Seminar Nasional: E-Money dan Perencanaan Keuangan Berbasis Emas

E-Money (uang elektronik) adalah alat pembayaran dengan nilai uang yang telah tersimpan secara elektronik pada server atau kartu yang dapat digunakan untuk transaksi pembayaran dengan cara non-tunai. Wacana e-money ini sudah mulai menyebar di kalangan masyarakat luas, termasuk masyarakat Kota Pontianak.

Merespon hal tersebut, Institut Agama lslam Negeri (IAIN) Pontianak bekerja sama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) mengadakan Seminar Nasional dengan tema, “E-Money (Uang Elektronik) dan Perencanaan Keuangan Berbasis Emas,” di Auditorium Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, 21 Desember 2017.

Ketua Panitia Seminar Nasional E-Money dan Perencanaan Keuangan Berbasis Emas, Rasiam, MA., melaporkan bahwa tema yang diangkat dalam seminar ini “sangat menarik”, karena ketika baliho kegiatan ini didirikan di depan kampus, pihak BSM ditelpon oleh (pihak) BI bahwa e-money belum diberlakukan di Bank Syariah. “Justru BI harus memberikan apresiasi positif ke pada BSM, karena literasi bank syariah, hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi syariah khususnya yang berkaitan dengan e-money sangat minim di perguruan tinggi,” papar pria juga menjabat sebagai Ketua Juruan Perbankan Syariah FSEI IAIN Pontianak.

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor IAIN Pontianak, dalam hal ini diwakili oleh Wakil Rektor I, Dr. H. Hermansyah, M.Ag. Dalam sambutannya, Warek I mengucapkan terima kasih kepada pihak BSM yang telah memfasilitasi kegiatan ini.

Saya berterima kasih kepada pihak Bank Syariah Mandiri yang telah memfasilitasi kegiatan ini, supaya adek-adek kami, terutama dari Jurusan Ekonomi Islam dan Perbankan Syariah dapat mengerti tentang e-money dan ini merupakan bagian dari edukasi bagi masyarakat,” paparnya. “Mudah-mudahan apa yang kita lakukan dalam kegiatan ini mendatangkan manfaat bagi kita dan bagi masyarakat Indonesia dalam hal keuangan,” harap Warek I.

Ada tiga narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini. pertam, Dr. H. Syarif, MA., Plt. Rektor IAIN Pontianak menyampaikan materi tentang “Sosialisasi Surat Edaran Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Transaksi Pembayaran Non Tunai Pada Kementerian Agama.” Kedua, Aidil Bustamir, SE.,MM., Area Manager BSM Kalbar menyampaikan materi tentang “Perencanaan Keuangan Berbasis Emas.” Ketiga, Yuniarti Lasmono, SE., Kepala Cabang BSM Pontianak A.Yani menyampaikan materi tentang “E-Money (Uang Elektronik).”

Seminar nasional ini dihadiri kurang lebih 300 peserta yang terdiri dari seluruh sivitas akademika IAIN Pontianak, meliputi; para pejabat, dosen, pegawai ASN dan non-ASN, perwakilan dari DEMA, HMJ, dan mahasiswa yang diikuti dengan sangat antusias. (Luthfy)




4 Mahasiswa IAIN Pontianak Menang Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalbar 2017

Lagi, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengharumkan nama almamaternya. Kali ini 4 mahasiswa sekaligus mengamankan 4 gelar Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalimatan Barat Tahun 2017 yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat di Hotel G Jl. Jenderal Urip, 23 November 2017.

Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalimantan Barat Tahun 2017 yang mengusung tema “Peran Sejarah dan Budaya dalam Membentuk Karakter Generasi Muda” diikuti oleh 22 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kalbar. Dari 22 peserta tersebut, IAIN Pontianak mengantongi 4 gelar, yaitu Juara I, Juara III, Juara Harapan II, dan Juara Harapan III.

Mereka ialah Zainal Aripin mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FUAD dengan judul “Budaya Berayam Orang Iban” mendapat Juara I, Siti Muslikha mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI FTIK dengan judul “Budaya Makan Kampung” mendapat Juara III, Tuti Alawiyah mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah FSEI dengan judul “Budaya Paluang” mendapat Juara Harapan II, dan Saripaini mahasiswi Jurusan Bimbingan Konseling Islam FUAD dengan judul “Petuah Melayu” mendapat Juara Harapan III.

Ada beberapa tahapan yang harus diikuti oleh para peserta. Diawali dengan pengiriman makalah yang dinilai oleh dewan juri diawal November 2017. Pengumuman pemenang seleksi naskah pada tanggal 22 November 2017. Setelah pengumuman nominasi, peserta diminta istirahat tepat sekitar pukul sepuluh malam. Esok harinya pukul 08.10 WIB dilanjutkan dengan acara presentasi. Setelah presentasi, dewan juri langsung bertanya kepada peserta 6 nominasi secara berurutan yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pengumuman pemenang lomba. (Luthfy)




Puslitbang Penda & PTKIN Sinergi Riset dan Pengembangan Daerah 3T

Bintaro (Kemenag) —  Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) bersama beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), termasuk IAIN Pontianak menandatangani dokumen komitmen bersama untuk melakukan riset dan pengembangan daerah 3 T (Terluar, Terdepan, Tertinggal).

Penandatanganan MoU yang kemudian disebut sebagai “Komitmen Bintaro” ini dilakukan bersamaan dalam kegiatan Workshop Penyusunan Panduan Riset Aksi yang diselenggarakan Balitbang-Diklat Kementerian Agama, 23 – 25 Nopember 2017, di Hotel Santika, Bintaro, Tangerang Selatan.

Menurut Kabid Litbang Pendidikan Keagamaan Muhamad Murtadlo, Minggu (26/11), selama ini, PTKIN sudah  melakukan riset dan pengembangan daerah perbatasan. Namun hal itu belum menjadi gerakan nasional. Baru ada beberapa PTKIN yang berkontribusi, khususnya yang berada di daerah perbatasan seperti IAIN Pontianak, STAIN Jayapura, IAIN Manado. Sementara PTKIN lainnya, seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta masih sangat minim terlibat di daerah 3T.

“Komitmen Bintaro” juga sejalan  dengan arahan Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Abd Rahman Mas’ud. Dia menyarankan agar riset dan partisipasi PTKIN dalam  pembangunan 3T dilakukan lebih serius dan berkelanjutan, termasuk dengan melibatkan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).

Komitmen Bintaro ini berisi kesepakatan tentang empat hal. Pertama, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan bersama PTKIN yang hadir berkomitmen membuat konsorsium riset dan Pengembangan daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Kedua, untuk menjalankan konsorsium ini, ditunjuklah koordinatoriat konsorsium. Ketiga, kepersertaan konsorsium ini bersifat terbuka bagi seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) baik Negeri maupun swasta. Keempat, mengamanatkan koordinator untuk menyusun program dan kegiatan untuk riset dan pengembangan daerah 3T.

Hadir sebagai Penandatangan Dokumen tersebut dari Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Dr. Muhamad Murtadlo, sedangkan yang dari PTKIN adalah Dr. Waryono (Wakil Rektor UIN Yogyakarta), Dr. Jejen Muspah (Ketua Prodi Pasca Sarjana UIN Jakarta), serta perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) dari UIN Banten, Universitas Islam At-Tahiriyah, Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ Jakarta), IAIN Pontianak, IAIN Manado, IAIN Ambon, dan STAIN Jayapura.

Penandatangan “Komitmen Bintaro” sepakat menunjuk DR,. Waryono (UIN Yogyakarta) sebagai Ketua dan Dindin Hafiudin, M. Pd (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pengarah koordinator konsorsium. Sementara Balitbang-Diklat dan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama sebagai pengarah gerakan nasional ini.

Pada tahap awal, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan akan memfasilitasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa di enam lokasi daerah perbatasan, yang akan dimulai tahun 2018. Keenam lokasi itu meliputi Natuna Kepulauan Riau yang dipercayakan kepada UIN Jakarta, Atambua NTT yang dipercayakan kepada UIN Jogkarta, Entikong Kalimantan Barat yang dipercayakan kepada IAIN Pontianak, Sangihe Uyang dipercayakan kepada IAIN Manado, Skouw Papua yang dipercayakan kepada STAIN Jayapura, serta Saumlaki Maluku Tenggara Barat yang dipercayakan kepada IAIN Ambon.

Dalam pelaksanaannya nanti, dibuka kemungkinan PTKIN yang ditunjuk untuk melibatkan Perguruan Tinggi Swasta dan Perguruan Tinggi Keagamaan lain seperti perguruan Tinggi Keagamaan Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha,” tegas Murtadlo.

Di luar itu, lanjutnya, konsorsium akan berupaya membangun komunikasi untuk melakukan kerjasama dengan lembaga dan Kementerian Negara yang mengurusi daerah perbatasan seperti  Kemenko Bidang Kementerian dengan gerakan Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ), Badan Pengelola Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri, dan Kemendikbud, Kementerian Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Ikhtiar ini perlu dilakukan agar keterlibatan PTKI di Indonesia lebih optimal dalam memajukan daerah 3T,” pungkasnya. (Murtadlo)




Kunjungi IAIN Pontianak, Prof. Kriya Langputeh Berbagi Pengalaman Situasi Konflik di Thailand

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kedatangan tamu terhormat dari negara tetangga. Prof. Kriya Langputeh, Deputy Secretary General & Religion for Peace-Interreligious Council of Thailand mengunjungi IAIN Pontianak dalam rangka menghadiri Focus Group Discussion (FGD) dengan tema, “Menggali Pengalaman Dialog antar Agama di Thailand,” di Lantai IV Gedung Rektorat IAIN Pontianak, 26 November 2017.

Sebagai pengantar, Prof. Kriya mengawali materinya dengan menjelaskan bahwa Thailand adalah negara dengan penduduk muslim minoritas. Lebih dari 90% penduduk Thailand beragama Budha (Buddhist). Menurut catatan Prof. Kriya, penduduk muslim di Thailand berjumlah sekitar 1.775.247 yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Narathiwat 546.450, Pattani 482.760, Yala, 286.005, Satun 168. 640, dan Songkhla 291.392. Di antara 5 provinsi yang mayoritas berpenduduk muslim tersebut; Narathiwat, Pattani dan Yala adalah daerah yang rawan konflik di Thailand Selatan.

Dalam sejarahnya, Prof. Kriya menjelaskan, Narathiwat; Pattani dan Yala adalah suatu negara yang dipimpin oleh Kerajaan Islam Melayu Pattani Darus Salam. Sejak tahun 1902, Pattani jatuh di tangan Siam (Thailand) dan sistem kerajaan pun dihapus. Sekarang, orang-orang kerajaan lari, mereka tidak bisa lagi tinggal di Thailand lagi. Para penduduk yang masih tinggal di Pattani tidak dapat terima terhadap penaklukan Kerajaan Islam Melayu Pattani Darus Salam oleh Siam dan berkeinginan balik lagi seperti semula. Setelah itu, Kerajaan Thailand membagi Negara Pattani Darus Salam menjadi 3 wilayah, yaitu Narathiwat, Pattani dan Yala.

Pasca dikuasai oleh Kerajaan Thailand, maka muncullah beberapa kumpulan pemisah (saparatis movement). Dulu, kumpulan pemisah ini dianggap hal yang biasa saja. Tetapi pasca peristiwa tahun 2004 yang menyerang military camp di Narathiwat yang mengakibatkaan 4 tentara tewas dan mengambil mengambil banyak senjata. Setelah itu, terjadi pertempuran antara kumpulan pemisah dengan para tentara. Peristiwa ini terjadi pada April 2004 di Krue Se Mesque Bana Village yang menyebabkan 107 muslim tewas ditembak oleh tentara. Setelah itu, terjadi peristiwa di Tak Bai District yang menewaskan 85 orang.

Menurut Prof. Kriya, satu cara untuk menyelesaikan konflik di Thailand ialah melalui pendidikan. “We have to educate them. How to live peacefully,” paparnya. “Kita orang Islam di Selatan Thailand adalah minority. Kalau mau memperjuangkan dengan senjata, saya rasa impossible. Dan Kerajaan Thai menekankan bahwa tidak akan memberi sedikit pun tanah Pattani walaupun 1 inc,” papar Dosen Department of Usuluddin, Faculty of Islamic Studies and Law, Fatoni University tersebut.

Kegiatan FGD ini diinisiasi oleh Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Dekan FUAD IAIN Pontianak, Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA. mengatakan bahwa “Kehadiran Prof. Kriya sangat signifikan bagi kami (FUAD) dalam rangka untuk meningkatkan kerja sama antar perguruan tinggi. Kebetulan isu-isu yang disampaikan Prof. Kriya dalam beberapa seminarnya berhubungan dengan kehidupan antar agama dan antar iman, terutama di Asia,” ungkapnya.

Saya berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan draft mou yang dikirim kemarin dapat kita pelajari dan perbaiki. Kami berharap tahun 2018, kita dapat ke sana untuk melakukan studi religi dan edukasi di Fatoni University Thailand,” harapnya. (Luthfy)




Biro Ortala Kemenag RI Gelar Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN di IAIN Pontianak

Biro Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI mengadakan kegiatan Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN Provinsi Kalimantan Barat di Aula Lantai IV Gedung Rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Kegiatan yang dilaksanakan pada 24 November 2017 ini mengusung tema, “Pastikan Efektifitas Struktur Organisasi.”

Peserta dalam kegiatan tersebut ialah Ketua Senat IAIN Pontianak, Direktur Pascasarjana, para ketua lembaga, para kabag dan para Kasubbag di lingkungan IAIN Pontianak. Sedangkan narasumbernya ialah Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) Kemenag RI, Afrizal Zen dan Wakil Rektor II IAIN Pontianak bidang Administrasi, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Syarif, MA.

Kepala Biro Ortala Kemenag RI menginformasikan bahwa PTKN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri) termasuk salah satu objek yang menjadi bahan untuk dievaluasi Menpan. “Kita mencoba untuk melakukan pemotretan terhadap tujuh PTKN yang menjadi objek, termasuk salah satunya ialah IAIN Pontianak. Kemudian, kami menginfokan kepada pihak IAIN Pontianak untuk melakukan kegiatan,” paparnya.

Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN ialah kegiatan yang diadakan semacam Pembinaan Kepala Pimpinan Satker (Satuan Kerja) terhadap Satkernya dan dari Kepala Biro terhadap Satkernya. Pada akhir kegiatan, akan dilaksanakan pengisian survei. Pengisian survei ini terkait sekali tentang apa yang menjadi evaluasi Menpan. “Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mengisi survei tersebut sesuai dengan apa adanya,” harapnya.

Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si turut hadir memantau kegiatan pembinaan tersebut. (Luthfy)




Mahasiswi IAIN Pontianak Juara I MTQ Mahasiswa Se-Kalbar

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak patut berbangga. Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak kembali mengharumkan nama almamaternya dengan berprestasi meraih Juara I Lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa se-Kalimantan Barat dengan membaca surah Az-Zumar ayat 32-38.

Ia mengalahkan 24 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi se-Kalimantan Barat. Perlombaan bergengsi tersebut diadakan oleh Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Keluarga Mahasiswa Islam (KAMAIS) Poltekkes Kementerian Kesehatan Pontianak, 11 November 2017.

Mahasiswi tersebut bernama Sa’adah. Ia adalah mahasiswi semester V Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) FTIK IAIN Pontianak. Ia lahir di Mempawah, 21 Desember 1996. Sa’adah merupakan buah hati dari Bapak Usman Husin dengan Ibu Sari’ah yang selama ini dikenal di lingkungan FTIK IAIN Pontianak sebagai mahasiswi yang memiliki suara bagus dan bakat di bidang tilawatil qur’an.

Prestasi yang pernah diraihnya ialah Juara 1 Tilawah BEM STIK Muhammadiyah  Tahun 2015, Juara 1 Tilawah Dewasa Tingkat Kab. Bengkayang Tahun 2015, Juara 1 Lomba Tilawah Tingkat Mahasiswa Se-Kota Pontianak Tahun 2016, Juara 1 Tilawah Remaja MTQ Tingkat Kota Tahun 2016, Juara 1 Tilawah STQ Tingkat Kecamatan Tahun 2016, Juara 2 Tilawah Tingkat Daerah LPP RRI Pontianak Tahun 2017, Juara Harapan 1 Tilawah Dewasa STQ Tingkat Kota Pontianak Tahun 2017, dan terakhir Juara I Lomba MTQ Mahasiswa se-Kalimantan Barat.

Saya merasa senang dan bersyukur setelah mengikuti perlombaan tersebut. Senangnya karena melalui perlombaan ini saya bisa mendapatkan teman-teman baru lagi dan saya masih bisa diberi kesempatan untuk mensyiarkan ilmu Al-Qur’an melalui tilawah. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberi nikmat kesempatan untuk saya menjuarai perlombaan ini,” ungkap mahasiswi yang selain sibuk kuliah, juga mengisi kesehariannya mengajar tilawah, tahfidz, ngaji, dan TPA.

Setelah saya mengikuti perlombaan tersebut, saya berharap melalui bacaan tilwah semoga yang mendengarkan bisa mendatangkan rahmat dan menjadi motivasi kita semua untuk lebih semangat dalam belajar, mengajar dan istiqomah dalam mempelajari ilmu al-Qur’an,” harapnya. (Luthfy)




Mahasiswi IAIN Pontianak Raih Juara III Lomba Kaligrafi Putri Tingkat Kab. Kubu Raya

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kembali meraih prestasi tingkat kabupaten. Kali ini berkat kegigihan Siti Fatimah, berhasil meraih Juara III Lomba Kaligrafi Putri Tingkat Kababupaten Kubu Raya dalam Festival Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-V di Batu Ampar, Padang Tikar, 26-31 Oktober 2017.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Tilawatil Quran (LPTQ) Kababupaten Kubu Raya ini diadakan dalam rangka untuk menyeleksi calon para peserta yang akan menjadi utusan dari Kab. Kubu Raya di Festival MTQ Tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Kab. Mempawah.

Siti Fatimah mahasiswi semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FTIK IAIN Pontianak. Ia aktif di Ikatan Mahasiswa Studi Arab se-Indonesia (IMASASI) dan DEMA Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak. Mahasiswi yang lahir pada 3 Juni 1997 ini meraih Juara III Lomba Kaligrafi Putri mengalahkan 14 peserta dari berbagai daerah yang ada di Kab. Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Sebagai Juara III, ia mendapatkan hadiah berupa piala, piagam penghargaan dan uang tunai panitia penyelenggara.

Alhamdulillah, saya sangat senang sekali bisa ikut serta dalam Festival MTQ Tingkat Kab. Kubu Raya ini. Karena, saya bisa bertemu dengan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an. Dengan mengikuti MTQ ini, saya berharap keimanan dan kecintaan kita terhadap Al-Qur’an terus meningkat, sehingga Al-Qur’an bisa menjadi syafaat bagi kelak di hari kiamat,” papar mahasiswi yang menjabat sebagai Muharrikah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak ini.

Setelah memaparkan kesannya setelah mengikuti festival tersebut, Fatimah juga berpesan kepada mahasiswa IAIN Pontianak untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai teman dekat. ”Jadikan Al-Qur’an sebagai teman dekat mu, sehingga saat Anda tidak bertemu dan membacanya sehari, maka Anda akan merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupmu. Apabila Anda sudah dekat dengan Al-Qur’an, maka Insya Allah dan atas izin-Nya, Al-Qur’an akan menjadi penolong kita di dunia maupun di akhirat nanti,” pesannya.

Ada 6 cabang perlombaan yang dilombakan dalam Festival MTQ ke-V di Batu Ampar yang terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu Tilawah, Tahfizdul Qur’an, Tartil Qur’an, Qira’ah Sab’ah, Syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, dan Khottil Qur’an. Khottil Qur’an ini terdiri dari 3 golongan; hiasan mushaf, dekorasi dan naskah. Semua cabang perlombaan tersebut dipisah antara putra dengan putri. (Luthfy)




Mahasiswa IAIN Pontianak Juara I MTQ Kabupaten Bengkayang

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kembali menorehkan prestasi yang membanggakan dalam ajang perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. MTQ ini diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Bengkayang dalam rangka meningkatkan insan qur’ani, 3 Agustus 2015.

Yuni Arti merupakan mahasiswi semester V Jurusan PIAUD FTIK IAIN Pontianak. Ia sekarang menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PIAUD. Yuni Arti memenangkan lomba dan menjadi Juara Pertama MTQ Tingkat Kabupaten Bengkayang Cabang Putri mengalahkan 11 orang se-Kabupaten Bengkayang. Ia mendapatkan hadiah berupa piala, piagam dan uang pembinaan.

Musabaqah Tilawatil Qur’an adalah bidang lomba membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan Al-Qur’an yang mengandung nilai ilmu membaca (tajwid), seni (lagu dan suara), dan etika (adab) membaca. Surah dan ayat yang dibaca oleh para peserta pada waktu perlombaan tersebut ditentukan dari panitia penyelengara dari LPTQ Kabupaten Bengkayang. “Pada waktu itu, saya mendapatkan surah Al-Kahfi ayat 54. Alhamdulillah, saya meraih juara pertama,” papar mahasiswi kelahiran Sungai Rasau, 6 Juni 1997, tersebut.

Saat ditanya kesan dan pesannya setelah mengikuti MTQ Tingkat Kabupaten Bengkayang Cabang Putri, Yuni Arti mengatakan, “Saya sangat bersyukur telah mengikuti musabaqoh tilawatil qur’an ini dan mendapatkan juara pertama. Setelah mengikuti lomba, banyak sekali ilmu-ilmu tilawah yang saya dapatkan di sana. Selain itu, saja juga mendapat banyak pengalaman, banyak teman dan sebagainya,” kesannya. “Jangan pernah tinggi hati dan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki saat ini, karena di luar sana masih banyak orang-orang yang lebih pandai dari kita,” tutupnya. (Luthfy)




Sutarmidji: Masa depan Perguruan Tinggi Islam Cerah

Walikota Pontianak, Sutarmidji menyatakan bahwa, “Masa depan Perguruan Tinggi Islam cerah.” Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan kegiatan Seminar Pendidikan dengan tema, “Masa Depan Perguruan Tinggi Islam dalam Mengemban Misi Keummatan dan Kebangsaan” di kampus IAIN Pontianak.

Midji juga menyatakan kebanggaannya terhadap kampus IAIN Pontianak. “IAIN Pontianak ini berada di lokasi yang strategis, di jantung kota Pontianak. IAIN Pontianak itu aset ummat. Simbol peradaban Islam yang berada di tengah-tengah kota,” katanya.

Pada kesempatan itu, Sutarmidji juga menekankan perlunya sarjana IAIN menjawab kebutuhan pengetahuan agama bagi masyarakat muslim, seperti wawasan tentang warisan menurut Islam. Hal ini disampaikannya kepada ratusan peserta kegiatan Akbar Akbar Alumni STAIN-IAIN Pontianak, 4 November 2017. (AI)




Imam Syafe’i: Kita Krisis Guru Agama dan Profesor

Plt. Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI, Imam Syafe’i mengatakan bahwa, “Pendidikan keagamaan  banyak persoalan. Kita krisis guru agama di sekolah-sekolah. Krisis guru agama itu disebabkan tingginya angka guru agama yang pensiun. Selain itu, kita juga krisis profesor. Di 72 kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di bawah binaan Kementerian Agama jumlah profesor kita tidak lebih dari 200 orang. Sedangkan di kampus Australia, itu ada yang satu kampus jumlah profesornya 200 dosen,” terangnya di hadapan ratusan peserta Seminar Pendidikan yang mengusung tema. “Masa Depan Pendidikan Islam dalam Mengemban Misi Keummatan dan Kebangsaan” pada 4 Novemmber 2017. Kegiatan seminar ini merupakan rangkaian acara Reuni Akbar STAIN-IAIN Pontianak.

Melalui Kementerian Agama, tambah Imam Syafe’i kami melakukan beragam terobosan untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. “Di antaranya; pemutihan izin belajar dosen, program 5000 doktor, program pembibitan guru besar, proses pembayaran utang tunjungan profesi guru agama, program beasiswa 600 dokter dari ponpes,” ulasnya. (AI)