Pangkalan Data IAIN Pontianak Sudah Terintegrasi dari STAIN ke IAIN

dsc_0631Setiap Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia harus mempunyai Pangkalan Data Pendidikan Tinggi. PD-DIKTI yang merupakan – pangkalan data penyelenggaraan Pendidikan Tinggi seluruh Perguruan Tinggi yang terintegrasi secara nasional. Begitu juga di IAIN Pontianak sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), wajib mempunyai pangkalan data. Ini merupakan amanat Pasal 53 s.d 56 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pendidikan Tinggi. Untuk menjembatani amanat Undang-Undang, PD-DIKTI berfungsi sebagai sumber informasi bagi beberapa pihak. Pertama, sumber informasi bagi lembaga akreditasi untuk melakukan akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi. Kedua, sumber informasi bagi pemerintah untuk melakukan pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi Program Studi dan Perguruan Tinggi. Ketiga, sumber informasi bagi masyarakat untuk mengetahui kinerja Program Studi dan Perguruan Tinggi.

Ada beberapa PTKIN yang beralih status menjadi IAIN (awalnya STAIN), atau dari IAIN ke UIN. Akan tetapi, pangkalan data yang dimilikinya masih IAIN, padahal statusnya sudah berubah menjadi UIN. Pangkalan Data IAIN Pontianak sudah terintegrasi dari STAIN ke IAIN, tapi memang beberapa hasilnya masih ada kekurangan-kekurangan dan perlu beberapa perbaikan. Inilah yang disampaikan oleh Staf Kelompok Kerja PD-DIKTI Kemenag, Alip Nuryanto, M. Hum. dalam kegiatan Expose dan Capacity Building Operator PD-DIKTI IAIN Pontianak yang diadakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Pontianak pada tanggal 25 Oktober 2016.

dsc_0659Lebih lanjut, Alip menyampaikan bahwa Kementerian Agama selalu mendorong PTKIN untuk memenuhi data-data yang dibutuhkan dalam PD-DIKTI. Apabila salah satu PTKIN mengabaikan apa yang dibutuhkan dalam PD-DIKTI, maka ada beberapa kosekuensi yang diterima oleh PTKIN tersebut. Hal ini dikarenakan, PD-DIKTI berpengaruh langsung dengan akreditasi, sertifikasi dosen, penambahan prodi, akademik, bantuan dan pengembangan lembaga. “Pengabaian terhadap PD-DIKTI dapat beresiko terhadap pemblokiran pada laman PD-DIKTI. Resikonya ialah tidak adanya layanan pengusulan NIDN baru, sertifikasi dosen baru, pemberhentian pembayaran tunjangan sertifikasi dosen (PTAIS), tidak ada layanan pengajuan prodi baru, bantuan sarana dan pra-sarana, penelitian, pengabdian pada masyarakat, beasiswa, short course, dan sebagainya,” paparnya di hadapan para operator di lingkungan IAIN Pontianak.

Alip menekankan kepada operator di lingkungan IAIN Pontianak untuk melaporkan pangkalan data IAIN Pontianak jangan divisikan sebagai pengguguran kewajiban semata, tetapi demi membangun kemajuan Pendidikan Tinggi Nasional. Selain itu, “menyerahkan data laporan yang benar dapat membantu pemerintah membuat keputusan yang benar pula. Apabila data pelaporan tersebut keliru, sama halnya menyesatkan arah kebijakan pendidikan nasional. kepada seluruh PTKAI menjadikan laporan PD-DIKTI sebagai kebutuhan, jangan memenuhi kewajiban pada saat membutuhkan saja”, tambahnya.




Debat Capres dan Cawapres Mahasiswa IAIN Pontianak

14787707_120300000731812384_126231025_oPesta demokrasi mahasiswa IAIN Pontianak kini mulai memasuki tahapan puncak. Dua pasang kandidat Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapresma) Dewan Mahasiswa (Dema) IAIN Pontianak beradu visi dan misi dalam acara Debat Kandidat yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) IAIN Pontianak, Kamis pagi 20 Oktober 2016, di Gazebo IAIN Pontianak. Debat yang dimulai dengan pemaparan visi-misi para calon tersebut berlangsung sengit. Kandidat pertama, Nurmanto yang berpasangan dengan Ramdhani Saputra memaparkan visi, “Revitalisasi Dema IAIN Pontianak sebagai Poros Perkembangan Mahasiswa Berintelektual Kritis dan Progresif.” Sedangkan M. Wawan Gunawan yang berpasangan dengan Muhammad Amrullah dari kandidat kedua memaparkan visi, “Terwujudnya Dema IAIN Pontianak Bakti Nyata”.

Kegiatan debat dibuka oleh Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak yang juga hadir sebagai panelis, yakni H Khairunas SH MH, Dr Hj Lailial Muhtifah MPd (Dekan FTIK), Muhammad Syaifullah SE MSi (Wakil Dekan III FSEI), dan Syamsul Kurniawan MSi (Dosen IAIN Pontianak) Debat kandidat dipandu oleh Jaka Damarullah. Di hadapan ratusan audiens, pasangan kandidat dengan nomor urut 1 berjanji, apabila terpilih menjadi Presma dan Wapresma IAIN Pontianak tahun 2016-2017, mereka akan mendukung semua kegiatan dan kepentingan mahasiswa selama kegiatan tersebut bersifat baik. Ramdhani Saputra kemudian menjelaskan bahwa fungsi Dema adalah sebagai “Problem Solving”, yaitu menuntut hak-hak mahasiswa yang seharusnya diberikan oleh lembaga.

14812983_120300000732519904_158408566_oSaat menanggapi pertanyaan audiens, M Wawan Gunawan menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyikapi hak-hak mahasiswa yang tidak dipenuhi oleh lembaga. “Langkah pertama ialah dengan mengajukan pernyataan tertulis. Apabila tidak ditanggapi, maka dilanjutkan dengan langkah kedua, yaitu audiensi. Apabila masih gagal, maka yang terakhir adalah lobi, karena hak-hak yang harus dimiliki oleh mahasiswa harus dikembalikan untuk mahasiswa, tidak boleh digunakan oleh segelintir orang saja”, paparnya. Dalam paparan kandidat nomo urut 2 ini lebih banyak menekankan pada progam menghidupkan budaya “Segitiga Intelektual”, yaitu membaca, menulis dan berdiskusi.

Meski terjadi “saling serang” antara para kandidat dan pendukung mereka masing-masing, kedua pasangan saling menyuguhkan pernyataan-pernyataan yang hangat untuk lawan mereka masing-masing. Tidak lupa, para kandidat juga mengutip beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits untuk memperkuat pendapat-pendapat mereka yang menjadi ciri khas dari IAIN itu sendiri. Kegiatan ini diakhiri dengan penandatanganan Deklarasi Pemilu Damai oleh kedua pasangan kandidat. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, Ketua Panitia KPUM IAIN Pontianak, Darsono berharap seluruh mahasiswa bisa lebih mengenal lebih dekat siapa saja para kandidat Capresma dan Cawapresma, mengetahui visi, misi, tujuan dan prospek mereka ke depan selama masa jabatan 2016-2017 yang akan dipilih pada tanggal 24 Oktober 2016.




FGD Konsorsium Dosen Mata Kuliah Institusi

dsc_0485Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Pontianak mengadakan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Konsorsium Dosen Mata Kuliah Institusi di lingkungan IAIN Pontianak. Kegiatan ini dilaksanakan secara intensif selama tiga hari, 18 s/d 20 Oktober 2016 di Aula Lantai IV Gedung Rektorat IAIN Pontianak. Kegiatan FGD ini secara umum bertujuan untuk membuat forum keilmuan dosen pengampu mata kuliah institusi di lingkungan IAIN Pontianak menjadi produktif dalam pengembangan keilmuan terutama dalam memberi layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi di lingkungan IAIN Pontianak.

Tujuan khusus dilaksanakannya kegiatan ini adalah: “Pertama, penyusunan dan pemutakhiran usulan matakuliah pendukung pencapaian learning outcomes yang ditetapkan oleh KKNI IAIN Pontianak berikut learning objective dan materi pokoknya. Kedua, workshop tentang metode pembelajaran, baik secara umum maupun khusus sifatnya khusus untuk rumpun mata kuliah. Terakhir ialah sharing tentang pengalaman mengajar, bahan ajar atau proses pembelajaran mata kuliah terkait rumpun ilmu (best practices) dikemas dalam bentuk Call for paper aspek pedagogik PBM bidang mata kuliah institusi,” ungkap Helva Zuraya, S.Pd., M.Ag. selaku Ketua Panitia Kegiatan.

dsc_0474Selama kegiatan, para peserta yang terdiri dari para dosen di lingkungan IAIN Pontianak dibekali materi-materi yang terbagi beberapa sesi. Sesi pertama diisi materi tentang penataan  konsorsium (bidang ilmu) dan kelompok dosen sekeahlian yang disampaikan oleh Dr. H. Aswandi, M.Pd. Pada sesi kedua sampai sesi keempat, kelompok dosen bidang ilmu institusi diberi waktu untuk penyusunan format, agenda pengembangan keilmuan, strategi pembelajaran, pengembangan kurikulum bidang ilmu dan penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) bidang ilmu.

Pada sesi kelima dan keenam, kelompok dosen menyusun bersama-sama penilaian pembelajaran dari beberapa mata kuliah institusi yang telah ditentukan. Ada beberapa mata kuliah yang ingin dibentuk komunitasnya, yaitu mata kuliah Akhlak Tasawuf, Ilmu Kalam, Pancasila, Civic Education, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Filsafat Ilmu, serta Islam dan Budaya Lokal. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, terbentuk persamaan persepsi dan pemutakhiran silabus mata kuliah institusi yang berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada KKNI, khususnya di lingkungan IAIN Pontianak.




Dekan FUAD optimis alumninya bisa menghadapi tantangan dan peluang di masa depan

dsc_0438Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak menggelar Studium General, Selasa 18 Oktober 2016 di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Tema yang diangkat dalam studium general kali ini adalah “Formulasi Dakwah Masa Depan, Melihat Peluang dan Tantangan.”

Kegiatan rutin awal perkuliahan ini bertujuan untuk membuka wawasan para mahasiswa tentang peluang dan tantangan lulusan mahasiswa FUAD IAIN Pontianak yang sangat besar dan terbuka pada dunia global. Studium general ini juga bertujuan untuk memotivasi para mahasiswa supaya terinspirasi menjadi lulusan FUAD IAIN Pontianak yang dapat menjadi harapan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Berdasarkan tujuan tersebut, Studium General FUAD IAIN Pontianak menghadirkan pembicara yang sudah berpengalaman di bidang mereka masing-masing, baik secara praktisi maupun akademisi. Nara sumber pertama adalah Dekan Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, Dr. H. Awaluddin Pimay, MA. Nara sumber selanjutnya ialah Wakil Direktur Pasca Sarjana Walisongo Semarang, Dr. H. A. Hasan Asy’ari Ulama’i, MA.

Kegiatan studium general ini dibuka langsung oleh Dekan FUAD IAIN Pontianak, Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA. Dalam sambutannya, Samsul melaporkan bahwa jumlah mahasiswa baru FUAD IAIN Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun ini, mahasiswa baru FUAD IAIN berjumlah 287 mahasiswa, yaitu sekitar 30% dari total mahasiswa IAIN Pontianak pada tahun 2016.

dsc_0452Samsul berpendapat, meningkatnya jumlah mahasiswa baru FUAD IAIN Pontianak tahun ini dikarenakan para mahasiswa telah melihat konteks dakwah dalam dinamika dan perspektif yang sangat luas. Oleh karena itu, pemaknaan kita terhadap dakwah ini harus terus kita tumbuhkan dan kembangkan, sehingga kita dapat melihat dakwah sebagai sebuah tantangan. Demikian disampaikan Dekan FUAD IAIN Pontianak kepada 287 mahasiswa baru dan 13 perwakilan dari Dewan Mahasiswa.

“Dakwah menjadi tantangan, karena cara berdakwah pada zaman dulu dengan sekarang sangat berbeda. Pada zaman Rasulullah SAW, dakwah memerlukan modal yang sangat besar. Sekarang, teknologi informasi telah menyediakan media yang sangat besar. Oleh karena itu, kita memerlukan penyesuaian-penyesuaian dan metode-metode dalam menghadapi tantangan dunia globalisasi tersebut,” paparnya. Di samping itu, Dekan FUAD IAIN Pontianak juga optimis dengan masa depan alumni dari FUAD IAIN Pontianak dalam menghadapi tantangan dan peluang dakwah pada masa depan.




Lantik 16 Pejabat Baru, Rektor IAIN Pontianak Mengajak Bekerja dengan Lebih Baik

dsc_0139Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., melantik 16 Pejabat Antar Waktu dan Jabatan Pelaksana Akademik Perangkat Rektor, Administrator dan Pengawas di lingkungan IAIN Pontianak, Rabu, 12 Oktober 2016. Kegiatan ini berlangsung secara khidmat di Ruang Teater Lantai 2 Gedung Biro AUAK IAIN Pontianak yang dihadiri oleh seluruh pejabat IAIN Pontianak.

Acara pengangkatan sumpah dan pelantikan pejabat baru ini dilatarbelakangi adanya pegawai yang telah pensiun, berhenti dan sedang melaksanakan tugas belajar, serta terdapat beberapa jabatan yang kosong yang selama ini belum ditempati. Karena itu, Rektor dapat mengangkat pejabat baru sebagaimana yang tertera dalam Statuta IAIN Pontianak.

Dalam acara sumpah dan pelantikan pejabat baru tersebut, Rektor IAIN Pontianak mengucapkan selamat kepada 6 Pejabat Antar Waktu dan 10 Jabatan Pelaksana Akademik Perangkat Rektor, Administrator dan Pengawas baru di lingkungan IAIN Pontianak. Rektor berpesan kepada para pejabat yang sudah dilantik untuk melaksanakan jabatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

dsc_0119Lebih jauh, Hamka berpendapat bahwa pergantian Pejabat terjadi secara alamiah. Jangan memandang pergantian jabatan tersebut secara politik. “Pergantian jabatan ini dapat dipandang secara alamiah, jangan dipandang secara politik. Apabila ada yang memandang pergantian jabatan ini secara politik, maka janganlah memandang dengan bobot yang terlalu besar. Itu sah-sah saja, karena manusia adalah zoon politicon,” paparnya.

Dia berharap dengan penempatan jabatan baru ini, terdapat semangat baru dan motivasi baru dari para pejabat yang dilantik. Dengan semangat baru dan motivasi baru tersebut dapat menimbulkan suasana yang cerah dan menjadikan keberadaan IAIN Pontianak semakin hari semakin baik.

Sebelum menutup sambutannya, Hamka mengajak semua pejabat dan pegawai untuk bekerja secara bersama-sama menjadikan IAIN Pontianak lebih baik kedepannya. Rektor yakin, bahwa IAIN Pontianak di masa depan akan menjadi lebih besar.




Workshop Peningkatan Mutu Pembelajaran Bagi Dosen

_dsc0019Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Pontianak mengadakan Kegiatan Workshop Peningkatan Mutu Pembelajaran bagi Dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dan Swasta Se-Kalimantan Barat. Workshop ini dilaksanakan secara itensif selama dua hari, yaitu dimulai dari hari Selasa sampai Rabu, tanggal 11 s/d 12 Oktober 2016 di Auditorium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja pembelajaran daripada dosen itu sendiri. Terutama dalam kesadaran mereka terhadap peningkatan  mutu pembelajaran, merencanakan proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

Ketua LPM IAIN Pontianak, Supendi, S.Pd.I., M.Pd. mengatakan bahwa kegiatan seperti ini adalah kegiatan rutin dalam rangka untuk meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya untuk IAIN Pontianak, dan pada umumnya untuk seluruh Perguruan Tinggi Keagamaa Islam Negeri dan Swasta Se-Kalimantan Barat.

“LPM IAIN Pontianak tidak berfikir untuk kepentingan peningkatan mutu pembelajaran bagi para dosen dari IAIN Pontianak saja secara internal, tetapi juga berupaya untuk mengajak bersama-sama para dosen PTAIN/PTAIS Se-Kalimantan Barat. Ini merupakan kewajiban bersama dan merupakan tanggung jawab IAIN Pontianak sebagai satu-satunya PTAIN di Kalimantan Barat,” paparnya.

_dsc0012Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Dalam sambutannya, Hamka menghimbau di depan para dosen dari IAIN Pontianak, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dan Swasta Se-Kalimantan Barat untuk menjadi contoh kepada mahasiswanya, bukan memberi contoh. “Kalian (para dosen) harus menjadi contoh bagi para mahasiswa, bukan memberi contoh. Memberi contoh itu mudah, tetapi menjadi contoh hidup (tauladan) itu yang susah untuk kita diterapkan,” himbaunya.

Selama dua hari, para peserta dibekali dengan materi-materi yang beorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran. Di antaranya ialah materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Anurrahman, M.Pd. tentang Standar Mutu Pendidikan dan Penerapan KKNI di Perguruan Tinggi. Kedua adalah materi yang disampaikan oleh Dr. Sofian, M.Sc. tentang Bimbingan Teknis Penyusunan RPS, Silabus dan Kontrak Kuliah. Selanjutnya adalah materi tentang Bimbingan Teknis Pembuatan Media dan Metode atau Strategi Belajar yang disampaikan oleh Tim Media Pembelajaran dari LPM IAIN Pontianak. Setelah kegiatan workshop ini dilaksanakan, para dosen diharapkan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapati mereka dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang mereka terapkan pada instansi masing-masing.




Hamka: IAIN Pontianak Benteng Kalbar Masa Depan

_dsc9975-2Keberadaan pendidikan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan masyarakat belajar, terlebih lagi karena bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan pendidikan. IAIN Pontianak sebagai lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan yang bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, dan dinamis dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, pendidikan keagamaan seperti IAIN Pontianak perlu diberi kesempatan untuk berkembang, dibina dan ditingkatkan mutunya oleh semua komponen bangsa, termasuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Inilah yang disampaikan oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam Kegiatan Sosialisasi Produk-Produk Hukum Kementerian Agama yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat di Hotel Orcharzd, pada hari Senin, 10 Oktober 2016. Materi yang disampikan ialah tentang “Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.”

IAIN Pontianak harus dioptimalkan, sambungnya, itu adalah benteng yang melahirkan generasi-generasi Islam masa depan. Wajah Kalbar dimasa depan turut tentukan oleh IAIN Pontianak. “IAIN Pontianak itu bukan halaman belakang Negara Indonesia, tetapi halaman depan. IAIN Pontianak adalah institusi yang langsung berbatasan dengan negara tetangga,” katanya di depan 38 peserta di Lingkungan Kementerian Agama, meliputi Kepala Bidang, Pembimas, Kankemenag Kabupaten Kota, KTU Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon IV.

Kegiatan sosialisasi ini mengangkat tema “Pemahaman Hukum untuk Mengoptimalkan Pelayanan Publik dan Meningkatkan Integritas Pembuat Kebijakan Sehingga Terwujudnya Good Governance.” Menurut H. Nur Sahid, S.Ag., Ketua Panitia Kegiatan Sosialisasi Produk-Produk Hukum Kementerian Agama, ada beberapa tujuan kegiatan ini dilaksanakan.

Pertama, membuka wawasan hukum pembuat kebijakan di Lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Kalbar. Kedua, menyatukan interprestasi hukum untuk menghindari multi-tafsir terhadap peraturan/keputusan. Tujuan ketiga ialah untuk mempersiapkan sumber daya pembuat kebijakan agar dapat menuangkan kebijakannya dalam suatu produk hukum yang baik dan benar. Keempat, pembuat kebijakan dapat menelaah surat-surat hukum dan meneruskannya kepada jajarannya, paparnya ketika memberikan sambutan.




Orientasi Pemustaka, Perpustakaan IAIN Pontianak Dorong Mahasiswa Membaca

i5

Pusat Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengelar Orientasi Pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak Tahun 2016 di Auditorium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Kalimantan Barat, Jum’at (08/10/2016). Tema yang diangkat dalam acara tersebut adalah “Pemberdayaan Pemustaka dan Gemar Membaca dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar.”

Rektor  IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag hadir dan membuka acara Orientasi pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak, yang dilaksanakan unit Perpustakaanpada Sabtu, tanggal 8 Oktober 2016, di Aula Kampus yang berlangsung selama tiga.

iiiiKegiatan ini ditujukan bagi 439 mahasiswa Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak. Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Pontianak berjumlah 527 orang. Pada hari terakhir diikuti sebnayak 273 mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak.

Selama tiga hari, ada beberapa nara sumber yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Diantaranya Dr H Hamka Siregar MAg Rektor  IAIN Pontianak, membahas materi tentang “Kebijakan Pengembangan Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak”. Selanjutnya Drs Ignasius IK SH MSi Kepala BPKD Pontianak, mengulas “Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca.” Terakhir Septian Bahraini SE, Kepala Perpustakaan UNTAN, membahas “Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar dalam Menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi.”

Selain itu, ada dua materi yang juga disampaikan kepada semua mahasiswa IAIN Pontianak. Yakni “Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi” dan “Otomasi Perpustakaan dan Praktek Penelusuran”, yang disampaikan oleh Fahrizandi SAg SS.

Ada beberapa tujuan yang disampaikan oleh Riduansyah, S.Hi, selaku Ketua Panitia Orientasi Pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak Tahun 2016, mengadakan kegiatan ini. Pertama, untuk mengetahui peran dan fungsi perpustakaan Perguruan Tinggi dalam menunjang Tri Darma Perguruan Tinggi. Kedua, mahasiswa dapat mengenal pengelompokkan koleksi perpustakaan berdasarkan klasifikasi “Juwey”, yaitu ilmu pengetahuan yang dikelompokkan dalam 10 klasifikasi utama yang sudah lazim digunakan oleh perpustakaan di Indonesia.

“Tujuan ketiga ialah untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa (pemustaka) dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses perkuliahan dengan mengaplikasikan sistem informasi Perpustakaan IAIN Pontianak. Keempat, meningkatkan pemberdayaan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan IAIN Pontianak. Terakhir adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya mengetahui dan menggunakan susunan koleksi perpustakaan. Khususnya Perpustakaan IAIN Pontianak,” paparnya.




Studium General FTIK PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan

ii

Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak mengelar Studium General di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Kalimantan Barat, Jum’at (07/10/2016). Acara yang mengangkat tema “Perguruan Tinggi Agama Islam Menyonsong Tantangan Masa Depan” ini menghadirkan Prof Dr H Abdul Djamil MA selaku Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dekan FTIK IAIN Pontianak yang diwakili oleh Wakil Dekan II, Drs. Muhammad Rahmatullah M.Ag. Rahmatullah menerangkan bahwa kegiatan seperti ini (studium general) sering dilakukan, terutama diperuntukkan bagi mahasiswa baru. Dengan mengangkat tema ini, diharapkan kita dapat saling mengingatkan tentang apa yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam dalam menyonsong tantangan masa depan.

Selanjutnya, kegiatan studium general tersebut dibuka langsung oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Sebelum membuka acara tersebut, Hamka menyampaikan bahwa IAIN Pontianak pada tahun ini banyak menolak mahasiswa. “Tapi tahun ini, kita (IAIN Pontianak) betul-betul banyak membuang mahassiswa. Pertama, memang kekurangan lokal yang ada. Kedua, peminat IAIN Pontianak yang semakin meningkat pada masyarakat,” tuturnya. “Tahun ini IAIN menampung 2 mahasiswa dari mesir dan IAIN pernah melakukan KKN di luar negeri sekitar 3 tahun yang lalu,” tambahnya.

Studium general yang dihadiri sekitar 300 civitas akademika IAIN Pontianak (baik dari kalangan dosen, staf dan mahasiswa) kemudian mendengankan paparan yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang ini mengangkat judul yang menurutnya agak provokatif, yaitu PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan.” Ia memulai menjelaskan materi yang disampaikannya dengan tantangan yang dialami oleh PTKI dalam perspektif sejarah.

“Dilihat dari perspektif sejarah, PTKI muncul karena sifat mendesak dan pada awalnya hanya untuk mengisi kekosongan imam-imam tentara dan menganulir jabatan penerangan Islam,” papar Djamil. Ia mengibaratkan kedudukan 14 IAIN pada waktu itu, sama dengan 1 IKIP saja. Dalam perkembangan selanjutnya, PTKI selalu dihadapi dengan tantangan, terutama tantangan dari demokratisasi dan perkembangan globalisasi yang sangat berkembang pesat. Menurutnya, globalisasi adalah sebuah intensitas yang dapat menembus batas yang dapat mempengaruhi perkembangan PTKI.

iiiPerkembangan global yang sangat berkembang pesat ini juga dialami pada dunia pendidikan, terutama di lingkungan PTKI. Djamil menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan telah terjadi sebuah revolusi intelektual, yaitu perubahan yang pada awalnya berpusat pada dosen, menjadi berpusat pada kemampuan dari mahasiswa itu sendiri. Ia memberikan contoh dengan dosen “killer”. “Dulu, dosen killer pada saat itu sangat beribawa. Semakin killer dosen tersebut, maka semakin beribawa dosen itu. Sekarang tidak lagi seperti itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, perkembangan dan tantangan ini harus dipersiapakan oleh PTKI dengan sebaik-baiknya, baik dari dosen harus siap, begitu pula mahasiswa juga harus siap. Akan tetapi, Djamil sangat optimis bahwa PTAI siap dalam menghadapi perubahan dan tantangan itu. Civitas dari PTKI siap dalam menghadapi dan menyonsong perubahan dan tantangan pada masa depan.




Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI Sambut Baik Rencana FSEI Buka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah

strategi-belajar-studium-general-fsei
Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) IAIN Pontianak, Dr Ichsan Iqbal MA mengatakan ide membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah bermula dari selama ini setoran biaya haji menggunakan uang, cara tersebut menurutnya mengalami penyusutan nilai, semestinya kenapa tidak menggunakan emas yang cenderung bertahan dan meningkat. Ide orisinil tersebut disampaikannya ketika memberikan sambutan dalam acara Studium General FSEI di Aula Kampus, pada hari Jumat (10/7).

Menanggapi sambutan tersebut, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Prof Dr H Abdul Djamil MA menuturkan akan mengkaji apa yang disampaikan oleh Dekan FSEI. Berkenaan dengan keinginan FSEI akan membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi adalah persoalan relevansi. Ketika perguruan tinggi itu diminati atau tidak, maka kita dihadapkan pada relevansi dengan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat.

Jika di-flash back, ujarnya, pada awal perkembangannya fakultas syariah, hanya membuka jurusan muamalah. Pada masa-masa berikutnya mengalami kebuntuan ketika memberikan ulasan ekonomi Islam, maka muncullah jurusan Ekonomi Islam yang bakal diminati. Selanjutnya ketika muncul persoalan di bidang perbankan syariah maka muncullah jurusan perbankan syariah.

Sebagai Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI sangat merespon rencana tersebut. Dia mengatakan itu sudah menjadi agenda pengembangan prodi masa depan. Ada suatu kebutuhan yang membuat civitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam untuk membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah, dan ada suatu tuntutan kebutuhan masyarakat serta ada permintaan ahli ketika persoalan haji mengalami hiruk pikuk dibicarakan orang.

Orang nomor satu yang menangani urusan Haji dan Umrah itu mengaku, rencana ini membutuhkan kajian-kajian spesifik, bersifat akademik dan memerlukan pakar-pakar keuangan dan pakar ekonomi syariah. “Sangat tepat sekali jika IAIN Pontianak merespon secara cepat untuk mengkaji akademik sebagai kajian masa depan dengan melihat begitu banyaknya persoalan haji dan umrah yang dihadapi”, sambungnya.

Seiring dengan kebijakan pemerintah Saudi Arabia, saat ini sedang mengalami kegoncangan ekonomi, mempersilahkan sebanyak-banyak mungkin Jemaah umrah untuk masuk kenegaranya. Tidak hanya Haji yang mengalami kepadatan jadwal, kegiatan umrah pun mengalami hal yang serupa.

Karena itu kegiatan ibadah haji dan umrah memerlukan manajemen penyelenggaraannya dan lebih mahal dibanding ibadah-ibadah lainnya. Penyelanggaran haji dan umrah memang memiliki karakteristik yang berbeda karena melibatkan banyak pihak, mengelola banyak uang, waktu operasional yang terbatas, pelaksanaan kegiatan tidak hanya di Tanah Air tetapi juga di Saudi Arabia.