Hasil Ujian Masuk PTKIN Tahun 2016
Daftar Kelulusan
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM PTKIN) Tahun 2016 untuk dapat melihatnya [highlight] KLIK DISINI [/highlight]
Daftar Kelulusan
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM PTKIN) Tahun 2016 untuk dapat melihatnya [highlight] KLIK DISINI [/highlight]
Berdasarkan Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kewajiban Penyampaian LHKASN di lingkungan Instansi Pemerintah mengatur bahwa pimpinan instansi pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang mengatur mekanisme dan penetapan wajib lapor LHKASN terhadap seluruh pegawai Aparatur Sipil Negara selain pegawai yang telah ditetapkan sebagai wajib lapor LHKPN.
Cara Pengisian bisa dilakukan langsung Online melalui Website : https://siharka.menpan.go.id
Sedangkan cara pengisian bisa download setelah Login atau bisa langsung dilihat disini.
IAIN Pontianak terus bergerak cepat dalam upaya mewujudkan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Era Reformasi Birokrasi mendorong Satker Kemenag memenuhi tiga aspek ini (ZI, WBK, WBBM).
Zona Integritas adalah salah satu upaya untuk memperkuat sistem agar dapat memberbaiki orang-orang yang berpotensi jelek dan melindungi SDM yang bagus-bagus. Reformasi birokrasi upaya penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional.
Kasi. Mutu Akademik-DIKTIS Kemenag RI, H.M. Adib Abdushomad, M.Ed.,Ph.D, ketika melakukan sosialisasi dan pendampingan pembangunan Zona Integritas di IAIN Pontianak mengatakan Kemenag RI memiliki program-program yang bagus. Bagaimana afirmasi Kemenag untuk madrasah, pondok pesantren, Perguruan Tinggi dan program lainnya sudah sangat bagus.
Ia mengingatkan jika program di IAIN Pontianak tidak dikelola secara baik akan kalah dengan lembaga lain namun menajemennya bagus. Banyak sekali Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) memiliki nuansa nilai-nilai keislaman rahmatan lil’alamin, nilai-nilai pendidikan yang luar biasa, tetapi dengan packaging kurang bagus bisa kalah dengan lembaga pendidikan lainnya yang memiliki manajemen yang lebih baik, marketing, public accountability, dan transparansi.
Terkait dengan Zona Integritas, manajemen di Satker di Kemenag sudah harus berubah. Sudah ada determinasi yang sangat kuat dalam masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan, dan transparansi yang jauh dari nilai-nilai korupsi. Nilai-nilai perubahan inilah yang tertuang dalam Reformasi Birokrasi dan Zona Integritas.
Indikator berjalannya Reformasi Birokrasi yaitu; Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik. Adib Abdushomad menyebut perlu adanya pilot project IAIN Pontianak dari Fakultas atau unit-unit tertentu untuk terbentuknya Zona Integritas.
Sebagai orang yang berkecimpung di Kemenag RI, dia menekankan pentingnya mempositioningkan value yang ada di Kemenag RI, dimana menempatkan agama sebagai nilai. Visi di Kemanag sudah sangat bagus menjadi cerminan perilaku taat beragama, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir batin. Ini dapat menjadi elaborasi terkait dengan hal-hal yang lainnya dalam mengimplementasikan ZI.
Bagaimana ZI itu dibangun? Ia berpendapat ini terkait dengan membangun sistem agar kita yang ada didalamnya bisa terkondisikan menjadi baik karena sistemnya yang baik. Sangat sulit sekali menjadi orang yang baik di tengah-tengah sistem yang kurang baik.
“Sistem yang baik akan memperbaiki orang-orang yang tidak baik, sebaliknya dengan sistem yang tidak baik akan merusak orang-orang yang baik”, tegas Adib Abdushomad.
Zona Integritas adalah salah satu ikhtiar untuk memperkuat sistem agar memperbaiki orang-orang menjadi lebih baik dan melindungi orang-orang yang sudah baik, sebutnya.
Keputusan Panitia Nasional
Seleksi Prestasi Akademik Nasional Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri (SPAN-UM PTKIN) Tahun 2016
Nomor: 63/SPAN-UM.PTKIN/V/2016
untuk melihat [highlight] KLIK DISINI [/highlight]
Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag mengapresiasi Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR-RI ke IAIN Pontianak yang dipusatkan di Aula Kampus pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2016. Kehadiran rombongan Anggota Dewan tersebut juga diikuti oleh Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA.
Menurut Hamka, kedatangan rombongan anggota Dewan ke IAIN Pontianak memberikan angin segar dan memberikan semangat baru, terlebih saat ini kampus sedang berbenah menyelesaikan pembangunan kuliah.
Sementara Ketua Komisi VIII DPR-RI, DR. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag, M.Hum, MA menjelaskan tujuan utama kedatangannya bersama rombongan adalah dalam rangka memeriksa anggaran pembangunan gedung yang diberikan pada tahun 2015 dan 2016 dapat dipastikan sudah dilaksanakan pembangunannya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah kepada komisi VIII.
“Hal ini menjadi salah satu fungsi dewan yang harus dijalankan, yakni melakukan pengawasan, dari tiga tugas dan fungsi anggota DPR yaitu, legislasi, budgeting, dan pengawasan”, kata Ketua Komisi VIII.
Ada pun tujuan berikutnya, paparnya, melihat perkembangan kampus IAIN Pontianak ke depan untuk diproyeksikan. Kampus ini merupakan kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat.
“Kami perlu mengetahui kondisi kampus hingga saat ini, berkenaan dengan data akademik dan keadaan mahasiswa, hingga kendala teknis yang dihadapi dosen IAIN Pontianak, agar dapat diproyeksikan ke depan seperti apa”, ungkap Saleh Partaonan Daulay di hadapan civitas akademika IAIN Pontianak.
Ia juga mendorong mahasiswa agar benar dalam proses pembelajaran di IAIN Pontianak, menurutnya tujuan utama mahasiswa ada dikampus ini adalah menuntut ilmu. Bukan untuk mencari kerja, persoalan mencari kerja adalah persoalan dimasa mendatang. Orang yang punya ilmu akan bermanfaat dimana saja.
Mengutip firman Allah SWT; “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat (Al-Mujaadilah: 11)”. Saleh Partaonan Daulay menyebut tidak akan sama kedudukan orang yang punya ilmu dengan tidak memiliki ilmu.
Oleh sebab itu, sebutnya sebelum mengakhiri kunjungan kerjanya, anggota dewan perlu mendengar keterangan dari rektor dan pejabatnya, dosen, dan mahasiswa agar dapat menyampaikan informasi yang benar dan bermanfaat agar dapat dijadikan acuan dan pandangan komisi VIII.
Sebelum menutup sekali lagi dia berpesan kepada mahasiswa IAIN Pontianak, agar tidak main-main dalam menuntut ilmu, jaminannya sangat jelas, mengutip Hadis “Orang yang menuntut ilmu, rizkinya akan diperluas oleh Allah SWT”, tambahnya.
Sejumlah 209 wisudawan yang terdiri dari berbagai lulusan jurusan dan pascasarjana mengikuti Wisuda IAIN Pontianak, pada hari Sabtu 30 April 2016 di Aula kampus. Dalam acara ini sebelum mewisuda sarjana, terlebih dahulu mengukuhkan gelar pegawai atau dosen yang telah menyelesaikan studi S3.
Seperti dibacakan Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, H. Khairunas, MH. Tentang Surat Keputusan Rektor IAIN Pontianak tentang wisuda magister dan sarjana serta pengukuhan gelar pengukuhan gelar pegawai yang telah menyelesaikan studi S3.
Sebagaimana terlampir dalam Surat Kepurusan tersebut, 12 orang lulusan Magister Pendidikan Agama Islam, 140 orang Jurusan Pendidikan Agama Islam, 16 orang dari Jurusan Bahasa Arab, 19 orang dari Jurusan Ekonomi Islam, 6 orang dari Jurusan Muamalah, 2 orang dari Jurusan Perbankan Syariah, 6 orang dari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan 8 orang dari Jurusan Bimbingan Konseling Islam.
Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dalam sambutannya mengatakan wisuda kali ini merupakan wisuda yang pertama di gelar di Aula Masjid Syarif Abdurrani Mahmud kampus IAIN Pontianak.
Tidak lupa Hamka mengucapkan selamat kepada wisuda dan wisudawan yang telah menyelesaikan studi S1 dan S2 IAIN Pontianak dan juga kepada orang tua yang telah menitipkan anaknya untuk menimbah ilmu di kampus tercinta.
Dia menuturkan dengan digelarnya wisuda ini, menandakan tercapainya prestasi baru dalam kehidupan wisudawan sekaligus menunjukkan naiknya kualitas pendidikan dan menyandang gelar sarjana.
“Hendaknya prestasi tersebut diiringi dengan meningkatnya kualitas prilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Ini akan menjadi modal utama dalam memanfaatkan gelar sarjana yang diraih untuk memperoleh pekerjaan yang baik”, tandas Hamka.
Bukan tanpa alasan, sebab hari ini lanjutnya, dengan bermodalkan ijazah dan kepintaran semata tidaklah cukup untuk memperoleh pekerjaan. Sudah sangat banyak orang menyandang gelar sarjana di luar sana.
Hamka berharap, sertailah kesuksesan pendidikan dengan bersikap rendah hati (tawaddhu) sebagaimana mengutip sabda Rasul “tidak akan menjadi hina orang yang merendahkan hatinya kecuali akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT”.
Di samping itu lanjut Hamka, bagi wisudawan yang sudah bekerja. Dengan meningkatnya jenjang pendidikan yang dicapai semestinya mampu meningkatkan kompetensi dan semakin besar pula peran dan prestasi yang dapat dipersembahkan nantinya.
Sementara bagi sarjana yang akan bekerja, kata Hamka, inilah saatnya untuk berkarya dan membuktikan kemampuan diri yang dimiliki dengan memanfaatkan keberhasilan tersebut tidak mesti harus menjadi PNS dan menunggu menjadi PNS baru berperan dalam membangun bangsa.
Gelar kesarjanaan ini jangan menimbulkan kegalauan dan kebiasaan baru, namun tetap optimis dan kepercayaan diri menatap masa depan dengan kreatifitas serta mengembangkan segala potensi yang dimiliki.
Sarjana sekarang bukan masanya untuk menunggu peluang kerja, tetapi mencari dan menciptakan lapangan pekerjaan tanpa memilih dan memilah pekerjaan. Apa lagi IAIN Pontianak begitu besar memiliki lahan pengabdian kepada masyarakat yang bisa dikembangkan untuk menciptakan peluang untuk bekerja.
“Itu artinya tidak ada istilah lulusan IAIN Pontianak menjadi pengangguran”, tambah Hamka.
Indonesia sudah menghadapi era pasar bebas diberlakukan akhir tahun lalu. Era pasar bebas sendiri merupakan hasil dari terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pasar bebas ini sendiri meliputi bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.
MEA dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas dan mengatasi masalah perekonomian negara-negara ASEAN. Selain itu, MEA juga ada sebagai penguat daya saing ASEAN dalam menarik investasi asing.
Ada beberapa konsekuensi dari adanya MEA. Konsekuensi tersebut yakni arus bebas barang dan jasa, arus bebas investasi, arus tenaga kerja terampil, serta arus bebas modal. Untuk menghadapi dampak-dampak itu, Indonesia dihadapkan pada peluang dan taantangan.
Tidak terkecuali pada bidang hukum Islam di Indonesia yang belum benar-benar dilirik hingga kini. Padahal, banyak peluang dan tantangan yang dihadapi bersama-sama dengan hukum konvensional di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini.
Beragamnya peluang dan tantangan khususnya pada hukum Islam di Indonesia di era MEA disampaikan oleh Prof. Dr. Bagir Manan, SH, MCL. dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Pontianak di Auditorium Kampus, pada hari Selasa, tanggal 12 April 2016.
”Berbicara tentang hukum di era MEA, paling tidak ada dua tantangan yang kita hadapi, yakni tuntutan harmonisasi hukum dan pembagian wewenang terkait dengan kekuasaan yang membuat hukum itu sendiri”, kata Bagir Manan.
Tantangan pertama, ungkapnya adalah bagaimana agar terdapat harmonisasi hukum antar anggota negara-negara Asian, termasuk sistem penegakannya juga harmoni. Apa yang dapat dilakukan hukum Islam bahwa ini mengiukuti azas-azas tertentu untuk memudahkan semuanya.
Kedua, bidang-bidang yang sudah disepakati di MEA merupakan tantangan yang harus dihadapi, hukum Islam mempunyai pelaung untuk ambil bagian dalam peluang dan tantangan tersebut. Masa depan hukum Islam sangat tergantung pada beberapa hal, diantaranya konten hukum Islam dapat menjadi instrumen bersama.
Dasarnya sangat kuat dimana masyarakat Asia sebagian besar beragama Islam, jelas Guru Besar Hukum Tata Negara itu. Hukum Islam dapat mengambil peran dalam pasar bebas di era MEA dan peluangnya ada pada diri kita.
Bagir Manan yakin, sepanjang menyangkut kehidupan secara nasional karenanya banyaknya pengaruh dari masyarakat Islam yang sudah berjalan, kita dapat mengambil manfaat dari hukum Islam menuju masyarakat Islam yang sejahtera, adil dan makmur.
Pelajar yang cerdas atau memiliki kualitas akademik saat ini sangat banyak, boleh dikatakan setiap sekolah yang di Kalimantan Barat memiliki siswa yang berprestasi, baik prestasi akademik maupun non akademik. Namun berapa banyak diantaranya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi?
Kesempatan inilah yang ditawarkan IAIN Pontianak setiap tahunnya kepada para pelajar untuk meraih prestasi yang lebih tinggi dengan memperoleh berbagai macam beasiswa yang telah disediakan dengan jumlah yang tidak sedkit dan jumlah setiap tahunnya pun terus meningkat.
Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, H. Khairunas, SH, MH dalam kesempatan menerima dana beasiswa Telkom Indonesia sebesar 20 juta yang serahkan langsung oleh General Manager Wilayalah Telkom Kalimantan Barat, Bayun Royong Rohadi senilai 20 juta pada tanggal 31 Maret 2016.
Khairunas mengatakan saat ini banyak sekali beasiswa di IAIN Pontianak, untuk kuota prestasi akademik disediakan untuk 153 0rang, sedangkan untuk tahfidz (penghafal al-Quran) 29 orang, selain itu juga akan dilakukan pencairan beasiswa bidik misi baru akan dibuka pada bulan September 2016 mendatang dengan kuota sebanyak 105 orang.
Selain itu, lanjut Khairunas mengutip Kasubbag Bagian Akademik dan Kemahasiswaan saat ini juga telah disosialisasikan beasiswa Bank Indonesia dengan kuota 40 orang dan saat ini juga akan diberikan beasiswa Telkom itu kuotanya 20 orang.
“Kita sudah merincikan dana beasiswa yang akan diterima oleh mahasiswa IAIN Pontianak pada tahun 2016 sebesar 2.877.000.000, 00 ditambah dari BI dan Telkom Indonesia”, jelas Khairunas yang akrab disapa Pak Nas.
Dalam kesempatan itu, Khairunas juga mendorong kepada pelajar yang akan lulus untuk segera mendaftar kuliah di IAIN Pontianak untuk meraih prestasi dan juga beasiswa melalui pendaftaran jalur SPAN-PTKIN, UM-PTKIN dan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) lokal. Untuk pendaftaran jalur SPAN-PTKIN akan di tutup pada 30 April 2016 mendatang, melalui jalur ini siswa silahkan mendaftar secara online dan diprioritaskan berpeluang besar mendapatkan beasiswa bidik misi serta diterima tanpa melalui jalur tes.
Sedangkan jalur UM-PTKIN baru akan dibuka pada 1 Mei 2016 mendatang dan akan di tutup pada 3 Juni 2016. Melaui jalur UM-PTKIN pendaftar dikenakan biaya registrasi hanya 150 ribu. Selanjutnya untuk pendaftaran langsung secara manual atau jalur SPMB lokal dibuka pada tanggal 11 sampai dengan 29 Juli 2016. pendaftar dapat mendaftar langsung ke Bagian Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pontianak, Jalan Letjend Soeprapto No. 19 Pontianak dengan nomor telpon (0561) 734170.
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) Perguruan Tinggi dituntut dapat lebih meningkatkan kualitas lulusannya yang memiliki kemampuan di dunia kerja. Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional, seperti dokter, insinyur, akuntan, guru, dosen dan lain sebagainya.
Dalam era MEA, Guru Pendidikan Agama Islam tidak boleh terasing dari perbincangan realitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Tidak terkecuali dengan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak yang terus berupaya meningkatkan kompetensi mahasiswa agar memiliki daya saing yang tinggi melalui seminar nasional yang bertemakan “Tantangan dan Peluang Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia yang diselenggarakan FTIK IAIN Pontianak pada tanggal 29 Maret 2016 di Gedung Aula.
Hadir sebagai pembicara Direktur Pendidikan Agama Islam pada Dirjen Pendis Kemanag RI, Dr. H. M. Amin Haedari, M.Pd mengatakan secara geografis Kalimantan Barat merupakan wilayah yang strategis berdampingan dengan negara tetangga Malaysia dan Brunai Darussalam.
Untuk kebutuhan dalam negeri, Amin Haedari menunjukkan data jumlah siswa yang ada di Indonesia mencapai angka 44 jutaan siswa diperkirakan jumlah siswa muslim berjumlah 40 jutaan siswa. Sementara jumlah siswa siswa yang ada di madrasah Ibtidaiyyah sampai dengan Aliyah mencapai 8 jutaan siswa.
Menurutnya jumlah ini sangat besar, tantangannya di era MEA adalah siswa-siswa ini calon pemimpin bangsa dan akan mengisi posisi-posisi strategis di republik Indonesia. Mereka harus mendapatkan pendidikan agama yang baik. sebaliknya jika sektor tersebut tidak diisi oleh generasi yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang baik, tentu akan menjadi ancaman.
Sementara, data guru pendidikan agama Islam hanya berjumlah 182 ribu dan akan pensiun sekitar 20 ribu. Dari jumlah guru yang sangat sedikit ini tentu menjadi tugas besar dalam melakukan perubahan dan memberikan pendidikan agama Islam yang baik.
Sedangkan data lapisan pekerjaan dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa usia di atas 15 tahun pada semua sektor pekerjaan masih didominasi oleh tenaga kerja lulusan pendidikan dasar (SD) sebesar 46,8%, lulusan SMP 17%, SMA sederajat 25% dan Perguruan Tinggi 10,14%.
Dari instrument di atas menjadi tantangan FTIK untuk meluluskan calon guru pendidikan agama Islam yang berkualitas, profesional, kreatif, produktif dan inovatif agar bisa bersaing pada era MEA yang sedang berlangsung.
Pendidikan yang berkualitas di era MEA, tutup amin, adalah pendidikan yang kita bisa menyelesaikan masalah. Sudah seharusnya kita memaksimalkan potensi dalam menghadapi ketatnya persaingan tenaga kerja di kawasan Asia Tenggara yang kompetetitif.