Alumni STAIN-IAIN Pontianak Akan Gelar Reuni Akbar

Sabtu, 4 November 2017 mendatang para alumni STAIN-IAIN Pontianak akan menggelar Reuni Akbar. Sejak berdiri dari IAIN Fillial Syarif Hidayatullah Jakarta,  jumlah alumni STAIN-IAIN Pontianak sudah mencapai lebih dari 20 ribu orang.

Kasiono, Ketua Panitia Reuni Akbar mengatakan, “Pada pertemuan reuni nanti akan dilaksanakan beberapa agenda kegiatan. Pada pagi harinya Sabtu, (4/11) pukul 08.00 di Auditorium Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak akan diselenggarakan Seminar Nasional dengan menghadirkan pembicara yang berkompeten. Kami sudah mendapatkan kepastian beberapa pembicara, H. Sukiman, MM (Anggota DPR-RI) dan H. Sutarmidji, M.Hum (Walikota Pontianak) sudah menyatakan kesediaan untuk hadir.”

Sedangkan Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA (Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI) masih dalam konfirmasi. Tema yang diusung dalam seminar tersebut adalah: “Masa Depan Perguruan Tinggi Islam dalam Mengemban Misi Keummatan dan Kebangsaan.”  Moderatornya Dr. Rully Nashrullah, alumni IAIN Pontianak yang saat ini bekerja sebagai dosen di UIN Jakarta.

Kasiono melanjutkan,  “Pada siang harinya ditempat yang sama (red: kampus IAIN Pontianak) akan dilakukan Sidang Pleno pembahasan AD/ART dan Pemilihan Ketua Ikatan Alumni (ILUNI) IAIN Pontianak. Kemudian pada malam harinya akan dilaksanakan kegiatan Gala Dinner semua angkatan alumni STAIN-IAIN Pontianak di Hotel Kapuas Palace Pontianak,” terangnya.

Muhammad HD, sekretaris panitia menambahkan, “Kami berharap kepada semua alumni STAIN-IAIN Pontianak  dimanapun berada untuk hadir dan menyukseskan kegiatan Reuni Akbar ini. Inilah saatnya kita merajut tali silaturrahmi dan bersama berkontribusi memajukan kampus kita tercinta,” katanya bersemangat.




Rektor Hamka Lantik 11 Pejabat IAIN Pontianak

Sebanyak 11 pejabat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada Jum’at (20/10) dilantik oleh Rektor,  Dr. Hamka Siregar. Pelantikan ini dihadiri oleh Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Ketua Senat, Wakil Rektor, Direktur Pasca Sarjana, Dekan, Wakil Dekan,  Kabag, Ketua Lembaga, Ketua Jurusan dan seluruh Kasubbag di lingkungan IAIN Pontianak.

Adapun pejabat antar waktu yang dilantik adalah: H. Ma’ruf, M.Ag (Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/FTIK), Dr. H. Syaifuddin Herlambang (Ketua Jurusan Ekonomi Syariah pada Pasca Sarjana), Dr. Wahab (Ketua Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir), Dr. Rianawati (Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam), Dr. Sahri (Mudir/Kepala Mahad al-Jamiah), Slamet Widodo, M.I.kom (Kepala Perpustakaan), M.Tisna Nugraha, M.Si  (Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini).

Sedangkan pejabat administrator/Eselon III yang dilantik adalah H. Tommy Hardiansyah, SE., MM (Kepala Bagian Tata Usaha pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan) serta satu orang pengawas/eselon IV, Dessy Nurul Fajariah, SE (Kasubbag pada Lembaga Penjaminan Mutu).

Pada kesempatan tersebut untuk pertama kalinya IAIN Pontianak juga melantik dua pejabat fungsional dosen atas kenaikan jabatan dari lektor ke lektor kepala, yaitu Dr. Ali Hasmy dan Dr. Harjani. Hal ini diungkapkan Adi Mulyono, S.Sos., Kasubbag Organisasi, Kepegawaian dan Penyusunan Peraturan IAIN Pontianak, “Pelantikan pejabat hari ini mengacu pada Perka BKN No.7 tahun 2017 tentang Tatacara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan Administrasi, Jabatan Pengawas, Jabatan Fungsional dan Jabatan Pimpinan Tinggi,” ujarnya.

Usai diambil sumpah jabatan, dilanjutkan dengan penandatangan Berita Acara Pelantikan yang diteken oleh para pejabat yang dilantik, Rektor serta Wakil Rektor II, Dr. Syarif, dan Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Syahrul Yadi, M.Si, masing-masing sebagai saksi.

Rektor Hamka dalam arahannya kepada semua pejabat yang hadir mengingatkan untuk bekerja dengan integritas dan sesuai dengan regulasi. “Saya yakin dan percaya Bapak/Ibu semua adalah orang-orang pilihan. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, patuhi regulasi dan jangan hiraukan cibiran orang lain. Karena mustahil bagi setiap pejabat dalam setiap keputusan yang diambil akan membuat semua orang gembira. Tentu akan ada yang pro dan kontra. Karena itu, bersegeralah lakukan inovasi dan gebrakan selagi diberi amanah,” pungkasnya. *(AI)




IAIN Pontianak Gelar Upacara Menyambut Hari Santri

Pagi yang cerah menghangatkan bumi. Suasana kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada Jum’at (20/10) terasa berbeda; tak seperti biasanya. Ratusan warga kampus berkumpul di lapangan dan terlihat sumringah.

Para pegawai dan mahasiswa berpenampilan menarik dengan mengenakan pakaian ala santri. Laki-laki memakai sarung, baju koko dan berpeci. Sedangkan perempuan menggunakan baju gamis dan busana muslimah yang menawan.

Tepat jam 08.00 digelar upacara bendera dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional. Rektor IAIN Pontianak sebagai Pembina Upacara juga tampil dengan mengenakan kopiah, baju batik yang dipadukan dengan syal  dan bersarung warna putih.

Rektor Hamka Siregar dalam arahannya mengajak para peserta upacara untuk berkontribusi membangun  negeri ini dengan kerja bersama yang produktif untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Inti dari Hari Santri ini adalah bagaimana kita menghargai Resolusi Jihad yang digaungkan para Ulama pada 22 Oktober 1945. Fakta  membuktikan bahwa sejarah negara ini tak dapat dipisahkan dari peran ulama dan santri dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus, jangan pernah meninggalkan sejarah.”

Rektor melanjutkan, “Tugas kita mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan bekerja mewujudkan cita-cita para pejuang. Bekerjalah dengan produktif dan hindari konflik yang tidak membawa kebaikan,” pungkasnya.

Kasubbag Tata Usaha, Humas dan Rumah Tangga IAIN Pontianak menjelaskan, “Upacara ini digelar lebih awal, mengingat Hari Santri pada 22 Oktober 2017 jatuh pada hari Minggu. Karena itu, agak sulit menghadirkan peserta dalam jumlah yang ramai bila upacara digelar di hari libur,” terangnya. (AI)




Semarakkan Hari Santri, Kabiro AUAK IAIN Pontianak Berikan Tausiah Subuh

Jam masih menunjukkan pukul 04.00. Suhu dingin begitu kentara. Namun hal itu tak menyurutkan ratusan mahasantri ma’had al-jamiah dan pegawai Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak untuk berkumpul di Masjid Syeikh Abdul Rani Mahmud.

Jama’ah shalat wajib lima waktu di masjid kampus yang berlokasi di jantung Kota Pontianak itu memang tak pernah sepi. Termasuk shalat Subuh yang selalu dihadiri lebih dari ratusan orang.

Pada Subuh Jum’at, 20/10/2017 terasa spesial. Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si menjadi imam dan memberikan tausiah. Dalam tausiahnya Kepala Biro menyuntik motivasi mahasantri dan mengajak jamaah untuk saling mendoakan kebaikan.

Kunci sukses menjadi santri itu adalah mesti raih keridhaan kedua orangtua. Dengan begitu insyaAllah pintu-pintu kesuksesan akan terbuka lebar. Karena itu, sebagai anak, kita mesti mendoakan orangtua kita. Begitu pula sebagai orangtua, kita mesti mendoakan anak-anak kita agar menjadi orang yang shaleh, berbakti dan menyejukkan mata. Karena anak itu disatu sisi sebuah anugerah. Namun disisi lain, anak kadang bisa menjadi musuh bagi orangtuanya,” ujar mantan Kakanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Barat itu.

Kegiatan tausiah tersebut masih dalam rangkaian menyemarakkan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi. (AI)




Sambut Hari Santri Nasional, IAIN Pontianak Gelar Aneka Kegiatan

Civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar aneka kegiatan dalam rangka menyambut dan memeriahkan Hari Santri Nasional Tahun 2017 yang diperingati pada 22 Oktober mendatang.

Aspari Ismail selaku Kasubbag Tata Usaha, Hubungan Masyarakat dan Rumah Tangga IAIN Pontianak menjelaskan, “Civitas akademika IAIN Pontianak ikut menyemarakkan Hari Santri Nasional Tahun 2017 dengan penuh suka cita. Di antara kegiatan yang dilaksanakan yakni: Dzikir dan Tausiah yang disampaikan oleh Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si., Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak pada Subuh Jum’at (20/10/2017) di Masjid Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.

Kemudian pada hari yang sama jam 08.00 digelar Upacara Bendera Hari Santri Nasional oleh warga kampus. Ratusan peserta upacara tampil beda dari hari kerja biasanya. Semuanya mengenakan pakaian ala santri. Laki-laki memakai sarung, baju koko dan peci. Sedangkan yang perempuan menggunakan pakaian gamis dan busana muslimah. Suasana upacara terasa semakin istimewa dengan hadirnya kelompok rebana yang tampil lengkap dengan alat musiknya bersenandung shalawat yang menyejukkan jiwa”.

Aspari menambahkan, “Selanjutnya pada Sabtu-Minggu, 21-22 Oktober 2017 Dewan Mahasantri Mahad Al-Jamiah akan melaksanakan kegiatan Pentas Seni dan Festival Shalawat di Masjid Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.  Hal tersebut dilakukan sebagai wujud tindaklanjut  Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor: 22664/SJ/DT.I.IV/01/10/2017  tertanggal 13 Oktober 2017  tentang Hari Santri Nasional Tahun 2017,” pungkasnya.




Warek III Minta Menwa Menjadi Pelopor dalam Bela Negara di IAIN Pontianak

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak berpesan kepada Resimen Mahasiswa (Menwa) Satuan 601 IAIN Pontianak untuk menjadi pelopor bela negara bagi mahasiswa IAIN Pontianak.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Zaenuddin, S.Ag., MA., MA., dalam kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa Satuan 601 IAIN Pontianak di Aula Lantai IV Gedung Rektorat, 14 Oktober 2017.

Dalam sabutannya, Warek III juga berpesan kepada Menwa untuk meningkatkan koordinasi dengan para alumni. “Menwa juga perlu meningkatkan koordinasi dengan para alumni untuk membangun sinergi yang lebih baik untuk Menwa ke depannya,” pesan Warek.

Warek III menjelaskan bahwa Menwa adalah mahasiswa yang memiliki kelebihan dalam ilmu bela negara. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Menwa tersebut dapat menjadi pelopor bagi mahasiswa IAIN Pontianak secara keseluruhan dalam aksi bela negara. “Oleh karena itu, kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa ini harus dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab.”

Selain memberikan pesan kepada Menwa, Zaenuddin juga berpesan kepada para Calon Menwa (Camen). “Untuk para Camen, ini merupakan kesempatan yang baik dan menguntungkan bagi mereka. Karena dengan menjadi bagian dari Menwa, mereka dapat menjadi mahasiawa yang “Plus”,  yaitu plus sikap dan kemampuan bela negara yang lebih baik,” paparnya untuk memotivasi para Camen yang mengikuti kegiatan tersebut.




Dr. Herlambang: “Ideologi Inklusif; Sebuah Pendekatan Tafsir”

Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. memberikan orasi ilmiah dalam acara Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Judul orasi ilmiah yang diampaikan ialah “Ideologi Inklusif: Sebuah Pendekatan Tafsir.”

Judul orasi ilmiah tersebut merupakan salah satu temuan Herlambang ketika melakukan riset di Afrika Utara dengan Tunisia Tokoh Tafsir Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Herlambang berkesimpulan bahwa tafsir mempunyai korelasi positif dengan indentitas mufassir itu sendiri. “Artinya, jika kita membicangkan tentang agama atau sebuah ideologi yang bersumber dari kitab suci dalam agama apapun, maka metodologi pendekatan kitab suci itu adalah tafsir. Pada  masa awal Islam yakni di zaman para sahabat, sebenarnya tidak terlalu banyak gesekan-gesekan terjadi dalam memahami al-Qur’an,” jelasnya.

Herlambang kemudian mencontohkan ketika pada zaman Nabi Muhammad SAW, “Jika ada hal-hal yang berselisih paham di antara para sahabat tentang pemahaman mereka dalam memahami kitab suci al-Qur’an, maka urusan itu selesai. Kenapa selesai? Karena Nabi Muhammad SAW hadir di dalamnya dan Nabi merupakan orang yang paling mengetahui maksud dari isi kitab suci tersebut setelah Allah SWT,” jelasnya dan diperkuat dengan mengutip pendapat Husain az-Zahabi dalam kitabnya yang berjudul, “At-Tafsir wa al-Mufasirun karangan.”

Saya melihat, dari dahulu, ulama-ulama klasik sampai dengan modern yang progresif sekarang, mereka juga tidak sepakat tentang apakah tafsir yang merupakan metodologi pendekatan terhadapt teks al-Qur’an itu bersifat transenden kah? Bersifat absolut kah, Murni dari Allah? Atau dia sesuatu yang bersifat profan dalam artian bersifat manusiawi saja? Nah, di dalam penelitan yang saya dilakukan, saya temukan bahwa ternyata memang apa yang dipahami oleh ulama, baik di kalangan Islam atau non-Islam, itu sesungguhnya bersifat subjektif, profan dan sangat manusiawi. Dia bukan transenden dari Tuhan,” papar pria yang telah menyelesaikan S3-nya di Program Studi Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude).

Herlambang selanjutnya menunjukkan penafsiran Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam surat Ali Imron ayat 13 tentang musyarawah. “Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur mengatakan bahwa kita tidak bisa mengajak non-muslim untuk musyawarah dengan 3 alasan. Pertama, non-muslim tidak setara dengan kita karena cara ibadahnya berbeda. Kedua, non-muslim ketika kita ajak musyawarah, dia tidak akan mungkin memikirkan kemaslahatan kita secara umum. Ketiga, non-muslim tidak akan mungkin secara khusus mau menegakkan Islam. Apabila kita mengajak mereka musyawarah, maka akan merugikan kita.” Herlambang melihat alasan-alasan teologi tersebut bersifat profan dan sangat manusiawi.

Herlambang berargumen dengan berdasarkan catatan kecil Mun’im Sirry yang menjelaskan bahwa, dulu antara orang Islam dan orang Kristen akur-akur saja, mereka bisa bertentangga. Tapi setelah pecah perang Salib, antara pala peneliti dan ulama mulai punya tembok yang orientasinya seolah-olah antara kita dengan mereka mempunyai jurang. Oleh karena itu, Herlambang berkesimpulan bahwa apa yang dikaji oleh para mufassir baik dikalangan muslim maupun non-muslim masih mempunyai pengaruh dari episteme nalar mufassir itu sendiri. Herlambang memperkuatnya kembali dengan teorinya John Hans-Georg Gadamer.

Sebelum mengakhir orasi ilmiahnya, Herlambang menyampaikan penafsiran surat al-Hujarat ayat 13 menurut Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Kalau kita ingin memahami ayat “inna akramakum indallahi atqakum”, maka penjelasan ayat ini jangan dicari di ayat lain, karena ayat ini sudah sesungguhnya sudah final. “Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling taqwa.” Siapa yang paling taqwa? Orang yang paling taqwa ialah mereka yang melakukan “lita’arafu”, yaitu mereka yang bisa memahami orang lain.




Ketua Senat Ajak Lulusan IAIN Pontianak Berkontribusi Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia

Ketua Senat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Patmawati, M.Ag. mengajak para lulusan IAIN Pontianak untuk menuntaskan masalah pendidikan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Ini disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017.

Ajakan tersebut dilatarbelakangi keprihatinan Patmawati melihat semakin menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat di setiap tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 IPM berada di peringkat 28 terlambat dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Tahun 2014 berada di peringkat 29 dari 34 provinsi. Tahun 2015-2016 berada di peringkat buncit kedua, yang terakhir ialah Kepulauan Riau dengan IPM 0.33%, Kalimantan Barat dengan IPM 0.44%, dan Riau dengan IPM 0.5%.

Setelah kita lihat data tersebut, ketiga provinsi tersebut berada di wilayah Melayu. Ini merupakan persoalan kita bersama,” ujar Ketua Senat. “Jadi, jangan terlena dengan persoalan-persoalan yang bersifat khilafiyyah, tetapi mari kita berada di persoalan kita bersama tentang bagaimana membangun masyarakat Kalbar menjadi manusia yang termajukan. Maju dalam segala sisi, maju dalam persentajaan, maju dalam keamanaan, maju dalam politik dan pendidikannya seperti masyarakat Madinah yang telah dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW,” paparnya yang disambut dengan tepuk tangan dari ratusan peserta yang mengikuti kegiatan wisuda tersebut.

Selanjutnya Patmawati memberikan contoh perbandingan IPM antara Provinsi Papua dengan Kalimantan Barat. “Dahulu Papua berada di peringkat di bawah Kalimantan Barat dari segi Indeks Pembangunan Manusia. Sekarang Papua termasuk 3 tercepat Indeks Pembangunan Manusia dari 34 Provinsi di Indonesia. Jadi, ini adalah persoalan pendidikan Kalbar. Itulah yang harus kita entaskan bersama-sama,” jelas Dosen FUAD IAIN Pontianak ini.

Mari ikut menuntaskan masalah pendidikan di Kalimantan Barat tanpa melihat latar belakang manapun etnis Anda. Baik Anda yang berasal dari etnis Melayu, Dayak, Cina, Madura, Jawa dan Bugis, Kalimantan Barat adalah rumah kita. Mari kita tuntaskan masalah pendidikan ini, karena dengan pendidikanlah, kita bisa menjadi bangsa yang bebas. Oleh karena itu, IAIN Pontianak adalah tempat di mana Kalian menjadi orang-orang yang bebas dalam hal akademik dan mimbar akademik. Tidak ada yang melarang kalian untuk mengeluarkan kemampuan akademik kalian,” papar Patmawati kepada 312 wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak.




Rektor Hamka: Lulusan IAIN Pontianak Harus Berperan Aktif Menangkal Radikalisme

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak gelar Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Ada 312 wisudawan dan wisudawati, terdiri dari 27 mahasiswa Pascasarjana, 171 mahasiswa FTIK, 90 mahasiswa FSEI, dan 24 mahasiswa FUAD.

Sebelum prosesi wisuda dilaksanakan, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya menghimbau kepada para wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak untuk dapat mengambil peran dalam menangkal paham radikalisme yang berkembang sekarang ini. Hal tersebut tidak terlepas dari keprihatin Rektor melihat kondisi bangsa ini yang disisipi akan paham radikalisme dan fundamentalisme.

Menurut Rektor, menguatnya paham radikalisme dan fundamentalisme agama dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan adanya pergeseran trend ekspresi pemahaman keagamaan masyarakat kita dewasa ini. Dalam konteks ke-Indonesiaan, reformasi 1998 menjadi momentum terbukanya keran demokratisasi yang ditandai dengan kebebasan ekspresi dan pendapat. Selain berdampak positif, reformasi itu juga berdampak pada berkembangnya berbagai macam ideologi dan gerakan keagamaan garis keras yang lebih mengarah kepada radikalisme.

Kampus sebagai rumah intelektual tentu memiliki tanggung jawab dalam mengatasi persoalan bangsa ini. Seluruh sivitas akademika dan para lulusan IAIN Pontianaklah yang harus berperan aktif dalam menangkal paham radikalisme ini. Salah satu yang harus ditekankan ialah mengembangkan sikap keagamaan yang moderat (washatiyyah, menjujung toleransi (tasamuh), berorientasi pada keseimbangan (tawazun), dan bersikap netral serta adil (ta’adul),” papar Rektor. “Beberapa hal tersebut merupakan jurus jitu untuk membentengi diri, keluarga, dan masyarakat kita agar tidak terjebak dalam paham radikalisme agama,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Rektor mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah selesai menempuh jenjang pendidikannya di IAIN Pontianak. “Semoga segala ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berproses di kampus ini menjadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara ini,” harap Rektor.

Kegiatan Sidang Senat Terbuka tersebut juga mengukuhkan 3 Pegawai IAIN Pontianak yang telah menyelesaikan studi s3. Pertama, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude). Kedua, Dr. Abdul Mukti, MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,69 Predikat Pujian (Cumlaude). Ketiga, Dr. Cucu, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Walisongo Semarang dengan IPK 3,66 Predikat Pujian (Cumlaude).




FSEI IAIN Pontianak Gelar Yudisium

Sebanyak 91 lulusan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengikuti kegiatan Yudisium Periode Ke-2 Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018 di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, 09 Oktober 2017. Adapun 91 mahasiswa tersebut terdiri dari 57 mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah, 23 mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah dan 11 mahasiswa Jurusan Muamalah.

Dalam kesempatan tersebut, Pihak Fakultas memberikan penghargaan kepada sejumlah lulusan FSEI IAIN Pontianak. Mereka ialah Mayang Rosana, Lulusan Tercepat Jurusan Muamalah dengan masa studi 3 tahun 8 bulan 26 hari; Ibrahim, Lulusan Terbaik Jurusan Muamalah dengan IPK 3.74; Achmad, Lulusan Tercepat FSEI dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 23 hari; Ridha Mardhatillah, Lulusan Tercepat Jurusan Perbankan Syariah dengan masa studi 3 tahun 7 bulan 7 hari; dan Cahya Romadhani, Lulusan Terbaik FSEI dan Lulusan Terbaik Jurusan Perbankan Syariah dengan IPK 3.80 serta tertinggi nilai skripsi 88.5.

Menurut Laporan Dekan FSEI IAIN Pontianak, Dr. H. Ichsan Iqbal, SE, MM., “Kegiatan Yudisium Periode Ke-2 kali ini meningkat menjadi 95% dari Yudisium Periode Ke-1 yang berjumlah 52 mahasiswa,” paparnya. “Saya berharap lulusan FSEI yang akan diwisuda pada tanggal 10 Oktober 2017 besok lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat berkompetisi dan bersaing pada dunia kerja,” harapnya.

Selanjutnya, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya mengatakan bahwa lulusan-lulusan dari FSEI IAIN Pontianak harus dapat mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Rektor kemudian mengucapkan terima kasih kepada para orang tua atau wali yang menitipkan anaknya menempuh studi di IAIN Pontianak. “Saya berterima kasih kepada para orang tua atau wali yang telah mempercayakan kepada kami untuk untuk mendidik anak-anak bapak dan ibu. Mudah-mudahan para lulusan dapat bersaing dan diterima di pasar kerja, serta sampai jenjang menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat bertarung menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia,” harap Rektor.

Kegiatan ini dihadiri oleh para pejabat IAIN Pontianak seperti Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Kabiro AUAK, para Dekan, Direktur Pascasarjana, para Kabag yang ada di lingkungan IAIN Pontianak, tamu undangan dan para wali mahasiswa yang yudisium pada hari tersebut.