Seremoni Perpisahan Mahasiswa KKL Integratif

KKL P3M#8

Ketua panitia KKL Integratif IAIN Pontianak, Sapendi, M.Pd, melaporkan kegiatan KKL yang dimulai pada 27 April hingga 16 Juni 2014 berjalan dengan baik, tidak terdapat kekurangan sesuatu apa pun selama pelaksanaan tersebut (16/6).

Dia bersyukur selama kegiatan KKL integratif yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kayong Utara, khususnya pada Dikjar Pendidikan Formal dan Informal. Pada Kegiatan KKL 2014 yang diintegrasikan dengan pendataan keaksaraan fungsional atau pendataan warga buta aksara yang ada di Kayong Utara.

KKL P3M#9Bahkan, kata Sapendi, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan panitia selama kegiatan KKL, pendataan tersebut sudah selesai dilaksanakan. Hanya saja diakuinya beberapa desa yang memang diluar jangkauan mahasiswa KKL tidak dapat dilaksanakan.

Ia menyebut sebanyak 413 mahasiswa KKL Integratif yang tersebar di 29 Kelompok pada empat kecamatan, yaitu Simpang Hilir, Sukadana, Kepulauan Maya, dan Karimata. “Karena keterbatasan jumlah mahasiswa kami tidak dapat menjangkau disemua lokasi Kayong Utara”, paparnya.

Namun demikian, dirinya merasa berbahagia karena selama kegiatan KKL mahasiswa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kayong Utara” katanya sebelum mengakhiri kata sambutan pada acara pelepasan mahasiswa KKL bersama pemda di Masjid Melano Kayong Utara.

Sementara itu, Warek I Dr. Hermasyah, M.Ag, “menambahkan laporan ketua panitia KKL” ucapnya, Ia menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan oleh pemerintah dan beserta seluruh masyarakat Kayong Utara.

Dia menyebut, banyak sekali bantuan yang diberikan kepada mahasiswa KKL Integratif, sehingga tidak bisa dihitung dengan materi dalam rangka menyukseskan kegiatan ini, dan “semoga Allah membalas kebaikan masyarakat Kayong Utara” tambah Hermansyah.

“Masyarakat Kayong Utara telah menjadi guru bagi mahasiswa KKL selama disini, jadi bukanlah mahasiswa KKL yang menjadi guru karena mereka sedang mengambil pelajaran yang tidak ternilai selama pelaksanaan disini” cetus Dr. Hermansyah.

Lebih dari itu ia pun merasa sangat beruntung, pasalnya ada kelompok KKL yang dibuatkan seragam batik kelompok, ada juga disaat acara pelepasan kelompok dimana mereka bernyanyi bersama dengan kepala dusun setempat dan menurutnya, banyak sekali kenangan-kenangan lain dibawa pulang oleh mahasiswa KKL.KKL P3M#10

Sebelum menutup sambutannya, Warek I berpesan kepada Bupati Kayong Utara untuk mendorong generasi muda di Kayong Utara untuk kuliah di IAIN Pontianak. “Sekarang banyak sekali jurusan-jurusan yang dapat diambil di IAIN Pontianak, dari perubahan bentuk STAIN menjadi IAIN”, sambung dia.




Dari Kampung Riset hingga KKL Eksotis di Pulau “Bertuah”

KKL P3M#5

Pada bulan Oktober tahun lalu, P3M yang sekarang berganti nama menjadi LP2M IAIN Pontianak, pernah menggelar kegiatan Kampung Riset. Selanjutnya diawal tahun pada bulan Januari 2014 LP2M melaunching buku hasil karya mahasiswa dan dosen dalam kegiatan tersebut.

KKL P3M#6Dari kacamata LP2M dan Pemerintah Daerah Kayong Utara, kegiatan tersebut cukup berhasil. Mengutip liputan Suluh pada edisi 6 tahun 2014, dari hasil laporan dan karya buku yang dihasilkan. Kegiatan Kampung Riset dapat dijadikan referensi strategis bagi pemerintah Kayong Utara dalam melakukan pemetaan pembangunan bidang budaya dan pariwisata.

Tahun ini LP2M melanjutkan program sebelumnya dengan melakukan kegiatan KKL Integratif di Kabupaten Kayong Utara pada empat kecamatan yakni Simpang Hillir, Sukadana, Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata. Gawai ini diikuti sebanyak 413 mahasiswa dari tiga fakultas yaitu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah yang dibagi dalam 30 kelompok.

Menurut Kepala LP2M Luqman Abdul Jabbar (23/6), Kabupaten Kayong Utara dulu cukup dikenal dengan pulau bertuah. Berkembang opini publik akan hal-hal gaib, sakti, dan keramat, dan lain sebagainya, tapi persepsi sebagian masyarakat itu berbalik seratus delapan puluh derajat bagi sebagian mahasiswa IAIN Pontianak yang sedang melakukan KKL Integratif, yakni dengan menjadikan Kayong Utara sebagai pulau eksotis yang menakjubkan kaya akan pemandangan alam, budaya, sejarah, dan khazanah Islam.

Luqman menjelaskan, jika ditempuh perjalanan darat dan air daerah ini memiliki hutan yang menghijau, mengalir sungai Kapuas yang memanjang berkelok dan lebar, memiliki pantai menghampar dari selatan ke utara. Pemandangan matahari pagi dan sore hari melengkapi keindahan alam yang dimiliki Kayong Utara.

Dengan pemandangan eksotis membentang sepanjang perjalanan air dan darat. Dirinya mengaku, setibanya di dermaga banyak mahasiswa kagum akan takjubnya Kayong Utara. Mereka disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat setempat yang seketika menghilangkan rasa lelah selama diperjalanan.

Terlebih untuk kecamatan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, Luqman punya persepsi yang berbeda terhadap pulau-pulau yang ada di kecamatan Pulau Karimata sering dikatakan sebagai pulau terluar. Terminologi ini perlu ditarik, ia mengatakan pulau yang ada di Karimata adalah pulau yang terdepan.KKL P3M#7

Dia berpendapat jika dikatakan pulau terluar, maka wajar sampai hari ini pulau tersebut tidak terjamahkan masyarakat dari luar. Pulau tersebut diakuinya memiliki pesona panorama luar biasa.

Secara geografis jelasnya, jika ditempuh perjalanan laut pulau Jawa atau pulau-pulau lain menuju ke Kalimantan Barat atau dari arah selatan, pulau ini terlebih dahulu dilewati sebelum sampai di Kalimantan.

“Maka sudah sewajarnyalah Pulau Karimata dapat dikatakan pulau terdepan, dan pemerintah daerah perlu memperhatikan dan prioritaskan untuk mempromosikan dan mengembangkan potensi pariwisata”, tegasnya.

Namun demikian, pemandangan diutarakan tadi baru sisi luar dari kekayaan alam dari Kabupaten Kayong Utara. Pemandangan eksotis nan luar biasa hanya dapat dinikmati oleh mahasiswa yang ditempatkan di dua kecamatan yakni Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, ungkap Luqman.

Selain menggambarkan sisi keindahan yang terdapat di Kayong Utara, lanjut Luqman, misi utama mahasiswa adalah melakukan KKL Integratif dan program kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebuyaan. Mahasiswa bisa membantu dibidang pendidikan dan keagamaan yakni mengentaskan atau meminimilisir tingkat buta aksara yang masih terdapat dibeberapa desa terpencil disana.

Masih pada konteks KKL Integratif, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensinya dibidang masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. “Membaur, bersinergi dengan tokoh masyarakat dan agama di sana jauh lebih penting, dalam membuat dan mengelola program yang baik untuk penduduk setempat”, tambahnya.




Dr. Zaenuddin, MA, MA: Identitas Kita Salah Satunya yang Sangat Penting Adalah Budaya Lisan

KOMSAN

Malam penutupan, Festival Teater Rakyat (FTR) Komsan IAIN Pontianak, Selasa, 24 Juni 2014 berlangsung meriah. Sebelumnya kegiatan ini telah dimulai dari tanggal 23-26 Juni 2014 dan diikuti sebanyak 12 sanggar, komunitas teater, dan penggiat seni di Kalimantan Barat, baik dari pelajar, umum, dan mahasiswa.

Dr ZaenuddinBerkesempatan hadir untuk menutup acara tersebut, Warek III Dr. Zaenuddin, MA, MA. Ia mengatakan Festival Teater Rakyat merupakan salah satu kegiatan budaya yang sangat penting, karena teater rakyat mengangkat budaya lisan, dan salah satu bentuk usaha revitalisasi buah kebudayaan yang menjadi identitas bangsa kita.

“Identitas kita salah satunya yang sangat penting adalah budaya lisan, Festival Teater Rakyat adalah kreativitas yang menumbuhkan budaya lisan yang salama ini sudah lama tidak didengar”, jelas dia.

Menurut Zaenuddin, kita mesti memperkuat identitas lokal, sehingga identitas bangsa Indonesia khususnya Kalimantan Barat menjadi tampak dan kita punya kesempatan untuk berpartisipasi dalam global village.

“Dalam global village ini, kita mampu menjadi satu warga dunia, dengan identitas budaya lisan di Kalimantan Barat, dan ini telah disemarak oleh komunitas santri IAIN Pontianak”, tandasnya.

Dia berpendapat, mahasiswa adalah pembelajar semuanya, belajar dibangku kuliah dibidang akademik, kehidupan sosial di masyarakat, berlatih untuk menempa diri dalam kegiatan berorganisasi. “Mahasiswa tulen adalah mahasiswa yang melakukan kegiatan pembelajaran akademik, dan non akademik, kedua-duanya saling mengisi satu sama lain”, tambahnya menegaskan.

Selanjutnya, panitia juga menghadirkan pendiri Komsan, Dr. Rully Nasrullah, M.Si pada acara tersebut bertindak sebagai Ketua Dewan Juri. Sebelum menyampaikan hasil penilaian peserta, pria yang biasa disapa dengan Aa’ sudah diminta untuk menyampaikan testimoni tentang Komsan. Ia hanya mengatakan “good”.

Rully mengaku bahagia bisa hadir pada Festival Teater Rakyat oleh Komsan IAIN Pontianak 2014. Dia juga menceritakan, “ada dua alasan penting, mengapa Komsan didirikan pada 18 tahun yang lalu, pertama saya tidak punya kontrakan atau pun kost sehingga saya bisa nginap di sanggar lebih dari 4 tahun”, ungkap Rully.

Kedua, paparnya melanjutkan, melalui kerja seni bisa menyampaikan banyak hal. “kalau kita berbicara secara akademisi, kita berteater, berpuisi, dan melakukan banyak hal yang berkaitan dengan seni merupakan salah satu cara untuk menyampaikan sesuatu secara tidak langsung”, ungkapnya menjelaskan.

Rully menganggap Teater Rakyat, mengutip kajian dramaturgi Erving Goffman (dramaturgical approach) 1956, adalah upaya merepresentasikan backstage (panggung belakang) menjadi sesuatu realitas yang baru bagi panggung yang di depan (frontstage) dengan cara yang berbeda.

“Jika kita memarahi anak atau tetangga dilakukan secara langsung bisa menjadi pertengkaran. Melalui teater rakyat, pementasan, pertunjukan-pertunjukan seni bisa menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih halus”, kata dia.

Dalam pertemuan singkat ini, Rully, juga membakar semangat penggiat seni dikalangan pelajar, mahasiswa dan komunitas untuk tetap berkarya pada masa mendatang.




Catatan Perjalanan Kolokium Internasional

Kolokium

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pada dasarnya bukan se mata-mata lembaga pendidikan, tetapi juga lembaga keilmuan. IAIN Pontianak juga demikian tentunya. Sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terbesar di Kalimantan Barat, IAIN Pontianak harus sadar akan besarnya tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan yang maju dan berkarakter, termasuk mencetak sumber daya manusia-sumber daya manusia yang punya keunggulan dan daya saing dalam konteks global.

IAIN Pontianak sadar akan pentingnya tri dharma perguruan tinggi, yaitu selain menyelenggarakan pendidikan, juga mempunyai tanggung jawab mengadakan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (dalam artian menerapkan hasil penelitian itu untuk kemaslahatan masyarakat).

Kolokium#2Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag saat memberikan kata sambutan pada acara pembukaan Kolokium Internasional, mengatakan, kegiatan tersebut adalah salah satu terobosan penting. Hal ini disampaikannya di Bilik Wacana ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, 24 Juni 2014.

Kolokium Internasional bertemakan Khazanah Pendidikan di Alam Melayu, menurut Hamka Siregar, dalam tema ini terkandung keprihatinan. Keprihatinan yang dimaksud adalah keprihatinan kurangnya kajian-kajian pendidikan dalam konteks alam melayu. Padahal masih banyak lahan-lahan kajian pendidikan yang belum tersentuh di alam melayu.

Dalam konteks Kalimantan Barat misalnya, ungkap dia, belum banyak kajian yang berani merumuskan secara pasti kapan mula-mula berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Kalimantan Barat. Hal ini baru dalam konteks kesejarahannya saja, belum kita coba membahas konteks sosiologinya, antropologinya, manajemen kelembagaannya, tipologi khas kelembagaan pendidikannya, dan seterusnya.

Menurutnya, dalam konteks kajian tentang hubungan antara ideologi, politik, budaya lokal dengan pendidikan juga masih minim. Juga masih banyak tokoh-tokoh pendidikan lokal yang belum dikaji secara utuh dan mendalam, sehingga tidak banyak generasi muda saat ini mengenal kiprah mereka akibat minimnya kajian dalam hal tersebut.

“Semuanya memberikan peluang bagi kita bersama untuk mendiskusikan dan melakukan penelitian mendalam akan hal-hal tersebut” tambah Hamka Siregar.

Hal ini diamini oleh Pengarah ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia yaitu Prof. Norhasimah Jalaluddin yang turut menyampaikan kata sambutan dalam acara pembukaan Kolokium Internasional. Norhasimah Jalaluddin berharap kegiatan kolokium ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun sebagai bentuk perjanjian kesepahaman (MoU) antara Pascasarjana IAIN Pontianak dan ATMA UKM.

Kegiatan Kolokium Internasional ini melibatkan pembentang makalah dari kedua perguruan tinggi dalam dan luar negeri yaitu Indonesia dan Malaysia, dan diadakan berkat kerjasama antara Pascasarjana IAIN Pontianak dan ATMA UKM dari tanggal 24-26 Juni 2014.

Rombongan IAIN Pontianak bertolak menuju Kuching pada tanggal 22 Juni 2014 malam hari menggunakan bus Asia dan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur menggunakan pesawat udara. Rombongan IAIN Pontianak tiba di Kuala Lumpur International Airport pada 23 Juni 2014. Perjalanan pulang ke Pontianak menggunakan bus Asia pada 27 Juni 2014.

Kolokium#3




Dr. Amir Maliki: Pekerjaan Ini Lagi-lagi Perlu Anggaran Hebat

 Dr Amir Maliki

Dr. Amir Maliki (21/5) mengatakan tujuannya visitasi ke IAIN Pontianak adalah untuk ikut mengembangkan Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT). Mengingat IAT masih sangat baru, dia mengaku senang Jurusan IAT dapat menghadirkan dosen-dosen tetap untuk melakukan sharing.

“Kita akan melihat dari yang sudah ada dan aspek mana saja yang perlu untuk dikembangkan,saya dan Dr. Hasan Asyari punya pengalaman berbeda yang bisa dibawa kesini, di IAT apa saja materi-materi yang perlu untuk dipahami, proyeksi jurusannya apa? terpenting adalah manajemen. Laksanakan proses akademik dengan baik dan mahasiswa sebagai objek”, kata dia, Rabu, 21 Mei 2014 di ruang pertemuan Warek II.

Menurut Amir, manajemen administrasi itu substansinya kontrak, jadi visi misi jurusan ini kontrak, kemudian dijual. “Kontraknya dengan siapa?” Tanya Dr. Amir. “Kontraknya dengan stakeholders”, terangnya tegas.

Dr Amir Maliki#2Amir menyebut, apa yang dilakukan jurusan untuk mengembangkan umat Islam inilah saatnya, dan itulah hal pokok dan itulah yang dijual. “Ia mengingatkan kalau kita sungguh-sungguh serius, kita berani benar-benar ingin besar di depan restoran dan kantin yang panning practice melakukan kerja tafsir kuliah di IAIN Pontianak”, ujarnya memberi tantangan.

Lebih jauh, Amir menerangkan jurusan ini perlu dikembangkan bersama-sama, dan itu memerlukan pengorbanan luar biasa. Jadi harus ada penetrasi dari dosen dan jurusan yang lebih terampil dalam mengelola anggaran.

Proses kreatif saja untuk mengembangkan jurusan ini tidak cukup, diperlukan komitmen luar biasa, papar Amir. Visi misi dalam rumusan borang itu adalah mimpi, tapi mimpi yang bisa dicapai, jelas rumus dan tahapannya, lanjutnya.

Dirinya berharap output angkatan pertama bisa hafiz Quran 30 juz, lima tahun berikutnya sudah harus berbeda, basis inputnya adalah calon mahasiswa yang sudah hafal Quran. “Jadi kedepannya jika ada dibutuhkan hafiz-hafiz Quran yang bisa melakukan kerja tafsir ya di IAIN Pontianak, itu baru hebat”, ungkapnya optimis.

Tidak hanya itu, menurut Amir yang terpenting dibutuhkan kerja holistik dari pimpinan sampai ke bawah. Apa lagi diakuinya, jurusan IAT bagi sebagian mahasiswa adalah jurusan yang “susah untuk merumuskan cita-cita”, candanya sambil tertawa dihadapan mahasiswa dan dosen. sehingga itu dianggapnya tidak populer.

Dr Amir Maliki#3Amir mencontohkan mahasiswa Jurusan PAI jelas tamat menjadi guru, sementara IAT pintar melakukan istimbal hukum, dan mampu berijtihad. Ia menilai ini saja tidak cukup, karena nanti di masyarakat sarjana kita dapat dipakai apabila punya keberanian. Ia menekankan mahasiswa harus dibekalkan soft skill, tidak cukup dengan ilmunya saja.

Untuk menyokong hal tersebut, Amir menilai pekerjaan ini lagi-lagi perlu anggaran hebat, karena menyangkut anggaran harus ada nawaitu yang sungguh-sungguh dari manajemen; rektor, fakultas, sampai dengan jurusan, katanya.

Dia berpendapat Pengembangan Jurusan IAT tidak cukup dengan proses kuliah gratis, tapi menuntut kerjasama manajemen IAIN dalam mengembangkan prestasi. “Seperti universitas Al-Hikam, mahasiswanya harus hafal al-Quran, punya kompetensi yang sangat baik dalam memahami literatur arab, dan sering berlatih melakukan kerja tafsir”, sarannya.




Dekan FUAD, Beri Sinyal Positif Pengembangan Sinematografis

dekan FUAD

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, Dr. Samsul Hidayat punya keinginan dalam mengembangkan ilmu-ilmu agama melalui media. Kegiatan Workshop Sinematografi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Selasa, 6 Juni 2014, diharapkannya menjadi aplikasi bagaimana sebuah dakwah dapat berjalan secara transformatif dan komunikatif.

Transformatif dalam persepsinya adalah kegiatan-kegiatan pengembangan Islam terutama dakwah, tidak lagi hanya dalam bentuk sebuah penyampaian pesan agama di mimbar-mimbar, atau tempat-tempat ibadah, tapi jauh lebih utama jelas Samsul Hidayat, adalah bagaimana kita melakukan sebuah proses transformasi atau perubahan baik dalam bentuk pola berpikir atau berperilaku.

“Perubahan yang kita harapkan dari cara berpikir dan berperilaku, harus dikongkritisasi pada sebuah kemasan, dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pasar atau objek dakwah”, seru Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah di depan peserta workshop dari berbagai perwakilan pelajar, mahasiswa, umum dan komunitas film.

Dia berpendapat, siapa pun yang akan melakukan transformasi dakwah harus mengetahui betul strategi apa yang mereka terapkan, sehingga bisa masuk ke dalam sebuah lingkungan global dimana sebuah dakwah atau penyebaran agama Islam tetap harus dikedepankan.

Dikatakannya, transformasi ini akan mengkristal di dalam workshop sinematologi yang diadakan jurusan KPI, sehingga ia meyakini mahasiswa setelah mengikuti workshop singkat itu, dapat membuat komitmen atau pun keinginan untuk mengaplikasikan hasil dari kegiatan tersebut.

Dr. Samsul juga menilai bahwa mahasiswa KPI dihadapkan pada tantangan besar pada masa mendatang, bagaimana bisa eksis dan menunjukkan kemampuan dakwahnya ke dalam sebuah kemasan modern dan komodifikatif? Ia membayangkan mahasiswa semester dua mendatang, sudah bisa bermain film atau memainkan peran yang menarik.

Dengan begitu, dirinya mengaku siap memfasilitasi mahasiswa dalam pembuatan film dengan cerita yang sederhana dikemas secara menarik, membuat sebuah film dokumenter yang berhubungan dengan potensi daerah, khasanah Islam dan budaya lokal, atau untuk menjadi seorang aktor dapat bermula dari IAIN Pontianak.

Dekan Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah menyebut “ini adalah peluang besar yang belum tergarap, kalian adalah pelakunya” tegasnya kepada mahasiswa KPI. Dirinya juga berharap dalam tiga bulan ke depan mahasiswa sudah dapat membuat film produksi mahasiswa KPI.

Selain itu, melalui kegiatan workshop tersebut dirinya berharap dapat melahirkan calon-calon penulis naskah, sutradara, dan aktor yang betul-betul siap untuk berdakwah dalam konteks lebih luas dan komodifikatif.

Lebih lanjut, dia juga menuturkan dalam empat tahun ke depan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah dapat sejajar dengan fakultas lainnya.

Berita yang berkaitan:




Lantik 72 Pejabat, Rektor Ingatkan Pegawai Bekerja Secara Profesional

perencanaan#5

Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag mengucapkan selamat kepada pegawai yang dilantiknya. Hal itu ia sampaikan saat memberikan kata sambutan pada acara pelantikan/serah terima jabatan dan pengambilan sumpah/janji PNS pada 26 Mei dan 6 Juni 2014.

pelantikan#2Pada kesempatan tersebut, dia mengatakan IAIN Pontianak adalah lembaga pemerintah, karenanya ia menghimbau agar pegawai bisa bersikap dalam mengambil langkah dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah digariskan.

Sebagai aparatur negara tidak boleh bersikap atau mengambil tindakan di luar aturan yang ada, menurutnya hal itu sangat riskan terhadap status sebagai PNS.

Dia berpendapat, jabatan PNS ada aturan-aturan kepegawaian yang punya konsekuensi, dan penilaian tertentu. Oleh karena itu, imbuhnya, mohon disadari supaya kita tidak menempatkan diri seolah-olah tidak menjadi bagian dari pegawai negeri sipil.

“Tentu pekerjaan semakin banyak dan beragam, tantangan pun begitu, untuk itu harus dipahami” serunya. Diserukannya, agar pejabat yang dilantik dapat menjalankan tugas dan fungsinya.

Terlepas dari itu, dirinya tidak menampik ada gesekan-gesekan atau tarikan, ia berharap pegawai tetap bekerja sesuai dengan jabatan barunya, dan bisa melaksanakan tugas dengan baik ditempat masing-masing.

Namun demikian, dia menyadari akan banyak tantangan, suka-duka dalam melaksanakan tugas selalu ada. Menurutnya, pegawai harus sering berkoordinasi dengan leading sector yang ada, tidak semua permasalahan-permasalahan yang ada ditumpuhkan kepada rektor.

“Jika ada ide segera dikoordinasikan, jangan pula ada ide ingin cepat, menerobos, tiba-tiba mengambil keputusan masing-masing, tentu akan tidak elok, ide itu perlu dibicarakan dengan atasannya kecuali tidak ditanggapi dibicarakan diatasannya lagi, dan seterusnya sampailah kepada rektor” paparnya.

Terkait dengan tugas baru, Hamka meminta, pada masa-masa mendatang semua jajarannya semakin profesional, dan mengambil peran.

pelantikan#3“Lembaga ini bukan milik seorang, tapi ini adalah milik kita semua, ayo sama-sama kita memulainya. Tentu ini tidak mudah, tantangan ke depan pasti akan banyak”, cetusnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan keinginannya, untuk menjadikan IAIN Pontianak menjadi IAIN yang besar, berkelas, dan punya nama. Selain itu, ia juga menyebut jajarannya dengan “Kabinet Perjuangan”.

“Kepada pegawai yang sampai saat ini telah melaksanakan tugas, namun belum diangkat, dirinya mengucapkan terima kasih atas dharma bhaktinya selama ini yang telah diberikan ke IAIN Pontianak”, tambah dia.




Tips Sederhana Membuat Skenario Film Bersama Faldin Marta

faldin#2

Humas – Penulis naskah film (skenario) kondang, Paldin Marta berbagi cerita dan memberikan tips singkat dalam membuat film. Kesempatan itu didapat mahasiswa KPI dan peserta workshop sinematografi yang bertemakan “dibalik film” Jumat 6 Juni 2014 di UPT IAIN Pontianak.

Faldin mengatakan sebuah skenario yang baik adalah pondasi utama bagi film yang baik. Apapun ceritanya, bila struktur dramatis telah disusun dan ditempatkan dengan tepat, maka skenario itu akan memiliki pondasi yang kuat bagi hasil akhir sebuah film.

Dia berpendapat, membuat film adalah upaya memvisualisasikan apa yang menjadi keinginan atau imaginasi kita. Film tidak akan bisa terjadi atau tidak bisa kita buat tanpa ada skenario.

“Ibaratkan bangunan, maka skenario adalah batu kali sebagai dasar atau landasannya. Tanpa landasan yang baik maka semuanya akan runtuh, semua butuh ilmu untuk menatanya, ilmu itu adalah struktur”, ucap dia.

Dalam membuat skenario, dia mengilustrasikan, sama seperti bangunan yang terdiri dari struktur bangunannya, gambar, sket, dan bahan-bahan yang baik. Demikian juga dengan skenario, harus punya ide, struktur cerita, upload dan ending yang baik.

Sederhana saja, dan jangan takut untuk memulai, tutur Faldin. Ia justru menilai, halangan yang paling besar itu memulai. “diibaratkan kalo menulis itu seperti membenturkan kepala mesin ketik, kita harus bergumul dan berani untuk mewujudkan imagin dalam bentuk visual”, lanjut Faldin.

Sebagai penulis naskah film yang berpengalaman, Faldin justru menekankan untuk tidak takut membuat suatu karya skenario, secara teknis skenario bisa dibrowsing, imbuhnya. “Namun yang harus dipikir lebih awal adalah ide apa yang akan kita sampaikan, dan niat apa yang akan dituturkan kepada penonton nantinya”, ungkapnya.

Ia menilai modal utamanya cerita, selanjutnya membuat susunan adegan. Struktur pertama yang harus dipikirkan adalah membelahnya menjadi bagian-bagian yaitu opening, klimaks dan ending. Jadi sebenarnya struktur utama skenario itu sederhana, pengenalan, masalah dan penyelesaian.

Pada umumnya, dia menyebut, di luar itu ada juga pakem yang tidak linear, dalam arti setelah kita bikin yang linear; pengenalan, action, dan ending. Kita bisa acak lagi ending bisa didepan, atau klimak ditengah, dan atau konflik dibelakang. Namun tetap saja kita harus bekerja secara linear dulu, agar cerita kita terang dan apa yang kita inginkan bisa dibaca oleh sutradara dalam eksekusinya nanti begitu produksi.

Ia kemudian membuat gambaran tiga lapisan struktur tersebut. Dari opening ke klimaks, paparnya, ada saja cerita-cerita atau adegan-adegan yang mengantarkan kita pada konflik, itu disusun. Lalu dari klimaks ke ending disusun lagi. “Cuma itu aja, kerja skenario sebenarnya gampang” ucapnya meyakinkan.

Diakuinya, semua itu teknis bisa dibrowsing atau bisa didownload. Permasalahannya adalah ide apa yang memang universal dan bisa menarik hati setiap penonton, inilah yang disebutnya impek.

Baginya, genre film ada bermacam-macam, “semua pada tujuan akhirnya adalah visi kita, apa yang ingin ditunjukkan, entah itu horor, drama percintaan, biografi, action drama komedi, action film budaya”, papar Faldin.




Faldin Marta: Riset Mutlak dalam Membuat Sebuah Film

faldin

Pembuatan sebuah film harus direncanakan dan berangkat dari sebuah ide. Dalam menulis skenario harus berlandaskan pada ide, apa yang mau digali dari ide tersebut, dan kemudian barulah disusun strukturnya melalui riset.

“Riset mutlak dalam membuat sebuah film”, jelas Faldin, karena apabila karakter tidak menempal pada film, dia mengakku, penonton tidak akan tertarik pada film tersebut. Penonton akan bilang bagus, apabila pemain atau pemeran bagitu sama dengan apa yang pernah dilihat dalam kehidupan, “untuk itulah kita perlu riset”, tambahnya.

Misalkan, dia memberi contoh, pagi si tokoh cerita sedang melakukan apa, siang hari apa saja yang dikerjakan, terus anak-anaknya” ini yang dinamakan back story. Jadi kita membuat potongan karakter tentang tokoh film dan apa saja yang dilakukan dalam satu hari, kemudian perlu diketahui pula cerita masa lalunya.

Dalam riset selain tokoh, ada pula setting dan property. Untuk menentukan dimana akan memulai cerita. Setting berkaitan dengan tempat, lokasi mana saja yang dilalui dalam cerita, keadaan alam, sosial, human interesnya, baru setelahnya menentukan plot atau adegan-adegan apa yang menarik dari hasil riset itu untuk dicantumkan dalam skenario.

Dia menilai, skenario dengan perencanaan yang matang dan benar hingga eksekusinya, sutradara tidak akan banyak mengalami kesulitan, dan akhirnya film atau sinetron akan sampai kepada penonton.

Selanjutnya, masalah packaging, untuk membuat suatu tayangan yang menarik dibutuhkan kemasan yang baik pula. “Kita tidak bisa cuma memvisualkannya saja. Misalkan dalam membuat tayangan rohani, dengan memvisualkan seseorang yang lagi ceramah, sama saja dengan datang dipengajian-pengajian lain”, tutur dia.

Dia berpendapat, nilai rohani tidak selamanya ditampilkan dengan ceramah atau teks-teks, akan tetapi bisa juga melalui tingkah laku yang dipercontohkan Rasullah diaplikasikan umatnya. Ini menjadi adegan, adegan akan lebih kuat lagi apa bila seorang skenario punya back story.

Siapa yang melakukan adegan itu, bagaimana dia bisa menyentuh perasaan audiens atau penonton agar yang menonton punya nilai pertimbangan di dalam hatinya atau tergerak hatinya untuk memikirkan apa yang terjadi dalam visual itu, “inilah namanya packaging atau pengemasan”, maksud dia.

Selain itu, dia menyebut untuk mengemas satu film itu tidak gampang, kita harus punya desain produksi. “Jadi desain produksi yang memikirkan bagaimana kostum, cara bicara, make up, pengambilan kameranya, walaupun ini pekerjaan sutradara dilapangan tapi tetap harus dipersiapkan dalam sebuah skenario”, paparnya.




Kampung Riset Launching Buku

kampung riset

Kegiatan Kampung Riset yang diadakan pada tanggal 17-23 Oktober 2013 oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dinilai berhasil. Tidak tanggung-tanggung melalui Kampung Riset tersebut dosen bersama mahasiswa menghasilkan lima buah karya buku, empat diantaranya sudah dilaunching pada awal tahun 2014.

Menurut Luqman Abdul Jabbar, kegiatan tersebut selain untuk melakukan riset lapangan (field research), juga untuk menggali potensi yang dimiliki daerah dan melihat kondisi lebih jauh secara langsung sebagai bentuk program pengabdian masyarakat.

Dengan dihasilkannya buku-buku karya mahasiswa tersebut, Luqman mengingatkan bahwa melalui kampung riset dirinya berharap dapat mendorong mahasiswa untuk intens menulis dan menerbitkan karya-karyanya. Di LP2M ada bidang penerbitan yang bisa memfasilitasi, tambahnya.

kampung riset#2“Empat buku karya mahasiswa tersebut, materinya bersifat field mood yakni berupa catatan perjalanan, menceritakan pengalaman, suasana, dan perasaan yang dialami mereka tuangkan” ujarnya.

Luqman berjanji akan ada satu karya buku dibuat dalam sebuah karya ilmiah bersifat analitis dari data-data maupun hasil observasi selama di lapangan yang ditulis oleh dosen, ujarnya.

Mengenai buku karya mahasiswa yang dihasilkan itu, dirinya mengaku buku tersebut dapat dijadikan gambaran dan rekomendasi baik sebagai destinasi perjalanan wisata maupun rekomendasi penelitian kebudayaan dan kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Kayong Utara.

Dia berharap, tidak menutup kemungkinan kedepannya, dapat direkomendasikan bentuk kegiatan atau program kerjasama antara pemerintah Kayong Utara dan IAIN Pontianak.

Sementara, melalui Staff Ahli Bupati Bidang Pendidikan dan Sosial, Drs. H. Gunawan, mewakili Bupati Kayong Utara, menyambut positif dan mendukung hasil dari kegiatan kampung riset di lapangan, terhadap keberadaan masyarakat dan potensi daerah yang ditemukan.

Dari hasil penelitian (riset) yang terlaksana tersebut, Bupati Kayong Utara berharap dapat dijadikan bahan tambahan, distribusi, dan dokumen dalam melakukan pemetaan dan pembangunan agar tepat sasaran.

kampung riset#3Kayong Utara sebagai kabupaten termuda, ujarnya. Terletak di pesisir pantai banyak memiliki pulau. Dengan kondisi geografis tersebut maka pelaksanaan pembangunan terasa kurang lancar, ditambah lagi pemukiman masyarakat yang terpencar antar pulau.

Bagi H. Gunawan, ini merupakan tantangan yang harus diatasi, sehingga beberapa langkah strategis perlu untuk direncanakan agar ada tindak lanjut dari hasil paparan penelitian guna mewujudkan harapan masyarakat Kepulauan Karimata dan Pulau Maya.