Nasri: PTKIN Unggul, dengan Perencanaan yang Bermutu

 FGD Perencanaan

Dalam rangka persiapan pertemuan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia, Bagian Perencanaan  dan Keuangan IAIN Pontianak menggelar pertemuan Pra Kegiatan FGD (Focus Group Discussion) yang dilaksanakan pada 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2015 di Hotel Orchard Pontianak.

Ketua panitia pra kegiatan FGD Perencanaan PTKIN, H. Dimyati, S.Sos. MM, mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan sekarang merupakan persiapan dan sekaligus perumusan untuk kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan di IAIN Pontianak.

Dia menuturkan, kegiatan Pra FGD saat ini dihadiri tim kecil yang bekerja untuk merumuskan persiapan pertemuan besar, yakni kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan September 2015 mendatang, untuk itu dia berharap, apa yang didiskusikan dalam kesempatan itu, terlaksana sesuai dengan apa yang ditargetkan.

Sementara itu, ketua FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia, M. Ridwan, M.Pd.I, menyebut, apa yang dilakukan FGD Perencanaan pada tahun ini sudah menghasilkan beberapa output yang diinginkan terutama peningkatan kompetensi perencanaan PTKIN se-Indonesia, dan beberapa dokumen dan regulasi yang bisa dimunculkan dari tim ini. Beberapa output yang telah dihasilkan dari pertemuan sebelumnya, terkait dengan pengembangan perencanaan PTKIN se-Indonesia.

Ridwan juga memaparkan beberapa pembahasan lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan sebelumnya dihadapan peserta yang hadir, seperti juknis BOPTN yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan mutu lulusan, peningkatan mutu layanan perguruan tinggi serta mempelancar proses pembelajaran di PTKIN.

Lebih lanjut, terkait dengan kegiatan FGD Perencanaan yang akan dilaksanakan 14-17 September 2015, Kasubbag Perencanaan Dirjen Pendis, Drs. Nasri, MM., menyampaikan tema kegiatan tersebut, yaitu; PTKIN Unggul, dengan perencanaan yang bermutu.

Nasri, menilai, apa yang dilakukan tim perumus dalam kegiatan Pra FGD Perencanaan, pembahasannya sudah kepada mutu Perencanaan lembaga. Walaupun, FGD Perencanaan sendiri, bekerja dilatarbelakangi banyak pemasalahan dalam bidang perencanaan, khususnya untuk penyusunan anggaran, pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Dalam kesempatan tersebut, guna meningkatkan mutu perencanaan tim kecil pada kegiatan Pra FGD memulai membuat grand desain mutu perencanaan perguruan tinggi. Nasri, mengaku, sebenarnya hal itu sudah disinyalemen dari Bappenas sebelumnya, yakni target akhir dari PTKIN.

Selain pemaparan berbagai pembahasan dalam pertemuan itu para peserta juga memberikan beberapa pertanyaan dan masukan mengenai kesamaan persepsi terhadap penyusunan anggara pada tahun 2016. Seperti diketahui, pada tahun 2016 dari sisi teknis di aplikasi akan ada perubahan nomenklatur kegiatan.

Kemudian, menata ulang output perencanaan PTKIN sebelumnya, untuk disesuaikan dengan renstra yang ada saat ini. Pada pertemuan FGD di IAIN Pontianak nanti, Nasri berharap, peserta punya persepsi yang sama dalam berbagai macam persoalan hukum yang muncul dan bagaimana menyelesaikannya tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Disamping itu, juga terdapat report lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Beberapa uraian-uraian output dari pertemuan sebelumnya dan telah disepakati bersama, dan akan ditindaklanjuti terutama ada beberapa output yang harus disoundingkan dengan pendidikan tinggi, terkait dengan output pusat dan daerah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Selain itu, tim juga telah mendiskusikan rencana pertemuan FGD Perencanaan se-Indonesia, rencananya digelar di IAIN Pontianak pada tanggal 14-17 September 2015.

Pada akhir pertemuan ditutup dengan penyampaian laporan yang diserahkan oleh Subbag Perencanaan Dirjen Pendis Kemenag RI dan diterima Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH.,MH., diharapkan dapat menghasilkan sebuah formulasi terbaik.

“Saat ini memang diperlukan satu pemahaman bersama untuk membangun Perencanaan Perguruan Tinggi yang bermutu, melalui rumusan grand desain ini, tim akan memiliki kemampuan yang lebih baik lagi dalam hal perencanaan PTKIN”, tambah Nasri.




Ilmu dalam Perspektif Epistemologi Barat dan Islam

Seminar

Pembicara dalam seminar internasional Pascasarjana IAIN Pontianak, Sabtu, 13 Juni 2015, Nirwan Syafrin, Ph.D, mengatakan, Ilmu dibangun atas landasan epistemologi, dan dibentuk oleh worldview, karena itu konstruk epistemologi setiap peradaban akan berbeda antara satu dengan yang lain.

Term Barat disini, menurutnya, tidak merujuk pada letak geografis atau geo politik, tetapi lebih pada worldview atau pandangan hidup. Secara umum, worldview bisa dimaknai sebagai perangkat konsep-konsep penting yang digunakan seseorang untuk memahami dan menginterpretasi fenomena yang ada disekitarnya.

Walaupun terdapat titik singgung, terang Nirwan, bangun epistemologi tidak bisa dikatakan sama, antara Barat dan Islam atau pun peradaban satu dengan lainnya, namun tetap terjadi perbedaan. Perbedaan itu berasal dari worldview (pandangan) Perbedaan Barat dan Islam dalam berbagai aspek sesungguhnya muncul dari dalam Bahasa Namrib al-Attas disebut sebagai konfrontasi permanen.

Worldview, dalam perspektifnya, adalah seperangkat konsep yang dimiliki sesorang yang memahami dan menginterpretasikan objek-objek yang ada disekitarnya. Konsep-konsep disini adalah termasuk konsep penting, diantaranya mengenai tuhan, wahyu, agama, ilmu, pendidikan dan lain sebagainya.

Dia menyebut, Terbentuknya epistemologi Barat modern dapat dilacak dari rentetan episode yang dikenal dengan Renaissance, Enlighttenment, dan Modernity. Fase kebangkitan (Renaissance) merupakan awal dari sejarah peradaban Barat modern pada abad 16. Istilah ini mengindikasikan bahwa Barat sebelum fase Renaissance berada pada abad “kematian” atau biasa dikenal dengan dark age.

Pada fase ini, tambahnya, benar-benar sedang mengalami kebangkitan dalam bidang seni, kesusasteraan, filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, dan ekonomi.  Perubahan yang terjadi sangat luar biasa, memberikan efek besar dalam kehidupan masyarakat barat, terutama yang paling menonjol adalah yang terjadi pada bidang sains dan filsafat.

Dalam upaya untuk mengungkapkan dan menangkap kebenaran tentang alam, tambahnya memberi contoh, masyarakat Barat modern hanya berpegang pada pengalaman (experience) dan penelitian (observation). Metode observasi dan eksperimen inilah yang kemudian dijadikan standar metodologi saintifik.

Dalam perjalanannya, Nirwan mengungkapkan, konsep keilmuan seperti ini kemudian diperkokoh oleh mazhab positivisme yang digagas oleh Agus Comte dan diperkuat oleh lingkaran Wina (Vienna Circle) yang memunculkan mazhab pemikiran baru yang dikenal dengan positivisme logis. Jika metode ini digunakan hanya untuk ilmu alam, mungkin masih bisa dimengerti, tapi motode ini ternyata juga menjadi acuan dalam kajian keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora termasuk agama.

Dia berpendapat, disinilah awal sekularisasi ilmu, yaitu ketika ilmu dijauhkan dan dilepaskan dari ikatan wahyu. Sains yang dulunya punya hubungan erat dengan dunia metafisis, namun sejak revolusi sains, hubungan keduanya diputus total. Sain jadinya dianggap sebagai produk akal inderawi manusia semata, kebenaran diukur sejauhmana ia bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah.

Sedangkan, ilmu dalam konstruk epistemologi Islam, Nirwan menjelaskan, tauhid adalah fondasi dalam ajaran Islam. Mustahil ada Islam tanpa tauhid, maka dengan demikian mustahil juga ada kebaikan bisa diterima disisi Allah tanpa ketauhidan (al-Zumar: 65). Tauhid-lah esensi ajaran dan peradaban Islam, konstruk epistemologi Islam juga juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip tauhid.

Nirwan mengatakan, setidaknya ada dua prinsip pokok epistemologi Islam yang bisa diderivasi dari tauhid. Pertama, berdasarkan tauhid, kebenaran bukanlah misteri yang sulit atau tidak bisa ditemukan. Kebenaran merupakan sesuatu yang bisa digapai oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, selama orang berkenaan memiliki inderawi dan akal sehat.

Kedua, prinsip yang bisa diderivasi dari konsep tauhid ini adalah bahwa kebenaran tidak semuanya relative, sebagian kebenaran ada yang memiliki sifat kemutlakan dan manusia dapat mengetahui kebenaran mutlak tersebut.

Jika tauhid adalah fondasi epistemologi Islam, maka syirik merupakan penyimpangan epistemologi dan kekeliruan ini sama sekali tidak bisa ditolerir (an-Nisa, 48). Allah dengan tegas menyatakan bahwa pelakunya (musyrik) adalah sesat (an-Nisa: 116) dan akan abadi di dalam neraka (al-Maidah: 72).

Begitu besar kekeliruan musyrik, Rasulullah tidak menemukan padanannya dengan kesalahan besar apapun termasuk mencuri dan berzina. Dalam salah satu hadis, Rasulullah menyatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi tauhid, masih punya harapan untuk masuk surga, meskipun dia pernah melakukan kejahatan lain seperti mencuri dan berzina (Bukhari: 5489 dan Muslim: 193).

Kenapa Islam memperlakukan tauhid sedemikian penting. Kembali dia menyatakan, tauhid adalah dasar epistemologi berpikir dan bertindak seorang muslim. Kekeliruan dalam tauhid sama dengan kekeliruan epistemologis yang sudah pasti berdampak pada kekeliruan perbuatan. Bagaimana mungkin orang bisa mempersepsikan realitas dan berbuat benar jika gambarannya mengenai Allah sebagai al-Haqq (Realitas dan kebenaran mutlak) saja keliru.

“Orang bisa saja salah dalam perbuatannya, tetapi jangan sampai salah dalam epistemologinya, karena orang yang salah dalam tataran epistemologi, sulit, bahkan tidak mugkin untuk melakukan perbaikan, selama framework tidak dibenarkan dahulu. Bagaimana seseorang mungkin memperbaiki perbuatannya jika dia sendiri tidak melihat per buatannya itu salah”, tutup Nirwan.




Tahun 2016 Prospek Baru bagi Calon Mahasiswa Jurusan PGRA

PAUD

Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Atfal (PGRA) IAIN Pontianak merupakan destinasi pavorit bagi calon mahasiswa baru, Jurusan ini tidak hanya memberikan prospek baru bagi kejuruan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan menyediakan program pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), atau Raudhatul Atfal (RA) sebagai jalur pendidikan formal, jenjang pendidikan pertama ketika anak memasuki usia 4-6 tahun.

Pasalnya, program pendidikan ini sedang berkembang di kota-kota sampai ke daerah terpencil, tentu, program ini menjadi perhatian bersama dan perlu disiapkan secara baik tenaga pendidik yang profesional. Hal ini dipandang serius, karena pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan ling­kungannya.

Ketua Jurusan PGRA, Nur Hamzah, M.Pd, mengatakan, Pendidikan Guru Raudhatul Atfal FTIK IAIN Pontianak memberikan peluang agar anak-anak dapat berkembang dengan seluruh aspek kepribadian dan lingkungan melalui proses bermain, karena bermain merupakan prinsip yang melekat pada kodrat anak. Pada prinsipnya, lanjutnya, pendidikan guru Raudhatul Atfal yang diselenggarakan, bertujuan untuk memfasilitasi calon pendidik yang profesional dalam mendidik pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Saat ini, Jurusan PGRA FTIK IAIN Pontianak membuka kesempatan bagi siswa-siswi yang akan atau telah menyelesaikan studi tingkat atas untuk mendaftarkan diri ke Jurusan PGRA pada tahun 2016 sebagai mahasiswa baru, dan calon pendidik bagi anak-anak usia dini.

Jurusan ini memberikan pelatihan-pelatihan khusus, dan pada tahun 2016 akan menyediakan laboratorium, serta alat peraga lainnya. Salah satunya Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Media Pembelajaran adalah untuk memperdalam konsep dasar bagi calon tenaga Pendidik Raudhatul Atfal. Selain itu, Jurusan PGRA juga memberikan mata kuliah keahlian seperti teori-teori pemkembangan anak dan lainnya guna menyiapkan calon pendidik yang memiliki ide kreatif, wawasan, dan pemahaman teoritik.




Membangun Kesadaran Budaya Mutu

 LPM

Salah satu bentuk perubahan perguruan tinggi yang sedang berlangsung adalah transformasi spirit corporate culture ke dalam institusi pendidikan tinggi. Artinya, menerapkan prinsip penatakelolaan yang baik ke lembaga pendidikan tinggi. Dengan menerapkan nilai-nilai good governance yang esensial, yaitu; transparansi, akuntabilitas dan responsiveness terhadap budaya akademik dan prakarsa, serta dampaknya terhadap mutu layanan.

Ir. Abu Bakar Alwi, MT., Ph.D., mengatakan, membangun mutu perguruan tinggi diperlukan sistem, standar, dan aturan-aturan untuk melaksanakannya dan dijadikan sebuah proses budaya dan budaya itu adalah kita, dimana kita membiasakan diri terhadap sistem, standar dan aturan tersebut.

Sapendi
Sapendi, M.Pd.I (Ketua LPM IAIN Pontianak)

Menurutnya, kesadaran terhadap mutu adalah sesuatu yang berbeda, jika hanya membicarakan mutu dalam aspek teoritik saja, maka kita hanya akan membuka dan berbicarakan soal apa, dan apa tentang mutu. Untuk itu diperlukan kesadaran dan ada proses gradual pada diri kita untuk menyesuaikan dengan mutu, dan tujuannya adalah kepuasan pelanggan.

Alwi menyebut, apapun yang dilakukan jika tidak memberikan kepuasan ter­hadap pelanggan maka sesungguhnya kita bukan apa dan tidak memberikan apa-apa. Terlebih, di tengah persaingan global, kita ingin keluar sebagai pemenang, dan yang perlu disadari ditengah keinginan itu akan mengalami kegagalan berkali-kali, sehingga kegagalan itu adalah guru dalam memperbaiki kualitas.

Mengelola mutu dapat diartikan kita selalu melakukan sesuatu yang benar diwaktu yang tepat, dan selalu berusaha untuk melakukan perbaikan. Orang yang menjaga mutu tidak bisa diam dan selalu membuat perbaikan secara terus menerus sehingga kualitas semakin baik.

Perguruan tinggi memiliki infra struktur mutu pendidikan, sistem, standar, aturan-aturan, dan proses integrasi yang menjadi bagian penting. Mutu tidak bisa berjalan sendiri karena di dalam lembaga terdapat berbagai elemen. Mutu adalah lembaga, mutu bukan masing-masing elemen dalam lembaga, tegasnya sebagai pembicara dalam seminar Membangun Budaya Mutu yang diselenggarakan LPM IAIN Pontianak.

Ketua LPM IAIN Pontianak, Sapendi, M.Pd, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan, seminar Membangun Budaya Mutu pada hari Selasa, 16 Juni 2015, Gedung Biro AUAK, bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya mutu dan mengembangkan mutu pendidikan tinggi baik pada tahapan input, proses, output dan outcam-nya.

Membangun budaya mutu sudah diamanatkan oleh undang-undang, Sapendi berharap, seminar yang diselenggarakan dapat memberikan tambahan wawasan tentang mutu, sehingga seluruh komponen yang ada di IAIN Pontianak memiliki kesadaran bersama dalam membangun budaya mutu.

Menurut Sapendi, LPM sebagai lembaga hanya memberikan penjaminan mutu, akan tetapi penjamin mutu terselenggaranya pendidikan di IAIN Pontianak melekat pada semua publik internal secara keseluruhan, mulai dari unsur pimpinan, dosen, tenaga administrasi  dan mahasiswa.

Wakil Rektor I bidang Akademik, Dr. H. Hermansyah, M.Ag, membuka secara resmi dalam sambutannya menekankan sikap disiplin sebagai bagian dari kesadaran budaya mutu IAIN Pontianak, mutu harus memiliki standarisasi, dan harus dimulai dari hal yang terkecil.

Hermansyah, berkeinginan menjadikan IAIN Pontianak sebagai lembaga yang besar dan bermutu, saat ini semua jurusan sudah terakreditasi dan rata-rata dengan akreditasi B, sementara akreditasi lembaga masih dalam proses.

“Dari jumlah mahasiswa pun, IAIN Pontianak terus mengalami perkembangan dari sebelumnya hanya menerima sekitar 300 mahasiswa menjadi 1000 mahasiswa baru setiap tahunnya”, terangnya.

Dia, menegaskan, jumlah tersebut harus diimbangi dengan mutu pendidikan yang baik, jika tidak secara perlahan akan ditinggalkan atau jika itu berlanjut maka akan melahirkan orang-orang yang tidak bermutu dan menjadi masalah di tengah masyarakat, yaitu pengangguran yang terdidik.

Namun begitu, Hermansyah,  mengingatkan mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut, mutu bukan semata-mata urusan Rektor, ketua LPM, Kabiro AUAK, atau Dekan Fakultas, tetapi itu menjadi urusan kita semua dalam hal menjaga dan meningkatkan mutu yang sudah ada.

“Seminar ini terselenggara mudah-mudahan dapat memunculkan kesadaran kita semua, bahwa mutu dan budaya mutu di lingkungan pendidikan IAIN Pontianak itu penting. Kita boleh bangga dengan status lembaga sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Kalbar, tetapi tidak cukup untuk berhenti disitu, dan jauh lebih penting semua yang ada disini berkualitas”, tutup Hermansyah.




Khairunas: Mengutamakan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

khairunas

Sejak dilantik oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin pada 23 September 2014, Khairunas, SH., MH., resmi menjadi Keluarga Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan (AUAK) memberikan tantangan baru untuknya yang selama ini memangku amanah sebagai Auditor Irjen Kementerian Agama sejak 1999 hingga 2014.

Mengimplementasikan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama RI diutamakannya dalam menjalankan tugas tersebut. Bekerja sebagai Auditor maupun Kepala Biro AUAK tak harus membuatnya berbeda pandangan terhadap pekerjaanya. Kemana pun, kapan pun ia tetap bekerja secara Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan memberikan Keteladan.

“Saya mempunyai prinsip bahwa saya harus bekerja secara profesional dan maksimal. Apakah saya sebagai Auditor atau menjadi Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, saya tetap bekerja secara Integritas, Profesional, dan memberikan keteladanan pada siapa pun, sebab itu adalah komitmen diri saya”, tegas mantan Ketua Kelompok Bidang Investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama ini.

Berhadapan dengan administrasi tentu bertolak belakang dengan pengalaman kerjanya yang berurusan dengan kasus dan mengandalkan keahlian khusus keauditoran. Perbedaan signifikan tersebut membuatnya harus beradaptasi, untuk itu berpikir postif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya merupakan aplikasi nilai budaya yang ia tanamkan pada dirinya.

“Perbedaan yang sangat signifikan saya rasakan, dulu saya menjadi Auditor dan terakhir di investigasi, bekerja me nyelesaikan kasus-kasus dimanapun dan kapan pun, mengandalkan keahlian khusus keauditoran. Nah! sekarang saya jadi Kepala Biro harus bekerja di Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan, dan duduk di belakang meja ngurusin surat-surat dan semacamnya, karenanya saya perlu beradaptasi. Tetapi karena mempunyai semangat mengabdi, pekerjaan bagaimana dan dimana pun tidak menjadi kendala, sehingga walau pekerjaan itu asing akan berjalan lancar, semoga bermanfaat besar, insya Allah”, katanya bersemangat

Berkaitan dengan 5 nilai budaya kerja tersebut, Khairunas juga menjadikannya sebagai pola keteladanan kepada pegawai. Dia menunjukannya dengan kedisiplinan jam kerja, berdasarkan rekapitulasi kehadiran Khairunas selalu datang dibawah pukul 07.30 dan pulang lewat  pukul 16.00. Selain sebagai tanggung jawab pada pekerjaannya, Khairunas sendiri mempunyai prinsip tidak meninggalkan pekerjaan untuk diselesaikan keeseokan harinya. Maka tidak heran jika mejanya selalu bersih dan rapi dari berkas dan surat-surat.

“Saya selalu mengedepankan kedisiplinan dan memberikan contoh teladan kepada pegawai dengan datang lebih awal dan pulang di atas jam 4. Bahkan pulang pun sering malam karena mengerjakan pekerjaan kantor. Sebab saya tidak ingin meninggalkan pekerjaan untuk keesokan hari nya. Semua surat dan berkas saya tuntaskan hari itu juga”, cerita Khairunas di ruang kerjanya.

“Saya ingin konsentrasi penuh untuk pengabdian diri saya demi peningkatan pengembangan IAIN Pontianak”,  tegasnya. Komitmen bukanlah sekadar pengakuan semata. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembenahan yang telah dilakukan. Beberapa di antaranya adalah terlaksananya peng hapusan gedung bangunan MAS dan Masjid Syarif Hidayatullah dan pembangunan kembali ruang perkuliahan.

Selain itu, pengembangan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negara lain yang saat ini telah bekerja sama dengan Universitas Malaysia Sarawak (UNIMAS), Terlaksananya upaya sinergisitas dengan pimpinan daerah dalam bentuk MoU dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Agama Kalimantan Barat, dan Pemerintahan Kota Pontianak, Pengembangan keterampilan dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) melalui dorongan studi lanjut, dan partisipasi berbagai kegiatan penelitian dengan memberikan kesempatan pada dosen untuk melakukan penelitian dalam jumlah yang banyak serta meng anggarkan bantuan kepada 12 dosen untuk melanjutkan studi S3.

Khairunas mengaku bahwa berbagai pembenahan yang dilakukan, tak lain untuk pengembangan dan kemajuan IAIN Pontianak, maka berbagai agenda strategis untuk peningkatan kualitas layanan dan mutu telah dirancang. Agenda ini berkaitan dengan Peningkatan kuantitas dan kualitas penerimaan mahasiswa, mutu pelayanan bidang akademik dan non akademik, mutu kurikulum, kualitas mahasiswa dan alumni, hubungan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah maupun dan perguruan tinggi berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta bidang pengembangan unit usaha dan pemberdayaan aset. Peningkatan tersebut dilakukan melalui pengembangan di kegiatan akademik, kelembagaan, Sarana Prasarana, dan Sumber Daya Manusia baik dosen, tenaga kependidikan serta mahasiswa.

“Ada beberapa dimensi yang patut diperhatikan dalam peningkatan kualitas dan kemajuan IAIN Pontianak; pertama, perbaikan mutu pelayanan. Kedua, Penetapan langkah antisipasi dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Ketiga, Perbaikan sistem kelembagaan yang lentur agar lebih mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan,” jelas lulusan Magister Hukum Jurusan Pidana Universitas Islam Jakarta.

Dimensi lain yang menjadi perhatian pemimpin yang lahir di Batusangkar, Sumatera Barat ini adalah Peningkatan efektivitas kerja sama kelompok dan optimalisasi tim kerja di antara unit-unit yang terkait, penataan manajemen berdasarkan kepemimpinan yang efektif, serta pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia. Secara gesit, program kerja yang disebutnya sebagai cita-cita itu sebagian besar sedang dalam pembenahan dan beberapa di antaranya telah masuk dalam list target untuk dilakukan segera.

”Ada beberapa yang sedang dan akan dilakukan, di antaranya adalah Pemutakhiran data mahasiswa IAIN Pontianak yang saat ini ada berbagai versi yang berbeda jumlah nya. Penataan analisa beban kerja  dan analisa kebutuhan tenaga fungsional dosen, fungsional tertentu lainnya dan pegawai administrasi yang sudah dilakukan dalam bentuk E-Formasi. Kemudian evaluasi kedisiplinan PNS dengan menyurati atasan langsung dan pelanggaran disiplin de ngan memberikan sanksi hukuman dalam rangka pening katan disiplin. Finalisasi STATUTA IAIN Pontianak yang tinggal selangkah lagi yakni dalam penetapan pakaian almamater, senat dan toga akademik serta kondisi jaringan internet”, tutupnya.




IAIN Pontianak Mesti Punya Peran dalam Perkembangan Masyarakat Internasional

 Wisuda#2

Momentum alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak saat ini telah dimanfaatkan secara maksimal.

“IAIN Pontianak tidak boleh berhenti berbenah. Kita semua paham, bahwa era globalisasi menuntut adanya kesiapan untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin kompetitif, termasuk di bidang pendidikan dan dakwah Islam”, kata Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, saat menyampaikan pidato rektor pada wisuda IAIN Pontianak, Rabu, 3 Juni 2015.

Wisuda#3Sebagai Rektor IAIN Pontianak, Hamka, punya pandangan ke depan menjadikan perguruan tinggi ini kelas dunia (world class university) dan perguruan tinggi percontohan (model university) dengan tata kelola yang baik (proper management), beridentitas kerakyatan (populy identity) serta berakar pada sosio-kultur Indonesia (Indonesian sociocultural based).

Dia menegaskan, IAIN Pontianak mesti punya peran secara signifikan dalam perkembangan masyarakat internasional, sehingga diupayakan agar terus meningkatkan kualitas pada semua bidang dan mengarahkannya untuk mencapai posisi strategis.

Di bidang hubungan dan kerjasama luar negeri, terangnya, IAIN Pontianak sudah mengirimkan mahasiswa untuk kuliah dan kerja lapangan di luar negeri. Tahun ini adalah tahun kedua mengirimkan mahasiswa untuk KKL di Sarawak Malayasia berjumlah 30 orang, sebelumnya pada tahun lalu telah mengirimkan 20 mahasiswa.

Ke depan, Hamka, berencana, akan jajaki Thaiand dan Brunei Darussalam untuk kuliah dan kerja lapangan bagi mahasiswa. Berbagai program ini tidak lantas menampik ciri khas keIslaman dan lokalitas.

Wisuda sarjana dan pascasarjana IAIN Pontianak, 3 Juni 2015 yang diikuti sebanyak 300 wisudawan, yang terdiri dari wisudawan pascasarjana sejumlah 32 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak 179 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan bahasa Arab IAIN Pontianak 13 orang.

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Jurusan Ekonomi Islam 47 orang. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Jurusan Muamalah 7 orang. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sejumlah 8 orang. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) jurusan Bimbingan dan Konseling Islam sejumlah 14 orang.

Kepada wisudawan, Rektor IAIN Pontianak mengucapkan selamat. Dia berpesan, kita semua sependapat bahwa ilmu yang diperoleh, adalah alat, akan sangat tergantung pada, dan untuk apa, serta bagaimana ilmu tersebut digunakan. Nilai universal dari pemanfaatan ilmu, adalah untuk kemashlahatan umat dan bangsa secara keseluruhan.

Sekaranglah saatnya saudara-saudara mengamalkan ilmu tersebut di masyarakat. Buktikanlah bahwa gelar yang diperoleh menunjukkan kompetensi yang dimiliki. Bentuknya adalah karya nyata. Ilmu yang didapat selama dibangku perkuliahan ringkasnya hendaklah dimanfaatkan secara positif dan kreatif. Jadilah tokoh-tokoh pembaharu di masyarakat. Berbuatlah yang terbaik untuk umat dan bangsa di manapun kelak saudara/i bekerja.

Para wisudawan adalah duta kampus IAIN Pontianak. Oleh karena itu, dia “menitipkan” nama baik kampus ini. Ketika saudara-saudari berhasil di masyarakat, maka nama IAIN Pontianak akan terbawa baik juga. Sebaliknya dari itu, apabila saudara gagal dan terlibat dalam kasus-kasus yang merugikan Negara, nama IAIN Pontianak akan terbawa-bawa pula. Meskipun kita paham, tambahnya, bahwa tidak ada satu pun kampus yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kaidah-kaidah kebaikan.

“Karena itu para lulusan ingat dan peganglah kuat nilai-nilai agama, nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan. Sebagai pencerminan dari keluhuran budi, kejujuran, kebenaran, dan keadilan apabila digabung dengan kemampuan ilmu pengetahuan serta semangat pengabdian, sebagai wujud nilai kepahlawanan pada masa kekinian, insya Allah akan menjadi amunisi yang besar untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi”, tegas Hamka sebelum mengakhiri pidatonya.

Selain daripada itu, tutup Hamka, apa yang saudara capai pada hari ini, tidak lepas dari jerih payah kedua orang tua. Setelah wisuda ini, segeralah bersimpuh untuk mengucapkan terimakasih. Jadilah anak yang berbakti pada orangtua.




Sarjana Baru, Harus Punya Peran dalam Membangun Moral, Mentalitas dan Karakter Bangsa

Jimly Asshiddiqie#2

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, mengucapkan selamat kepada para wisudawan IAIN Pontianak, mudah-mudahan sesudah menjadi sarjana bisa melanjutkan tugas untuk belajar dari kehidupan nyata, jika sebelumnya belajar dari buku, ucapnya.

“Sebagai umat Islam dan seluruh umat manusia, mari kita belajar sebagaimana Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah Saw, pertama kali mendapat wahyu yakni dengan perintah membaca (iqra), sedangkan Allah SWT mengetahui ketika pertama kali nabi Muhammad Saw tidak dapat membaca buku, maka perintah Iqra itu maknanya tidak lain, bukan membaca leterlek seperti yang kita pahami, membaca disitu adalah membaca kehidupan”, kata Jimly.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum RI (DKPP-RI) 2012-2017 ini juga mengajak segenap sarjana baru agar memulai membaca kehidupan, bukan sekedar lagi membaca buku. Buku oleh penulisnya menjelaskan dan menceritakan realitas masa lalu, sering kali buku ketinggalan zaman.

Jadi, terangnya, kalau selama ini rajin membaca buku, jangan-jangan pengetahuan kita sudah ketinggalan, maka kita harus membaca dunia nyata sambil menjadikan buku sebagai referensi, karena itu membuat kita terus menerus bergaul dengan perkembangan informasi kehidupan dan terlibat dalam perkembangan teknologi.

Kepada kedua orangtua wisudawan, Jimly, sekali lagi mengucapkan selamat putra-putrinya telah menjadi sarjana, mudah-mudahan menambah kualitas kualifikasi generasi muda bangsa yang menempati posisi intelektual yang dapat memberikan kecemerlangan, sinar bagi kemajuan umat.

Bangsa Indonesia, menurut Jimly, adalah bangsa yang sangat kaya raya, tetapi kekayaan alam yang dimiliki itu bisa dua kemungkinan yaitu bisa menjadi anugerah dan bisa menjadi sumber malapetaka. Pasalnya, semua Negeri Islam mulai dari Maroko sampai Marauke kaya akan sumber daya alam, itu sebabnya di jajah oleh bangsa Barat.

Jimly, mengutip Joseph E. Stiglitz, dalam tesisnya, escaping from the curse of natural resources, kekayaan sumber daya alam itu bisa menjadi anugrah dan bisa menjadi sumber kutukan, gara-gara kaya bangsanya dijajah, termasuk Indonesia belum mengalami pencerahan, disebab kan rata-rata tingkat pendidikan masih rendah.

Sarjana baru IAIN Pontianak hendaknya bisa menambah kualitas generasi baru Indonesia yang menduduki lapisan SDM yang dapat mengelola dan mengurusi Negara dan bangsa Indonesia ke depan.

Jimly menyerukan, agar moment wisuda dijadikan sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah, dan bekerja untuk kemajuan bangsa di bidang keahlian masing-masing.

Selain ahli dibidangnya juga punya peran dalam membangun moral, mentalitas, dan karakter bangsa. Apa lagi pemerintah saat ini mencanangkan revolusi mental, atau gerakan nasional revolusi mental dengan maksud menjadikan mentalitas dan moralitas menjadi korp bisnis pembangunan bangsa.

Hal ini diakuinya, setelah 15 tahun reformasi, justru moralitas dan etika kehidupan berbangsa jadi “melorot” dan “memprihatinkan”. “Hukum kita carut marut, politik membuat orang berburu kekuasaan dengan berbagai macam cara, demokrasi membuat orang bebas mencari nafkah untuk memperkaya diri sendiri”, tegasnya.

Dampaknya adalah kehidupan liberalisme pasca reformasi yang menyebabkan turunnya kualitas moral berbagai lini sehingga kehidupan berbangsa mengalami kerusakan. Karena itu, bangsa ini sangat memerlukan sarjana yang memenuhi aspek moralitas, etika dan karakter. Mudah-mudahan sarjana IAIN Pontianak dapat memanfaatkan peluang dan mengambil peran dalam membangun bangsa, ajak Jimly.

Jimly menuturkan, kehidupan moral bangsa saat ini sedang menghadapi masalah, tingkat kriminal sedang meningkat tajam, fakta menunjukkan penjara diseluruh wilayah Indonesia penuh dengan orang-orang yang bermasalah.

Hukum yang ditegakkan tidak mengurangi tingkat kriminalitas, tentu hal ini disebabkan moral bangsa ini sedang rusak, oleh sebab itu urusan moral harus dijadikan sasaran untuk berdakwah, dan perubahan, ini menjadi tantangan para sarjana IAIN Pontianak, pungkas Jimly.




Catatan Perjalanan PIONIR VIII Palu 2015

PIONIR

Kegiatan PIONIR diawali dengan acara pemecahan rekor MURI pembacaan surat Yasin sepanjang 4 kilometer di sepanjang teluk palu yang dilaksanakan setelah sholat ashar pada Minggu 17 Mei 2015. Kegiatan tersebut mencatatkan rekor dari MURI sebagai pembacaan Yasin dengan shaff terpanjang.

Dalam pembacaan surah Yasin tersebut, disertakan pembacaan terjemahan surat yasin dalam 10 bahasa daerah se Indonesia. IAIN Pontianak berkesempatan menyertakan terjemahan surat Yasin dalam bahasa Dayak Kanayatn di depan Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Gubernur Palu dan seluruh undangan yang hadir.

Keikutsertaan IAIN Pontianak dalam kegiatan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) yang diselenggarakan oleh IAIN Palu, merupakan agenda dua tahunan bagi Perguruan Tinggi Kementerian Agama Negeri (PTKIN) se-Indonesia.

Kontingen PIONIR ke VII IAIN Pontianak, dipimpin langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA.MA., didampingi oleh 7 orang official dengan menyertakan 25 orang Atlit.

Adapun cabang-cabang yang diikuti adalah Musabaqah Makalah Al Quran 1 Putra dan 1 putri, Tenis meja 4 orang atlit dengan mengikuti kategori Perorangan Putra 2 Orang, Perorangan Putri 2 Orang, Ganda Putera dan Ganda Puteri. Bulu Tangkis Perorangan Putera 1 Orang Perorangan Puteri 1 Orang serta Ganda PUtera dan Ganda Puteri. Musabaqah Tilawatil Qur’an Putera dan Puteri.

Cabang lainnya, Musabaqah Hifzil Qur’an 5 Juzz Puteri dan 10 Juzz Putera. Cabang Kaligrafi 2 orang yaitu kategori Dekorasi Puteri dan Naskah Putera, Riset serta Cabang Catur 4 orang 3 putera dan 1 puteri pada kategori Klasik Perseorang Putera dan Puteri, Kilat Perseorangn Putera dan Puteri, Cepat Perseorangan Putera dan Puteri serta pada cabang beregu putera kategori Cepat, Kilat dan Klasik.

Berbekal prestasi delapan besar pada dua tahun lalu, IAIN Pontianak dalam kegiatan PIONIR VII di Palu Sulawesi Tengah kali ini belum mampu meningkatkan prestasinya. Pada Pionir ini hanya mampu meraih pretasi melalui cabang catur pada kategori Catur Cepat Beregu Putra medali Perak dan Catur Kilat Beregu Putra Medali Perunggu.

Selain itu, agenda lainnya pada Pertemuan Wakil Ketua dan Wakil Rektor PTKIN se-Indonesia, menghasilkan pembentukan Forum Wakil Rektor Bidang Kemahsiswaan seluruh PTKIN se Indonesia, Dr. Zaenuddin MA, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak dipercaya sebagai Sekretaris Forum Wakil Rektor III Se Indonesia tersebut.

Dalam pesan singkatnya, Zaenuddin, mengungkapkan, ini adalah sebuah kehormatan bagi kita IAIN Pontianak, dipercaya sebagai Sekretaris Forum Warek III PTKIN Se Indonesia, semoga dengan terpilihnya dia, akan memberikan sebuah kontribusi positif kedepannya dan menjadikan IAIN Pontianak sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terkemuka tidak hanya di forum lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional.




Bedah Buku “Indonesia Milik Allah” bersama Ustadz Hari Moekti

Bedah Buku

Pada tanggal 04 April 2015, di gedung UPT IAIN Pontianak dilaksanakan kegiatan bedah buku “Indonesia Milik Allah” yang mendatang seorang Ustadz yang merupakan mantan rocker pada era 90-an.

Ia adalah Hari Moekti, pengarang Indonesia Milik Allah. Buku yang ditulisnya terinspirasi dari lagu yang diciptakannya. Dari lagu yang berjudul sama dengan judul buku itu.

Dia menuliskannya dalam sebuah buku karena menurutnya, jika hanya dibuatkan lagu maka orang akan cepat melupakannya. Akhirnya dengan saran dari teman-temannya, jadilah buku yang berjudul “Indonesia Milik Allah”.

Dari judul buku tersebut tentu kita menjadi penasaran dengan isi yang ada didalamnya. Isi buku ini adalah segelintir pengalaman dari Beliau yang melihat keadaan Indonesia yang kaya raya alamnya tetapi dikuasai oleh pihak-pihak asing.

Menurut Hari Moekti, Indonesia telah dikuasai oleh Negara asing yang memperoleh keuntungan besar dari hasil kekayaan Indonesia. Beliau mengatakan Indonesia telah dijual oleh Negara kepada para penguasa yaitu kaum kapitalis sebagai pemilik modal.

Hasil kekayaan Indonesia yang seharusnya dimanfaatkan oleh rakyat indonesia tenyata tidak demikian adanya. Justru, hasil kekayaan alam Indonesia dijual oleh Pemerintah yang kemudian di ekspor ke luar Negeri dan pada akhirnya Indonesia akan mengimpor kembali hasil kekayaannya sendiri dari negara lain.

Penulisan buku Indonesia milik Allah ditujukan untuk menyadarkan penguasa-penguasa yang telah memanipulasi rakyat dengan berbagai hal. Sebenarnya dalam hal ini rakyat menjadi korban.

Namun, untuk menyadarkan atau bahkan mengubah Indonesia menjadi Negara yang mandiri tanpa bantuan atau bisa dikatakan hutang dengan Negara lain akan tidak mudah dilakukan. Melihat keadaan Indonesia yang seperti sekarang ini, tentu menjadi masalah yang sangat berat. Mengingat banyak pihak yang terkait dengan semua ini.

Buku Indonesia milik Allah ingin menunjukan bahwa Indonesia adalah Negara yang diberikan banyak kekayaan alam oleh Allah SWT. Dengan adanya buku ini penulis mengharapkan untuk bisa mengembalikan hukum yang ada di Indonesia seperti hukum Islam yang mementingkan rakyat bukan hukum yang mementingkan pejabat tinggi pemerintah.

Buku Indonesia Milik Allah mengajak semua pihak untuk kembali ke jalan Allah, menjalankan syariat dan hukum Islam sesuai dengan yang ada didalam Al quran bukan sesuai dengan yang manusia ciptakan.

Tentu saja, apabila hukum Islam telah dijalankan di negeri ini, kedamaian akan tercipta. Tidak akan ada lagi kemiskinan dan beban-beban yang di tanggung oleh rakyat. Dengan dijalankannya hukum Islam di Negeri ini, pemimpin akan senantiasa mementingkan kepentingan rakyat dan mensejahterakan rakyat-rakyatnya.




Audisi Aksi Indosiar di IAIN Pontianak

Aksi Indosiar

Menyambut bulan suci Ramadhan, Indosiar kembali mengadakan program religi yang mengedukasi dan menginspirasi pemirsanya. Salah satu acara yang ditayangkan nanti adalah Akademi Sahur Indonesia (AKSI) 2015.

Kegiatan audisi pun dilakukan didaerah-daerah, dari Sabang sampai Marauke. Di Kalbar Indosiar bekerjasama dengan IAIN Pontianak untuk melakukan audisi Akademi Sahur Indonesia (AKSI) untuk mencari orang-orang berbakat menjadi Ustadz dan Ustadzah.

Indosiar sebagai salah satu saluran TV swasta nasional, mengutip Rakyan dalam http://www.indosiar.com/, Tim Produksi Indosiar, timnya mendatangi kampus-kampus dan pesantren-pesantren guna mencari yang terbaik.

Acara yang akan menampilkan pendakwah muda season kedua, sebelumnya memiliki rating yang cukup tinggi. Para peserta yang lolos pada audisi akan tampil di televisi pada bulan Suci Ramadhan untuk mensyiarkan Islam kepada seluruh pemirsa Indosiar.

“Alhamdulillah, beberapa kota yang didatangi melalui program audisi AKSI, disambut antusias yang sangat besar oleh masyarakat setempat, walaupun audisinya sendiri dilakukan secara tertutup” ucap Rakyan.

Sementara, Aspari Ismail, Kasubbag TU, Humas dan Kerumahtanggaan IAIN Pontianak, mengatakan Audisi Aksi yang diselenggarakan di Gedung Rektorat lantai 4 pada tanggal, 21 April 2015, sangat ramai dan proses seleksi pun terbilang ketat.

Para peserta yang datang dari berbagai perwakilan, baik dari kampus IAIN, MA dan SMA, atau Pondok Pesantren menunjukkan kemampuan yang tidak jauh berbeda pada saat proses audisi. Para peserta menunjukkan kemampuan berceramah terbaiknya.

Aspari berharap, kegiatan seperti ini mudah-mudahan dapat terus dilakukan terutama untuk daerah Kalbar, dan tentunya tidak hanya dari stasiun TV Indosiar tapi juga dari televisi swasta lainnya.

IAIN Pontianak selaku lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri, siap mendukung dan bekerjasama untuk kemajuan umat dan masyarakat Kalbar, tambahnya.