Walikota Pontianak dan Rektor IAIN Pontianak Apresiasi Seminar Internasional Manuskrip

69.0

Kegiatan International Conference on Nusantara Manuscripts yang rencananya menghadirkan pembicara dari 9 negara terdiri dari Amerika, Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam  disambut baik oleh Walikota Pontianak, Sutarmidji, SH, M. Hum. Dalam acara jamuan makan malam sekaligus acara pembukaan (welcoming dinner and open ceremony) yang diadakan  di     rumah dinas Walikota Pontianak pada Selasa malam, 15 September 2015.

Sutarmidji yang akrab disapa Bang Midji, menuturkan bahwa Kota Pontianak sangat kaya dengan manuskrip kuno, sehingga kegiatan konferensi internasional ini memang tepat dilaksanakan di Pontianak.

Di samping itu, Sutarmidji menyebut dengan adanya konferensi ini bisa menunjukkan bagaimana kemajuan pemikiran masyarakat di masa lalu, bagaimana kearifan lokal masyarakat pada waktu itu.

“Manuskrip yang berkaitan dengan budaya banyak sekali tutur kalimat yang mudah membuka pemahamam pembaca atau pengkaji sastra klasik. Sedangkan sastra modern agak sulit dicerna karena tidak mudah pemaknaannya biasanya dibarengi dengan karya-karya atau musik-musik tradisional.”

69.1Menurutnya, IAIN Pontianak merupakan wadah yang tepat untuk mendiskusikan manuskrip karena merupakan lembaga intelektual yang mampu mensinergikan hal-hal yang berbau kearifan lokal dan modern serta keagamaan.

Hal senada disampaikan oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M. Ag, IAIN Pontianak sebagai lembaga pendidikan keagamaan akan berikhtiar dan berkomitmen untuk menggali dan mengkaji naskah-naskah yang tersebar di nusantara, khususnya lagi di Pontianak.

Para peneliti yang bersemangat mengkaji manuskrip-manuskrip lokal ini diharapkan mampu menggali hal-hal positif yang terdapat pada kebudayaan lokal. Menurut Hamka lagi, Islam sesungguhnya memiliki kaitan yang kuat tentang naskah-naskah klasik, sehingga IAIN Pontianak harus mampu mengkaji lebih dalam soal budaya dan agama yang terdapat pada manuskrip-manuskrip yang tersebar di nusantara.

“Dalam Islam kita bisa lihat banyak sekali khasanah intelektual yang bisa digali. Namun, yang terpenting dalam pemanfaatan naskah-naskah klasik ini tidak hanya soal pengkajian namun juga pemeliharaannya. Pengalaman berharga bisa kita petik dari sejarah, adanya konflik di Timur Tengah menyebabkan adanya pembakaran perpustakaan, Baitul Hikmah, di Baghdad. Karenanya, untuk menjaga naskah agar tidak punah dibutuhkan kesadaran untuk selalu menjaga naskah-naskah ini dengan baik”, jelas Hamka.

Menanggapi kegiatan konferensi internasional yang diselenggarakan di IAIN Pontianak, Hamka menilai agenda ini dianggap penting karena pertama, adanya intelektual nusantara yang khas dalam setiap naskah. Kedua, rapuhnya kondisi manuskrip sehingga harus dipelihara dengan baik. Ketiga, perlunya digitalisasi naskah karena konflik dan bencana alam bisa menjadi faktor rusaknya sebuah naskah.

69.2Hamka menambahkan, manuskrip keagamaan yang tersebar di seluruh nusantara kebanyakan ditulis dengan bahasa Melayu Arab sehingga memiliki kemampuan bahasa Arab yang mumpuni merupakan keharusan. “Kelemahan para filolog dalam mengkaji sebuah naskah biasanya adalah bahasa. Dalam kajian naskah keagamaan, para filolog diharapkan mampu berbahasa Arab dengan baik karena kebanyakan syair-syair keagamaan klasik ditulis dalam bahasa Arab, terutama di Pontianak, menggunakan bahasa Melayu Arab.

Dr. Zainuddin- Ketua Panitia Seminar Internasional Manuscripts mengatakan, “Kegiatan ini selain diapresiasi oleh Walikota Pontianak dan Rektor IAIN Pontianak, yang mengharukan adalah meskipun sedang dilanda musibah kabut asap yang membuat penerbangan terganggu, tidak menyulutkan niat para pembicara untuk hadir dalam  kegiatan ini walaupun harus delay berhari-hari di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Berkat doa seluruh elemen masyarakat Kalbar, Alhamdulillah dari 9 perwakilan negara yang menyatakan siap hadir, hanya perwakilan dari Amerika dan Singapura yang terpaksa membatalkan penerbangan ke Pontianak. Sedangkan 7 negara lainnya bisa hadir. Di luar dugaan,  peserta yang hadir ternyata melampaui target yang diharapkan, lebih dari 150 orang” jelas Zainuddin bersemangat.




Anggota Club Menulis IAIN Pontianak Terbaik Kedua di LKTS-PENTAS 2015

68.0

Zainal Arifin, anggota Club Menulis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak meraih prestasi terbaik kedua dalam Lomba Karya Tulis Sejarah Pekan Cinta Nasional (LKTS-PENTAS) Kebudayaan 2015 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  Berdasarkan surat Panitia, Nomor: 2669/FS.2/LL/2015 tanggal 13 Juli 2015 makalah Zainal berjudul “Nasionalisme di Kalangan Orang Iban di Kapuas Hulu Kalimantan Barat” lolos dalam tahap seleksi makalah. Berdasarkan itu pula, mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Uhsuluddin, Adab dan Dakwah (IAT-FUAD) ini mendapatkan kesempatan presentasi di Semarang pada tanggal 5-9 Agustus 2015.

“Lolos sepuluh besar LKTS PENTAS 2015 bagi saya adalah sebuah anugerah. Bukan dikarenakan saya hebat menulis. Hal ini dikarenakan bimbingan dari pembimbing Club Menulis, Motivasi dari Pembina dan teman-teman Club Munulis serta teman-teman sekelas di IAT”, jelas Zainal membahas kelolosannya.

Menjadi terbaik kedua merupakan hal yang tak terbayangkan oleh Zainal. Mahasiswa dari Kapuas Hulu ini merasa menjadi 10 besar LKTS PENTAS 2015 adalah kesempatan untuk memeroleh inspirasi.

“Dengan perginya ke Semarang saya mendapatkan banyak inspirasi, bertemu dan berdialog dengan orang-orang hebat, serta penulis-penulis muda, untuk memacu semangat saya menulis. Saya bisa bertemu dengan sejarawan yang saya kagumi”

“Alhamdulillah kita mendapatkan prestasi ini”, lanjutnya.

Terbaik kedua di PENTAS merupakan prestasi kedua Zainal di bidang kepenulisan. Sebelumnya, ia meraih juara harapan kedua dalam lomba penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Kalimantan Barat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar. Dalam perlombaan tersebut, dua temannya di Club Menulis Yuyun Nailufar dan Siti Muslikhah meraih juara I dan II.

“Terima kasih Club Menulis, pembina, pembimbing club dan teman-teman semua. Semoga apa yang kita lakukan mendapatkan berkah dari Allah dan menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat”, tutup penulis buku Iban di Kapuas Hulu: Narasi Perjalanan Sungai Besar dan Pengerak ini.




IAIN Pontianak Gelar FGD PTKIN  Se-Indonesia dan Seminar Internasional Manuskrip

top image

Institut Agama Islam Negeri Pontianak (IAIN) Pontianak dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) Perencanaan serta FGD Wakil Rektor II/Wakil Ketua II bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se- Indonesia. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 15-18 September 2015 di Hotel Orchardz Pontianak.

Muhamad Dimyati, MM., selaku Ketua Panitia FGD  mengatakan: “Kegiatan FGD ini dilaksanakan sebagai bagian dari suatu metode PRA (Participacy Rapid Appraisal), yakni sebuah forum diskusi yang dilakukan secara interaktif dalam melihat permasalahan yang dihadapi melalui curah pendapat (brainstorming) dalam menemukan penyelesaian masalah terkait dengan penganggaran atau perencanaan dan keuangan di masing-masing satker PTKIN. FGD yang dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan ini merupakan sebuah langkah dalam mengawal dan melakukan proses penyusunan anggaran agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan regulasi yang telah ditetapkan”.

“Khusus kegiatan FGD yang digelar di Pontianak ini fokus pada peningkatan pemahaman tentang penganggaran pengadaan barang/jasa pemerintah. Dengan demikian diharapkan setelah melakukan ekspolarasi terhadap berbagai persoalan di lapangan akan meningkatkan pemahaman dan penguatan kompetensi serta profesionalitas para perencana di PTKIN se-Indonesia” jelas Dimyati.

Foto Bilboard FGD dan Seminar International  ManuscriptsDimyati melanjutkan, “Adapun FGD Wakil Rektor II/Wakil Ketua II sebagai pejabat yang menangani bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan pada masing-masing satker juga akan melakukan FGD untuk melakukan pengawalan kegiatan perencanaan dan menelaah kembali terhadap ssstem penganggaran dan hal urgen lain yang perlu didiskusikan”.

Suhaimi, M.Pd, Sekretaris Panitia mengatakan: “Panitia sudah berkerja dengan professional dalam menyukseskan acara ini. Ada 180 peserta yang menyatakan siap hadir. Dari 55 PTKIN    Se-Indonesia yang sudah konfirmasi menyatakan siap hadir ada 48 PTKIN. Adapun para pembicara yang kami undang dari Sekretaris Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI; Direktur Pendidikan Tinggi Islam; Bappenas; LKPP Pusat; serta Kabag Perencanaan dan Sistem Informasi Dirjen Pendis Kemenag RI. Semua pembicara menyatakan siap hadir menyukseskan kegiatan ini. Selain diskusi di dalam forum, para peserta juga akan dilatih kekompakan dan membangun tim work yang solid dalam berorganisasi melalui outbound di Singkawang” paparnya.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Hamka Siregar, mengatakan “Sebagai Rektor saya mengapresiasi dan berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Kemenag Pusat yang menunjuk IAIN Pontianak sebagai tuan rumah kegiatan-kegiatan nasional. Alhamdulillah IAIN Pontianak juga sukses menyelenggarakan kegiatan pertemuan Forum Rektor, Forum Wakil Rektor I/Wakil Ketua I PTKIN Se-Indonesia, Forum Wakil Rektor II/Wakil Ketua II PTKIN Se-Indonesia; dan Forum Wakil Rektor III PTKIN se-Indonesia. Dalam waktu dekat ini IAIN Pontianak juga ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan Seminar Internasional Manuskrip yang akan dihadiri 9 negara (Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Belanda, Jerman, Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei) pada tanggal 17 s.d 20 September 2015 ini” katanya.




Kabar Baik Penerima Bea Siswa Tahun 2016

67.0

Banyak beasiswa Dipa sebelumnya diprioritaskan untuk mahasiswa kurang mampu dan berprestasi. Pada tahun 2016 mendatang IAIN Pontianak akan memberikan beasiswa lebih kompetitif, dengan begitu setiap mahasiswa berprestasi memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan beasiswa tanpa harus menyertakan syarat kurang mampu.

Hal ini diungkapkan Kasubdit Sarana dan Prasarana Kemenag RI, yang diwakili Rahmawati dalam Pertemuan Furom Warek III di Pontianak pada tanggal 12 Agustus 2015. Pada tahun 2016 akan diberikan beasiswa berprestasi, hal ini dimaksudkan agar penerima beasiswa lebih luas lagi, jadi mulai tahun depan mahasiswa mampu secara ekonomi akan tetapi memiliki prestasi akademik dan non akademik sudah berhak menerima beasiswa.

Jadi, lanjutnya, beasiswa ini bisa untuk mahasiswa kurang mampu dan mampu juga. Namun, yang terpenting memiliki IPK memenuhi standar untuk mengajukan beasiswa. Berikut untuk panduannya akan diberikan kepada seluruh PTKIN se-Indonesia.

Meskipun begitu, tidak menutup kesempatan kepada mahasiswa kurang mampu. Khusus untuk beasiswa bidik misi masih memperioritaskan mahasiswa kurang mampu dengan persyarakat prestasi akademik.

IAIN Pontianak melalui Wakil Rektor III, Dr. Zaenuddin, MA. MA, mengatakan, saat ini dirinya sudah berupaya mengalokasikan dana untuk bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa berprestasi untuk membiayai pendidikannya, baik prestasi akademik maupun non akademik tanpa harus menyertakan syarat kurang mampu.

Dengan disosialisasikannya beasiswa prestasi, proses seleksi, penyaluran/pemberian diharapkan akan berjalan lebih baik, dan mahasiswa dapat mengikuti studinya dengan lancar dan dapat meningkatkan prestasi dan menyelesaikan program sarjananya dengan tepat waktu.

Perubahan bentuk beasiswa prestasi yang mulai diberikan pada tahun 2016 mendatang, selain bentuk perhatian terhadap mahasiswa yang berprestasi juga untuk memotivasi mahasiswa agar menjadi suatu kebanggaan dan lebih giat lagi belajar serta mampu mengubah pola pikir untuk lebih mandiri karena persaingan akan semakin ketat.




Pertemuan Warek dan Waket III, Bahas Pedoman OPAK dan Ormawa

66.0

IAIN Pontianak kembali mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan sejumlah pertemuan penting. Kali ini menggelar Pertemuan Forum Wakil Rektor dan Wakil Ketua PTKIN se-Indonesia.

Wakil Rektor I Dr. H. Hermansyah, M.Ag, ketika memberikan sambutan pada acara pembuka Pertemuan Forum Wakil Rektor dan Wakil Ketua PTKIN se-Indonesia, memberikan apresiasi kepada peserta kegiatan selama tiga hari yakni pada tanggal 12-14 Agustus 2015 berada di kota Pontianak membahas sejumlah agenda yang berkaitan dengan kemahasiswaan dan kerjasama.

“Selaku tuan rumah, kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk menyelenggarakan sejumlah pertemuan. Mulai dari Pertemuan Rektor pada akhir tahun 2012 lalu, pertemuan Wakil Rektor I dan II di tahun lalu, dalam kesempatan tahun ini kembali menjadi tuan rumah pertemuan Wakil Rektor dan Wakil Ketua III dan tidak lama lagi tepatnya pada bulan September 2015 mendatang juga mendapat kesempatan yang sama yakni menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) Perencanaan PTKIN se-Indonesia”, kata Hermansyah.

Demikian juga, “dengan cuaca saat ini sedang mengalami kemarau dalam beberapa minggu terakhir, dengan kedatangan Bapak dan Ibu peserta Forum Warek III diiringi dengan turunnya hujan, saya piker ini berkah buat kita semua”, selorohnya membuat peserta ikut bertepuk tangan.

Kemudian, Kasubdit Sarana dan Prasarana Kemenag RI, yang diwakili Rahmawati berharap, pertemuan Warek III difokuskan pada pembahasan penyempurnaan pedoman Opak dan Ormawa dapat diselesaikan sehingga pada tahun 2015 sudah dapat digunakan pada PTKIN masing-masing.

Sementara untuk hal-hal lain, seperti pedoman bidik misi tidak ada perubahan, dan pedoman anti radikalisme juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Selanjutnya, dibahas penyusunan pengurus Forum Warek III PTKIN se-Indonesia.




Ukhuwah Islamiyah dan Budaya Kerja Harus Diaplikasikan dalam Menjalankan Tugas

65.0

Acara halal bi halal yang digelar di lantai 4 gedung Rektorat IAIN Pontianak itu dihadiri oleh suluruh pegawai structural, dosen, tenaga kontrak dan beberapa undangan khusus lainnya. Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH. MH, mengatakan, dengan semangat ukhuwah Islamiyah kita semakin bisa membangun secara bersama-sama menuju cita-cita IAIN Pontianak sesuai dengan visi dan misi yang ada.

“Mempererat ukhuwah islamiyah, hendaknya sejalan dengan membangun 5 budaya kerja Kementerian Agama (Integritas, Profesional, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan) yang menjadi tolak ukur kita menuju IAIN yang ulung”, tuturnya.

Menurut Khairunas, membumikan dan mengaplikasikan lima budaya kerja Kementerian Agama bukan sekedar retorika, akan tetapi harus bisa diaplikasikan kedalam tugas dan tanggung jawab sebagai pegawai IAIN Pontianak. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan ukhuwah Islamiyah keluarga besar IAIN Pontianak, baik yang masih menjabat ataupun yang tidak menjabat.

65.1Selain itu, Dr. Abdurrahman Abror, mewakili sesepuh dan pendahulu sebelumnya, dalam pengantarnya, dia mengatakan tantangan yang dihadapi sekarang tentu berbeda ketika dia datang dan bertugas di STAIN Pontianak sebelum berubah menjadi IAIN Pontianak.

Dia memberikan catatan, IAIN harus menjaga mutu kepada setiap calon mahasiswa yang mendaftar ke IAIN Pontianak, minimal harus bisa baca tulis al-Quran. Hal ini diingatkannya, jangan sampai lulusan tarbiyah yang merupakan calon guru khususnya, atau IAIN secara keseluruhan, tidak mengerti baca tulis al-Quran.

Dia juga menyampaikan tiga pelajaran yang bisa dipetik dari pengantarnya. Secara umum kehidupan manusia memiliki tiga hal yang utama harus dipahami. Pertama, masa kanak-kanak dan pemuda, kedua, masa remaja dan, ketiga, masa tua.

Menurutnya, Masa kanak-kanak dan pemuda, adalah bagaimana belajar hidup dan membiasakan diri dalam kehidupan ini. Sedangkan masa remaja adalah masa produktif, dalam masa ini waktu adalah penting. Waktu sangat berharga, akan tetapi pada masa ini sangat sulit dalam mengubah seseorang.

IAIN Pontianak harus bisa melakukan revolusi mental, dan cara berfikir, mengingat pungkasnya, pada tahun 2015 PTKIN ada kenaikan 12 persen dari 79 ribu jumlah mahasiswa baru yang mendaftar, IAIN Pontianak harus mempersiapkan infrastruktur dan SDM yang baik dalam memberikan layanan pendidikan, terlebih dalam membuka jurusan baru.




Marsih Muhammad Mengingatkan, Agar Mahasiswa Menjaga Nama Baik IAIN Pontianak

61.0

Sebanyak 425 Mahasiswa IAIN Pontianak melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahun 2015 di dua lokasi yaitu, Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Kegiatan ini berlangsung selama 40 hari dimulai pada tanggal 31 Juli sampai dengan 7 September 2015. Peserta KKL Integratif dibagi sebanyak 30 kelompok, 7 kelompok ditempatkan di kecamatan Sei Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang, dan 23 Kelompok di Kecamatan Palo Kabupaten Sambas.

Kegiatan Integratif 2015 merupakan bentuk pengabdian masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Melalui program ini mahasiswa harus mengabdikan diri di tengah masyarakat melalui berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembangunan desa tempat mahasiswa melaksanakan KKL.

Konsep dasar KKL Integratif adalah bagaimana melakukan penguatan pada kompetensi masing-masing jurusan yang ada, dengan tetap mengacu pada tri dharma perguruan tinggi. Pengintegrasian dari pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa secara pragmatis, berdimensi luas melalui pendekatan interdisipliner, komprehensif, dan lintas sektoral.

Ketua panitia KKL Integratif, Drs. Marsih Muhammad, M.Ag, menegaskan kepada mahasiswa untuk melaksanakan KKL Integratif dengan sebaik-baiknya dan mempersiapkan diri baik fisik maupun mental serta persediaan dana yang cukup.

Dia menuturkan, KKL Integratif akan menekankan pada penguatan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan.

“Mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Integratif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok”, lanjutnya.

Selain itu, kepada peserta, dia mengingatkan, agar mahasiswa selama menjalankan kegiatan KKL, hendaknya dapat menjaga nama baik, dengan sering melakukan koordinasi sesama anggota maupun tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, ketua kelompok berperan penting untuk menjaga kekompakan anggotanya.

Ada beberapa prinsip yang menjadi paradigm dari KKL Integratif yang harus mahasiswa ketahui, diantaranya; mengintegrasikan ketiga aspek tri dharma perguruan tinggi menjadi satu kesatuan yang utuh dan menopang satu sama lain; penguatan kompentensi masing-masing jurusan dan prodi, dimana mahasiswa berusaha menterjemahkan nilai kompetensi studi dalam bentuk kegiatan dimasyarakat; bersifat interdisipliner-kolaboratif, kegiatan dilakukan dengan lintas jurusan dan program studi; kontekstual, implementasi KKL harus melihat persoalan dan kecenderungan sosial yang ril dihadapi masyarakat, kemampuan merespon dan mencermati kondisi ril di lapangan menjadi pra syarat penting; dan tangible-measurable, dalam membuat pencapaian program dapat dilihat dan dirasakan masyarakat manfaatnya

Hal penting yang selalu diingat adalah aplikasi pengabdian kepada masyarakat, KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan problem solving, tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill).

Dengan begitu, setibanya di lokasi nanti, diharapkannya, mahasiswa menginventarisir segala keluhan dan keinginan masyarakat. Selanjutnya diformulasikan dalam bentuk berbagai kegiatan. “Jadi kegiatan yang kita lakukan lebih cenderung melibatkan masyarakat dan mahasiswa, serta tidak kalah penting KKL Integratif IAIN Pontianak pada tahun 2015 dapat terlaksana dan tercapai sesuai dengan sebaik-baiknya, sehingga keberhasilan dan manfaat KKL dapat dirasakan bersama”, tambahnya.




Tim Kecil Rumuskan Persiapan Agenda Pertemuan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia

60.0

Dalam rangka persiapan pertemuan FGD (Focus Group Discussion) Perencanaan PTKIN se-Indonesia, Subbag Perencanaan IAIN Pontianak menggelar pertemuan Pra Kegiatan FGD  yang dilaksanakan pada 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2015 di Hotel Orchard Pontianak.

Kasubbag Perencanaan dan keuangan IAIN Pontianak, Drs. H. Dimyati, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan sekarang merupakan persiapan dan sekaligus perumusan untuk kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan di IAIN Pontianak.

Dia menuturkan, pra kegiatan FGD saat ini merupakan tim kecil yang bekerja untuk merumuskan persiapan pertemuan besar, yakni kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonnesia yang akan dilaksanakan pada bulan September 2015 mendatang, untuk itu dia berharap, apa yang didiskusikan dalam kesempatan itu, terlaksana sesuai dengan apa yang ditargetkan.

Sementara, ketua FGD Perencanaan PTKAIN se-Indonesia, M. Ridwan, M.Pd.I, menyebut, apa yang dilakukan FGD Perencanaan pada tahun ini mendapat output yang diinginkan terutama peningkatan kompetensi perencanaan PTKAIN se-Indonesia, dan juga beberapa dokumen dan regulasi yang bisa dimunculkan dari tim ini. Beberapa output yang telah dihasilkan dari pertemuan sebelumnya, terkait dengan pengembangan perencanaan PTKIN se-Indonesia.

Ridwan memaparkan beberapa pembahasan yang dihasilkan dalam pertemuan sebelumnya dihadapan peserta yang hadir, seperti juknis BO-PTN yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan mutu lulusan, peningkatan mutu layanan perguruan tinggi serta mempelancar proses pembelajaran di PTKIN.

Disamping itu, juga terdapat hasil lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Beberapa uraian-uraian output dari pertemuan sebelumnya dan telah disepakati bersama, dan akan ditindaklanjuti terutama ada beberapa output yang harus disoundingkan dengan pendidikan tinggi, rektorat, terkait dengan output pusat dan daerah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Selain itu, tim juga telah mendiskusikan rencana pertemuan FGD Perencanaan se-Indonesia, rencananya akan digelar di IAIN Pontianak pada bulan 14-17 September 2015.

Pertemuan yang ditutup dengan kegiatan penyampaian laporan yang diserahkan kepada subbag Perencanaan IAIN Pontianak yang diterima langsung oleh Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH.,MH., diharapkan dapat menghasilkan sebuah formulasi terbaik. “Dari pertemuan ini saya berharap bisa merumuskan perencanaan yang lebih baik lagi. Selain itu nantinya hasil FGD hari ini juga akan kita teruskan ke Subbag Perencanaan IAIN Pontianak untuk ditindaklanjuti lebih jauh,” kata Dr. M. Ridwan.




Prestasi Mahasiswa Perbankan Syari’ah

 Perbankan Syariah

Melalui perjuangan panjang dan persaingan ketat, akhirnya IAIN Pontianak kembali menunjukkan prestasinya setelah tiga mahasiswanya terpilih menjadi Duta Genre Kalbar 2015 setelah Faisal Wahyudi dan Wardatul Fadhilah sebagai runner up 1 putra-putri, Isna Ayu Lestari  duta Persahabatan, ketiganya merupakan mahasiswa FSEI Jurusan Perbankan Syariah.

Pada awalnya, Faisal dan Fadhilah menceritakan, ada informasi di kampus tentang pemilihan Duta Genre Kalbar 2015, sebanyak 22 mahasiswa mengikuti audisi di kampus yang dilakukan oleh Angga yang juga merupakan pemenang Duta Genre Kalbar 2013.

Dalam seleksi kampus dipilih delapan besar PIK-M (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) untuk mengikuti tes tingkat provinsi tahap pertama mewakili IAIN Pontianak. pada tahap ini mahasiswa diseleksi untuk mencari pigur fasilitator dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan promosi program genre, khususnya pengembangan PIK-Mahasiswa sebagai wadah pelayanan informasi dan konseling bagi mahasiswa.

Dari situ, lanjut Faisal, terpilih empat mahasiswa untuk masuk seleksi tahap Road Show to Dumas Mahasiswa Genre melakukan kegiatan aksi, kunjungan, dan bulan bakti mahasiswa Genre. Kegiatan ini diisi dengan melakukan kunjungan ke panti jompo, lapas anak, kantor walikota, sekolah autis, sekolah-sekolah dan juga dalam kegiatan Car Free Day di jalan A. Yani Pontianak untuk mengkampanyekan tiga permasalahan remaja HIV, NAPZA, Free Sex dan lainnya seputar tentang KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja).

Setelah proses tersebut, secara bergantian, Wardatul Fadhilah yang akrap disapa dengan Dela, menjelaskan, peserta menjalani karantina dan proses penjurian, selanjutnya baru akan dilakukan Grand Final Tingkat Provinsi Kalbar. Pada fase ini berlangsung selama 4 hari 3 malam.

“Pada hari pertama dari pagi hingga malam mendengarkan sosialisasi dari pemateri. Lanjut dihari berikutnya adalah proses penentuan duta untuk persiapan penilaian pada acara Grand Final”, tutur Dela yang juga aktivis UKM KSR IAIN Pontianak.

Pada tahap ini, ungkap dia, peserta diwawancara dan dinilai langsung oleh juri sebanyak 5 orang yang menilai tentang pengetahuan umum, public speaking, informasi PIK, seputar BKKBN, dan etika kepribadian. Selain itu peserta juga mempresentasikan program unggulan yang telah dibuat oleh setiap peserta untuk dijelaskan dalam waktu 2 menit.

Setelah melalui proses penjurian, pada Jumat, 3 Juli 2015 digelar malam penganugerahan Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Provinsi Kalbar di gedung Pontianak Convention Centre (PCC). Pada tersebut menjadi detik-detik yang menegangkan, karena semua finalis akan mempresentasikan secara acak berdasarkan tema yang diundi dihadapan juri dan penonton yang memenuhi gedung.

Selama proses kegiatan pemilihan, Dela, mengaku, merasakan pengalaman luar biasa dan kerja keras. Selain merasa senang dan bangga bisa meraih hasil yang baik, tentunya perjuangan dia dan rekan-rekannya tidak sia-sia, dan menjadi bekal untuk hal yang lebih baik lagi.

Pemenang dalam ajang ini akan mewakili Kalbar dalam pemilihan Duta Mahasiswa Genre tingkat nasional 2015 pada bulan September, akan memperebutkan Piala Ibu Negara.




Mahasiswa KKL Harus Menjadi Duta IAIN Pontianak

KKL Integratif

Kegiatan KKL Integratif IAIN Pontianak yang sedang dilaksanakam di dua daerah menyedot antusiasme yang tinggi dari peserta. Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., mengatakan, mahasiswa KKL Integratif harus mewakili kampus dalam upaya mempromosikan potensi akademik, dan menjadi sosok mahasiswa yang kreatif, inovatif, dan unggul selama mengabdikan diri kepada masyarakat.

Menurutnya, hal itu perlu ditunjang dengan penampilan yang simpatik, santun, dan berdedikasi dalam mensukseskan KKL Integratif 2015. Penyelenggaraan KKL merupakan bagian integral dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini menyangkut perpaduan terbaik dari aspek-aspek yang mencakup pengetahuan umum, pengetahuan akademik, pegabdian, wawasan bermasyarakat dan pengembangan diri.

Melalui kegiatan KKL Integratif, Hamka menegaskan, mahasiswa harus menjadi duta IAIN Pontianak. mahasiswa harus meningkatkan disiplin, dedikasi, dan tanggung jawab yang tinggi untuk membantu dan mengabdi kepada masyarakat.

Dengan bagitu, lanjut dia, sebagai duta, selain harus mampu mempromosikan IAIN Pontianak, juga harus mampu membantu masyarakat di daerah, menjadi inspirator dan motivator dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat.

Ada beberapa prinsip yang menjadi paradigma dari KKL Integratif, diantaranya; mengintegrasikan ketiga aspek tri dharma perguruan tinggi menjadi satu kesatuan yang utuh dan menopang satu sama lain; penguatan kompentensi masing-masing jurusan dan prodi, dimana mahasiswa berusaha menterjemahkan nilai kompetensi studi dalam bentuk kegiatan dimasyarakat; bersifat interdisipliner-kolaboratif, kegiatan dilakukan dengan lintas jurusan dan program studi; kontekstual, implementasi KKL harus melihat persoalan dan kecenderungan sosial yang ril dihadapi masyarakat, kemampuan merespon dan mencermati kondisi ril di lapangan menjadi pra syarat penting; dan tangiblemeasurable, dalam membuat pencapaian program dapat dilihat dan dirasakan masyarakat manfaatnya.

Dalam mengaplikasikan pengabdian kepada masyarakat, KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan  pemecahan masalah (problem solving), tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill).

KKL Integratif menguatkan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksud kan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan.

Mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Integratif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok. Dengan demikian, mahasiswa dapat menginventarisir segala keluhan dan keinginan masyarakat. Selanjutnya diformulasikan dalam bentuk berbagai kegiatan.

Sebanyak 425 Mahasiswa IAIN Pontianak yang melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahun 2015 di dua lokasi yaitu, Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Kegiatan ini berlangsung selama 40 hari dimulai pada tanggal 31 Juli sampai dengan 7 September 2015. Peserta KKL Integratif dibagi sebanyak 30 kelompok, 7 kelompok ditempatkan di kecamatan Sei Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang, dan 23 Kelompok di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas.

Ketua panitia KKL Integratif, Drs. Marsih Muhammad, M.Ag, juga menegaskan kepada mahasiswa untuk melaksanakan KKL Integratif dengan sebaik-baiknya dan mempersiapkan diri baik fisik maupun mental serta persediaan dana yang cukup.

Dia menuturkan, KKL Integratif akan menekankan pada penguatan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan.

“Mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Integratif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok”, lanjutnya.

Selain itu, kepada peserta, dia mengingatkan, agar mahasiswa selama menjalankan kegiatan KKL, hendaknya dapat menjaga nama baik, dengan sering melakukan koordinasi sesama anggota maupun tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, ketua kelompok berperan penting untuk menjaga kekompakan anggotanya.