keinginan yang disampaikan oleh ketua forum untuk membuat modul atau textbook tentang pengetahun moderasi Islam. Dirinya mendukung penuh dengan rencana ini. Sejatinya, DNA PTKIN adalah Islam moderat atau moderasi Islam. Namun dalam hal ini moderasi Islam yang dimaksud harus berwujud. Jadi tidak kosong. Selama ini apa yang dimaksud moderasi Islam seperti apa yang kita inginkan dan tumbuh dalam benak kita. Dengan kehadiran tantangan dari kelompok seperti Salafi, Syiah, Tarbawi, Hanafi, Tahriri yang hadir di kalangan masyarakat, tidak menutup kemungkinan di lingkungan sivitas akademika kampus juga dipengaruhi akan hal tersebut. Oleh karena itu, tepat jika forum ini mulai menyusun modul tentang moderasi Islam.

Lebih lanjut, Ia mengungkapkan jika ada sebuah buku hasil penelitian Prof. Nur Haidi Hasan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berjudul Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Aprosiasi, dan Kontestasi. Buku ini mengidentifikasi bagaimana generasi milenial menyikapi dan memperoleh pendidikan Islam. Pada umumnya mereka memperoleh pendidikan Islam lewat medsos. Tidak lewat kajian-kajian. Jika nantinya forum ini ingin memasukkan moderasi Islam dalam bentuk modul atau sejenisnya, nanti pola desiminasinya harus dibiasakan pada kebiasan generasi muda saat ini salah satunya melalui medsos. Oleh karena itu, melalui forum ini kita harus melakukan kontestasi ide-ide dan gagasan dalam rangka mewujudkan moderasi Islam kekinian.

Forum ini juga harus siap untuk memikirkan segala hal yang perlu disiapkan untuk dilaksanakan. Menurutnya, kita tidak bisa tinggal diam terhadap fenomena yang ada saat ini. Seperti kasus yang terjadi di IAIN Bukittinggi yaitu ada salah satu dosen IAIN Bukittinggi yang saat mengajar memakai cadar dan menyuruh mahasiswanya untuk memasukkan beberapa orang di luar sana menjadi muallaf sebagai syarat memperoleh nilai. Ketika dosen tersebut dimintai keterangan tentang segala hal yang dilakukan saat mengajar dan menanyakan tentang gurunya, ternyata dosen tersebut sampaikan jika tidak ada guru yang menyuruh atau mengajar akan hal tersebut. Dosen tersebut mengaku jika selama ini dirinya mendapatkan ajaran dan informasi tersebut melalui website. Jika interaksi dan informasi yang didapat melalui website, maka sulit sekali membina kembali secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam kasus ini kita harus mengantisipasi tersebut. Melihat kecenderungan dan fenomena yang ada saat ini, tidak hanya mahasiswa yang terpapar oleh kelompok-kelompok seperti yang disebutkan tadi, melainkan bisa jadi dosen juga dapat terpengaruh akan hal ini.

Guru Besar UIN Jakarta ini memaparkan jika di UIN Jakarta ada program yang disiapkan Lembaga Penjamin Mutu (LPM) yakni induksi terhadap dosen baru. Dalam hal ini dosen diharuskan membaca modul atau buku yang berkaitan tentang sejarah UIN Ciputat maupun Pembaharuan Islam Ciputat. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran dari UIN Ciputat terhadap dosen baru khususnya dosen berlatar belakang umum yang diterima menjadi dosen di fakutas science. Dosen seperti ini biasanya tidak mengenal pembaharuan Islam Harun Nasution, Nur Cholis Madjid, Munawir Sazali dan sebagainya. Langkah ini sedianya untuk mengenalkan dosen terhadap jati diri instansi atau universitas tempatnya bekerja. Oleh karena itu dirinya berharap agar forum ini segera membuat modul moderasi Islam yang nantinya akan menjadi perekat dan disampaikan secara kolektif oleh PTKIN/PTKIS seluruh Indonesia dengan bahasa dan maksud yang sama. Maksudnya, secara teologi bagaimana itu moderat, secara tasawuf bagaimana itu moderat, secara fiqh bagaimana itu moderat, dan lain sebagainya.

Ia pun menjelaskan, melalui forum ini dirinya mengajak untuk mulai memahami dan membaca tentang apa yang diperlukan serta diinginkan oleh generasi masa kini. Menurutnya generasi milenial berkisaran umur 17-30 tidak semuanya bisa berkonsentrasi kepada teks atau buku. Akan tetapi lebih kepada visual. Namun walau begitu mereka sangat kreatif tapi tidak mudah didikte. Dalam hal ini sebenarnya gerakan moderasi Islam memiliki peluang untuk bisa ‘bersaing’ dengan kelompok-kelompok tadi. Pada hakikatnya, Islamisme Populer merupakan gerakan yang ingin tetap menjaga pemahaman pokok Tahriri, Jihadi, dan Tarbawi sekaligus juga ingin menggandeng semua nilai-nilai moderasi Islam di dalamnya. Maka dari itu, Novel Ayat-Ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan contoh yang merefleksikan terhadap Islamisme Populer tadi. Hal inilah yang seharusnya dibuat Forum Dekan Ushuluddin untuk menggabungkan keduanya sehingga menjadi moderasi Islam yang populer.

“Kita tidak perlu khawatir untuk bergandengan tangan dengan pihak manapun. Seperti yang biasa disebut Menteri Agama, PTKIN adalah etnis besar negeri. Disinilah keislaman dan keindonesiaan menyatu. Menjadi Islam adalah menjadi Indonesia, menjadi Indonesia adalah menjadi Islam. Maka dari itu kita berkepentingan untuk menjaga moderasi Islam ini. Jika ada isu dan ramalan bahwa ada Indonesia akan runtuh tahun 2030, itu harus kita lawan dan dipatahkan. Maka dari itu kita jaga moderasi Islam di Indonesia sampai kapanpun.” ujarnya.

Fakultas Ushuluddin merupakan jantung dari fakultas-fakultas yang di PTKIN ‘the Knowledge of PTKIN’. Oleh karena itu tanggung jawab ushuluddin sangat besar terkait pendidikan Islam di PTKIN/PTKIS maupun di madrasah. Tidak hanya bergantung pada Tarbiyah atau membiarkan begitu saja, namun lebih dari itu Ushuluddin harus membina dan mengawasi fakultas-fakultas lain. Dalam hal ini, kita melihat output-output alumni yang kita hasilkan masih memungkinkan dipengaruhi oleh interaksi luar khususnya di marasah atau di sekolah umum. Padahal jika dilihat kurikulum di universitasnya pemahaman moderasi Islamnya baik. Oleh karena itu tidak salah kiranya jika moderat itu harus militan demi menjaga moderasi Islam di tengah gempuran ideologi yang berkepentingan mendominasi Indonesia saat ini.

“Apa yang dilakukan oleh Menteri Agama saat ini dengan program Mengasah Jati Diri (Mengaji) Indonesia merupakan salah satu upaya moderasi Islam masa kini. Karena itulah kita juga harus melakukan dan menyeimbangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Menteri Agama.” tutupnya.




Pertamina Goes to Campus IAIN Pontianak, Pertama di Kalimantan Barat

Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (DEMA-IAIN Pontianak) menyelenggarakan kegiatan Pertamina Goes to Campus pada Kamis, (12/4/2018). Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara DEMA IAIN Pontianak dengan PT. Pertamina. Kegiatan yang disebut ‘Diskusi Publik’ ini sendiri dimulai pukul: 08.30 sampai selesai bertempat di Gedung Teater Biro AUAK IAIN Pontianak. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA, Manager Marketing Pemasaran PT. Pertamina Kalimantan Barat, Teuku Johan, dan Kabag. Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pontianak, Suyati, S.Ag.

Dalam sambutannya, Burhanuddin, Presiden Mahasiswa IAIN Pontianak menyampaikan jika acara ini merupakan kegiatan Pertamina Goes to Campus pertama dari PT. Pertamina khususnya di Kalimantan Barat. Hal ini patut diapresiasi oleh IAIN Pontianak selaku tuan rumah karena dipercayai untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi Mahasiswa IAIN Pontianak. DEMA IAIN Pontianak secara konsisten memang sedang fokus membuat kegiatan yang berkenaan dengan informasi atau permasalahan yang ada di masyarakat. Acara ini setidaknya akan diupayakan sebulan sekali. Kegiatan ini pun mendapat apresiasi dari beberapa kampus yang ada di luar Kalimantan Barat, mereka menyebut jika kegiatan ini dapat memberikan wawasan bagi mahasiswa khususnya terkait persoalan yang sedang marak di masyarakat tentang kenaikan BBM.

“Sebenarnya inisiatif dalam kegiatan ini mengambil dari keluhan masyarakat tentang kenaikan BBM. Sebenarnya kemarin kita diajak gabung untuk aksi, namun untuk sementara DEMA IAIN Pontianak menarik dulu untuk tidak ikut aksi. Nah, salah satu inisitif yang lebih konkrit DEMA mengambil langkah untuk mengadakan diskusi publik yang hari ini diadakan.” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Teuku Johan selaku Manager Marketing Pemasaran PT. Pertamina menjelaskan jika kegiatan ini merupakan ajang silaturahim dan sarana komunikasi yang efektif antara Pertamina dengan stakeholders terutama mahasiswa. Teuku Johan mengucapkan terima kasih kepada IAIN Pontianak atas kesempatan yang diberikan dalam kegiatan ini. Kemudian ia juga mengapresiasi usaha dan kerja keras dari pihak DEMA IAIN Pontianak atas inisiatif dan keberhasilannya melaksanakan kegiatan ini serta menyusun program-program yang produktif bagi mahasiswa. Ia juga menambahkan jika dalam kesempatan kali ini dirinya akan berbagi informasi dan pengetahuan tentang Pertamina serta bagaimana Indonesia menghadapi kedaulatan energi ke depan.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA mengatakan, “Jika apa yang disampaikan oleh Pak Johan itu menarik dan penting. Oleh karena itu perlu disimak bersama paparan yang akan disampaikan nantinya khususnya yang berkenaan tentang energi. Masalah energi ini sangat penting karena mendapat informasi yang benar hingga nantinya dapat menginformasikan dan meluruskan apa-apa yang berkembang di masyarakat.” paparnya.

“IAIN Pontianak mulai berbenah. Maka dari itu kami berkembang ke atas dan nantinya ke samping. Maksudnya kami sedang mencari peluang dengan pihak luar untuk mengembangkan IAIN Pontianak menjadi UIN. Salah satunya mencari lahan untuk kampus 2. Karena mahasiswa kita saat ini 6000 lebih, sedangkan animo masyarakat untuk kuliah di IAIN Pontianak sangat tinggi. Apalagi nantinya jika menjadi UIN akan banyak jurusan maupun prodi umum. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini PT. Pertamina memiliki kepedulian terhadap IAIN Pontianak untuk ikut bersama mengembangkan kampus tercinta ini.” jelasnya.

“Mudah-mudahan tumbuh tinggi dan menyampingnya IAIN Pontianak bagus. Oleh karena itu kami juga mohon dukungan dari Pertamina. Begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, tak kenal maka tak sayang. Mahasiswa harus menjadi agen di masyarakat. Sampaikanlah apa yang diinformasikan oleh Pertamina dalam kegiatan ini nantinya untuk menjadi informasi penting bagi masyarakat.” tutupnya.




Gelar Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa, Dekan FTIK IAIN Pontianak Puji HMJ PBA

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab menyelenggarakan Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa atau biasa disingkat SEZARAH. Acara ini diselenggarakan mulai tanggal 16 s.d. 21 April 2018 berlokasi di Lapangan Volly dan selasar Auditorium Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Agenda yang dilaksanakan yaitu, Lomba Taqdimul Qissah, Pidato Bahasa Arab, Debat Bahasa Arab, Baca Kitab Kuning, Mewarnai, dan Kaligrafi. Tidak hanya itu ada agenda menarik lainnya seperti, SEZARAH Bershalawat yang bekerjasama dengan KBM IAIN Pontianak, Islamic Book Fair, Food Festival, Seminar Bahasa Arab, dan sebagai penutup acara yaitu Arabian Night.

Ketua HMJ Pendidikan Bahasa Arab, Ruslan Haerul Saleh menjelaskan jika tujuan diadakannya rangkaian kegiatan ini yang paling utama sebagai ajang silaturahmi dengan seluruh pecinta bahasa Arab baik di lingkungan kampus, alumni, maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu juga sebagai ajang promosi Jurusan Bahasa Arab FTIK IAIN Pontianak kepada masyarakat luas.

“Kita ingin memunculkan kembali minat para pemuda dalam berbahasa Arab. Selama  ini bahasa Arab seringkali dianggap ketinggalan zaman, akan tetapi dengan kegiatan ini kita bisa membuktikan kepada semua orang bahwa bahasa Arab itu sangat menarik.” tuturnya.

Dekan Fakutas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd menjelaskan jika pihak fakultas memberikan apresiasi yang luar biasa terkait terselenggaranya kegiatan Semarak Khazanah Arab Khatulistiwa. Ia mengaku jika kegiatan yang mereka lakukan tersebut berdampak kepada hal positif dan relevan terhadap akreditasi jurusan yang berdampak pula pada akreditasi institusi.

Selain itu kegiatan ini juga sebagai ajang promosi bagi IAIN Pontianak khususnya FTIK dan lebih khusus lagi Jurusan PBA kepada masyarakat luas. Dengan kegiatan ini masayarakat bisa melihat perkembangan IAIN Pontianak seperti perubahan fisik, jumlah mahasiswa, dan aspek iklim organisai di IAIN Pontianak yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke IAIN Pontianak.

“Menurut saya kegiatan ini sangat relevan. Oleh karena itu ke depannya kegiatan seperti ini harus didukung dan ditingkatkan lagi.” katanya.

Lebih lanjut Dekan FTIK mengungkapkan, bagi kepengurusan HMJ, kegiatan ini nantinya dapat menjadi ajang menumbuhkan karakter pemimpin dan nantinya hal ini menjadi modal bagi mereka setelah lulus atau telah menjadi alumni. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan mereka di kampus, maka begitu sudah menjadi alumni mereka akan terampil untuk melakukan berbagai aktivitas. Apa yang mereka lakukan saat ini memenuhi 4 aspek yaitu chritical thinking, colaboratif, creative, dan communicative.

“Ke depan, karena kegiatan seperti ini mendongkrak akreditasi jurusan, fakultas, dan institusi, serta pemenuhan alumni yang berkualitas, maka dari itu mulai tahun ini dan kedepannya kami akan menyediakan dana SPPD melalui akun pengabdian pada masyarakat. Harapannya, even-even seperti ini nantinya menjadi ajang pembiasaan bagi mereka untuk melangkah dan melaju lebih baik lagi di even-even berskala nasional maupun internasional.” tutupnya.




IAIN Pontianak Tuan Rumah Pertemuan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin PTKIN/PTKIS Se-Indonesia

Kamis malam (19/4) bertempat di Hotel Golden Tulip Pontianak, Plt. Rektor IAIN Pontianak membuka kegiatan Forum Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) se- Indonesia.

Tema yang usung dalam kegiatan tersebut adalah “Peluang dan Tantangan Alumni dalam Merajut Nilai-nilai Kebangsaan Berwawasan Islam Moderat”

Dr. Samsul Hidayat, Dekan FUAD IAIN Pontianak menjelaskan “Forum ini sangat penting. Sumbangsih ushuluddin untuk kemajuan bangsa. Kita berharap FUAD semakin menunjukkan kiprahnya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai 19 s.d 22 April 2018” katanya.

Prof. Masri Mansur, Ketua Forum Dekan FUAD PTKIN Se- Indonesia memaparkan bahwa menyambut gembira dan kegiatan kali ini paling ramai diikuti para dekan ketimbang kegiatan sebelum-sebelumnya.

Deklarasi di Bandung mengusung Islam moderat. Kali ini kita akan sempurnakan hasil FGD Yogyakarta. Hasil tersebut sudah dilaporkan kepada Direktur Pendidikan Islam. Saya berharap FUAD lebih maju. Sudah saatnya memaksimalkan peran sehingga Ushuluddin itu bisa sebagai jantungnya PTKIN. Tentu kita harus kreatif. Forum kali ini juga spesial karena dilaksanakan penandatanganan MoU yang akan memengaruhi akreditasi fakultas.

Plt. Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif memaparkan “Selamat datang di Pontianak dan selamat berkonferensi. Kita di Kementerian Agama menjadi stakeholders utama yang diinginkan untuk berperan lebih maksimal menyejukkan bangsa. Kementerian Agama menjadi satker terbesar di Indonesia. Islam moderat merupakan tema mandatori Kementerian Agama untuk menciptakan Islam yang Rahmatan Lil’alamin. Karena itulah intinya Islam. Forum dekan mesti punya konsep yang bagus untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa” ujar Dr. Syarif.




Humas IAIN Pontianak Ikuti Workshop Membangun Branding Syariah PTKIN

Biro Humas, Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama bekerjasama dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Workshop Membangun Branding Syariah PTKIN. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel Cavinton Yogyakarta, 10 s.d 13 April 2018.

Rektor UIN Yogyakarta, Prof. Yudian Wahyudi, membuka kegiatan tersebut secara resmi. Dalam sambutannya beliau memaparkan bahwa syarat utama hidup di dunia ini adalah ilmu. Ilmu merupakan alat terkuat untuk beradaptasi dengan perubahan yang semakin cepat. Kadang kita tidak bisa bedakan antara promosi dengan takabbur. Bangsa Indonesia itu lemah dipromosi. Hukum dunia itu positif dan negatif sekaligus. Untuk itu sebuah institusi mesti punya branding yang sederhana dan menyenangkan. Tentu ukurannya selaras dengan budaya lokal. Tak kalah penting adalah PTKIN mesti akrab dengan digital teknologi, tegasnya.

Kegiatan Workshop Membangun Branding Syariah itu diikuti oleh para pimpinan dan humas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se Indonesia, termasuk IAIN Pontianak.