Pembinaan Pegawai, Rektor Beri Tausiyah Jelang Buka Puasa Bersama

 buka bersamaSetelah sukses mengadakan silaturahmi dan pembinaan seluruh pegawai pada saat menyambut Ramadhan (17/6), IAIN Pontianak kembali mengadakan Pembinaan Pegawai Tenaga Kependidikan yang dirangkaikan dengan Peringatan Nuzulul Qur’an pada 2 Juli 2015 atau 15 Ramadhan 1436H bertempat di ruang teater IAIN Pontianak.

Kegiatan ini diadakan atas inisiasi dari Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH., MH., dalam rangka membina mental para pegawai di lingkungan IAIN Pontianak, serta untuk memanfaatkan momentum bulan Ramadhan guna meningkatkan spiritualitas dalam kinerja sehari-hari.

24.2Acara yang diselenggarakan ini dihadiri seluruh Pegawai Struktural, hadir juga Kepala Biro AUAK, dan para Kabag dan Kasubbag. Acara diawalai dengan bersama-sama membaca al-Quran 30 Juz, khatamul Qur-an  dan mendengarkan tausiyah.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag memberikan tausyiah pada acara tersebut, mengingatkan bahwa puasa diperintahkan Allah dalam Qur-an hanya untuk orang yang beriman bukan kepada manusia keseluruhan.

Menurutnya, ini sarat dengan makna, karena yang mengetahui bahwa kita puasa hanyalah diri kita sendiri, atau bahkan kita sendiri tidak pernah tahu apakah kita puasa atau tidak, ini artinya butuh keyakinan yang kuat untuk menjalankan ibadah puasa.

Berkenaan dengan kinerja bahwa puasa juga merupakan perjuangan, lanjutnya, maka lakukanlah dengan ikhlas agar perjuangan itu bisa mengubah kita kearah yang lebih baik, disitulah bisa dilihat perbedaan sifat orang yang puasa dengan yang tidak puasa.

Hamka, merujuk Firman Allah SWT dalam QS. Quraisy, ayat 2-5 bahwa jangan kita menjadi orang yang tidak konsisten, jadilah orang yang teguh dalam bertindak dan bekerja. Jadikanlah al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman dalam kehidupan, katanya.




Testimoni Peserta Ujian UM-PTKIN

UM-PTKIN#3

Muhammad Saparudin, alumni SMA Negeri 2 Sekadau mengaku lega sekaligus was-was setelah mengikuti ujian tertulis Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) Tahun 2015 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada hari Selasa, 23 Juni 2015.

“Perasaan saya otomatis lega bercampur deg-degan, mampu atau tidaknya saya menjawab ujian”. Ceritanya setelah mengikuti ujian tes Keislaman.

Mengisi jawaban pada lembaran soal menjadi kekhawatiran untuknya, terlebih pria berkulit sawo matang ini bukan berasal dari pendidikan Madrasah. Tes Kebahasaan, terutama Bahasa Arab merupakan tes yang paling ia khawatirkan.

“Jujur, saya kesulitan di bahasa Arab, apalagi saya ini dari SD, SMP, SMA bukan Madrasah tetapi sekolahnya umum, jadi pusing, sangat pusing”, akunya.

Mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, celana panjang berbahan kain warna hitam, potongan rambut pendek menunjukan keseriusan peserta yang mendaftar di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), sebab dalam poin disiplin ditentukan peserta harus berpakaian rapi, tidak mengenakan celana jeans dan sandal.

“Saya berharap dapat lulus di sini. Saya sudah menjadi alumni tahun lalu, jadi melanjutkan baru tahun ini. Saya juga tidak ada mendaftar di tempat lain, hanya di sini di IAIN”, harapnya dengan suara yang terbata-bata.

“Mohon doanya, semoga saya lulus di sini”, tutupnya.

Tidak jauh berbeda dengan Saparudin, pada hari terakhir ujian tertulis, Rabu, 24 Juni 2015, peserta lain bernama Rudi Kurniadi, mengatakan mantap, PAI sebagai jurusan yang dipilihnya. Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting untuk menyeimbangkan pergaulan yang semakin modern.

“Saat ini banyak anak muda yang lebih memilih hal-hal yang modern dibandingkan dengan untuk akhirat. Jadi sangat diperlukan pendidikan agama Islam, akhirat dapat dunia dapat, jelas alumni SMK Negeri 7 Pontianak ini.

Membaca soal melalui internet merupakan cara yang dipilih oleh Nunung Zakiyah. Peserta yang memilih Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (KPI-FUAD) tersebut mengaku tidak mengalami kendala saat ujian. Gadis yang berasal dari Galing-Sambas ini datang tiba pukul 06.15 agar tidak telat.

Berdasarkan data dari Panitia Pusat UM-PTKIN didapat data bahwa peminat yang mendaftar     di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya. Mayoritas pendaftar di PTKIN justru berasal dari sekolah umum yang mengalahkan jumlah pelamar dari madrasah/pondok pesantren.




Ujian Serentak Jalur UM-PTKIN

Seleksi masuk melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) telah dilaksanakan secara serentak pada Univeritas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) di seluruh Indonesia yang dilaksanakan tertulis  secara serentak di bawah koordinasi Diktis  Kemenag RI, pada tanggal 23-24 Juni 2015.

Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan, Sumarman, S.Ag, mengatakan IAIN Pontianak sebagai salah tempat penyelenggaraan ujian tersebut, berjalan dengan lancar dan tertib tanpa menemukan kendala teknis satu pun.

UM-PTKIN#2IAIN Pontianak sebagai panitia pelaksana telah melakukan persiapan dengan memperhatikan beberapa hal terkait dengan pelasanaan ujian, baik yang berhubungan dengan ruangan maupun petugas pengawas ujian, peserta pun pada hari pertama diminta menjadi saksi terkait dengan validasi soal ujian.

Peserta UM-PTKIN, tutur Sumarman, pada pelaksaan ujian di IAIN Pontianak diikuti sebanyak 375 orang dari 391 orang yang mendaftar. Terdiri dari 377 kelompok ujian IPS, 13 orang dari kelompok IPC dan 1 peserta dari kelompok IPA.

Sementara, tambah Sumarman, untuk jalur SPAN-PTKIN sampai dengan tanggal 24 Juni 2015 tercatat data sementara dari bagian keuangan sebanyak 220 peserta yang telah mendaftar ulang.

Sementara, untuk penerimaan mahasiswa baru jalur lokal atau SPMB IAIN Pontianak, baru akan dibuka pendaftaran pada tanggal 3 Agustus sampai dengan 28 Agustus 2015 mendatang di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pontianak. Jalur ini paling diminati dari peserta lokal setiap tahunnya.




Panitia Pelaksana UM-PTKIN IAIN Pontianak, Adakan Sosialisasi untuk Pengawas dan Penanggung Jawab Ruang Ujian

sosialisasi

Pengawas dan Penanggung Jawab Ruang mendapatkan arahan dan sosialisasi pelaksanaaan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) dari Panitia Pelaksana IAIN Pontianak, dari Wakil Rektor I Bidang Kemahasiswaan dan juga sebagai ketua panitia lokal pelaksana ujian, Dr. H. Hermansyah, M.Ag., Selasa, 22 Juni 2015.

Ketua Panitia UM-PTKIN, Dr. Hermansyah, M.Ag., mengatakan bahwa Pengawas atau Penanggung Jawab Ruang Ujian adalah pegawai yang dipilih langsung oleh atasan berdasarkan kriteria yang ditentukan. Satu di antaranya adalah pengawas berpendidikan minimal S-1.

“Bapak dan Ibu ini dipilih menjadi pengawas bukan asal pilih saja, tetapi berdasarkan rekomendasi atau pilihan atasan langsung sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, sekarang ketentuan dari pusat pengawas minimal S1”, terang Hermansyah.

Pegawai yang terpilih dapat bekerja sama dalam pelaksanaan ujian, tambah Hermansyah, dengan menunjukan sikap profesional, bertanggung jawab, dan untuk hari pelaksanaanya datang lebih awal, pukul 07.00 sudah ada di kelas.

bagian Kesekretariatan, Helmi Hardi, M.Pd., dalam sosialasinya mengungkapkan, di ruang Pengadilan Semu, Gedung Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam dijadikan ruang pengisian Lembar Berita Acara Keadaan Naskah Soal Ujian, Berita Acara Pelaksanaan Ujian, dan Amplop Lembar Jawaban Ujian.

“Nanti saat membuka amplop soal ujian ada peserta yang diminta menjadi saksi. Kode Ujian untuk IAIN kita adalah 22, sedangkan kode soal ada di bagian depan soal ujian, dan berkenaan dengan kedisiplinan dan ketertiban ujian nantinya, peserta dan pengawas diminta untuk berpakaian rapi, handphone dimatikan, agar tidak menganggu pelaksanaa ujian, paparnya menegaskan.

Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri merupakan ujian seleksi masuk Univeritas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) di seluruh Indonesia yang dilaksanakan tertulis  secara serentak di bawah koordinasi Direktorat Pendidikan Tinggi Islam  Kementerian Agama Republik Indonesia.

IAIN Pontianak merupakan panitia pelaksana untuk yang mendaftar di IAIN Pontianak, namun peserta yang mendaftar di PTKIN lain dapat ikut ujian di IAIN Pontianak.

Pelaksanaan UM-PTKIN Tahun 2015 berlangsung selama dua hari yakni 23-24 Juni 2015. IAIN Pontianak menyiapkan 21 ruangan, yakni Ruang IPA 1, Ruang IPS mencapai 19, dan Ruang IPC 1 di Gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan (FTIK) dan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) IAIN Pontianak.




Rektor IAIN Pontianak Ajak Bertaqwa dengan Sebenar-Benar Taqwa

untaian

Rabu, 24 Juni 2015 bertepatan dengan 8 Ramadhan 1436 Hijriah. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag menyampaikan tausiah pada kuliah sepuluh menit di Masjid Raya Mujahidin Pontianak.

Ribuan jama’ah memadati untuk melaksanakan shalat Isya dan tarawih serta witir di masjid yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 20 Januari 2015 yang lalu. Masjid tersebut menjadi kebanggaan masyarakat Kota Pontianak khususnya dan masyarakat Kalimantan Barat umumnya.

Dalam tausiahnya Hamka mengutip Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran 102).

Dia menjelaskan, ayat tersebut mengabarkan bahwa ada indikasi orang yang bertaqwa tapi tidak dengan sebenar-benarnya taqwa. Orang seperti itu hanyalah menipu dirinya sendiri. Di depan manusia kelihatan begitu shaleh, dengan segala aksesoris keshalehannya.

18.2Namun dihatinya masih menyimpan dendam, amarah, hasut, iri dan dengki dan segala macam penyakit hati lainnya. Kehadirannya membuat saudara-saudaranya, teman kerjanya, tetangganya merasa tidak aman, tambah Hamka.

Hamka mengatakan, bahwa dewasa ini sesungguhnya lebih jahil dari zaman jahiliyah di masa Nabi Muhammad Saw. Pembunuhan terjadi di mana-mana. Padahal dinyatakan dalam al-Qur’an bahwa membunuh satu nyawa sama dengan membunuh seluruh manusia di muka bumi ini.

Penyakit sosial tersebar di seluruh penjuru negeri, terangnya, Kerusakan mental generasi muda sangat mengkhawatirkan. Karena itu penting bagi kita semua untuk melakukan perbaikan akhlak sesuai dengan misi kenabian. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw: “Aku diutus untuk memperbaiki/menyempurnakan akhlak”.

Lakukanlah perbaikan akhlak itu dimulai dari diri sendiri dan keluarga masing-masing. Sebagaimana firman Allah Swt: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).

“Kalau setiap diri dan keluarga menjaga akhlak dengan baik, maka yakinlah bahwa perbaikan akhlak akan mudah dilaksanakan dan semakin membesar dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, hingga bangsa dan negara”, tutupnya.




Membangun Kesadaran Budaya Mutu

Budaya Mutu

Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Pontianak mengawali dari serangkaian kegiatan yang telah direncanakan, dengan menggelar kegiatan seminar bertema “Membangun Budaya Mutu.” Kegiatan tersebut dihadiri para pejabat, dosen, dan melibatkan perwakilan mahasiswa IAIN Pontianak, pada hari Selasa, 16 Juni 2015, di Ruang Teater Gedung Biro AUAK.

Ketua LPM IAIN Pontianak, Sapendi, M.Pd, mengatakan, seminar Membangun Budaya Mutu tersebut, bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya mutu dan mengembangkan mutu pendidikan tinggi baik pada tahapan input, proses, output dan outcomenya.

Membangun budaya mutu sudah diamanatkan oleh Undang-undang. Sapendi berharap, seminar yang diselenggarakan dapat memberikan tambahan wawasan tentang mutu, sehingga seluruh komponen yang ada di IAIN Pontianak memiliki kesadaran bersama dalam membangun budaya mutu.

Menurut Sapendi, LPM sebagai lembaga bukan hanya memberikan penjaminan mutu, akan tetapi penjamin mutu terselenggaranya pendidikan di IAIN Pontianak melekat pada semua publik internal secara keseluruhan, mulai dari unsur pimpinan, dosen, tenaga administrasi,  dan mahasiswa.

Wakil Rektor I bidang Akademik, Dr. H. Hermansyah, M.Ag, membuka secara resmi kegiatan tersebut. Warek I dalam sambutannya menekankan sikap disiplin sebagai bagian dari kesadaran budaya mutu IAIN Pontianak. Mutu harus memiliki standarisasi, dan harus dimulai dari hal yang terkecil.

Hermansyah, berkeinginan menjadikan IAIN Pontianak sebagai lembaga yang besar dan bermutu. Saat ini semua jurusan sudah terakreditasi dan rata-rata dengan akreditasi B, sementara akreditasi lembaga masih dalam proses.

“Dari jumlah mahasiswa pun, IAIN Pontianak terus mengalami perkembangan dari sebelumnya hanya menerima sekitar 300 mahasiswa menjadi 1000 mahasiswa baru setiap tahunnya”, terangnya.

Dia menegaskan, jumlah tersebut harus diimbangi dengan mutu pendidikan yang baik, jika tidak secara perlahan akan ditinggalkan atau jika itu berlanjut maka akan melahirkan orang-orang yang tidak bermutu dan menjadi masalah di tengah masyarakat, yaitu pengangguran yang terdidik.

Namun begitu, Hermansyah  mengingatkan mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut, mutu bukan semata-mata urusan Rektor, Ketua LPM, Kabiro AUAK, atau Dekan Fakultas, tetapi itu menjadi urusan kita semua dalam hal menjaga dan meningkatkan mutu yang sudah ada.

“Seminar ini terselenggara mudah-mudahan dapat memunculkan kesadaran kita semua, bahwa mutu dan budaya mutu di lingkungan pendidikan IAIN Pontianak itu penting. Kita boleh bangga dengan status lembaga sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Kalbar, tetapi tidak cukup untuk berhenti disitu, dan jauh lebih penting semua yang ada disini berkualitas”, tutup Hermansyah.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut adalah Ir. Abubakar Alwi, MT., Ph.D. (Wakil Rektor I Universitas Tanjungpura), Dr. H. Hermansyah, M.Ag. (Wakil Rektor I IAIN Pontianak), H. Khairunas, SH. MH., (Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak) dan Sapendi, M.Pd. (Ketua LPM IAIN Pontianak).




Hamka Siregar Letakkan Batu Pertama, Tandai Pembangunan Gedung Kuliah Lima Setengah Lantai

Batu pertama

Tepat pada tanggal 1 Ramadhan 1436 H atau bertepatan 18 Juni 2015, Dipimpin oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., meletakkan batu pertama pembangunan gedung kuliah baru, diikuti wakil-wakil rektor, Dekan-dekan fakultas yang disaksikan oleh kajur-kajur dan pejabat stuktural lainnya.

Sebelum meletakkan batu pertama, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dalam sambutannya, mengatakan, gedung yang akan dibangun setinggi lima setengah lantai ini bisa menjadi gedung kebanggaan IAIN dan umumnya untuk masyarakat Kalbar.

“Gedung ini akan menelan biaya sekitar 32 milyar ini akan menjadi gedung utama untuk menampung aktivitas belajar mengajar di IAIN Pontianak, karena akan ada 96 lokal kelas yang akan dibangun pada lima lantai ditambah dengan setengah lantai khusus untuk ruang pertemuan sebagai pengganti ruangan Teater, dan gedung ini akan menjadi gedung tertinggi di lingkungan IAIN Pontianak”, terang Hamka.

Batu pertama#2Hamka juga mengajak pada seluruh civitas akademik untuk mendukung pembangunan gedung ini dengan menjelaskan kepada siapapun yang bertanya tentang proyek ini dengan penjelasan yang membawa kemaslahatan bagi siapapun. Karena hambatan atau masalah yang mungkin ada akan bisa diminimalisir dengan usaha dan doa dari kita semua.

Melalui momentum awal bulan Ramadhan ini, pungkasnya, dipilih untuk memulai pembangunan gedung ini bisa menjadi barokah dari Allah untuk semuanya, baik itu saat pengerjaannya mudah-mudahan lancar dan selesai tepat pada waktu yang diinginkan.

Acara tersebut berlangsung sangat singkat, dimulai dengan pembacaan do`a yang dipimpin oleh Drs. H. Dulhadi, M.Pd, kemudian dilanjutkan sambutan Rektor IAIN Pontianak dan sesi peletakkan batu pertama oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dan peninjauan lokasi pembangunan gedung.




Seminar Internasional Pascasarjana IAIN Pontianak

Seminar Internasional

Pascasarjana IAIN Pontianak menggelar seminar internasional mengusung tema Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer. Hadir sebagai keynote speakers (pembicara), Nirwan Syafrin, Ph.D, dan Dr. Usman Syihab, MA. Kegiatan ini kerjasama FTIK Jurusan PGMI, Pascasarjana IAIN Pontianak, dan International Institute of Islamic Thought (IIIT), dilaksanakan di gedung rektorat lantai 4, pada hari Sabtu, 13 Juni 2015.

Nirwan Syafrin, Ph.D, sebagai pembicara mengangkat tema Ilmu dalam perspektif epistimologi barat dan Islam. Dalam pengantarnya, dia mengatakan, Ilmu dibangun atas landasan epitemologi, dan epitemologi dibentuk oleh worldview, karena itu konstruk epitemologi setiap peradaban akan berbeda antara satu dengan yang lain.

Barat disini, menurutnya, tidak merujuk pada letak geografis atau geo politik, tetapi lebih pada worldview atau pandangan hidup. Secara umum, worldview bisa dimaknai sebagai perangkat konsep-konsep penting yang digunakan seseorang untuk memahami dan menginterpretasi fenomena yang ada disekitarnya.

Seminar Internasional#2Walaupun terdapat titik singgung, terang Nirwan, bangun epistemologi tidak bisa dikatakan sama, antara Barat dan Islam atau pun peradaban satu dengan lainnya, namun tetap terjadi perbedaan. Perbedaan itu berasal dari worldview (pandangan) Perbedaan Barat dan Islam dalam berbagai aspek sesungguhnya muncul dari dalam Bahasa al-Attas disebut sebagai konfrontasi permanen.

Worldview, dalam perspektinya, adalah seperangkat konsep yang dimiliki sesorang yang memahami dan menginterpretasikan objek-objek yang ada disekitarnya. Konsep-konsep disini adalah termasuk konsep penting, diantaranya mengenai tuhan, wahyu, agama, ilmu, pendidikan dan lain sebagainya.

Dia menyebut, Terbentuknya epistemologi Barat modern dapat dilacak dari rentetan episode yang dikenal dengan Renaissance, Enlighttenment, dan Modernity. Fase kebangkitan (Renaissance) merupakan awal dari sejarah peradaban Barat modern pada abad 16. Istilah ini mengindikasikan bahwa Barat sebelum fase Renaissance berada pada abad “kematian” atau biasa dikenal dengan dark age.

Pada fase ini, tambahnya, benar-benar sedang mengalami kebangkitan dalam bidang seni, kesusasteraan, filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, dan ekonomi.  Perubahan yang terjadi sangat luar biasa, memberikan efek besar dalam kehidupan masyarakat barat, terutama yang paling menonjol adalah yang terjadi pada bidang sains dan filsafat.

Dalam upaya untuk mengungkapkan dan menangkap kebenaran tentang alam, tambahnya memberi contoh, masyarakat Barat modern hanya berpegang pada pengalaman (experience) dan penelitian (observation). Metode observasi dan eksperimen inilah yang kemudian dijadikan standar metodologi saintifik.

Dalam perjalanannya, Nirwan mengungkapkan, konsep keilmuan seperti ini kemudian diperkokoh oleh mazhab positivisme yang digagas oleh Agus Comte dan diperkuat oleh lingkaran Wina (Vienna Circle) yang memunculkan mazhab pemikiran baru yang dikenal dengan positivisme logis. Jika metode ini digunakan hanya untuk ilmu alam, mungkin masih bisa dimengerti, tapi motode ini ternyata juga menjadi acuan dalam kajian keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora termasuk agama.

Dia berpendapat, disinilah awal sekulerisasi ilmu, yaitu ketika ilmu dijauhkan dan dilepaskan dari ikatan wahyu. Sains yang dulunya punya hubungan erat dengan dunia metafisis, namun sejak revolusi sains, hubungan keduanya diputus total. Sain jadinya dianggap sebagai produk akal inderawi manusia semata, kebenaran diukur sejauhmana ia bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah.

Sedangkan, ilmu dalam konstruk epistemologi Islam, Nirwan menjelaskan, tauhid adalah fondasi dalam ajaran Islam. Mustahil ada Islam tanpa tauhid, maka dengan demikian mustahil juga ada kebaikan bisa diterima disisi Allah tanpa ketauhidan (al-Zumar: 65). Tauhid-lah esensi ajaran dan peradaban Islam, konstruk epistemologi Islam juga juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip tauhid.

Seminar Internasional#3Nirwan mengatakan, setidaknya ada dua prinsip pokok epistemologi Islam yang bisa diderivikasi dari tauhid. Pertama, berdasarkan tauhid, kebenaran bukanlah misteri yang sulit atau tidak bisa ditemukan. Kebenaran merupakan sesuatu yang bisa digapai oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, selama orang berkenaan memiliki inderawi dan akal sehat.

Kedua, prinsip yang bisa diderivikasi dari konsep tauhid ini adalah bahwa kebenaran tidak semuanya relative, sebagian kebenaran ada yang memiliki sifat kemutlakan dan manusia dapat mengetahui kebenaran mutlak tersebut.

Jika tauhid adalah fondasi epistemologi Islam, maka syirik merupakan penyimpangan epistemologi dan kekeliruanini sama sekali tidak bisa ditolerir (an-Nisa, 48). Allah dengan tegas menyatakan bahwa pelakkunya (musyrik) adalah sesat (an-Nisa: 116) dan akan abadi di dalam neraka (al-Maidah: 72).

Begitu besar kekeliruan musyrik, Rasulullah tidak menemukan padanannya dengan kesalahan besar apapun termasuk mencuri dan berzina. Dalam salah satu hadis, Rasulullah menyatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi tauhid, masih punya harapan untuk masuk surga, meskipun dia pernah melakukan kejahatan lain seperti mencuri dan berzina (Bukhari: 5489 dan Muslim: 193).

Kenapa Islam memperlakukan tauhid sedemikian penting. Kembali dia menyatakan, tauhid adalah dasar epistemologi berpikir dan bertindak seorang muslim. Kekeliruan dalam tauhid sama dengan kekeliruan epistemologis yang sudah pasti berdampak pada kekeliruan perbuatan. Bagaimana mungkin orang bisa mempersepsikan realitas dan berbuat benar jika gambarannya mengenai Allah sebagai al-Haqq (Realitas dan kebenaran mutlak) saja keliru.

“Orang bisa saja salah dalam perbuatannya, tetapi jangan sampai salah dalam epistemologinya, karena orang yang salah dalam tataran epistemologi, sulit, bahkan tidak mugkin untuk melakukan perbaikan, selama framework tidak dibenarkan dahulu. Bagaimana seseorang mungkin memperbaiki perbuatannya jika dia sendiri tidak melihat perbuatannya itu salah”, tutup Nirwan.




Jelang Ramadhan, IAIN Pontianak Adakan Silaturrahmi dan Pembinaan Pegawai

Ramah Tamah

Kegiatan Tarhib jelang Ramadhan dan pembinaan pegawai IAIN Pontianak dilakukan bersama seluruh pegawai administrasi, dosen, dan tenaga kontrak untuk di Gedung Sport Centre, 17 Juni 2015. Kegiatan ini merupakan kali pertamanya menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H dilakukannya.  Kegiatan ini diselenggarakan untuk mempererat silaturrahmi dan membina kerohanian para pegawai dan dosen. Dalam sambutannya, Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Khairunas,SH.MH, mengatakan “Banyak cara yang dilakukan setiap lembaga untuk tetap bisa berjalan dengan baik, yaitu dengan tetap membenahi sistem dan infrastruktur juga sumber daya manusia yang ada di dalamnya.”

Khairunas menlanjutkan “Begitu juga dengan IAIN Pontianak yang senantiasa selalu mempertahankan sistem yang telah baik dan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia-nya yaitu pegawai dan dosen serta tenaga kontrak”, terangnya.

Ramah Tamah#2Masih dalam sambutannya, Khairunas, meminta kepada pegawai selama bulan suci Ramadhan untuk tetap membudayakan kebersamaan, karena sebesar apapun pekerjaan jika di selesaikan dengan kebersamaan maka akan menjadi mudah.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, dalam arahannya, dia menghimbau hendaknya pegawai selalu berniat untuk memperbaiki diri, dengan guyonannya yang khas ia mengatakan tidak ada manusia yang hidup tak memiliki masalah tapi sebesar apapun masalahnya jangan sampai mengganggu kita untuk berkreasi dan berprestasi.

Acara yang berlangsung dengan khidmat tersebut, diisi juga dengan agenda khatamul Quran yang dipimpin oleh oleh H. Udi Yuliarto, MA, semua pegawai dan dosen yang hadir begitu khidmat mengikuti.

Sebagai acara inti, seluruh pegawai administrasi, dosen, dan tenaga kontrak mendengarkan tausyiah agama yang disampaikan oleh Ustadz H. Dulhadi, M.Pd yang juga merupakan dosen di IAIN Pontianak.

Dalam tausyiahnya ia menjelaskan secara detail mengenai penggunaan kata “Marhaban” untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, karena Rasulullah tak pernah menggunakan kata “marhaban” untuk bulan-bulan lainnya.

Oleh karena itu, dia, mengajak para hadirin untuk menyambut bulan Ramadhan dengan rasa gembira, mari tunjukkan kegembiraan tersebut dengan cara kita masing-masing. Lebih lanjut ia mengajak untuk membersihkan diri yaitu dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT dan memohon maaf kepada sesama manusia, terutama kemaafan dari orang tua, Isteri dan Suami serta kemaafan dari tetangga dan kawan-kawan kita.

Acara ditutup dengan bersalam-salaman untuk saling memaafkan, diawali dari Rektor IAIN, diikuti oleh Para Wakil Rektor dan Para Dekan, serta para pejabat Eselon III dan IV di lingkungan IAIN Pontianak, dan seluruh yang hadir dalam acara tersebut.




Catatan Perjalanan PIONIR VIII Palu 2015

PIONER

Kegiatan PIONIR diawali dengan acara pemecahan rekor MURI pembacaan surat yasin sepanjang 4 kilometer di sepanjang teluk palu yang dilaksanakan setelah sholat ashar pada minggu 17 mei 2015. Kegiatan tersebut mencatatkan rekor dari MURI sebagai pembacaan yasin dengan shaff terpanjang.

Dalam pembacaan surah Yasin tersebut, disertakan pembacaan terjemahan surat yasin dalam 10 bahasa daerah se Indonesia. IAIN Pontianak berkesempatan menyertakan terjemahan surat yasin dalam bahasa dayak kanayatn di depan Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Gubernur Palu dan seluruh undangan yang hadir.

Keikutsertaan IAIN Pontianak dalam kegiatan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) yang diselenggarakan oleh IAIN Palu, merupakan agenda dua tahunan bagi Perguruan Tinggi Kementerian Agama Negeri (PTKIN) se-Indonesia.

PIONER#2Kontingen PIONIR ke VII IAIN Pontianak, dipimpin langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA.MA., didampingi oleh 7 orang official dengan menyertakan 25 orang Atlit/peserta.

Adapun cabang-cabang yang diikuti adalah Musabaqah Makalah Al Quran 1 Putra dan 1 putri, Tenis meja 4 orang atlit dengan mengikuti kategori Perorangan Putra 2 Orang, Perorangan Putri 2 Orang, Ganda Putera dan Ganda Puteri. Bulu Tangkis Perorangan Putera 1 Orang Perorangan Puteri 1 Orang serta Ganda PUtera dan Ganda Puteri. Musabaqah Tilawatil Qur’an Putera dan Puteri.

Cabang lainnya, Musabaqah Hifzil Qur’an 5 Juzz Puteri dan 10 Juzz Putera. Cabang Kaligrafi 2 orang yaitu kategori Dekorasi Puteri dan Naskah Putera, Riset serta Cabang Catur 4 orang 3 putera dan 1 puteri pada kategori Klasik Perseorang Putera dan Puteri, Kilat Perseorangn Putera dan Puteri, Cepat Peseorangan Putera dan Puteri serta pada cabang beregu putera kategori, Cepat, Kilat dan Klasik.

Berbekal prestasi delapan besar pada dua tahun lalu, IAIN Pontianak dalam kegiatan PIONIR VII di Palu Sulawesi Tengah Kali ini belum mampu meningkatkan prestasinya. Pada Pionir ini hanya mampu meraih pretasi melalui cabang catur pada kategori Catur Cepat Beregu Putra medali Perak dan Catur Kilat Beregu Putra Medali Perunggu.

Selain itu, agenda lainnya pada pertemuan wakil ketua dan wakil rektor PTKIN se-Indonesia, menghasilkan pembentukan Forum Wakil Rektor Bidang Kemahsiswaan seluruh PTKIN se Indonesia, Dr. Zaenuddin MA, Wakil Rektor Bidang III Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak dipercaya sebagai sekretaris forum wakil rektor III Se Indonesia tersebut.

Dalam pesan singkatnya, Zaenuddin, mengungkapkan, ini adalah sebuah kehormatan bagi kita IAIN Pontianak, dipercaya sebagai sekretaris forum warek III PTKIN Se Indonesia, semoga dengan terpilihnya dia, akan memberikan sebuah kontribusi positif kedepannya dan menjadikan IAIN Pontianak sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terkemuka tidak hanya di forum lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional.