Geliat Pramuka IAIN Pontianak 2014

pramuka

Pramuka adalah Organisasi singkatan dari Praja Muda Karana atau biasa dikenal orang muda yang suka berkarya. Racana Abu Nuwas dan Racana Rabiatul Adawiyah adalah racana yang dimiliki UKK Pramuka IAIN Pontianak. Dalam beberapa bulan terakhir UKK ini terlihat bersemangat dan menggeliat dengan berbagai macam kegiatan pramuka.

Racana yang dipimpin oleh Sulaiman dan Niyah, membuka lembaran awal tahun cukup baik dan menarik perhatian. Sulaiman selaku ketua Racana Abu nuwas mengatakan pada bulan Februari lalu kami sukses menggelar Pawai Obor se-kota Pontianak. Kegiatan tersebut terselenggara untuk memperingati Bapak Pandu Pramuka se-dunia.

Diakuinya, UKK Pramuka belum lama ini juga mengadakan kegiatan Perjusami se-kota Pontianak. Kegiatan yang melibatkan siswa-siswi SMP dan SMA sederajat ini dilaksanakan untuk memunculkan semangat patriotisme, dan pengembangan kreativitas pembinaan bagi anggota pramuka.

Perjusami singkatan dari Perkemahan Jumat, Sabtu, Minggu merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh Unit Kegiatan Khusus (UKK) Pramuka IAIN Pontianak. Pada tahun ini merupakan gelaran ke delapan, ungkap Sulaiman yang akrap disapa dengan Eman.

Ketua Racana Abu Nuwas ini juga mengungkapkan, dirinya dan rekan-rekannya sedang mempersiapkan diri untuk kegiatan Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) di Bengkulu yang digelar pada 14-20 Mei 2014 dan selanjutnya Kemah Ramadhan (KEMRA) yang ke delapan pada bulan 2-8 Juli di desa Kuala II Kubu Raya.

Menurutnya, kegiatan Perkemahan Wirakarya Nasional adalah program kerja Kementerian Agama RI yang diikuti perwakilan mahasiswa PTAIN se-Indonesia. Sudah hampir dipastikan 53 PTAIN dibawah Kemenag RI menjadi kontingen untuk mengikuti PWN ke XII yang diselenggarakan di kampus IAIN Bengkulu.

UKK Pramuka IAIN Pontianak papar Sulaiman, akan mengirim kontingen sebanyak 16 mahasiswa yang terdiri dari 8 dari Racana Abu Nuwas dan 8 dari Racana Rabiatul Adawiyah, serta didampingi 4 orang dari pihak akademik 2 diantaranya Kusnan dan Ria Hidayatunnur Taqwa, M.Si selaku Pembina, dan Drs. H. Rustam, M.Ag selaku Plt Rektor dan Dr. Hermansyah pejabat bidang kemahasiswaan.

Ia tidak menampik bahwa dari rangkaian kegiatan sejak awal tahun 2014 yang telah dilaksanakan UKK Pramuka, adalah program kerja yang sudah dilaksanakan untuk satu periode setahun mendatang. Sebagai ketua racana dirinya merasa bahagia, semakin banyak kegiatan yang dilaksanakan UKK Pramuka, tentu akan menambah kawan, ilmu pengetahuan, dan hubungan baik sesama anggota pramuka atau dengan lingkungan sekitarnya.

Baginya program prioritas pramuka adalah bakti masyarakat. Pelaksanaan kegiatan yang ada dalam pramuka perguruan tinggi diarahkan sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yang selaras dengan Tri Bina gerakan Pramuka. Dengan adanya persamaan tersebut diharapkan UKK Pramuka mempunyai nilai lebih yang berorientasi pada pengembangan diri dan pengabdian masyarakat.

Disamping itu, memberikan pelatihan administrasi bagi anggota pramuka, anggota dapat bersosialisasi antar UKK IAIN Pontianak, pengembangan keahlian dari bidang masing-masing anggota seperti Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD), pengompasan, pemetaan, pendidikan kepramukaan lainnya yang tidak terlepas dari dasar pramuka.

Pengajaran, dan bakti sosial adalah bagian dari kegiatan untuk membaur dengan masyarakat. UKK Pramuka IAIN Pontianak sendiri memiliki program tersebut seperti kemah Ramadhan, dan kemah bakti desa yang lebih memberikan pengalaman yang ada di masyarakat, kegiatan ini dilaksanakan pada desa-desa yang masih terpencil.

“Dari sekian banyak kegiatan yang dilakukan atau akan dilaksanakan, UKK Pramuka IAIN Pontianak dapat bermanfaat bagi anggota dan orang lain, dan harapannya dapat bekerjasama dengan semua orang adalah hal yang paling membanggakan”, ujar ketua racana Abu Nuwas sambil tersenyum.




MPR Goes to Campus (GTC): Hapus Diskriminasi Ras dan Etnis, Bina Kerukunan Bangsa

MPR goes to campus

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang dilakukan MPR RI melalui program Goes To Campus (GTC) sebagai program sosialisasi Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan, dan Bhineka Tunggal Ika. Rencananya akan digelar di empat puluh kampus atau di dua puluh provinsi di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan spirit kebangsaan pada segenap masyarakat Indonesia khususnya kalangan mahasiswa.

MPR goes to campus#2Dalam rangkaian 4 pilar GTC di IAIN Pontianak, acara GTC dikemas dengan konsep talkshow komedi yang menghadirkan komedian Jamil, Jaim, Dibyo dan dipandu oleh Cinthya Sari dan Yana Indrawan. Selain itu, juga menghadirkan pembicara dari anggota MPR RI yang diwakili oleh Eddy Sadeli dari Fraksi Partai Demokrat, Sutadi, SH mewakili tokoh masyarakat Kalbar, dan Dr. Zaenuddin, MA., MA dari akademisi IAIN Pontianak.

Acara GTC yang menyajikan nilai-nilai kebangsaan, di Gedung Rektorat IAIN Pontianak lantai empat berlangsung selama tiga jam mengangkat tema Hapus Diskriminasi Ras dan Etnis, Bina Kerukunan Bangsa, berjalan tertib dan dihadiri sebanyak 200 mahasiswa IAIN Pontianak sebagai peserta dari Fakultas Tarbiyah, Dakwah, dan Syariah.

Sebagaimana yang dimaksud dalam kegiatan ini, pendidikan politik berbangsa dan bernegara tidak hanya terbatas pada keempat pilar tersebut, melainkan masih banyak aspek lainnya yang penting, antaralain, negara hukum, kedaulatan rakyat, wawasan nusantara, ketahanan nasional, dan lain sebagainya. Dalam melakukan pendidikan politik, partai politik harus juga melakukan pendidikan politik terhadap berbagai aspek penting dalam berbangsa dan bernegara tersebut.

Terkait dengan tema yang digelar di IAIN Pontianak, Eddy Sadeli mengungkapkan diskriminasi untuk sekarang ini sudah jarang terjadi. Dirinya tidak melihat diskriminasi baik di lingkungan senayan sebagai tempatnya mengabdi, maupun dimasyarakat. Menurutnya diskriminasi merupakan bentuk peninggalan Belanda yang telah memisahkan tiga kelompok masyarakat, yakni warga Belanda, Cina dan penduduk Pribumi.

Dia berkesimpulan bahwa Empat pilar tersebut merupakan pendekatan kultural, edukatif, hukum, dan struktural guna menanamkan kembali nilai-nilai luhur yang perlu dijadikan acuan dan pedoman bagi setiap warga Negara terlebih untuk meningkatkan rasa nasionalisme kalangan mahasiswa.

MPR goes to campus#3Sementara Sutadi ketika ditanya host GTC mengenai diskriminasi ras dan etnis di Kalbar. Ia berpendapat bahwa diskriminasi ras dan etnis dapat terjadi akibat dari kecemburuan sosial ekonomi yang mengarah pada perlakuan yang berbeda. Diakuinya fenomena kelam pernah terjadi dalam masyarakat Kalbar. Menurutnya untuk saat ini dan masa mendatang mengenai hal tersebut perlu disikapi secara arif dan bijaksana serta penuh kehati-hatian agar tidak terjadi kembali diskriminasi ras dan etnis di tengah masyarakat.

Sedangkan Dr. Zaenuddin, MA.,MA. Pakar Sosiologi dan Budaya IAIN Pontianak menjelaskan bahwa diskriminasi terhadap ras dan etnis dapat terjadi karena beberapa sikap yang negatif seperti etnosentrisme dan stereotype. Ia kemudian mengusulkan bahwa hukum harus menjadi panglima dalam penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasus-kasus pertikaian yang melibatkan kelompok etnis selama ini cenderung memperlihatkan law empowerment yang kurang sehingga perselisihan antar individu meluas dan melibatkan sentiment ras dan etnisitas.




Dasar-Dasar Studi Al-Quran dan Ekonomi

studi ekonomi

Bersama Prof. Dr. Seyyed Mofid Hoseini Kauhsariy
(Pidatonya diterjemahkan oleh Abdullah Beik, MA)

Membaca al-Quran tidak cukup jika kita hanya ingin mendapat pahala. Kalau pun kita berusaha untuk mengetahui apa yang ada di dalam al-Quran hanya sekedar terjemahannya saja. Sangat jarang ada yang duduk dan menyiapkan waktu untuk mencari jawaban dari al-Quran atas berbagai problema umat.

Benar adanya al-Quran adalah berisi ayat-ayat yang menjelaskan, namun ayat penjelas bagi yang bertanya. Kalau kita tidak punya pertanyaan maka kita tidak akan memperoleh jawaban. Karena itu kita perlu memperbaharui hubungan kita dengan al-Quran, keyakinan kita dengan al-Quran, tidak cukup kita meyakini bahwa al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan Tuhan sebagai mukjizat dan selesai.

Di dalam persoalan ekonomi, kita tidak mengatakan bahwa perubahan budaya, ekonomi, sosial dan politik tidak penting, namun semua itu adalah akibat dari sebuah ilmu dari dalam al-Quran. Sangat disayangkan banyak dari kita yang tidak meyakini bahwa al-Quran adalah referensi ilmu pengetahuan dan pemikiran, perlu digarisbawahi bahwa ekonomi adalah penting, dan pondasi kehidupan yang berkelanjutan.

studi ekonomi#2Di dalam al-Quran disebutkan bahwa ekonomi merupakan bagian dari latar belakang/tujuan diutusnya para nabi, dalam surah al-Hadid ayat 25, “… Liyaquumann nasu bil qisth”. Telah kami utus kepada kalian para nabi dengan berbagai keterangan (kitab) untuk menegakkan keadilan di tengah manusia.

Terjemahan harfiyahnya adalah agar manusia itu dapat menegakkan keadilan, artinya yang memegang peran penting adalah manusianya, nabi hanya mendorong mereka.

Dalam ayat lain seperti surah al-Ma’un mensejajarkan masalah ekonomi dengan agama, ketiadaan sangat sensitif pada kemiskinan dan kelaparan, sama dengan menolak dan mendustakan agama artinya jika kita mengabaikan hal itu, maka kita tidak layak untuk mengklaim diri kita sebagai orang yang beragama.

Karena mereka meyakini adanya rasisme yang memandang bahwa diri mereka adalah lebih mulia dari yang lain, sehingga bisa melakukan segala sesuatu. Mereka mengklaim bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan dan kekasihnya. Sementara yang lainnya adalah orang-orang buta huruf (umi). Di ayat lain Allah menegaskan bahwa mereka memiliki kebencian yang sangat pada kaum muslimin.

Dalam al-Quran disebutkan akan keharusan pemerataan ekonomi dan tidak boleh hanya ekslusif dikalangan elit saja karena ekonomi dalam pandangan Islam/al-Quran berhubungan dengan politik, sosial kemasyarakatan dan keluarga untuk meminimalisir perceraian.

Misalnya dalam ayat 6 surah at-Thalaq, Jika suami istri telah bercerai, maka seorang mantan suami tidak boleh mengusir mantan istrinya dari rumahnya tetap harus diberi nafkah pangan dan papan. Walaupun sudah bukan muhrim lagi. Rahasianya, bisa saja terjadinya perceraian karena emosi, namun dengan perlakuan yang baik dan perintah Tuhan untuk memberi nafkah, disaat itu sangat mungkin muncul kembali kasih dan sayang di antara mereka. Artinya Allah SWT menjadikan masalah ekonomi sebagai media untuk mempersatukan dan membangun rumah tangga.

Ekonomi dalam pandangan Islam berhubungan juga dengan para pemuka agama. Ulama dan para pemikir memiliki tanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh masyarakat “Labi’sa maa kanuu yash na’un” jika sebuah masyarakat melakukan berbagai transaksi ilegal maka yang disalahkan adalah para pemimpin/ulama yang tidak melakukan pelarangan dan perbaikan. Jadi ekonomi sangat berhubungan dengan politik, sosial, pendidikan dan spiritualitas.  




LP2M Launching Draft Al-Quran dalam Bahasa Dayak Kanayatn

al quran

Momen peresmian alih status STAIN menjadi IAIN Pontianak yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Wakil Menteri Agama RI tidak hanya menandai sebuah perubahan status pada lembaga tersebut. Pada kesempatan yang sama LP2M IAIN Pontianak me-launching al-Quran dan Terjemahan dalam Bahasa Dayak Kanayatn bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur dan Khasanah Keagamaan Kemenag RI.

Dengan diterbitkannya terjemahan al-Quran Bahasa Dayak Kanayatn ini, Kepala LP2M IAIN Pontianak Luqman Abdul Jabbar berharap dapat memberikan perubahan positif dalam pengembangan syiar Islam di Kalimantan Barat, dan dapat menambah khazanah Islam pada pendekatan budaya dan bahasa serta sebagai bentuk pelestarian bahasa Dayak Kanayatn. Terlebih mengingat banyaknya muallaf dari suku Kanayatn yang memerlukan pembinaan dan mempelajari al-Quran dalam bahasa Dayak Kanayatn.

Selain itu, menurut Luqman Abdul Jabbar, bahasa Dayak Kanayatn dipilih dalam terjemahan ini lebih dipertimbangkan pada kemiripan kata dan mudah dimengerti dalam Bahasa Dayak lainnya. Generalisasi bahasa Dayak Kanayatn lebih mudah dipahami oleh suku dayak lainnya. Suku Dayak Kanayatn secara geografis juga tersebar di berbagai daerah di Kalimantan Barat.

al quran#2Dia menjelaskan, di dalam proses penerjemahan terdapat banyak kesulitan satu diantaranya adalah belum terstruktur bahasa dayak secara baku. Maka selama proses penerjemahan tersebut harus mengundang tokoh yang berkompeten untuk menyesuaikan kosakata, pilihan kata dan simbol yang tepat, penentuan aksara, dan lain-lain.

Namun demikian, Luqman mengakui tim penerjemah yang dibentuknya bekerja dengan penuh semangat dan antusias yang tinggi. Menurutnya ini merupakan terobosan penting yang harus dimaknai secara positif.

Dia berpendapat, proses penerjemahan merupakan kerja keras yang menguras tenaga dan pikiran tim penerjemah. Selama dua tahun timnya yang terdiri dari Ahmad Zakaria, Syarif, Udi Yulianto, Damanhuri, dan Ahmad Antony, dan dibantu oleh Albertus, Marianus serta Amandus yang bekerja untuk menyelesaikan terjemahan tersebut.

Lebih lanjut ia menuturkan dengan ekspresi gembira, dirinya mengucapkan terima kasih kepada tim penerjemah, Rektor IAIN Pontianak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur dan Khasanah Keagamaan Kemenag RI, dan pihak lain yang terlibat serta mendukung diterbitnya terjemahan al-Quran bahasa Dayak Kanayatn. Dia juga berharap apa yang dihasilkan dari terjemahan tersebut dapat menjadi bagian kekayaan khazanah Islam di Kalimantan Barat.




Hamka Siregar, Dipercaya Pimpin IAIN Pontianak

hamka siregar

Secara yuridis perubahan STAIN Pontianak menjadi IAIN terwujud dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2013 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak menjadi Institut Agama Islam Negeri Pontianak. Pada tanggal 30 Juli 2013 dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 2013 pada Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 nomor 123.

Dari lima Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang beralih status STAIN menjadi IAIN, yaitu STAIN Padang Sidempuan, STAIN Tulungagung, STAIN Palu, STAIN Ternate, dan STAIN Pontianak. Pontianak satu-satunya mengalami kendala pengunduran peresmian IAIN hingga pelantikan Rektor.

hamka siregar#2Sejatinya peresmian dan pelantikan rektor tersebut akan dilakukan pada akhir tahun 2013, kemudian diundur awal Januari 2014, hingga April 2014.Pelantikan dan peresmian IAIN Pontianak mengalami empat kali pengunduran, karena kesibukan Menteri Agama RI.

STAIN Pontianak satu-satunya yang mengalami pengunduran peresmian. Baru pada 1 April 2014 Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nasaruddin Umar meresmikan IAIN Pontianak.

Pada saat sesi jumpa pers acara peresmian IAIN Pontianak, Wamenag memberikan klarifikasi mengenai pengunduran tersebut. Dia menjelaskan beberapa alasan kesibukan Menteri, dan peresmian STAIN menjadi IAIN tidak secara otomatis atau dibarengi dengan acara pelantikan rektor.

Secara internal diakuinya ada tahapan-tahapan atau pembahasan-pembahasan tersendiri dalam menentukan rektor. Ia menambahkan, IAIN Pontianak yang mengalami hal tersebut tidak ada kendala, ini hanya persoalan waktu dalam menentukan peresmian IAIN dan pelantikan rektor.

Dr. Hamka Siregar, M.Ag Rektor IAIN Pontianak yang dilantik pada 30 April 2014, saat ditemui di ruang kerjanya membenarkan hal tersebut,dia mengatakan, bahwa proses peralihan status yang terjadi di IAIN Pontianak ini termasuk “unik” dibanding STAIN lainnya dalam hal perubahan status.

Dia menuturkan, IAIN Pontianak yang dijadwalkan mendapat urutan pertama untuk peresmian IAIN dan pelantikan Rektor. Namun karena satu dan lain hal pelantikan akhirnya diundur sampai empat kali.

Tidak ingin menjelaskan lebih detil permasalahan dan hambatan yang muncul di tengah-tengah perjalanan alih status, Hamka Siregar lebih senang bercerita tentang pelantikan dirinya sebagai Rektor IAIN Pontianak untuk periode 2014-2018.

Sama halnya dengan peresmian dan pelantikan rektor, “satu-satunya yang berbeda peresmian dan pelatikannya adalah IAIN Pontianak. Peresmian dulu di kampus, baru kemudian pelantikan rektor di Jakarta, sementara empat IAIN lainnya peresmian sekaligus pelantikan rektor” ujar Hamka Siregar.

Dia menerangkan, saat ke Jakarta dia ditemani Istri, Dr. Syarif, MA, dan Eka Hendry. AR, M.Si selaku ketua panitia alih status, kemudian hadir pula beberapa rekan serta sahabat lain datang untuk memberikan dukungan secara moral.

Setelah resmi berganti nama menjadi IAIN Pontianak, Hamka Siregar berharap, institusi ini bisa menjadi ujung tombak pengembangan pendidikan Islam bagi masyarakat.

hamka siregar#3“Setelah perubahan status ini diharapkan akan ada peningkatan keilmuan yang signifikan baik itu ilmu-ilmu umum maupun ilmu-ilmu agama. Kami juga akan mendorong tenaga-tenaga pendidik disini untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, ke tingkat doktoral”, kata dia.

Selain itu, tambahnya, dari segi fisik kita sudah bisa lihat ada perubahan besar yang terjadi di kampus ini dalam beberapa tahun terakhir. Pembicaraan untuk mengadakan kampus II juga sudah dilakukan. Walikota Pontianak, Sutarmidji, M.Hum, sudah menawarkan lahan seluas kurang lebih 10 hektar di Pontianak Utara.

Perluasan ini dimaksudkannya karena seiring dengan pergantian status maka IAIN juga akan menerima lebih banyak mahasiswa sedangkan lokal kelas yang tersedia jumlahnya masih kurang. Oleh karena itu, dirinya secara pribadi berharap kepada semua pihak dapat membantu proses peningkatan kualitas IAIN Pontianak sebagai garda terdepan pendidikan Islam dan kajian sosial keagamaan di Kalimantan Barat.




Kalender Akademik TA. 2014/2015

kalender___akademik#1

kalender___akademik#2

 




Wakil Menteri Agama RI Disambut Meriah

disambut

Menteri Agama RI DR. Surya Dharma Ali untuk kali keempatnya berhalangan hadir meresmikan IAIN Pontianak. Informasi yang didapat pihak protokoler Menteri pada H-1 menyampaikan bahwa Menteri berhalangan hadir dan selanjutnya akan digantikan oleh Wakil Menteri Agama RI.

Wakil Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang dijadwalkan untuk meresmikan IAIN Pontianak di gedung Sport Center, selasa pagi, 1 April 2014, terlihat tidak mengurangi kemeriahan acara peresmian tersebut. Kehadiran Wamenag didampingi Dirjen Pendis Prof. Dr. Nur Syam, Sesditjen Pendis Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A, Direktur Diktis Prof. Dr. Dede Rosyada, dan Kapuslitbang Dr. Choirul Fuad Yusuf, MA tiba dilokasi acara pukul 10.00 WIB.

disambut#2Selain rombongan Kementerian Agama RI, sejumlah pejabat daerah juga turut menyambut meriah dan menghadiri acara peresmian IAIN Pontianak. Mereka diantaranya, pejabat Pemda Provinsi mewakili Gubernur Kalbar, dan sejumlah pejabat yang mewakili Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOMPIMDA), Walikota, MUI, DPRD Provinsi dan Kota. Kakanwil Kemenag Kalbar, Kakanmenag se-Kalbar, guru-guru dan kepala madrasah se-kota Pontianak, serta tokoh-tokoh agama dan masyarakat, civitas akademik, perwakilan UKM IAIN Pontianak dan undangan lainnya.

Setibanya di lokasi acara, Wakil Menteri Agama RI dan rombongan langsung menuju tempat duduk VVIP dan disambut sejumlah tamu kehormatan. Diantaranya Pelaksana Tugas Rektor IAIN Pontianak Drs. Rustam, M.Pd. dan mantan Ketua STAIN Pontianak Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag keduanya saling bersalaman dan menyapa selanjutnya mempersilahkan dengan hormat pada Wamenag untuk duduk di kursi VVIP.

Selain itu, kelihatan juga mantan Ketua STAIN Pontianak lainnya duduk dibangku VVIP dan sejumlah mahasiswa IAIN Pontianak yang memenuhi tribune Gedung Sport Center menyambut antusias moment peresmian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak.

Acara yang berlangsung selama dua setengah jam tersebut berjalan lancar, diakhiri dengan makan siang bersama dan konferensi pers terbuka bagi sejumlah wartawan.




Wakil Menteri Agama RI Resmikan IAIN Pontianak

peresmian

Pada acara peresmian IAIN Pontianak, Wakil Menteri Agama RI Prof. Dr. Nasaruddin Umar mengajak hadirin untuk bersama-sama mengucapkan bismillah. “Dengan memohon Ridho Allah SWT, pada hari selasa, tanggal 1 April 2014 atau pada tanggal 1 jumadil akhir 1435 Hijriah dengan bersama-sama kita membaca Bismillahirahmanirrahim. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak dengan ini kami nyatakan diresmikan”. Tuturnya dan disambut meriah dan gembira hadirin yang memenuhi Gedung Sport Center.

peresmian#2Prosesi acara Peresmian IAIN Pontianak secara simbolik juga ditandai dengan memukul rebana oleh Wamenag di gedung Sport Center IAIN Pontianak. Dengan penuh semangat Wamenag berdiri di atas podium mengucapkan selamat atas peralihan status, dan berharap IAIN Pontianak mampu memberikan kejutan dalam waktu yang tidak lama, mempersembahkan sesuatu yang sangat berharga bagi Kalimantan Barat dibidang keilmuan di negeri tercinta.

Dengan status yang baru ini, Prof. Dr. Nasaruddin Umar menekankan kepada seluruh mahasiswa, semoga prestasi demi prestasi akan dicapai bersama IAIN Pontianak. Beliau juga berpesan kepada pimpinan, segenap civitas akademika, terutama kepada dosen, dan karyawan, agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu, serta kinerja. Dengan demikian paparnya, bukan hanya status yang berubah, tetapi kinerja, perhatian, konsentrasi dan secara keseluruhan juga ikut berubah.

Bagi Wamenag, momentum ini merupakan hari yang bersejarah untuk masyarakat Kalbar dan Negara Indonesia. Menurutnya saat ini sudah ada 17 IAIN di seluruh Indonesia, maka perubahan status ini mengandung konsekuensi yang mendalam, bukan sekedar perubahan simbolik dari STAIN menjadi IAIN Pontianak.

Menurutnya, Kalimantan Barat patut bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena sudah cukup lama menanti perubahan. Pada hari ini akhirnya bisa terwujud perubahan menjadi IAIN Pontianak. Wamenag mengajak, untuk mewujudkan syukur tersebut dengan perubahan sikap mental, cara pandang dan harus menjawab tantangan ini dengan kerja keras. Jangan sampai nanti, statusnya berubah tetapi sikap mental dan cara pandang tidak berubah.

Lebih lanjut Wamenag menegaskan, masih banyak persoalan masyarakat yang menjadi tanggung jawab kita. IAIN Pontianak secara bersamaan harus mampu menjadi solusi masyarakat saat ini, hadir untuk menciptakan konsep baru, dan jangan kalah dengan IAIN yang sudah mendahului.

peresmian#3Dalam kerangka pengembangan perguruan tinggi, Prof. Dr. Nasaruddin Umar punya pandangan tersendiri. Perguruan tinggi kita saat ini terangnya, didominasi model teaching University yang lebih bertujuan pada proses transfer ilmu pengetahuan.

Untuk satu langkah ke depan yang harus dipersiapkan adalah Research University. Dijelaskan Wamenag, Paling tidak model teaching university dikombinasikan atau berkembang menjadi model Research University. Tujuannya untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru melalui riset yang mendalam.

Untuk pengembangan selanjutnya adalah bagaimana menjadi model Entrepreneur University, model ini bertujuan menciptakan inovasi, dan produk yang dikonsumsi global. Kaitan dengan pengembangan sejumlah perguruan tinggi yang ada di lingkungan Kementerian Agama saat ini adalah tidak boleh ada alumni yang menganggur, paparnya.

Prof. Dr. Nasaruddin Umar memberikan tantangan kepada IAIN Pontianak untuk mampu meningkatkan levelnya menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Pontianak. Menurutnya civitas akademika IAIN Pontianak harus bekerja dan tidak boleh menunda untuk menjadi UIN Pontianak. Dia juga berharap kepada pemerintah daerah atau stakeholders,bahu membahu untuk mewujudkan IAIN menjadi UIN Pontianak dalam masa lima tahun mendatang.




Hamka Melantik 72 Pejabat Kampus IAIN

pelantikan

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Drs H Hamka Siregar dijadwalkan melantik 72 pejabat di lingkungan IAIN Pontianak periode 2014-2018 di Gedung Rektorat Lantai 4 IAIN Pontianak, Senin (26/5/2014) pukul 08.00 WIB.

Adapun pejabat IAIN yang dilantik, di antaranya Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Kepala Lembaga dan Pejabat Struktural.

Namun, hingga pukul 09.13 WIB, proses pelantikan belum juga dimulai. Terlihat panitia sedang mempersiapkan proses pelantikan.

Seperti diketahui Drs H Hamka Siregar yang sebelumnya adalah Ketua STAIN Pontianak, dilantik menjadi Rektor IAIN Pontianak oleh Menteri Agama Suryadharman Ali di Jakarta, Rabu, 30 April 2014 lalu.

Sumber: http://pontianak.tribunnews.com/2014/05/26/hamka-melantik-72-pejabat-kampus-iain




STAIN Pontianak Resmi Menjadi IAIN Pontianak

Persemian IAIN

Pontianak (Pinmas) —- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak resmi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Peresmian dilakukan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar di Kampus IAIN Pontianak yang ditandai dengan pemukulan rebana, Selasa (01/04).

Hadir dalam acara tersebut Dirjen Pendis Nur Syam, Sesditjen Pendis Kamaruddin Amin, Direktur Diktis Dede Rosyada, Kapuslitbang Lektur dan Khazanah Choirul Fuad Yusuf,  Pejabat Pemda Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Kakanwil Kemenag Kalbar, sejumlah pimpinan PTAIN, tokoh agama dan  masyarakat serta civitas akademik IAIN Pontianak.

Wamenag mengatakan, momentum hari  perubahan ini merupakan hari yang paling bersejarah tidak hanya bagi masyarakat Kalbar tapi bagi negara Indonesia. Saat ini sudah ada 17 IAIN di seluruh Indonesia. Perubahan status ini mengandung  konsekwensi yang sangat dalam, bahwa tidak hanya perubahan simbolik dari STAIN ke IAIN.

Wamenag mengilustrasikan bahwa perubahan ini perubahan dari sebuah kolam kecil menjadi danau besar dan menjadi samudra di masa mendatang.“Jadi tidak hanya statusnya yang berubah tapi harus diringi dengan perubahan sikap mental civitas akademiknya,” tutur Wamenag.

Wamenag menandaskan bahwa perubahan ini sangat  tepat seiring  dengan tantangan yang sudah hadir di sekitar kita. Tantangan itu di antaranya menggejalanya sejumlah isme yang harus mendapat perhatian dan  jadi fokus seluruh pemikir.

Tantangan tersebut yaitu, meruwahnya radikalisme yang tidak sejalan dengan semangat NKRI, terorisme dan ekslufisme yang harus dikikis dengan pendekatan iklusivisme. Liberalisme dalam berbagai bidang juga harus jadi perhatian, termasuk hedonisme kehidupan.

Wamenag juga mengkritisi mewabahnya pragmatisme. Menurutnya, apa jadinya bila masyarakat hanya mau berfikir standar dan tidak mau jlimet. Tantangan lain adalah meningkatnya konsumerisme. PTAN  harus mampu memberikan jawaban atas suguhan iklan yang mendorong meningkatnya konsumerisme masyarakat, termasuk sinkretisme yang tidak sejalan dengan upaya pertumbuhan ekonomi yang diridhai Tuhan.

Problem lain yang menjadi catatan Wamenag adalah tren nasionalisme sempit. Baginya, nasionalisme harus terbuka yang diakomodasi oleh UUD.  “Masih banyak persoalan masyarakat yang menjadi tanggung jawab kita. Insya Allah kehadiran IAIN ini mampu mendampingi dan menjadi solusi masyarakat saat ini,” terang Wamenag.

Nasaruddin kembali menandaskan bahwa PTAN yang paling penting tidak hanya statusnya yang berubah. Tapi bagaimana menciptakan konsep baru. “Jangan kalah oleh IAIN yang sudah mendahului. Dalam umur boleh muda, kualitas tidak boleh kalah,” kata Wamenag.

Nasaruddin Umar memaparkan harapannya agar PTAIN harus berkembang menjadi universitas riset. Menurutnya, saat ini ciri Perguruan Tinggi (PT) kita didominasi model Teaching University. Dalam model ini, PT lebih bertujuan pada proses knowledge transfer, sama seperti sekolah menengah.

Dari segi metode, PT seperti ini juga masih one way, strategi yang digunakan masih linear. “Sudah saatnya berubah, paling tidak dikombinasikan menjadi universitas riset. Tujuannya menciptakan pengetahuan baru melalui riset mendalam. Ini harus dipersiapkan,” kata Wamenag.

Pengembangan UIN selanjutnya  adalah menjadi interpreneur university yang bertujuan menciptakan inovasi, menciptakan produk yang dikonsumsi global. Kaitanya dengan keberadaan sejumlah UIN, menurut Nasaruddin menjadi ada jendela untuk mengadopsi interpeneur universty. “Jadi  tidak boleh ada alumni yang menganggur,” ujar Wamenag.

Wamenag menantang, jika seluruh persyaratan untuk menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), Kemenag tidak boleh menunda untuk menjdikan UIN. Wamenag berharap seluruh IAIN menjadi UIN. Jika pemerintah daerah dan stakeholders bahu membahu menatap bersama,  IAIN Pontianak memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi UIN.

“Kita tidak lagi hidup dalam kolam kecil, tapi dalam danau luas. Sehingga bisa mencapai prestasi terbaik di masa mendatang. Tingkatkan mutu dan kinerjanya, termasuk konsentrasi dan pola pikirnya,” ujar Wamenag.

Dalam sambutannya Gubernur Kalbar menyampaikan bahwa  hadirnya IAIN Pontianak menjadi kebanggaan masyakat Kalbar dan akan menghasilkan indeks positif bagi masyarakat Kalbar, khususnya di bidang pendidikan. Menurut Gubernur, IAIN Pontianak diharapkan mampu melahirkan lulusan terbaik dan berkontribusi bagi pemerintah daerah khususnya dalam bidang pendidikan.

Menanggapi pertanyaan sejumlah wartawan tentang tidak dilantiknya rektor IAIN berbarengan dengan peresmian IAIN. Dirjen Pendis Nur Syam mengatakan bahwa peresmian IAIN tidak mesti dibarengi dengan pelantikan rektor IAIN. “Tidak ada hal yang krusial terkait dengan tidak dilantiknya rektor saat peresmian IAIN Pontianak,” ujar Nur Syam.

Dalam kesempatan tersebut, Wamenag juga melaunching draft Al-Quran terjemahan bahasa Dayak Kanayan dan melakukan kunjungan ke pondok pesantren Darul Ulum, Pontianak.  (dm/mkd)

Sumber: http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=183506