Tingkatkan Etos Kerja Satpam dan Cleaning Service

DSC_5908

Wakil Rektor II, Dr. Syarif, M.Ag memimpin pelaksanaan Rapat Evaluasi Satpam dan Cleaning Service yang diselenggarakan di Ruang Rapat Senat, Selasa, 10 November 2015. Hadir pada rapat tersebut Kepala Biro AUAK, H. Khairunnas, SH, MH, Kabag Umum, Nuriahman, Kasubbag Tatausaha, Humas dan Rumah tangga Aspari, dan para Petugas Satpam beserta cleaning service IAIN Pontianak.

Dalam rapat tersebut Dr. Syarif, M.Ag menyampaikan beberapa hal penting terkait tugas satpam dan cleaning service yakni; kebersihan, keamanan, ketertiban, dan sayembara kebersihan.

“Untuk kebersihan, saya akan adakan sayembara. Hadiahnya dari dana pribadi saya. “ jelasnya menyemangatkan pekerja.

Selain itu, dia menghimbau kepada setiap pekerja agar lebih bersemangat dalam bekerja. Pertama, keamanan, yakni penjagaan terhadap kendaraan-kendaraan dan gedung-gedung termasuk gedung Rektorat. Apresiasi diberikan oleh Dr. Syarif, M.Ag kepada grub keamanan karena sebelumnya telah berhasil menangkap pencuri helm.

DSC_5910Kedua, kebersihan, untuk cleaning Service perlu dibenahi pembagian tugas cleaning service dapat memaksimalkan pekerjaannya dan lebih efektif waktu yang digunakan. Tujuannya agar kampus kelihatan rapi, bersih, dan nyaman dipandang.

Ketiga, ketertiban, dihimbau agar dapat menata mobil dan motor pada tempat yang disediakan dan memberikan peringatan kepada yang parkir sembarangan dengan menempelkan kertas peringatan pada kaca mobil yang parkir sembarangan.

Peraturan ini diberlakukan kepada setiap kendaraan yang melanggar aturan tata tertib parkir                di kampus. Begitu juga dengan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) terkait penggunaan dan batas waktu beraktifitas di sekretariat UKM perlu dibenahi.

Sedangkan Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH, MH, menambahkan bahwa apa yang disampaikan Warek II merupakan kebijakan yang harus dilaksanakan oleh masing-masing personel, tidak akan berarti jika sebuah kebijakan tidak direalisasikan. “Apa yang disampaikan Warek II itu merupakan kebijakan pimpinan yang harus kita laksanakan. Jadi intinya bagaimana kebijakan itu kita laksanakan, dengan baik”.  ujar H. Khairunas, SH, MH.




Ibrahimian Ungkap 6 Keadilan Ekonomi di dalam Kitab Nahjul Balaghah

DSC_4336

Dalam Seminar bertema Economic Justice in Nahjul Balaghah, pada Rabu, 7 Oktober 2015, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Pontianak kembali menghadirkan Prof. Dr. Ibrahimian sebagai pembicara. Kegiatan ini dihadiri mayoritas mahasiswa semester 1 di Aula Lt.IV Gedung Rektorat IAIN Pontianak.

Prof. Dr. Ibrahimian, Economic Justice in Nahjul Balaghah menjelaskan beberapa prinsip-prinsip beserta solusinya yang dikutip dari perkataan Ali bin Abi Thalib di dalam kitab Nahjul Balaghah; Pertama, menjaga keadilan dalam semua lini sosial ekonomi. Solusinya adalah adanya penguasa-penguasa yang adil, baik, dan mendukung tersebarnya keadilan ekonomi, dan pengawasan.

Kedua, pengentasan kemiskinan solusinya adalah dari kaum miskin itu sendiri dengan berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya dan dari orang-orang kaya yang datang memberikan bantuan.

DSC_4325Ketiga, kebijakan-kebijakan finansial/ perpajakan yang diambil dalam sebuah masyarakat, karena dapat membantu mewujudkan keadilan ekonomi juga.

Keempat, merupakan masalah urgen di Indonesia yaitu korupsi, maka menurut Ibrahimian koruptor ekonomi harus diperangi untuk mewujudkan keadilan ekonomi.

“Memerangi korupsi ekonomi dengan bermacam bentuknya solusi inilah yang ditawarkan oleh Ali untuk mewujudkan keadilan ekonomi. Oleh karena itu salah satu solusinya adalah memerangi korupsi ekonomi terutama biasanya datang dari penguasa-penguasa dan anak-anaknya yang biasa disebut dengan nepotisme, jika itu bisa dikontrol maka keadilan ekonomi bisa diwujudkan.” ungkapnya.

Kelima, tugas untuk merealisasikan keadilan ekonomi merupakan hak dan kewajiban pemerintah itu sendiri, maka merekalah yang wajib melaksanakan hal tersebut.

Keenam, keadilan ekonomi tidak terwujud karena ada oknum yang selalu tidak puas dengan miliknya sendiri sehingga apa yang telah diperolehnya tetap terasa kurang, karena mereka tidak bisa menerima apa adanya, mereka belum bisa membudayakan sifat qona’ah dalam dirinya.

”Untuk mewujudkan Keadilan Ekonomi maka prinsip yang keenam adalah budaya qona’ah yakni merealisasikan budaya hidup sederhana, baik individu atau pun kelompok, jika budaya ini dibangun maka mudah untuk mewujudkan keadilan ekonomi”, tambah Ibrahimian.




Formula Dakwah Obsesi FUAD Dimasa Mendatang

DSC_4999

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak Dr. Samsul Hidayat, memberikan motivasi kepada mahasiswanya. “Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin masa depan. Dengan begitu, sejak dini harus bekali diri  dengan banyak prangkat, infrastuktur, dan berbagai sarana yang mendukung kompetensi untuk  menjadi pemimpin”.

Samsul sangat berkeinginan mewujudkan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) menjadi Word Class Faculty (fakultas kelas dunia), dan itu bisa tercapai beberapa tahun kedepan. Sebagaimana yang diketahuinya bahwa berdakwah di era modern saat ini itu tidak sama lagi dengan gaya berdakwah pada zaman dahulu seperti berceramah di masjid-masjid dan lain sebagainya.

DSC_5053Akan tetapi, “beberapa waktu kedepan model dakwah itu tidak hanya ditemukan di masjid-masjid maupun di mimbar-mimbar, tapi sudah berada di lingkup yang lebih luas baik di hotel-hotel, perusahaan dan sebagainya. Sehingga sebagai mahasiswa diharapkan memiliki bekal yang kuat untuk terjun di masyarakat dengan benar-benar dapat digunakan dan dipakai oleh masyarakat”, ungkapnya.

Keinginan tersebut bukan tanpa alasan, dua hari sebelumnya dia mengaku mendapatkan Workshop Internasional di IAIN Pontianak yang bertajuk The Program to become a world-class University, dengan mendatang empat pembicara, dua diantaranya Prof. Tim Linsey dan Dr. Marry Gallegher dari Fakultas Hukum Universitas Melbourne Australia.

Menurut Samsul Hidayat, kedua dosen ini, telah berhasil mewujudkan fakultas dengan peringkat kelima terbaik di dunia. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila sebuah fakultas ingin menjadi sebuah fakultas yang bertaraf dunia, diantara yang dibutuhkan untuk menjadi kelas dunia adalah kualitas akademik dari dosen dan mahasiswa. Yang dimaksud dengan kualitas akademik diantaranya ialah bahwa dosen dan mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk memproduk sesuatu, termasuk memproduk ilmu pengetahuan yang biasanya berasal dari penelitian yang dilakukan.

Dia menyebut, Studium General merupakan salah satu contoh bentuk dari bagaimana sebuah produk yang dihasilkan oleh para akademisi yang itu dikemas sedemikian rupa di Komudifikasi secara positif untuk menjembatani dan mengkatalisatori kebutuhan umat. Dengan begitu pesan-pesan dakwah yang diharapkan oleh umat itu bisa terjawab. Tidak kalah pentingnya ternyata untuk menjadi fakultas kelas dunia kita harus banyak memberikan kontribusi sosial di masyarakat. Karena memang kita harus mengerti bagaimana daya beli masyarakat terhadap kita.

“Saya berharap Alumni Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah itu adalah orang-orang yang siap ‘dibeli’ oleh masyarakat dengan harga yang tinggi, bahkan kita berharap kebutuhan masyarakat begitu tinggi, sehingga tidak ada istilah alumni yang nganggur. Selama ini alumni-alumni FUAD itu bahkan ketika masih menjadi mahasiswa sudah bekerja, jadi tidak sampai tunggu wisuda untuk bisa mendapatkan pekerjaan”, jelas Samsul.

Dengan kegiatan Studium General bertemakan Formula Dakwah pada 26 Oktober 2015, tambah Samsul Hidayat, walaupun hanya satu hari mahasiswa dapat mengambil dan mencerna ilmu dengan sedalam mungkin dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan serta mengikuti kegiatan ini dengan maksimal sehingga apa yang kami harapkan dari kegiatan ini bisa tercapai.

Sementara Dr. Hermansyah M.Ag, Wakil Rektor I, punya visi yang sama terhadap Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah yakni berharap fakultas ini menjadi besar, bisa diminati oleh banyak orang karena sesungguhnya masyarakat modern itu memerlukan sentuhan dakwah yang profesional yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tidak mempertahankan dakwah masa lampau yang cendrung membosankan dan kemudian banyak ditinggalkan orang.

“Saya kira fakultas FUAD harus berbenah dan Saya selalu mengatakan bahwa wajib dalam periode ini ada satu  program studi di fakultas FUAD yang nilai akreditasinya “A” dan ini harus menjadi cita-cita dan komitmen bersama antara Dekan Fakultas beserta jajarannya dalam melakukan fasilitas dan pengelolaan anggaran dana yang benar, karena tahun ini pengaturan anggaran-anggaran sudah banya masuk ke Fakultas-fakultas”, tegasnya.




Kurikulum Idealis Mengoutput Guru yang Berkompeten

DSC_0242

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak melangsungkan Workshop Evaluasi & Refreshment dengan tema Kurikulum, SAP dan Silabus Mata Kuliah FTIK dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, di Aula Lt.IV Gedung Rektorat IAIN Pontianak. Hadir sebagai narasumber dari UIN Bandung, Prof. Dr. Agus Salim Mansyur, M.Pd dan Dr. Dadan Rusmana, MA, serta diikuti oleh dosen-dosen IAIN Pontianak pada Selasa, 24 November 2015.

Dalam workshop tersebut Agus Salim menjelaskan tentang kurikulum. Secara sederhana yang diambilnya dari beberapa pengertian bahwa kurikulum itu adalah kehidupan. Di samping itu Kurikulum adalah rencana untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian maka Profil Kurikulum ditujukan untuk menciptakan guru lulusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) yang profesional.

Selain itu dia menyampaikan beberapa saran  bahwa komponen kurikulum yang idealis harus menciptakan output yang berkompetensi.

“Maka dalam kurikulum kalau bisa jangan bicara tentang pelajaran atau mata kuliah. Seharusnya kurikulum yang idealis itu menciptakan output yang kompetensial. Sebab komponen kurikulum yang pertama, adalah tujuan, yang kedua subtansi yaitu menciptakan guru yang berpengetahuan dalam bidangnya, guru yang punya keterampilan mengajar yang bagus, guru yang berkepribadian Islami, dan guru yang mempunyai top skill yang bagus”. kata Agus Salim.




Lambang Terbaru IAIN Pontianak

LOGO Terbaru Warna IAIN Ptk

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No.51 Tahun 2015 tentang STATUTA IAIN Pontianak yang telah diundangkan Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 31 Agustus 2015 dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1303. Inilah Lambang Terbaru IAIN Pontianak dengan penjelasan makna atau filosofinya sebagai berikut:

Lambang ini terinspirasi dari Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) atau puspa pesona yang tumbuh di beberapa daerah di Indonesia– termasuk Kalimantan Barat, adalah salah satu bunga nasional Indonesia. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Bunganya memiliki keharuman dan waktu mekar yang lama.

Dasar bunga menggunakan lambang Tugu Khatulistiwa menggambarkan Islam yang dikembangankan IAIN adalah Islam moderat yang melahirkan “ummatan wasathan” dikehendaki oleh Allah dalam al-Qur’an (2:143).

“Kelopak Luar” anggrek bulan berjumlah 6 (enam) menggambarkan rukun iman dan “kelopak dalam” berjumlah 5 (lima) menggambarkan rukun Islam menjadi filosofi Institut.

Mata Pena di tengah-tengah logo yang mengarah ke buku adalah simbol wahyu pertama, yaitu al-Alaq: 1-5 yang menekankan tentang pentingnya berilmu dan menyebarkannya. Ilmu yang integral tanpa dikhotomi, karena ia berasal dari sumber yang sama yakni Allah Swt.

Tugu Khatulistiwa juga diapit oleh simbol ukiran Khas Kalimantan Barat sebagai simbol pentingnya membumikan model ilmu pengetahuan dengan semangat lokal dalam bingkai universalisme Islam.

Simbol buku yang terbuka adalah kitab suci al-Qur’an yang selalu dikaji dengan semangat keimanan untuk diamalkan.

– Warna Hitam (RGB: 0,00,0) menggambarkan tekad yang kuat untuk mewujudkan cita-cita IAIN yang terbuka dan ulung.
– Warna kuning (RGB: 255,255,0) menggambarkan optimisme, semangat dan keceriaan menuju kejayaan.
– Warna Hijau (RGB: 0,76,0) yang bermakna harmoni dan natural menggambarkan IAIN senantiasa menjaga keseimbangan yang dinamis di tengah masyarakat kultural dengan tetap memelihara nilai-nilai otentik.




Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak Peduli Ketahanan Nasional Melalui Pendidikan Islam

FTIK

Keikutsertaan mahasiswa dalam Pertahanan Negara, memberikan dampak perubahan paradigma di segala bidang kehidupan sosial kemasyarakatan, bangsa dan negara, setelah 15 tahun reformasi dirasakan perlu menata kembali semua aspek kehidupan. Terutama keikutsertaan Warga Negara dalam Pertahanan Negara.

Termasuk dalam hal pembinaan dan pemberdayaan mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak. Memupuk semangat sejak dini menjadi modal awal untuk mewujudkan tujuan pembangunan sumber daya manusia khususnya di bidang pendidikan.

Dr. Lailial Muhtifah, menilai tepat tema yang diangkat dalam kegiatan stadium general 1 FTIK IAIN Pontianak, yaitu “Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam Memperkokoh Jati Diri Bangsa dan Ketahanan Nasional”, tema ini menurutnya akan membuka wawasan baru bagi mahasiswa IAIN Pontianak khususnya mahasiswa baru yang sebagian besar menghadiri kegiatan tersebut.

Melihat tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut, dia mengatakan terdapat tiga hal utama yang akan bahas oleh pembicara yakni; pertama, peran lembaga pendidikan Islam, kedua, dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa, dan ketiga menyangkut ketahanan nasional.

74.2Lailial sebagai Dekan Fakultas FTIK IAIN Pontianak juga mendorong agar mahasiswanya bisa menyelesaikan studi tepat waktu. Hal ini dimaksudkannya agar mahasiswa dengan segera dapat mengabdikan diri dalam membangun bangsa dan negara.

Dalam laporannya, dia menyebut jumlah mahasiswa baru di FTIK sebanyak 440 mahasiswa, PAI 7 kelas, PBA 1 kelas, PGMI 3 kelas, dan PGRA 1 kelas. Dari jumlah tersebut masih bertahan dengan jumlah penerimaan tahun lalu, mengingat sedang dibangunnya fasilitas gedung kuliah baru.

Sementara, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, sangat berterima kasih kepada Mayjen Arif Rahman yang bersedia datang langsung dari Jakarta guna memberi materi peran lembaga pendidikan Islam dalam memperkokoh jati diri bangsa dan ketahanan nasional.

Rektor mengungkapkan jika mengenang perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ada kedekatan dan berhubungan dengan baik antara TNI dengan umat Islam. Dimana tokoh-tokoh pahlawan nasional banyak dihiasi oleh pejuang-pejuang Islam.

Bukan tidak mungkin, mahasiswa-mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan kelak akan menjadi melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap dalam pangkuan Ibu Pertiwi.

Kegiatan tersebut belangsung satu hari yakni pada tanggal 30 September 2015 di Gedung Sport Centre IAIN Pontianak dengan menghadirkan pembicara utama Mayjen Dr. Arif Rahman dari Universitas Ketahanan Nasional (UNHAN) Jakarta, dan Dr. Zaenuddin MA, dan Dra. Rusnila Hamid, M.Si dari IAIN Pontianak.




IAIN Pontianak Berpeluang Menuju Standar Universitas International

LPM#2

Prof. Tim Linsey bersama-sama rombongan menyambangi IAIN Pontianak guna menghadiri kegiatan The International Workshop LPM IAIN Pontianak. Prof. Linsey didaulat sebagai speaker pada Seminar yang mengusung tema “The Program to Become a World-Class University”. Kegiatan itu menghadirkan empat pembicara dan diselenggrakan selama dua hari yakni pada tanggal 27-28 Oktober 2015 di Aula Rektorat IAIN Pontianak.

Prof. Tim Linsey mengungkapkan sangat senang bisa datang dan berada di IAIN Pontianak, lebih bahagia lagi workshop dapat diisi dengan diskusi menarik, menantang, dan membawa harapan baru bagi IAIN Pontianak.

Tim, percaya bahwa IAIN Pontianak memiliki potensi untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia, jika memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, dan komitmen dari semua komponen yang ada, serta dibutuhkan keberanian dalam proses ini.

Menurutnya, apa yang dibutuhkan untuk menembus 500 besar universitas terbaik adalah revolusi dan bukan evolusi. Jika tidak memiliki ide kemana akan melangkah serta visi pembaharuan yang dapat dijadikan bahan mutlak untuk mencapai standar universitas kelas dunia.

Memiliki visi saja tidak cukup, hal yang terpenting adalah mewujudkan visi tersebut dalam bentuk kongkrit. Untuk itu dalam pelaksanaannya adalah mewujudkan visi yang ideal dalam dunia nyata, IAIN Pontianak dituntut untuk memiliki imajinasi dan komitmen tinggi untuk memiliki kualitas dan karakteristik yang semestinya sebagaimana dimiliki universitas kelas dunia.

Sebelum melanjutkan pembicaraan lebih jauh, Tim, memperkenal diri bahwa dia seorang professor di bidang Hukum Universitas Melbourne Australia khususnya di bidang Sistem Hukum Indonesia baik yang konvensional maupun hukum syariah.

Disana dia juga terbiasa menangani kasus hukum seperti pengungsi, orang Indonesia yang tertangkap di Australia, masalah warisan, perkawinan antara orang Australia dan Indonesia, dan perkara-perkara lainnya.

Selain itu, Tim juga menjadi direktur pusat kajian hukum Indonesia, Islam dan masyarakat       di Fakultas Hukum Universitas Mailborne Australia dan menjadi satu-satunya pusat kajian Hukum Indonesia di dunia di luar Indonesia, hanya ada di Australia, paparnya.

Sejak era reformasi pada tahun 1998, Indonesia sudah dihadapkan dengan harapan baru untuk menghirup udara segar menuju perubahan dan pembaharuan yang lebih baik. Namun setelah 17 tahun era reformasi harapan untuk reformasi yang luas dan dalam masih belum terpenuhi di berbagai sektor. Masih banyak tantangan besar bagi universitas-universitas yang ada di Indonesia untuk menembus peringkat 500 universitas terbesar di dunia.

Tim berharap, dengan adanya workshop ini IAIN Pontianak mendapat gagasan baru yang bisa membantu dan memproses menuju universitas kelas dunia. Tidak ada seorang pun yang dapat membantu untuk memproses upaya tersebut kecuali IAIN Pontianak sendiri. Tim dan kawan-kawan yang sengaja datang dari Australia ke Pontianak hanya dapat membantu IAIN Pontianak untuk menghadapi tantangan tersebut. Ia berharap usulan-usulannya dapat bermanfaat dan dapat diwujudkan.




Bank Indonesia Peduli Tingkatkan Mahasiswa Cerdas Melalui BI Corner

Bank Indonesia

Bank Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk berkontribusi di dunia pendidikan.   BI Corner merupakan Program Sosial Bank Indonesia, tujuannya adalah bagaimana BI bisa berkontribusi agar generasi bangsa Indonesia menjadi lebih cerdas.

Upaya yang sudah dilakukan BI di bidang pendidikan adalah memberikan bantuan bea siswa, bantuan penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi, serta untuk saat ini menambahkan jenis bantuan berupa ruang baca yang di dalamnya terdapat sofa, rak buku dan buku, televisi dan komputer.

Program juga menjadi salah satu andalan kegiatan sosial Bank Indonesia yang bertugas menjaga stabilitas ekonomi bangsa. Untuk diketahui pada 2015 ini, BI tengah menargetkan agar terdapat seratus BI Corner yang tersebar di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Sementara diharapkan hingga 2020 terdapat sedikitnya seribu BI Corner yang tersebar.

Khusus ruang baca yang yang bertajuk BI Corner, saat ini diberikan kepada 43 Perguruan Tinggi Negeri yang tersebar di 34 provinsi untuk kabupaten dan kota khususnya untuk universitas-universitas negeri. Untuk di Kalimantan Barat masih terbatas diberikan kepada Untan dan IAIN Pontianak.

Dwi Suslamanto, Kepala BI Wilayah Kalimantan Barat,  sangat berterima kasih kepada Untan dan IAIN Pontianak, bersedia bekerjasama dengan BI untuk menciptakan SDM yang cerdas yang tergabung dalam Generasi BI (GENBI) dan atas diberinya fasilitas tempat untuk ruang baca BI atau BI Corner.

Dwi Suslamanto sebelumnya adalah Deputi Kepala Perwakilan BI Jember, Jawa Timur menggantikan Hilman Tisnawan sejak tahun 2014 lalu, mengatakan BI Corner memiliki misi khusus dalam mengedukasi mahasiswa tentang ekonomi dan dunia perbankan. Dengan ini pula diharapkan mereka mengenal lebih jauh tentang fungsi dan tugas Bank Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, selain meresmikan BI Corner, agenda juga dilanjutkan dengan kegiatan bedah buku yang berjudul “Orang Jepang Naik Haji”. Acara seremoni ditutup dengan penandatangan MoU dan peresmian ruang baca di Fakultas Ekonomi Untan dan ruang baca di Perpustakaan IAIN Pontianak.




Rapor OPAK 2015 Semakin Baik

71.0

Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Khairunas., SH.,MH menilai kegiatan OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) pada tahun ini jauh lebih sukses dibanding dengan penyelenggaraan di tahun lalu. Ini semua adalah partisipasi dan kerja keras semua panitia. Apresiasi ini diberikan setelah dilakukan pengamatan dan melakukan evaluasi tanpa diketahui oleh panitia.

Sebagai Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, ada beberapa hal yang menjadi catatan khairunas pada penyelenggaraan OPAK di tahun 2015, diantaranya, dia secara langsung beberapa kali memberikan pertanyaan kepada peserta OPAK terkait dengan proses penyelenggaraan maupun berkenaan dengan materi tanpa sepengetahuan panitia.

Di samping itu, ia memantau peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut dari awal hingga akhir. Kepala Biro juga memberikan penilaian yang baik karena tidak ada peserta yang tidak mengikuti OPAK, terkecuali yang berhalangan dengan alasan kesehatan.

Pada acara penutupan pun, dirinya bertanya kembali kepada peserta OPAK untuk menanyakan dua pilihan mengenai kegiatan, “apakah kegiatan OPAK berjalan dengan baik atau tidak?” tuturnya. Sontak peserta OPAK menjawab “baik”.

Dengan begitu, paparnya, selama penyelenggaraan OPAK tidak terjadi hal-hal yang di luar ketentuan. Kalaupun ada sikap yang kurang berkenan yang dilakukan panitia terhadap peserta hendaknya dapat dimaklumi sebagai bentuk pengenalan dinamika kampus.

71.1Khairunas berharap setelah ditutupnya kegiatan OPAK secara resmi, tidak ada lagi perbedaan dengan seniornya, bahwa ini panitia dan peserta OPAK. Semuanya sama berstatus mahasiswa IAIN Pontianak.

Sebelum acara seremoni penutupan kegiatan OPAK, pada pagi harinya peserta OPAK diberikan penyuluhan tentang melestarikan lingkungan dengan menanam pohon dari perwakilan Dinas Kehutanan, dan pada acara inti, penutupan secara resmi dilakukan oleh Kepada Biro AUAK IAIN Pontianak ditandai dengan pelepasan papan nama peserta secara simbolik. Selanjutnya diakhiri dengan doa bersama.




Rektor Motivasi Mahasiswa Baru untuk Tidak Berlama-Lama Dibangku Kuliah

70.1

Pembukaan kegiatan OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) IAIN Pontianak, secara resmi dibuka oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, pada tanggal 15 September 2015 di Gedung Sport Center. Sebetulnya, kegiatan ini sehari sebelumnya sudah dimulai dengan agenda pra Opak dan berlangsung hingga 19 September 2015.

Dalam agenda pembukaan, Rektor IAIN Pontianak dihadapan 1069 mahasiswa baru peserta Opak 2015, mengucapkan selamat datang di IAIN Pontianak.

“Ini hari yang bersejarah buat adik-adik sekalian, saya tidak mengira 20 tahun yang lalu juga mengalami hal yang serupa dan tidak bermimpi menjadi seorang rektor. Jangan sepelekan proses kegiatan ini, hargai bahwa kehadiran kalian tidak menjadi sia-sia. ”, teriak Hamka bersemangat.

70.0Sesuai dengan tema kegiatan, “Menuju lulusan yang berharkat dan bermartabat”, Hamka menuturkan kepada peserta opak yang sudah secara resmi menyandang status mahasiswa, agar dalam bertindak, bersikap, berpikir, dan mengambil keputusan harus teliti, cerdas, dan berhati-hati.

Di samping itu, selama berstatus mahasiswa hendaknya menjaga citra IAIN Pontianak. Ada perbedaan mahasiswa IAIN Pontianak dengan mahasiswa lainnya, Minimal mahasiswa harus memahami makna label Islam di dalamnya dan juga satu-satunya sebagai institusi negeri di Kalimantan Barat yang berada di jantung kota Pontianak.

Dengan bagitu, tegas Hamka, hendaknya adik-adik peserta Opak untuk berjanji pada diri sendiri agar tidak berlama-lama kuliah di IAIN Pontianak, mengingat pasar kerja sudah semakin ketat, kalian harus menjadi lulusan yang terampil, cerdas dan kompetitif.

Persaingan tidak hanya dari dalam negeri akan tetapi juga datang tenaga kerja yang berasal dari luar negeri, karena telah dibukanya akses masyarakat ekonomi ASEAN sebagai bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negera-negara ASEAN.

Kendati saat ini, IAIN Pontianak sedang melakukan pembangunan gedung kuliah, Hamka meminta mahasiswa untuk memaklumi kondisi tersebut. IAIN Pontianak sangat kekurangan lokal, dimungkinkan rombongan belajar akan berlangsung sebanyak 4-6 shift setiap harinya.70.2

Hamka, berharap pada tahun ini akan selesai pembangunan 62 ruang kuliah dan 2 ruang pertemuan untuk kapasitas 150 orang, selain itu sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan masjid kampus dan lapangan futsal yang akan selesai pada bulan Desember 2015.

IAIN Pontianak sedang melakukan perubahan, apa-apa yang kurang atau belum bisa dipenuhi agar mahasiswa dapat lebih pro aktif dalam menjadi proses yang sebaik mungkin, karena jika tidak mempersiapkan diri dengan baik, akan menjadi orang asing di rumah sendiri, tutup Hamka.