Hamka Siregar Letakkan Batu Pertama, Tandai Pembangunan Gedung Kuliah Lima Setengah Lantai

Batu pertama

Tepat pada tanggal 1 Ramadhan 1436 H atau bertepatan 18 Juni 2015, Dipimpin oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., meletakkan batu pertama pembangunan gedung kuliah baru, diikuti wakil-wakil rektor, Dekan-dekan fakultas yang disaksikan oleh kajur-kajur dan pejabat stuktural lainnya.

Sebelum meletakkan batu pertama, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dalam sambutannya, mengatakan, gedung yang akan dibangun setinggi lima setengah lantai ini bisa menjadi gedung kebanggaan IAIN dan umumnya untuk masyarakat Kalbar.

“Gedung ini akan menelan biaya sekitar 32 milyar ini akan menjadi gedung utama untuk menampung aktivitas belajar mengajar di IAIN Pontianak, karena akan ada 96 lokal kelas yang akan dibangun pada lima lantai ditambah dengan setengah lantai khusus untuk ruang pertemuan sebagai pengganti ruangan Teater, dan gedung ini akan menjadi gedung tertinggi di lingkungan IAIN Pontianak”, terang Hamka.

Batu pertama#2Hamka juga mengajak pada seluruh civitas akademik untuk mendukung pembangunan gedung ini dengan menjelaskan kepada siapapun yang bertanya tentang proyek ini dengan penjelasan yang membawa kemaslahatan bagi siapapun. Karena hambatan atau masalah yang mungkin ada akan bisa diminimalisir dengan usaha dan doa dari kita semua.

Melalui momentum awal bulan Ramadhan ini, pungkasnya, dipilih untuk memulai pembangunan gedung ini bisa menjadi barokah dari Allah untuk semuanya, baik itu saat pengerjaannya mudah-mudahan lancar dan selesai tepat pada waktu yang diinginkan.

Acara tersebut berlangsung sangat singkat, dimulai dengan pembacaan do`a yang dipimpin oleh Drs. H. Dulhadi, M.Pd, kemudian dilanjutkan sambutan Rektor IAIN Pontianak dan sesi peletakkan batu pertama oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dan peninjauan lokasi pembangunan gedung.




Seminar Internasional Pascasarjana IAIN Pontianak

Seminar Internasional

Pascasarjana IAIN Pontianak menggelar seminar internasional mengusung tema Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer. Hadir sebagai keynote speakers (pembicara), Nirwan Syafrin, Ph.D, dan Dr. Usman Syihab, MA. Kegiatan ini kerjasama FTIK Jurusan PGMI, Pascasarjana IAIN Pontianak, dan International Institute of Islamic Thought (IIIT), dilaksanakan di gedung rektorat lantai 4, pada hari Sabtu, 13 Juni 2015.

Nirwan Syafrin, Ph.D, sebagai pembicara mengangkat tema Ilmu dalam perspektif epistimologi barat dan Islam. Dalam pengantarnya, dia mengatakan, Ilmu dibangun atas landasan epitemologi, dan epitemologi dibentuk oleh worldview, karena itu konstruk epitemologi setiap peradaban akan berbeda antara satu dengan yang lain.

Barat disini, menurutnya, tidak merujuk pada letak geografis atau geo politik, tetapi lebih pada worldview atau pandangan hidup. Secara umum, worldview bisa dimaknai sebagai perangkat konsep-konsep penting yang digunakan seseorang untuk memahami dan menginterpretasi fenomena yang ada disekitarnya.

Seminar Internasional#2Walaupun terdapat titik singgung, terang Nirwan, bangun epistemologi tidak bisa dikatakan sama, antara Barat dan Islam atau pun peradaban satu dengan lainnya, namun tetap terjadi perbedaan. Perbedaan itu berasal dari worldview (pandangan) Perbedaan Barat dan Islam dalam berbagai aspek sesungguhnya muncul dari dalam Bahasa al-Attas disebut sebagai konfrontasi permanen.

Worldview, dalam perspektinya, adalah seperangkat konsep yang dimiliki sesorang yang memahami dan menginterpretasikan objek-objek yang ada disekitarnya. Konsep-konsep disini adalah termasuk konsep penting, diantaranya mengenai tuhan, wahyu, agama, ilmu, pendidikan dan lain sebagainya.

Dia menyebut, Terbentuknya epistemologi Barat modern dapat dilacak dari rentetan episode yang dikenal dengan Renaissance, Enlighttenment, dan Modernity. Fase kebangkitan (Renaissance) merupakan awal dari sejarah peradaban Barat modern pada abad 16. Istilah ini mengindikasikan bahwa Barat sebelum fase Renaissance berada pada abad “kematian” atau biasa dikenal dengan dark age.

Pada fase ini, tambahnya, benar-benar sedang mengalami kebangkitan dalam bidang seni, kesusasteraan, filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, dan ekonomi.  Perubahan yang terjadi sangat luar biasa, memberikan efek besar dalam kehidupan masyarakat barat, terutama yang paling menonjol adalah yang terjadi pada bidang sains dan filsafat.

Dalam upaya untuk mengungkapkan dan menangkap kebenaran tentang alam, tambahnya memberi contoh, masyarakat Barat modern hanya berpegang pada pengalaman (experience) dan penelitian (observation). Metode observasi dan eksperimen inilah yang kemudian dijadikan standar metodologi saintifik.

Dalam perjalanannya, Nirwan mengungkapkan, konsep keilmuan seperti ini kemudian diperkokoh oleh mazhab positivisme yang digagas oleh Agus Comte dan diperkuat oleh lingkaran Wina (Vienna Circle) yang memunculkan mazhab pemikiran baru yang dikenal dengan positivisme logis. Jika metode ini digunakan hanya untuk ilmu alam, mungkin masih bisa dimengerti, tapi motode ini ternyata juga menjadi acuan dalam kajian keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora termasuk agama.

Dia berpendapat, disinilah awal sekulerisasi ilmu, yaitu ketika ilmu dijauhkan dan dilepaskan dari ikatan wahyu. Sains yang dulunya punya hubungan erat dengan dunia metafisis, namun sejak revolusi sains, hubungan keduanya diputus total. Sain jadinya dianggap sebagai produk akal inderawi manusia semata, kebenaran diukur sejauhmana ia bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah.

Sedangkan, ilmu dalam konstruk epistemologi Islam, Nirwan menjelaskan, tauhid adalah fondasi dalam ajaran Islam. Mustahil ada Islam tanpa tauhid, maka dengan demikian mustahil juga ada kebaikan bisa diterima disisi Allah tanpa ketauhidan (al-Zumar: 65). Tauhid-lah esensi ajaran dan peradaban Islam, konstruk epistemologi Islam juga juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip tauhid.

Seminar Internasional#3Nirwan mengatakan, setidaknya ada dua prinsip pokok epistemologi Islam yang bisa diderivikasi dari tauhid. Pertama, berdasarkan tauhid, kebenaran bukanlah misteri yang sulit atau tidak bisa ditemukan. Kebenaran merupakan sesuatu yang bisa digapai oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, selama orang berkenaan memiliki inderawi dan akal sehat.

Kedua, prinsip yang bisa diderivikasi dari konsep tauhid ini adalah bahwa kebenaran tidak semuanya relative, sebagian kebenaran ada yang memiliki sifat kemutlakan dan manusia dapat mengetahui kebenaran mutlak tersebut.

Jika tauhid adalah fondasi epistemologi Islam, maka syirik merupakan penyimpangan epistemologi dan kekeliruanini sama sekali tidak bisa ditolerir (an-Nisa, 48). Allah dengan tegas menyatakan bahwa pelakkunya (musyrik) adalah sesat (an-Nisa: 116) dan akan abadi di dalam neraka (al-Maidah: 72).

Begitu besar kekeliruan musyrik, Rasulullah tidak menemukan padanannya dengan kesalahan besar apapun termasuk mencuri dan berzina. Dalam salah satu hadis, Rasulullah menyatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi tauhid, masih punya harapan untuk masuk surga, meskipun dia pernah melakukan kejahatan lain seperti mencuri dan berzina (Bukhari: 5489 dan Muslim: 193).

Kenapa Islam memperlakukan tauhid sedemikian penting. Kembali dia menyatakan, tauhid adalah dasar epistemologi berpikir dan bertindak seorang muslim. Kekeliruan dalam tauhid sama dengan kekeliruan epistemologis yang sudah pasti berdampak pada kekeliruan perbuatan. Bagaimana mungkin orang bisa mempersepsikan realitas dan berbuat benar jika gambarannya mengenai Allah sebagai al-Haqq (Realitas dan kebenaran mutlak) saja keliru.

“Orang bisa saja salah dalam perbuatannya, tetapi jangan sampai salah dalam epistemologinya, karena orang yang salah dalam tataran epistemologi, sulit, bahkan tidak mugkin untuk melakukan perbaikan, selama framework tidak dibenarkan dahulu. Bagaimana seseorang mungkin memperbaiki perbuatannya jika dia sendiri tidak melihat perbuatannya itu salah”, tutup Nirwan.




Jelang Ramadhan, IAIN Pontianak Adakan Silaturrahmi dan Pembinaan Pegawai

Ramah Tamah

Kegiatan Tarhib jelang Ramadhan dan pembinaan pegawai IAIN Pontianak dilakukan bersama seluruh pegawai administrasi, dosen, dan tenaga kontrak untuk di Gedung Sport Centre, 17 Juni 2015. Kegiatan ini merupakan kali pertamanya menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H dilakukannya.  Kegiatan ini diselenggarakan untuk mempererat silaturrahmi dan membina kerohanian para pegawai dan dosen. Dalam sambutannya, Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Khairunas,SH.MH, mengatakan “Banyak cara yang dilakukan setiap lembaga untuk tetap bisa berjalan dengan baik, yaitu dengan tetap membenahi sistem dan infrastruktur juga sumber daya manusia yang ada di dalamnya.”

Khairunas menlanjutkan “Begitu juga dengan IAIN Pontianak yang senantiasa selalu mempertahankan sistem yang telah baik dan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia-nya yaitu pegawai dan dosen serta tenaga kontrak”, terangnya.

Ramah Tamah#2Masih dalam sambutannya, Khairunas, meminta kepada pegawai selama bulan suci Ramadhan untuk tetap membudayakan kebersamaan, karena sebesar apapun pekerjaan jika di selesaikan dengan kebersamaan maka akan menjadi mudah.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, dalam arahannya, dia menghimbau hendaknya pegawai selalu berniat untuk memperbaiki diri, dengan guyonannya yang khas ia mengatakan tidak ada manusia yang hidup tak memiliki masalah tapi sebesar apapun masalahnya jangan sampai mengganggu kita untuk berkreasi dan berprestasi.

Acara yang berlangsung dengan khidmat tersebut, diisi juga dengan agenda khatamul Quran yang dipimpin oleh oleh H. Udi Yuliarto, MA, semua pegawai dan dosen yang hadir begitu khidmat mengikuti.

Sebagai acara inti, seluruh pegawai administrasi, dosen, dan tenaga kontrak mendengarkan tausyiah agama yang disampaikan oleh Ustadz H. Dulhadi, M.Pd yang juga merupakan dosen di IAIN Pontianak.

Dalam tausyiahnya ia menjelaskan secara detail mengenai penggunaan kata “Marhaban” untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, karena Rasulullah tak pernah menggunakan kata “marhaban” untuk bulan-bulan lainnya.

Oleh karena itu, dia, mengajak para hadirin untuk menyambut bulan Ramadhan dengan rasa gembira, mari tunjukkan kegembiraan tersebut dengan cara kita masing-masing. Lebih lanjut ia mengajak untuk membersihkan diri yaitu dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT dan memohon maaf kepada sesama manusia, terutama kemaafan dari orang tua, Isteri dan Suami serta kemaafan dari tetangga dan kawan-kawan kita.

Acara ditutup dengan bersalam-salaman untuk saling memaafkan, diawali dari Rektor IAIN, diikuti oleh Para Wakil Rektor dan Para Dekan, serta para pejabat Eselon III dan IV di lingkungan IAIN Pontianak, dan seluruh yang hadir dalam acara tersebut.




Catatan Perjalanan PIONIR VIII Palu 2015

PIONER

Kegiatan PIONIR diawali dengan acara pemecahan rekor MURI pembacaan surat yasin sepanjang 4 kilometer di sepanjang teluk palu yang dilaksanakan setelah sholat ashar pada minggu 17 mei 2015. Kegiatan tersebut mencatatkan rekor dari MURI sebagai pembacaan yasin dengan shaff terpanjang.

Dalam pembacaan surah Yasin tersebut, disertakan pembacaan terjemahan surat yasin dalam 10 bahasa daerah se Indonesia. IAIN Pontianak berkesempatan menyertakan terjemahan surat yasin dalam bahasa dayak kanayatn di depan Bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Gubernur Palu dan seluruh undangan yang hadir.

Keikutsertaan IAIN Pontianak dalam kegiatan Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) yang diselenggarakan oleh IAIN Palu, merupakan agenda dua tahunan bagi Perguruan Tinggi Kementerian Agama Negeri (PTKIN) se-Indonesia.

PIONER#2Kontingen PIONIR ke VII IAIN Pontianak, dipimpin langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Zaenuddin, MA.MA., didampingi oleh 7 orang official dengan menyertakan 25 orang Atlit/peserta.

Adapun cabang-cabang yang diikuti adalah Musabaqah Makalah Al Quran 1 Putra dan 1 putri, Tenis meja 4 orang atlit dengan mengikuti kategori Perorangan Putra 2 Orang, Perorangan Putri 2 Orang, Ganda Putera dan Ganda Puteri. Bulu Tangkis Perorangan Putera 1 Orang Perorangan Puteri 1 Orang serta Ganda PUtera dan Ganda Puteri. Musabaqah Tilawatil Qur’an Putera dan Puteri.

Cabang lainnya, Musabaqah Hifzil Qur’an 5 Juzz Puteri dan 10 Juzz Putera. Cabang Kaligrafi 2 orang yaitu kategori Dekorasi Puteri dan Naskah Putera, Riset serta Cabang Catur 4 orang 3 putera dan 1 puteri pada kategori Klasik Perseorang Putera dan Puteri, Kilat Perseorangn Putera dan Puteri, Cepat Peseorangan Putera dan Puteri serta pada cabang beregu putera kategori, Cepat, Kilat dan Klasik.

Berbekal prestasi delapan besar pada dua tahun lalu, IAIN Pontianak dalam kegiatan PIONIR VII di Palu Sulawesi Tengah Kali ini belum mampu meningkatkan prestasinya. Pada Pionir ini hanya mampu meraih pretasi melalui cabang catur pada kategori Catur Cepat Beregu Putra medali Perak dan Catur Kilat Beregu Putra Medali Perunggu.

Selain itu, agenda lainnya pada pertemuan wakil ketua dan wakil rektor PTKIN se-Indonesia, menghasilkan pembentukan Forum Wakil Rektor Bidang Kemahsiswaan seluruh PTKIN se Indonesia, Dr. Zaenuddin MA, Wakil Rektor Bidang III Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak dipercaya sebagai sekretaris forum wakil rektor III Se Indonesia tersebut.

Dalam pesan singkatnya, Zaenuddin, mengungkapkan, ini adalah sebuah kehormatan bagi kita IAIN Pontianak, dipercaya sebagai sekretaris forum warek III PTKIN Se Indonesia, semoga dengan terpilihnya dia, akan memberikan sebuah kontribusi positif kedepannya dan menjadikan IAIN Pontianak sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terkemuka tidak hanya di forum lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional.




Mahasiswa PGRA Peragakan Alat Permainan Edukatif (APE) Sebagai Media Pembelajaran

Alat Permainan Edukatif

Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak menyelenggarakan Workshop Media Pembelajaran selama 3 hari pada 12 s/d 14 Juni 2015.

Ketua Jurusan PGRA, Nur Hamzah, M.Pd, mengatakan workshop yang diadakan di Aula Rektorat IAIN Pontianak lantai IV tersebut bertujuan untuk memperdalam konsep dasar pembuatan media pembelajaran yang berupa alat permainan edukatif (APE) di Jurusan yang calon tenaga pendidiknya akan berhadapan dengan anak-anak.

Acara pembukaan workshop sekaligus dibarengi dengan penandatanganan MoU dengan Himpunan Psikologi Indonesia wilayah Kalbar.

Drs. Mansur, M.Pd, hadir sebagai pemateri mengungkapkan media pembelajaran yang perlu dibuat oleh calon pendidik dari Jurusan PGRA FTIK IAIN Pontianak setidaknya mampu mengembangkan dan merangsang kemampuan dasar anak.

“Mahasiswa Jurusan PGRA nantinya akan menjadi calon tenaga pendidik yang akan berhadapan dengan balita dan anak-anak. Oleh karena itu, media pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan usia anak-anak tersebut”, lanjutnya.

Menurutnya, alat permainan edukatif sebagai media pembelajaran paling tidak mampu memberi stimulus pada anak untuk mengembangkan kemampuan dasar mereka seperti mengenal bentuk, warna, besaran, serta melatih motorik halus.

Sementara itu, terang Mansur, sebagai calon tenaga pengajar yang peserta didiknya balita dan anak-anak, Mansur menambahkan, ide kreatif, wawasan, dan pemahaman peserta workshop merupakan hal penting yang mesti ada dalam diri seorang guru TK, terutama saat membuat media belajar yang bersifat edukatif.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta dilatih untuk membuat beberapa alat permainan edukatif yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh seperti kain, kertas, kardus, barang bekas, dan bahan alam (buah).

Kegiatan workshop tersebut diakhiri dengan praktik pembuatan alat permainan edukatif yang telah diajarkan pada sesi teori dibarengi dengan sesi permainan dan outbound di pantai Mimi Land.




Yudisium FTIK IAIN Pontianak

Yudisium

Setelah beralihstatus dari Sekolah Tinggi menjadi Institut dan dibukanya jurusan-jurusan baru, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah mahasiswa.

Hal ini berimplikasi pula pada bertambahnya jumlah wisudawan pada tahun 2015 ini. Pelaksanaan wisuda IAIN Pontianak di tahun 2015 ini akan diadakan sebanyak 2 (dua) kali. Sama halnya dengan pelaksanaan yudisium di masing-masing fakultas.

DR. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd
DR. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd (Dekan FTIK IAIN Pontianak)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak melaksanakan yudisium pada tanggal 2 Juni 2015 di Sport Center IAIN Pontianak. Pada Juni ini, FTIK IAIN Pontianak me-yudisium 194 orang mahasiswa, yang terdiri dari 180 orang mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dari kelas reguler dan kelas khusus, serta 13 orang mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) di tahun 2015 ini.

Sedangkan di tahun 2014 lalu, FTIK IAIN Pontianak telah meluluskan 274 orang mahasiswa, dan hingga semester genap 2014/2015 jumlah mahasiswa aktif FTIK IAIN Pontianak sebanyak 1.484 orang.

Lulusan terbaik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan diraih oleh Gustiyandi mahasiswa Jurusan PBA, IPK 3,92 dengan predikat cumlaude. Selain itu, Tarmizi, lulusan dari Jurusan PBA ditasbihkan sebagai mahasiswa tercepat tingkat fakultas dengan masa studi 3 tahun 3 bulan.

Dalam acara yudisium tersebut tercatat pula lulusan termuda fakultas, Fitri Wulansari, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam usia 21 tahun 2 bulan.

Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M. Pd., berharap dengan dikukuhkannya calon wisudawan dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ini akan menambah Sumber Daya Manusia yang terlatih untuk pengembangan lembaga pendidikan, khususnya madrasah di Kalimantan Barat.

Acara yudisium tersebut dirangkai dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Dosen FTIK Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA), Dr. M. Edi Kurnanto, M. Pd, yang baru saja menyelesaikan program doktoralnya dengan judul “Bangkitnya Konseling Berbasis Agama: Jalan untuk Menapaki Perwujudan Generasi Emas 2045”.




Jurusan PAI Latih Calon Pendidik Susun Bahan Ajar

LKS

Dalam rangka meningkatkan kemampuan calon tenaga pendidik dalam dunia kependidikan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak menggelar Workshop Penyusunan Bahan Ajar/LKS.

Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari, dimulai pada tanggal 12 Juni 2015 diperuntukkan bagi para mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon pendidik. Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut, pakar pendidikan Kalimantan Barat, Dr. Witarsa, M.Si dari Universitas Tanjungpura dan Dr. Rianawati, M.Ag dari IAIN Pontianak.

Menurut Dr. Witarsa, M.Si, Lembar Kerja Siswa atau yang lebih dikenal dengan LKS merupakan salah satu bahan ajar yang efektif bagi peserta didik maupun tenaga pengajar itu sendiri.

“Sebagai media pembelajaran, LKS dapat digunakan untuk membantu peserta didik memahami materi pelajaran dengan baik, selain itu LKS juga disusun untuk menguji kemampuan dan pemahaman siswa dengan menjawab pertanyaan yang telah tersedia”, tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Witarsa, peran seorang tenaga pendidik sebagai tim penyusun bahan ajar yang berupa LKS ini sangatlah signifikan. Seorang guru dituntut untuk bisa berinovasi dan berimprovisasi dalam mengembangkan lembar kerja siswa sebagai media belajar.

Ungkapan serupa juga disampaikan Dr. Rianawati, M.Ag, mengatakan bahwa melalui media pembelajaran LKS, guru dan siswa bisa berinteraksi melalui proses diskusi sehingga sebagai tenaga pendidik, guru memperoleh kesempatan untuk memancing partisipasi aktif dari siswa.

Riana menyebut, ada beberapa siswa yang terkesan pasif di kelas padahal mereka mampu untuk berpartisipasi di dalam kelas, karenanya pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam bahan ajar atau LKS ini bisa memancing mereka untuk berbicara.

“Paling tidak saat mereka saling melontarkan argumentasi diantara teman-temannya saat mendiskusikan persoalan yang tercantum di dalam LKS”, tambahnya.

Pelaksanaan kegiatan yang digelar di ruang teater IAIN Pontianak ini diakhiri dengan praktik pembuatan bahan ajar/ LKS yang didampingi oleh pembicara dan panitia.

Melalui  workshop ini diharapkan  para peserta yang terdiri dari mahasiswa FTIK IAIN Pontianak telah mempunyai sebuah bahan ajar, berupa lembar kerja siswa yang disusun berdasarkan kreativitas dan inovasi para calon tenaga pendidik.




Jimly Ajak Wisudawan Andil dalam Gerakan Nasional Reformasi Mental

 Wisuda

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum RI (DKPP-RI) 2012-2017 dihadapan 300 wisudawan IAIN Pontianak, Rabu, 3 Juni 2015, di gedung Sport Centre, menyerukan pentingnya gerakan nasional reformasi mental. Hal ini diakuinya, setelah 15 tahun reformasi, justru moralitas dan etika kehidupan berbangsa yang melorot dan memprihatinkan.

“Hukum kita carut marut, politik membuat orang berburu kekuasaan dengan berbagai macam cara, demokrasi membuat orang bebas mencari nafkah untuk memperkaya diri sendiri. Dampaknya adalah kehidupan liberalisme pasca reformasi yang menyebabkan turunnya kualitas moral berbagai lini sehingga kehidupan berbangsa mengalami kerusakan”, tegasnya.

Karena itu, terangnya, bangsa ini sangat memerlukan sarjana yang memenuhi aspek moralitas, etika dan karakter. Mudah-mudahan sarjana IAIN Pontianak dapat menangkap peluang dan mengambil peran dalam membangun bangsa.

Jimly mengakui, kehidupan moral bangsa saat ini sedang menghadapi masalah, tingkat kriminal sedang meningkat tajam, fakta menunjukkan penjara diseluruh wilayah Indonesia penuh dengan orang-orang yang bermasalah.

Hukum yang ditegakkan tidak mengurangi tingkat kriminalitas, tentu hal ini disebabkan moral bangsa ini sedang rusak, oleh sebab itu urusan moral harus dijadikan sasaran untuk berdakwah, dan perubahan, ini menjadi tantangan para sarjana IAIN Pontianak, kata Jimly.

Sebagai sarjana baru, dia mengajak untuk memulai membaca kehidupan, bukan sekedar lagi membaca buku. Buku oleh penulisnya menjelaskan dan menceritakan realitas masa lalu, seringkali buku ketinggalan zaman. Mudah-mudahan sesudah menjadi sarjana bisa melanjutkan tugas untuk belajar dari kehidupan nyata, jika sebelumnya belajar dari buku.

Jadi, ungkap Jimly, kalau selama ini hanya rajin membaca buku, jangan-jangan pengetahuan kita sudah ketinggalan, maka kita harus membaca dunia nyata sambil menjadikan buku sebagai referensi, karena itu membuat kita terus menerus bergaul dengan perkembangan informasi kehidupan dan terlibat dalam perkembangan teknologi.

Sebagai umat Islam dan seluruh umat manusia, mari kita belajar dari sejarah, serunya, sebagaimana pertama kali perintah Allah SWT kepada Rasulullah Saw, pertama kali mendapat wahyu yakni dengan perintah membaca (iqra), sedangkan Allah SWT mengetahui ketika pertama kali nabi Muhammad Saw tidak dapat membaca buku, maka perintah Iqra disitu adalah membaca kehidupan, ucap Jimly,

Sebelum menutup orasi ilmiahnya, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI, mengucapkan selamat datang kepada para wisudawan IAIN Pontianak. Juga, kepada kedua orangtua wisudawan, Jimly, sekali lagi mengucapkan selamat putra-putrinya telah menjadi sarjana.

Mudah-mudahan ke depan Sarjana IAIN Pontianak, dapat menambah kualitas kualifikasi generasi muda bangsa yang menempati posisi intelektual yang dapat memberikan kecemerlangan, sinar bagi kemajuan umat.

Bangsa Indonesia, menurut Jimly, adalah bangsa yang sangat kaya raya, tetapi kekayaan alam yang dimiliki itu bisa dua kemungkinan yaitu bisa menjadi anugerah dan bisa menjadi sumber malapetaka.

Sarjana baru IAIN Pontianak hendaknya bisa menambah kualitas generasi baru Indonesia yang menduduki lapisan SDM yang dapat mengelola dan mengurusi Negara dan bangsa Indonesia ke depan.

Jimly, menyerukan, agar moment ini wisuda sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah, dan bekerja untuk menyumbang untuk kemajuan bangsa dibidang keahlian masing-masing.

Selain ahli dibidangnya juga punya peran dalam membangun moral, mentalitas, dan karakter bangsa. Apa lagi pemerintah saat ini mencanangkan revolusi mental, atau gerakan nasional revolusi mental dengan maksud menjadikan mentalitas dan moralitas menjadi korp bisnis pembangunan bangsa.




Jimly: Reformasi Mental

Jimly Asshiddiqie

Prof. Jimly Asshiddiqie, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi– pada Rabu, 3 Juni 2015 menghadari kegiatan Wisuda IAIN Pontianak. Di hadapan para wisudawan/wisudawati dan para orangtua sekitar seribu orang itu beliau menyampaikan pentingnya merawat moral bangsa.

“Kondisi bangsa Indonesia ini sudah sangat memprihatinkan. Setiap hari kita adakan seminar anti narkoba, tetapi tiap hari pula ada anak bangsa yang ditangkap karena narkoba. Begitupula tiap hari bicara anti korupsi, tiap hari juga ada pelaku korupsi yang ditangkap. Penjara sudah penuh. Hukum tidak memberikan efek jera. Semua itu karena moral bangsa rusak.

Karena itulah pentingnya mentalitas umat harus direformasi.” Beliau menambahkan bahwa kita beragama jangan hanya formalitas semata. Paling pokok adalah memperbaiki akhlak, karena itu merupakan misi kenabian” ucapnya bersemangat.

Sementara itu, Rektor IAIN Pontianak Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag saat pidato menyampaikan “Sekarang ini Indonesia sedang menanggung beban penyakit mental yang kronis. Hampir semua sektor sudah gawat darurat. Banyak hal yang palsu. Mulai dari beras palsu, ijazah palsu dan yang paling sering adalah janji-janji palsu. Kita berharap para sarjana IAIN Pontianak bisa melakukan pencerahan dan tidak terbawa arus sikap tercela” ujarnya menasehati.




Workshop Manajemen Dakwah Media

Workshop PUAD

Fakultas Ushuluddin Adab dan  Dakwah IAIN Pontianak jurusan  Manajemen Dakwah mengadakan workshop pada hari Rabu, 27-29 Mei 2015 di lantai IV gedung Rektorat IAIN Pontianak.

Workshop Manajemen Dakwah Media ini mengangkat tema yaitu cerdas memanfaatkan media menuju dakwah yang inovatif. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa jurusan manajemen dakwah semester 2 dan 4.

Tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk menjadikan mahasiswa menjadi berkualitas dan mampu untuk memanajemen dakwah melalui media-media yang ada.

Manajemen dakwah adalah salah satu jurusan terbaru yang ada di Fakultas Ushuluddin Adab  dan Dakwah IAIN Pontianak. Jurusan ini merupakan jurusan yang memiliki tujuan utnuk membentuk mahasiswa menjadi lulusan terbaik yang mampu mengatur kegiatan-kegiatan dakwah yang ada di intansi atau lembaga-lembaga dakwah.

Dengan melakukan kegiatan workshop tersebut, mahasiswa ditekankan untuk mampu mengatur kegiatan dakwah melalui media yang ada, baik itu media cetak maupun media elektronik.