Jadikan Indonesia Kiblat Studi Islam Dunia

Dede Rosyada#2Oleh: PROF. DR. DEDE ROSYADA, MA:

Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dede Rosyada, MA, untuk pertama kalinya menghadiri Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana, Magister, dan Pengukuhan Doktor IAIN Pontianak.

Dalam kesempatan tersebut, Dede mengatakan, bahwa IAIN Pontianak sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia memiliki peran penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia Kalimantan Barat.

“Pemerintah Republik Indonesia di zaman Susilo Bambang Yudhoyono telah menyusun grand design dalam rangka pembangunan dan pengembangan bangsa Indonesia. Kedepannya Indonesia akan lebih banyak mengandalkan kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) daripada Sumber Daya Alam (SDA)” ujarnya.

Dede menuturkan, hal ini tertuang dalam UU No. 17 tahun 2007 tentang RPJM yang mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang ekonominya dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan bukan SDA.

Undang-undang tersebut menghendaki agar bangsa Indonesia lahir dan melahirkan orang-orang cerdas, jelas Dede. Oleh karena itu, pendidikan tinggi menargetkan 40% orang Indonesia menyelesaikan pendidikan strata 1.

“Hal tersebut diperkuat dengan disepakatinya oleh 10 Negara ASEAN sebagai open market sejak tahun 2003. Artinya, para lulusan sarjana Indonesia bisa dengan bebas mencari pekerjaan di negara-negara ASEAN, dimulai pada tahun 2015 mendatang”, jelas Dede.

Para ilmuwan yang berbasis SDM, lanjutnya, memprediksi bahwa Sumber Daya Alam Indonesia akan menipis di tahun 2030 karena terus dieksplorasi hingga saat ini. Apabila SDA sudah habis dan SDM yang ada tidak mumpuni untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka bisa jadi bangsa Indonesia akan terpuruk.

Dede Rosyada#3Karenanya, dia menegaskan, lulusan PTKI adalah orang-orang yang kreatif, inovatif, dan pintar. Secara khusus, Dede juga menyatakan, bahwa IAIN Pontianak harus meningkatkan kualitas akademik melalui para tenaga pendidik.

Selain itu, Direktur Diktis Kemenag RI menyambut baik rencana pembangunan 90 lokal di IAIN Pontianak. Tidak bisa dipungkiri bahwa lokasi IAIN Pontianak saat ini sangat sempit. Tidak ada lokasi untuk kegiatan outdoor seperti sepakbola atau basket, ruang kelas dan ruang dosen pas-pasan.

Pada tahun 2016 rencananya akan dibangun 8000 ruang kerja dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang berada di bawah naungan Kementerian Agama RI.

“Ruang kerja tersebut harus ditata dengan nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap, memiliki pendingin ruangan dan personal computer. Sehingga para tenaga pendidik tersebut akan merasa nyaman berada di ruangannya dan menghasilkan banyak karya-karya akademik”, katanya.

Dede menghimbau, para dosen harus bekerja dengan baik untuk memintarkan mahasiswa, menjadikan mengajar sebagai pekerjaan utama dan pekerjaan lain diluar itu sebagai pekerjaan sampingan, bukan malah sebaiknya. Peningkatan kualitas di perguruan tinggi dimulai dengan peningkatan kualitas dosen sehingga layanan akademik akan semakin baik.

Dede Rosyada#4Untuk mendorong hal tersebut, Direktur Diktis Kemenag RI melalui Program 1000 Doktor dalam rangka membesarkan perguruan tinggi. Targetnya di tahun 2020 akan ada 8000 Doktor di Kementerian Agama dan 2000 orang dari 8000 itu merupakan tamatan luar negeri baik itu dari negara-negara di Timur Tengah, Amerika Utara, Eropa, maupun Australia.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Dede menegaskan tujuan yang ingin dicapai Ditjen Diktis Kemenag RI adalah menjadikan Indonesia sebagai Pusat Studi Islam di dunia. Prospek dari pengembangan pendidikan tinggi Islam adalah mengembangkan studi Islam dengan baik. Islam Indonesia sudah sangat populer di dunia.

Menurutnya, para pembelajar Islam yang tersebar di dunia ini beranggapan bahwa cara berpikir keislaman di Indonesia sangat pluralis, inklusif, dan toleran. Islam yang pluralis, inklusif, dan toleran akan terus dikembangkan di kalangan PTKIN dengan cara mengundang para akademisi dan peneliti dari luar Indonesia untuk belajar studi Islam di Indonesia.

“Tujuannya adalah mengenalkan kepada dunia bahwa Islam Indonesia membawa kedamaian. Indonesia akan menjadi kiblat studi Islam di dunia. Untuk menghadapi tantangan tersebut karenanya para dosen harus mengembangkan kapasitas keilmuannya”, ungkapnya.

Selain itu, pungkasnya, IAIN Pontianak sebagai bagian dari pelaksana tugas besar Ditjen Diktis harus giat melakukan pengembangan-pengembangan kajian keislaman. Sehingga IAIN Pontianak akan menjadi destinasi mahasiswa-mahasiswa dari luar negeri untuk belajar keislaman di Pontianak.




Hermansyah Sebut Penyelenggaraan Pendidikan Harus Sesuai Dengan Standar Mutu

hermansyah

Arah kebijakan IAIN Pontianak telah memasuki babak baru dalam pengembangan kurikulum berbasis KKNI. Bagi para dosen sebagai tenaga akademik, hal itu menandakan awal perubahan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada bidang keilmuannya.

Wakil Rektor I, Dr. Hermansyah, M.Ag, mengungkapkan, arah kebijakan pengembangan IAIN Pontianak ke depan harus berbasis pada standar mutu. Oleh karena itu seluruh aktivitas dibawah bidang akademik dan pengembangan kelembagaan diarahkan untuk meningkatkan mutu, dimulai dari penyusunan standar-standar yang mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan pemerintah.

Apa yang dilakukan dosen IAIN Pontianak dalam kesempatan workshop peningkatan mutu dosen, Selasa, 13-14 September 2014, Hermansyah menyebut, dalam kerangka meningkatkan standar mutu pembelajaran bagi dosen di kelas nantinya.

Salah caranya dengan melakukan penyusunan standar mutu internal selama mengajar, dan bermuara pada mutu yang disepakati bersama, dan berdampak pada perubahan meningkatnya mutu pembelajaran dan akreditasi jurusan.

Hermansyah, mengakui, semua Jurusan yang ada di IAIN Pontianak sudah terakreditasi, sebagian besar mengantongi akreditasi B, khusus untuk jurusan baru yang sedang berkembang masih memperoleh akreditasi C.

Dia berharap, melalui rangkaian kegiatan yang sudah dilakukan LPM (Lembaga Penjaminan Mutu), Jurusan yang ada di IAIN Pontianak mampu untuk memperoleh nilai akreditasi A. Namun demikian terpenting baginya, bukan hanya pengakuan secara formal akreditasi, akan tetapi secara keseluruhan penyelenggaraan pendidikan yang sangat bermutu.

“Apa yang diamanatkan pemerintah dapat diwujudkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan standar. Lalu, kemudian masukan dari stakeholders dapat dikembangkan dengan baik”, papar Hermansyah.

Menurut dia, kesadaran mengembangkan IAIN Pontianak tidak hanya ditingkat pimpinan, tetapi secara bersama-sama juga muncul pada setiap dosen yang menggelar perkuliahan di dalam kelas.

Hermansyah, juga meminta kepada Ketua LPM dalam penyusunan Standar Penjaminan Mutu Internal untuk mengajak pihak-pihak berkepentingan yang terlibat langsung. Sehingga pengembangan mutu tidak hanya hasil dari produk internal, tetapi hasil bersama dengan pihak eksternal.

Sejak dari awal, dia menyadari, bahwa apa yang ingin dihasilkan merupakan hasil kerjasama dengan banyak pihak yang terkait dan berkepentingan dalam mengembangkan kompetensi mahasiswa maupun outcome IAIN Pontianak.

“Apa yang dihasilkan disini, akan diterapkan di kelas, sehingga manual mutu yang disusun dapat berjalan dengan baik dan bisa diaudit secara internal, bukan menjadi dokumen yang baik tidak bermakna apa-apa”, pungkas Hermansyah.




Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, Gelar Workshop Kurikulum Berbasis KKNI

KKNI

Dekan FTIK, Lailial Muhtifah, mengatakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dimana kurikulum berbasis KKNI harus memperhatikan aspek ilmu pengetahuan, pengetahuan, pengetahuan praktis, keterampilan, afeksi, dan kompetensi yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau pengalaman kerja.

Menurut Dekan FTIK yang akrab disapa Laili, FTIK menyesuaikan PP Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan. Untuk Pendidikan Tinggi yang menjadi acuan dalam menyusun kurikulum/mata kuliah dan pelaksanaan pembelajaran, terkait dengan 10 Standar Nasional Pendidikan Tinggi, 8 Standar Nasional dan Standar Penelitian serta pengabdian masyarakat.

“Setelah melaksanakan workshop ditingkat Fakultas, akan ditindaklanjuti dengan workshop kurikulum ditingkat Jurusan untuk menentukan mata kuliah mana saja yang diturunkan sesuai dengan aspek capaian pembelajaran dan kurikulum KKNI”, ujar Laili. Jumat (29/8/2014) di gedung Rektorat IAIN Pontianak.

Dekan FTIK juga menyebut, workshop akan dilakukan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI), dan Pendidikan Guru Raudhatul Atfal (PGRA).

Laili berharap, pengembangan kurikulum pada Jurusan-jurusan di FTIK IAIN Pontianak berdasarkan Kualifikasi Kompetensi Nasional Indonesia (KKNI) dilakukan sesuai dengan standar level lulusan dapat tercapai.

KKNI yang menjadi acuan untuk membangun sumber daya manusia dan tenaga kerja merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan, dan bidang pelatihan kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor, tambahnya mengutip Dikti, 2011.

Sementara itu, Wakil Rektor I IAIN Pontianak, Hermansyah, berkesempatan hadir membuka acara workshop kurikulum tersebut, menilai IAIN Pontianak dituntut untuk merumuskan keunggulannya secara optimal dibanding dengan Perguruan Tinggi umum.

Terkait dengan perubahan kurikulum, dia mengungkapkan IAIN Pontianak sangat merespon perubahan tersebut dan menjadikan KKNI sebagai perhatian yang serius.

Hermasyah menekankan, urgensi pendidikan yang mengedepankan pendidikan pada aspek sikap dan etika, mencermati dan menganalisa gerakan berbasis keagamaan, pendidikan yang peduli terhadap lingkungan, dan pendidikan anti korupsi. Selain itu, menurutnya, Perguruan Tinggi juga harus peka terhadap isu-isu aktual tersebut.

“Ke depan, mahasiswa lulusan IAIN Pontianak tidak hanya ahli dan terampil dalam bidang ilmu masing-masing, akan tetapi menjadi teladan di tengah keluarga dan kehidupan bermasyarakat”, cetusnya.

Wakil Dekan (Wadek) I FTIK, Eka Hendry, membuka acara workshop yang membahas tentang visi, misi, nilai, dan tujuan, serta strategi pencapaian terhadap visi dan misi, berpendapat workshop ditingkat Fakultas memiliki fungsi yang vital untuk menentukan arah pengembangan FTIK ke depan.

Untuk menentukan arah pengembangan FTIK, Eka menegaskan, perubahan status menjadi IAIN harus mencerminkan perubahan substantif, dengan membenahi semua aspek yang ada di lembaga IAIN Pontianak, termasuk salah satunya yang sangat penting yakni muatan kurikulum KKNI.




Presensi Direktur Diktis Motivasi Mahasiswa Baru

Dede Rosyada

Salah satu momentum penting bagi mahasiswa baru FTIK (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan) tahun ini adalah bisa bertemu dengan Direktur Diktis Kemenag RI, Prof. Dr. Dede Rosyada, dalam acara Studium General II pada Senin, (22/9/2014) Gedung Rektorat lantai 4 IAIN Pontianak.

Prof. Dr. Dede Rosyada, yang diundang secara khusus memberikan materi FTIK yang Unggul Berkukalitas untuk SDM Berdaya Saing Global. Dalam kesempatan tersebut, Dia mengatakan, Mulai Januari 2015 mahasiswa sudah dihadapkan pada Asean Economic Community (AEC) dimana negara-negara di Asia Tenggara telah menyepakati “One Single Market on Services”.

Dia mengatakan, melalui komitmen Bali Concord II (2003), Action Free Flow of Good telah dimulai secara bertahap sejak 2007, dan Action Free Flow of Service (2013-dalam bidang trasportasi udara, kesehatan dan torism).

Pada tahun depan, ujar Dede Rosyada, tentu seluruh sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk digali, dimodifikasi, dan ditingkatkan mutu kualitas untuk memberikan nilai tambah dalam mendorong potensi lokal.

“Seluruh kota-kota besar yang ada di 11 negara Asia Tenggara akan menjadi market bagi lulusan guru, praktisi medis, dokter, perawat, pengacara, arsitektur, profesional pariwisata, surveying qualifications, jasa akuntansi dan sektor jasa lainnya akan bersaing menjadi yang terbaik”, jelasnya.

Dede Rosyada memberikan pandangan, bahwa kesepakatan Bali Concord II tersebut, ketika diterapkan pada tahun mendatang, tentu juga akan menciptakan persaingan dalam mencari tempat bekerja yang terbaik.

Menurut dia, mahasiswa FTIK sekalipun kuliah di Pontianak punya kesempatan (kans) untuk berdaya saing global, boleh melamar kerja di Malaysia, Singapura atau di Brunei Darussalam untuk melamar kerja, bersaing dengan sarjana dari luar negeri lainnya, dan keluar sebagai pemenang (the winner).

Kesempatan tersebut tentu akan menjadi motivasi tersendiri bagi mahasiswa baru untuk memupuk kemampuan akademik untuk mengelaborasi dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan kesempatan terbaik yang dinantinya manakala sudah di depan mata.

Dede Rosyada menyebut, dari saat ini mahasiswa harus mengubah mindsite dari localizing society menjadi globalizing society, mengingat persaingan akan semakin ketat jika tidak ingin ketinggalan. Mulai berpikir ketika lulus dari FTIK tidak hanya bercita-cita mengajar di Pontianak atau sekitarnya, akan tetapi mencoba untuk berorientasi pada pasar global se-Asia Tenggara.

Dikemukakannya, pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi baru dengan perubahan paradigma, dari orientasi lokal, menjadi regional dan global. Dari eksklusif menjadi inklusif pluralis, dan bisa bekerjasama dengan siapa saja di dunia, tanpa membedakan agama, ras dan budaya. Dari pekerja yang siap melaksanakan pekerjaan secara profesional, menjadi pekerja yang kratif dan inovatif.

Karena itu, Dede Rosyada meminta, kepada mahasiswa FTIK, mulai menempuh pendidikan dengan belajar lebih serius, selain mempertajam bidang keilmuan dan keahlian pada bidangnya, juga harus sering melakukan praktek mengajar menggunakan bahasa Inggris, agar bisa berdaya saing global.

Dalam analisanya, pada tahun-tahun mendatang dari sisi kesejahteraan, dia mengutip Hatta Rajasa dalam Republika yang menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi upper middle income countries, dengan perkapita US $15.000, pada tahun 2025.

Sementara menyadur Raoul Oberman, dari McKinsey Global Institute, dia menegaskan, bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara maju di tahun 2030. Demikian juga merujuk pada media Kompas, Ekonomi Indonesia paling stabil, pertumbuhan merata ke luar jawa, ekspor komiditas non migas, dan pertumbuhan ditopang oleh peningkatan produktifitas.

Masih pada pendapat Raoul Oberman yang memprediksikan Indonesia will be number seven front the best country on the world atau Indonesia menjadi negara terkaya ke tujuh di dunia, dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara yang paling tertib dalam bidang pembangunan ekonomi.

RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) yang dituangkan dalam undang-undang nomor 17 tahun 2005 mengatakan bahwa Indonesia pada tahun 2025 akan menjadi negara maju, mandiri dan sejahtera.

Maju dalam persepsinya, perkeluarga mampu menghasilkan pendapatan perkapita rata-rata US $18.000 pertahun, dan mandiri dimaksudkan tidak lagi bergantung pada negara asing, sedangkan sejahtera adalah pemerataan antara satu keluarga satu sama lainnya.




Lokakarya SPMI Diharapkan Mampu Hasilkan Draft Mutu Internal

Ketua Panitia Lokakarya SPMI, Helva Zuraya, M.Ag, merasa bersyukur atas kimetmen pimpinan IAIN Pontianak dalam mengimplementasikan SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) secara berkelanjutan, berjalan secara baik dan disambut positif oleh stakeholders IAIN Pontianak.

Acara lokakarya yang diadakan LPM bertujuan untuk sharing dan penyusunan draft implementasi SPMI, Eva mengilustrasikan, SPMI apabila telah berjalan dan telah dilaksanakan oleh civitas akademika akan terlihat jelas antara satu unit dengan unit yang lainnya, demikian juga setiap dosen dengan pejabat struktural lainnya.

Untuk mendukung SPMI yang sesuai dengan harapan, Eva menjelaskan, diperlukan penataan organisasi yang dapat mengakomodasi dalam memenuhi kebutuhan standar, baik sesuai dengan standar nasional pendidikan Indonesia atau standar BAN-PT.

“Untuk itu penting suatu sistem organisasi dituangkan secara komprehensif dalam suatu pedoman agar menjadi pedoman bagi pengelola dalam menjalankan tugas maupun menjadi dasar penyempurnaan sistem yang ada”, ujar Eva.

Meskipun begitu, ucap Eva, kegiatan lokakarya SPMI merupakan kelanjutan dari pedoman sebelumnya, dimana sebelumnya pedoman SPMI yang sudah dibuat PPMP STAIN Pontianak harus direvisi menjadi pedoman SPMI IAIN Pontianak.

Selain itu, pungkas Eva, LPM IAIN Pontianak juga telah mengupdate regulasi terbaru SMPT nomor 49 tahun 2014 dan juga kurikulum KKNI tingkat Perguruan Tinggi. Melalui kegiatan lokakarya SPMI tim bekerja untuk menyusun buku pedoman SPMI yang nantinya akan berisi draft-draft yang akan diflourkan dalam kegiatan workshop SPMI mendatang.




Komitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan LPTK

 komitmenKegiatan Refreshment Asesor Kerjasama FTIK (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegurun) IAIN Pontianak dengan FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digelar pada hari Sabtu, 19 Juli 2014 bertempat di Restoran Beringin, menghadirkan Maifalinda Fatra, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kegiatan ini, dikatakan Maifalinda Fatra, berangkat dari keyakinan bahwa LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan) memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia yang memiliki daya saing dan berkarakter.

Menurutnya, kualitas pendidikan dan pelatihan LPTK perlu ditingkatkan. Kegiatan pendidikan dan pelatihan di bawah naungan Kementerian Agama semestinya menjadi tanggung jawab LPTK di bawah naungan Kemenag.

Maifalinda Fatra menjelaskan, dengan diterapkannya kurikulum 2013 oleh Kemendikbud, maka LPTK di bawah Kemenag mau tidak mau kita juga harus dapat menyosialisasikan dan mengimplementasikan kurikulum 2013 itu dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan guru-guru di lingkungan madrasah/pesantren di bawah Kemenag.

Pesan moral yang disampaikan oleh Direktur dan juga pihak Kemendikbud, bahwa pada PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) tahun 2014 segala kegiatan yang ditujukan untuk guru yang menyangkut pelatihan, harus berimplikasi positif pada guru, mulai dari awal sampai evaluasi pembelajaran. Semuanya harus sesuai dengan kepentingan kurikulum 2013, lanjut dia.

Seperti kemitraan sebelumnya, LPTK UIN Jakarta dengan LPTK yang ada di Pontianak telah berlangsung lama khususnya dalam hal pelaksanaan PLPG. Namun, karena komunikasi terbatas atau ada sebab lain, kemitraan LPTK di Jakarta dan LPTK yang ada di Pontianak ini dirasakan belum begitu maksimal.

Karena itu, Maifalinda Fatra berkeyakinan untuk ke depan, kemitraan ini mesti diperkuat. Pembinaan guru-guru di madrasah adalah tanggung jawab penuh LPTK-LPTK yang ada di bawah Kemenag, bukan yang lain. Kecil peluangnya Kemendikbud melakukan pembinaan pada guru-guru di lingkungan Kemenag mengingat mereka punya tanggung jawab dan wilayah kerja sendiri.

“Untuk peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, kemitraan antara LPTK mesti diperkuat, bukan dalam kegiatan PLPG saja tetapi dalam kegiatan-kegiatan lain. Perlu dilakukan kerjasama-kerjasama sehingga terbentuklah semacam model pelatihan” ungkap Maifalinda Fatra.

Dia menuturkan perlu adanya inovasi dalam kegiatan ini, ke depan akan didiskusikan tentang teknis dan konten pelatihan pada PLPG. Pada tahun 2014 ini program PLPG semua sudah berbasis ITP, penjadwalan, dosen, peserta administrasi diinput ke dalam program ASG.

Maifalinda Fatra mengakui, berangkat dari evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya, masih banyak guru-guru yang mengikuti PLPG belum memenuhi kualitas standar yang diinginkan, kualitas PLPG harus ditingkatkan. Jangan sampai setelah PLPG, masih banyak guru-guru tidak lulus.

Hal ini diamini oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Menurut Hamka, kegiatan ini semacam penguatan. Karena itu besar harapan kegiatan ini dapat berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan seperti yang diharapkan.

Hamka mengingatkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh LPTK, bukan saja soal transfer ilmu pengetahuan pada guru-guru tetapi juga tentang bagaimana guru-guru dapat menjadi teladan.

Hal inilah yang harusnya menjadi ciri khas dari pelatihan di lingkungan Kemenag. Rektor IAIN Pontianak menyebut, hidup ini ada nilai-nilai barakahnya. Apalah artinya pengetahuan bertambah tapi barakahnya tidak ada.

Dia menuturkan kenapa belakangan ini pendidikan kurang dirasakan manfaatnya. Hamka mencontohkan bagaimana murid tidak menganggap penting bertemu dengan guru dalam belajar, cukup download materi saja, mereka anggap itu sudah cukup. Inilah yang dimaksudkannya ilmu sudah kehilangan barakah. Karena itu, peran pendidik penting bukan hanya dalam konteks mentransfer ilmu tapi sebagai teladan.

“Guru yang menyampaikan sekaligus harus menjadi contoh. Jangan sampai pendidikan kita kehilangan barakah dan jauh dari prinsip-prinsip pendidikan karakter. Untuk itu, guru juga harus memperbaiki karakternya agar dapat berperan positif dalam pendidikan. Agama nyata dalam tindakan dan praktik bukan hanya sekedar wacana”, tegas Hamka.




Khalimah: Kebutuhan Perencanaan Anggaran 2015 Didasari pada Aspek Prioritas Utama dan Pendukung

pelatihan

PLTKabag Perencanaan dan Keuangan IAIN Pontianak menggelar kegiatan pelatihan Penguatan Data Perencanaan dan Implementasi Data Dukung, pada tanggal 21 s.d. 23 Juli 2014, di Hotel Gajahmada Pontianak.

khalimahKegiatan yang diselenggarakan atas inisiasi Subbag Perencanaan IAIN Pontianak ini bertujuan menciptakan sumber daya tenaga administrasi yang profesional di fakultas, dan lembaga pada unit kerja lainnya, dengan menggagas tema “Akurasi dan Akuntabilitas Data Dukung Sebagai Penguatan Merencanakan Kesuksesan Sistem Budgeting”.

Kasubbag Perencanaan IAIN Pontianak, Suhaimi, M.Pd. mengatakan, melalui penganggaran secara bottom up (unit kerja sebagai pengusul kegiatan), unit kerja mempunyai peran penting dan mengambil peran awal dalam perencanaan. Keliru memahami arah kebijakan maka potensi pintu kegagalan dalam menyusun perencanaan dan data dukung akan terbuka lebar.

“Selama ini data dukung yang disampaikan melalui Satuan Kerja senantiasa berubah-ubah, random (acak) tanpa didasari data konkrit di lapangan. Di samping itu format yang digunakan bervariasi tanpa menggunakan standarisasi yang ditetapkan”, kata Suhaimi.

Dengan kondisi seperti ini, paparnya, sangat sulit untuk melakukan rasionalisasi serta dipertanggungjawabkan. Karena akan berimplikasi pada kelebihan dan bahkan kekurangan anggaran yang akan dialokasikan bagi Satuan Kerja dan ini menjadi stigma negatif bagi Kementerian Agama secara umum.

Dia menyebut, Subbag Perencanaan IAIN Pontianak berupaya untuk melakukan langkah konkrit perubahan dengan menggagas penguatan data perencanaan melalui penguatan data dukung KAK/TOR dan RAB dalam pengusulan anggaran bagi unit-unit kerja di Satuan Kerja IAIN Pontianak.

Untuk itu, tuturnya, Urgensi dari kegiatan yang diselenggarakan ini akan memberikan cara mudah memahami arah kebijakan (renstra), cerdas menentukan kegiatan prioritas dan pendukung, kemudahan dalam pertanggungjawaban penggunaan anggaran, rasionalisasi yang tepat, akurasi data yang terukur dan terarsip.

Secara terpisah dilokasi kegiatan, Ketua Panitia dan juga sebagai Kabag Perencanaan dan Keuangan Hj. Khalimah Barozah, SE., MM, mengungkapkan pelatihan serupa telah dilaksanakan Unit Perencanaan pada tahun sebelumnya, akan tetapi dari perubahan alih status STAIN ke IAIN menjadi alasan utama, selain itu terdapat juga beberapa tenaga baru yang ditugaskan untuk membuat TOR dan RAB pada masing-masing fakultas dan lembaga.

Meski demikian, Khalimah berharap untuk memenuhi kebutuhan Subbag Perencanaan dan Keuangan bergerak cepat untuk memenuhi kebutuhan perencanaan anggaran pada tahun 2015 mendatang yang didasari pada aspek prioritas utama dan aspek pendukung.

Agar perencanaan dapat dilakukan dengan baik, dia menuturkan, dari masing-masing fakultas, bagian, dan lembaga dapat menyampaikan rencana kegiatan dan program yang akan dilaksanakan harus didasari data.

Menurutnya, hasil dari kegiatan tersebut memberikan gambaran bagi peserta akan pentingnya data dukung berupa data kualitatif yang biasa disebut dengan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) atau TOR yang berisi tentang gambaran mengenai gambaran pencapaian output kegiatan, dan RAB sebagai data kuantitatif berkaitan dengan perkiraan besaran biaya diperlukan.

pelatihan#2Ia menambahkan, setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat mengetahui bagaimana menyusun program berdasarkan identifikasi kebutuhan fakultas dan lembaga di lingkungan IAIN Pontianak.

Dia menyebut, Kegiatan yang diikuti sebanyak 41 peserta mewakili unit masing-masing, dengan harapan unit kerja dapat dengan mudah melakukan penyusunan TOR dan RAB untuk tahun anggaran 2015 mendatang.

Demikian juga sebaliknya, Subbag Perencanaan dan Keuangan merasa dimudahkan dalam merencanakan anggaran, karena kedua bagian tersebut membutuhkan data dukung berupa data kualitatif dan kuantitatif.

Kegiatan pelatihan secara resmi dibuka oleh Kepala Biro AUK, H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc, MM. Dalam sambutannya, dia mengatakan data sangat penting dalam merencanakan kegiatan, jika datanya tidak jelas maka perencanaan tidak akan maksimal. Data tersebut digunakan dalam penghimpunan anggaran.




UKK Komsan, Jaga Tradisi Juara Selalu Tampil di Pentas Nasional

Komsan#peksiminas

Catatan berturut-turut sebagai juara I monolog sejak dari tahun 2008 s.d. 2014 diajang seleksi PEKSIMIDA (Pekan Seni Mahasiswa Daerah) yang diikuti perwakilan kampus se-Kalimantan Barat, membuat UKK (Unit Kegiatan Khusus) KOMSAN IAIN Pontianak selalu mengirimkan perwakilannya ke pentas seni mahasiswa nasional atau PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional).

Keberhasilan UKK Komsan pada tahun ini terbilang luar biasa, selain mendapat kesempatan mengirim 2 cabang sekaligus yakni cabang monolog dan lomba membaca puisi dipentas PEKSIMINAS, selain tradisi juara tetap dipertahankan.

Dengan terpilihnya Yuyuk Purwati dari UKK Komsan IAIN Pontianak sebagai juara I cabang Monolog, keberhasilan ini memperpanjang tradisi juara monolog dalam event bergensi antar mahasiswa pencinta karya seni se-Kalbar atau PEKSIMIDA sejak tahun 2008 s.d. 2014.

Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) merasa begitu bahagia setelah dirinya dinobatkan sebagai juara I monolog. Berkesempatan mewakili Kalbar menuju pentas nasional atau PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) di Palangkaraya pada tanggal 14-18 September 2014 lalu tentu menjadi kenangan tersendiri baginya.

Meskipun pada ajang PEKSIMINAS, Yuyuk belum berhasil meraih juara, namun dia mengaku tak menyangka telah memenangkan perhelatan seleksi daerah itu, dan bisa tampil di pentas nasional sudah cukup untuk memberikan pengalaman tersendiri. meskipun begitu ia merasa telah tampil secara maksimal, ia pun tidak kecewa dan berterima kasih atas dukungan dari teman-temannya di Komsan.

Menyelisik kebelakang, Yuyuk menceritakan keinginannya sangat kuat untuk menjadi juara monolog sudah ada sejak dua tahun lalu, ia termotivasi berkat dukungan almarhum Daeng, seniornya di Komsan. Dengan begitu ia bisa mempersiapkan diri dan semangat berlatih memainkan peran cukup lama menjelang perlombaan.

Selama di UKK (Unit Kegiatan Khusus) Komsan, Yuyuk mulai aktif dalam berbagai perlombaan dan kegiatan seni antar mahasiswa. Berkat keuletannya, ia berhasil menyabet penghargaan pada lomba monolog antar Perguruan Tinggi se-Kalbar.

Bagi dirinya, keberhasilannya meraih juara I saat ini punya keistimewaan tersendiri. Pasalnya, sejak dari tahun 2008 hingga 2014 UKK Komsan selalu keluar sebagai juara I cabang monolog, namun tidak satu pun dari kalangan perempuan, jadi dia merupakan yang pertama.

Perempuan yang aktif di kegiatan mahasiswa dan gemar bermain alat musik ini pun berharap, prestasi yang diraihnya dapat menjadikan ia lebih bermanfaat bagi banyak orang dan teman-teman mahasiswa.

Selain Yuyuk, pada ajang yang sama, UKK Komsan IAIN Pontianak juga memiliki Arif Faturrahman yang berhasil meraih jura I pada cabang lomba membaca puisi putra. Keberhasilan Arif ini tidak terlepas dari motivasinya untuk memberikan yang terbaik bagi juniornya.

Arif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) yang tidak lama lagi akan melakukan sidang skripsi, ketika ditanya keberhasilannya menjuarai lomba baca puisi putra adalah anugerah. Dia merasa bangga dan mengaku senang bisa meraih juara satu lomba baca puisi putra.

Berbeda dengan rekannya, ia menanggapi hal lain yang berkaitan dengan kegiatan PEKSIMIDA. BPSMI (Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia) Kalbar selaku penyelenggara, kegiatan Peksimida masih tergolong seremoni seleksi daerah.

Bukan tanpa alasan, menurut dia, BPSMI Kalbar yang dipercayakan selaku penyelenggara kegiatan, tidak memberikan hadiah kepada para pemenang lomba baik dalam bentuk dana pembinaan, piala ataupun piagam.

Selain itu, “PEKSIMINAS rencananya akan digelar pada bulan Oktober mendatang, biaya keberangkatan masih harus dibebankan kepada pemenang sebesar 1.7 juta dan biaya pakaian kontingen 65 ribu rupiah. Peserta hanya digratiskan biaya makan dan penginapan”, tutur Arif.

Walaupun demikian, Arif menyebut telah berkonsultasi dengan pihak IAIN Pontianak, dan telah menemukan jalan keluarnya setelah bertemu dengan Wakil Rektor III. “saya akan berusaha semaksimal mungkin, dengan melihat peluang selalu ada untuk menjadi juara, dan saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut begitu saja”, tambahnya.




Pembinaan Tenaga Honorer Bahas Masalah Disiplin dan Kebersihan Lingkungan

pembinaan honorer

IAIN PONTIANAK, HUMAS – Pembinaan Tenaga Honorer 2014 yang diselenggarakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu, 12,13,19, dan 20 Juli 2014 tersebut menitik beratkan pada peningkatan disiplin dan kebersihan di lingkungan IAIN Pontianak.

Berbicara di depan sekitar 75 orang pegawai honorer, Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Keuangan IAIN Pontianak, H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc, MM, menekankan pentingnya disiplin dalam dunia kerja.

“Dengan sikap disiplin, hati akan menjadi tenang karena pekerjaan akan selesai tepat waktu, bahkan lebih cepat. Selain itu, dengan disiplin juga karakter dalam diri bisa terbentuk menjadi lebih baik”.

Bukan tanpa alasan, Kepala Biro AUAK IAIN menggarisbawahi disiplin sebagai titik tolak kinerja para pegawai di kalangan IAIN Pontianak. Karena, menurutnya, dengan adanya disiplin maka kualitas kerja juga akan semakin baik.

“Saya agak sedih pada honorer dan PNS yang datang terlambat tapi pulang agak cepat. PNS harus memberikan contoh kepada tenaga honorer untuk lebih aktif. Sebaliknya, karyawan honorer jangan meniru perbuatan yang tidak baik dan bekerja dengan sebaik-baiknya berdasarkan tugas dan fungsinya. Saya harap setiap lini di unit kerja IAIN ini berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan disiplin dalam diri masing-masing” tutur Abdul Halim.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Syarif, MA. disiplin penting diterapkan di IAIN Pontianak terutama disiplin dalam menjaga kebersihan.

Syarif merasa kecewa dengan standar kebersihan, namun baginya, dalam menjaga kebersihan setiap individu harus merasa bertanggungjawab. Lingkungan yang bersih secara tidak langsung menstimulasi pikiran dengan hal-hal yang bersih sehingga akan mempengaruhi kualitas kerja menjadi lebih bagus.

Sementara, Kepala Bagian Umum, H. Muhamad Dimyati, S.Sos, MM, menyebut, peningkatan kerja tenaga honorer tentunya mesti dibarengi dengan peningkatan hak yang didapat sebagai reward yang setimpal atas kewajiban yang telah dikerjakan.

Dimyati menjelaskan, selama ini gaji yang diberikan kepada tenaga honorer berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) seperti pemasukan dari SPP mahasiswa.

Oleh karenanya, dia menegaskan bahwa kedepannya kesejahteraan tenaga honorer akan lebih diperhatikan. Terlebih lagi adanya anggaran di APBN untuk pegawai pemerintah yang bukan PNS atau disebut dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Kedepannya, tenaga honorer bisa dialihkan menjadi PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja sehingga gaji yang dibayarkan akan diambil dari dana APBN. Kita akan mendorong para tenaga honorer ini untuk terus meningkatkan etos kerja sampai mereka bisa berubah status menjadi pegawai pemerintah meski masih berstatus kontrak”, paparnya.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan Dimyati soal reward kerja, Syarif menambahkan bahwa penghargaan yang akan diberikan kepada tenaga honorer tidak hanya berupa gaji yang akan diterima setiap bulannya.

“Kedepannya kita akan coba mengadakan reward atau penghargaan untuk tenaga honorer yang berprestasi, yang memiliki kedisiplinan yang tinggi, dan pekerja keras. Dengan adanya award ini diharapkan akan menjadi motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik”, cetus Syarif.

Penyerapan tenaga honorer di lingkungan IAIN Pontianak termasuk masif. Saat ini, pegawai honorer yang bekerja di IAIN Pontianak berjumlah 75 orang. Petugas keamanan berjumlah 9 orang, cleaning service sebanyak 16 orang, 35 orang tenaga honorer yang tersebar di setiap unit kerja IAIN Pontianak, serta 15 orang rekrutan baru di tahun 2014 ini seiring dengan transformasi STAIN menjadi IAIN Pontianak.




Era Modern Revoluasi Pendidikan Islam di Iran

Kuliah Umum

Oleh: Dr. Hojjat Ibrahimian

Orasinya diterjemahkan oleh Imam Ghazali

Selasa, 24 Juni 2014 I 10:00 WIB

IAIN PONTIANAK, HUMAS – Iran adalah negara berpenduduk sebanyak 75 juta jiwa, 97 persennya memeluk agama Islam. Dari jumlah tersebut, 90 persen memilih mazhab ahlul bait. Banyak sekali penyebutan terhadap mazhab ahlul bait ini, terkadang menyebutkan mazhab ja’fari mengikuti mazhab Imam Ja’far as-Shadiq, atau juga mazhab Imamiyah, dan juga sering mendengar dengan mazhab Syi’ah. Sementara sisanya 10 persen, 3 persen nonmuslim, dan 7 persen menganut mazhab ahlussunnah wal jamaah yang terdiri dari penganut mazhab Syafi’i, Hambali, dan Hanafi.

Dr. Hojjat Ibrahimian mengatakan, walaupun penduduknya berbeda keyakinan atau mazhab, sebagaimana di Indonesia, memiliki kehidupan yang damai, tentram, antara pengikut agama atau mazhab yang satu dengan lainnya. Toleransinya cukup kuat, bahkan kaum minoritas baik itu agama atau pun mazhab memiliki perwakilannya di parlemen, seperti yahudi, kristen, dan ahlussunnah.

Dalam era modern, menurutnya, Iran mulai dikenal sekitar 35 tahun yang silam ketika peristiwa besar terjadi disana, yakni revolusi Islam Iran yang mengubah Iran dari monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam Iran, revolusi dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini.

Sejak saat itu, Iran mengalami perkembangan yang cukup besar hingga saat ini. Iran memiiliki strategi-strategi tersendiri untuk melangkah ke depan, namun berdasarkan konstitusi Iran merupakan negara Islam, dan tidak ada hukum atau aturan non Islam yang berlaku atau diberlakukan disana.

Kuliah Umum2Karena sistem negara Islam, maka sistem juga diberlakukan pada dunia pendidikan atau kampus-kampus di Iran. Dia berbagi pengalaman di Iran kita mungkin tidak menemukan botol-botol minuman keras, atau alat-alat maksiat ditempat umum, karena hal-hal tersebut akan mengakibatkan rusaknya sistem dan juga rusaknya aturan-aturan Islam.

Di Iran, paparnya, penduduknya juga memiliki kebebasan dalam batas-batas tertentu, dan salah satu menjadi prioritas dari Republik Islam Iran adalah menjalankan sistem Islam diperguruan-perguruan tinggi.