Pertemuan Perdana Persiapan KAIB 2025 di Kota Kinabalu Malaysia Hasilkan Kesepakatan Penting

Kota Kinabalu, Malaysia (iainptk.ac.id) 26 Juli 2025 – Pertemuan perdana persiapan Konferensi Antar Bangsa Islam Borneo (KAIB) di Kota Kinabalu menghasilkan sejumlah kesepakatan penting untuk persiapan KAIB 2025 di IAIN Pontianak. Pertemuan ini juga membahas penyempurnaan eksistensi KAIB sebagai wadah potensial Akademi Regional Borneo.

Pertemuan ini dihadiri oleh Rektor IAIN Pontianak, Rektor UiTM Sabah, Wakil Rektor KUPU SB Berunai, Wakil Rektor dari UNISSA Berunai, Rektor dan Pejabat dari UiTM Serawak.

Terdapat beberapa poin utama yang disepakati. Seperti tema KAIB ke 16 Tahun 2025 di IAIN Pontianak adalah “Memapankan Peradaban Islam Borneo Berbasis Kajian Manuskrip.” Sub-sub tema akan diumumkan dalam dokumen terpisah, yang terdiri dari sembilan sub tema. Program Pra KAIB akan diwujudkan melalui “KAIB International Webinar” yang akan membahas 17 SDGs sebagai tindak lanjut Resolusi KAIB 15.

Pembukuan karya ilmiah yang pernah dibentangkan di forum KAIB sejak awal hingga sekarang akan disempurnakan. Selain itu, buku profil KAIB sejak 2008 akan dibuat. Digitalisasi pembukuan ilmiah juga akan dilakukan dengan pembuatan website sendiri.

KAIB juga berencana untuk mendirikan jurnal internasional. Acara KAIB akan ditambah dengan perlombaan seni budaya Islam, fotografi keislaman, desain busana muslim/muslimah, kaligrafi Islam, dan lagu-lagu Islami. Selain itu, Borneo Islamic Halal Showcase (BIHAS) akan diadakan pada KAIB 2025 di IAIN Pontianak.

Untuk memperkuat aspek sosial, akan dibentuk Badan Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWA) yang akan diluncurkan pada acara pembukaan KAIB 2025. Pertemuan antara Pengurus/Panitia KAIB 16 (IAIN Pontianak) dengan pihak UiTM Sarawak dijadwalkan akan diadakan pada 6 Agustus 2024 di Sarawak.

Kesepakatan ini diharapkan dapat memperkuat peran KAIB sebagai platform akademis dan budaya regional di Borneo serta memajukan peradaban Islam di kawasan ini.

Penulis : BEP
Editor : Bambang




Rektor IAIN Pontianak Hadiri Forum Lintas Agama dan Peradaban di Jakarta

Jakarta (iainptk.ac.id) – Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., turut serta dalam Forum Lintas Agama dan Peradaban (Interfaith and Intercivilizational Reception) yang digelar di Grand Ballroom Pullman, Jakarta Central Park. Acara ini menghadirkan Grand Syekh Al-Azhar, Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb, dan tokoh-tokoh dari lima agama besar di Indonesia: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri Wibowo, Bhikkhu Nyana Suryanadi Mahathera, dan pemuka agama Hindu Jero Mangku Gede Pastika. Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo diwakili oleh Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom dan Sekjen PGI Jacky Manuputty, Rabu (10/07/2024)

Grand Syekh Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb, yang juga lulusan Universitas Sorbonne, Paris, disambut dengan protokol kenegaraan mengingat kedudukannya yang setara dengan Perdana Menteri di Mesir. Kehadirannya atas undangan Presiden Jokowi disambut hangat oleh Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, yang memuji peran Al-Azhar dalam menggaungkan perdamaian global melalui konsep Islam Wasathiyah.

“Semua bergembira menyambut kunjungan Syaikh bersama rombongan, dengan penuh rasa terima kasih atas peran Syaikh dan Al-Azhar dalam menggaungkan seruan-seruan perdamaian global dari Dunia Islam,” ujar Gus Yahya.

Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., yang juga Ketua PWNU Kalimantan Barat, menyampaikan apresiasinya terhadap pesan Grand Syekh Al-Azhar tentang pentingnya moderasi beragama. Beliau menjelaskan “membantu jelasnya.

Bhikkhu Nyana Suryanadi Mahathera, tokoh agama Buddha, mengucapkan terima kasih kepada PBNU atas terjaganya toleransi dan moderasi di Indonesia. “Dalam membangun hubungan antarmanusia, termasuk antara pemeluk agama yang berbeda, acara ini cukup membahagiakan kami dengan bisa merefleksikan semangat yang memberikan kekuatan untuk terus bersama-sama dan saling bergandengan,” ujarnya.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 2.000 orang dan disiarkan secara online melalui Zoom, diikuti oleh sekitar 300 ribu pengurus dan warga NU se-Indonesia yang siap menyimak pesan-pesan Imam Akbar Al-Azhar tersebut.

Penulis : Abd. Hasan
Editor : Bambang




Rektor IAIN Pontianak Hadiri Kuliah Umum Grand Syekh Al-Azhar Kairo di UIN Jakarta

Jakarta (iainptk.ac.id) – Rektor IAIN Pontianak hadiri kegiatan hasil dari kerjasama Kementerian Agama RI dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ini merupakan kuliah umum yang menghadirkan Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, di Auditorium Harun Nasution, Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan yang berlangsung pada hari Selasa, 9 Juli 2024 ini mengusung tema “Meneguhkan Moderasi Beragama untuk Membangun Toleransi dan Harmoni.”

Acara kuliah umum ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, para pejabat Kementrian Agama, Setneg Kemenag, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Direktur Perguruan Tinggi Islam. Direktur Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Rektor di lingkungan PTKIN, termasuk Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA. Inisiatif dari Kementerian Agama RI ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Dalam sambutannya, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. menyampaikan pentingnya moderasi beragama dalam konteks kebhinekaan Indonesia. “Moderasi beragama bukan hanya tentang menjaga keseimbangan dalam beragama, tetapi juga tentang membangun toleransi dan harmoni di tengah keberagaman. Ini adalah kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Asep Saepudin Jahar.

Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb dalam orasi ilmiahnya menyampaikan tentang konsep Islam Wasathiyah, yang mendukung dan menguatkan argumen terhadap Moderasi Beragama sebagai salah satu program unggulan Kementerian Agama yang digagas oleh Yaqut Cholil Qoumas, yang akrab disapa Gus Men. “Islam Wasathiyah adalah prinsip keseimbangan dan moderasi dalam beragama. Dengan prinsip ini, kita bisa mencegah ekstremisme dan menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai,” jelas Syekh Ath-Thayyeb.

Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc.,M.A, cendekiawan ilmu Al-Qur’an, dalam materi yang disampaikannya, juga menekankan relevansi konsep Islam Wasathiyah dengan kondisi Indonesia yang plural. “Indonesia yang terdiri dari beragam agama, budaya, bahasa, suku, dan lain-lain, memerlukan moderasi beragama dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan untuk menjalankan kehidupan beragama yang toleran, rukun, dan harmonis,” ujar KH Quraish Shihab.

Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA, menyatakan apresiasinya terhadap kegiatan ini. Beberapa momen kegiatan Prof. Syarif juga sering membahas tentang pentingnya memahami dan mengaktualisasikan moderasi beragama.

Salah satunya di Panggung Internasional Convention Center Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Rektor IAIN Pontianak, menyampaikan pesan penting tentang moderasi beragama dalam Konferensi Islam Borneo ke-15 pada Selasa (06/06/2024).

Penulis : BEP
Editor : Bambang




Rektor IAIN Pontianak Lawatan kepada Mufti Kerajaan Berunei Darussalam, Yang Mulia Prof. Dr. Ustaz Haji Awang Abdul Aziz

Berunei Darussalam (iainptk.ac.id) – Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag. MA., melakukan lawatan kepada Mufti Kerajaan Berunei Darussalam, Yang Mulia Prof. Dr. Ustaz Haji Awang Abdul Aziz di Kantor Jabatan Mufti Kerajaan. Ikut menyertai Rektor, Wakil Rektor (Warek) III, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., dan Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. H. Zainudin, MA.

Dalam lawatan itu, Prof Syarif menyebutkan dan menyampaikan kepada Mufti bahwa kedatangannya kepada Mufti dilatarbelakangi oleh penyampaian Ucaptama oleh Mufti di hadapan Yang Maha Mulia Sulthan Brunei Darussalam pada pembukaan Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) di Gedung Internatuional Conference Center.

Juga dilatar belakangi oleh isi Ucaptama Mufti sangat menyentuh hati bahwa mufti menyampaikan uraian tentang sisi dalam (dalaman dalam bahasa Brunei) ajaran Islam.

Gugahan tentang kedermawanan bagi para empunya dengan uraian para sahabat Nani yang kaya raya namun kekayaannya dihabiskan untuk diinfaqkan di jalan Allah.

Juga uraian tentang palestina yang sangat menyentuh hati dan membangkitkan gairah untuk penguatan empati bagi rakyat Palestina.

Prof Syarif berbincang juga tentang tentang manuskrip yang diuangkap Sulthan saat menyampaikan titah pada acara pembukaan KAIB. Mufti menyampailan bagitu banyak manuskrip yang tersimpan di balai hazanah pada Jabatan Mufti Kerajaan.

Balai Hazanah dibawah tanggung jawab Jabatan saya, ungkap Mufti. Menurut Mufti manuskrip yang banyak itu berbahasa Arab dan Melayu bertulis tangan asli, dan sampai sekarang belum bergerak, atau belum banyak disentuh baik untuk dikaji maupun diteliti.

“Yaah, hanya saja saya sendiri yang membuka-buka manuskrip dan membacanya,” ujarnya.

Berikut isi pembentangan Ucaptama Yang Mulia Mufti di hadapan Sultan di acara KAIB.

Konferensi Antarabangsa Islam Borneo Ke XV

Ampun beribu ampun

Hamba Kebawah Duli Tuan Patek menjunjung kurnia perkenan untuk menunaikan hajat pihak penganjur bagi hamba Kebawah Duli Tuan Patek membentangkan kertas perdana bertajuk: “Membangun Masyarakat dan Perbandaran Islam yang Mampan”. Kurnia perkenan yang sama juga dijunjung untuk hamba Kebawah Duli Tuan Patek menyampaikan pembentangan ini dalam bahasa biasa sebagai kemudahan jua.

Para hadirin yang dihormati

Membangun masyarakat bererti membangun manusia. Bagaimana membangun manusia itu? Jika membangun bangunan, kita akan menyiapkan tapaknya, menyiapkan reka bentuknya, bahan-bahan binaan dan sebagainya. Tetapi membangun manusia tidak berhajat kepada tapak, kepada reka bentuk dan bahan-bahan binaan. Kerana kalau membangun manusia, yang dibangun itu ialah dalamannya: jiwanya, semangatnya, akhlaknya, pemikirannya, akidahnya dan imannya.

Perkara ini telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baginda membangun manusia disekelilingnya, bukan membangun batang tubuh untuk jadi kuat, atau membangun untuk dapat makan makanan-makanan lazat, atau membangun untuk dapat pakai pakaian yang mahal-mahal, atau membangun untuk dapat diam di rumahrumah mewah, bukan! Tetapi Baginda membangun jiwa, membangun semangat, membangun sikap, membangun akidah dan membangun iman. Baginda melancarkan reformasi dari masyarakat yang miskin akhlak dan tidak beriman, kepada masyarakat berakhlak mulia dan beriman. Baginda membangun semua ini bukan dengan benda, tetapi dengan La Ilaha Illallah dan dengan al-Qur’an, dengan Tauhid, sehingga hasil dari pembangunan itu telah:

Melahirkan peribadi-peribadi besar luar biasa, seperti Sayyidina Abu Bakar asy-Syidiq radhiallahu anh yang pernah menjadi orang kaya, tetapi semua hartanya disumbangkan untuk Islam dan untuk membebaskan para hamba sahaya termasuk Sayyidina Bilal bin Rabbah. Ketika Sayyidina Abu Bakar menyumbangkan semua hartanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencelah: “Wahai Abu Bakar, apa saja yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Menjawab Sayyidna Abu Bakar: “Saya tinggalkan untuk mereka ialah Allah dan RasulNya.”

Siapa lagi? Sayyidina Umar bin al-Khahatab radhiallahu anh. Tokoh ini sebelum Islamnya adalah seorang penentang paling kuat terhadap Islam. Hatinya umpama batu dan jiwanya umpama api menyala-nyala membenci Islam. Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunnya dengan doa: “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar”. Lalu Allah pun menerima doa Nabi ini, maka Umar pun memeluk Islam. Setelah Umar memeluk Islam, malaikat Jibril ‘alaihissalam datang kepada Nabi dan berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya seluruh penduduk langit bergembira dengan Islamnya Umar.”

Kemudian siapa lagi? Sayyidina Osman bin Affan radhiallahu anh, seorang dermawan di jalan Allah yang tidak ada tolok bandingnya. Beliau juga disifatkan oleh Nabi sebagai paling pemalu dan berakhlak paling mulia kerana tidak pernah menjemah alat kelaminnya dengan tangan kanan, kerana dengan tangan kanan itulah dia menjabat tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Siapa lagi? Sayyidina Ali karamahullah wajhah, seorang pemuda yang sanggup bergadai nyawa untuk menyelamatkan Nabi dengan mengantikan Nabi di tempat tidur Baginda sebagai usaha untuk mengelirukan musuh yang sudahpun bersedia untuk membunuh Baginda. Siapa lagi? Sahabat Abdurrahman bin Auf, seorang yang terkenal sangat kaya, tetapi tidak pernah menahan hartanya untuk kebajikan. Beliau pernah menyumbangkan barang-barang keperluan untuk penduduk Madina. Barang-barang itu dibawa oleh 700 ekor unta. Bayangkan betapa banyak barang-barang dimuat ke atas 700 ekor unta. Beliau juga menjual tanahnya dengan harga 40 ribu dinar untuk dibahagi-bahagikan kepada kaumnya, kepada isteri-isteri Nabi Ummahatul Mukminin dan kepada para fakir miskin. Dalam satu peperangan (peperangan Tabuk), beliau menyumbangkan 500 ekor kuda perang dan 1,500 ekor unta tunggangan. Begitu juga beliau telah mensedekahkan 400 dinar kepada setiap bekas tetera perang Badr yang masih hidup selamai 100 orang.

Ya, siapa lagi? Sahabat Khalid bin Al-Walid yang digelar oleh Nabi sebagai Saifullah alMaslul (ertinya pedang Allah yang terhunus). Sahabat ini terkenal gagah untuk Islam, pakar menggunakan senjata dan penunggang kuda yang hebat untuk Islam.

Dalam zaman Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyertai ekspedisi jihad melawan musuh dan setelah Nabi wafat, dilantik menjadi panglima perang menentang tentera-tentera Parsi dan Rom. Semua peperangan yang disertai dan diketuainya tidak pernah kalah. Beliau bercita-cita untuk mati syahid tetapi tidak kesampaian, sehingga ketika berada di ranjang maut, beliau menangis, menangis mengenangkan cita-citanya untuk mati syahid tidak terkabul.

Begitu beberapa contoh peribadi-peribadi hebat dalam sejarah, yang dibangun oleh Nabi untuk Islam dan sekaligus untuk ummah dan untuk nagara. Mereka ini meninggalkan pengaruh dan kesan kepimpinan yang tidak mungkin hapus dari lipatan sejarah.

Para hadirin yang dihormati

Sekarang mari pula kita cuba melihat contoh membangun manusia di zaman muthaakhir ini. Perkara ini boleh kita saksikan contohnya di Palestin. Di sana, telah dan sedang berlaku kerja-kerja membangun manusia untuk kelangsungan bangsa, agama dan negara. Menurut buku yang berjudul “Peristiwa Ajaib Pertolongan Allah subhanahu Wa Ta’ala Buat Penduduk Palestin”, telah berlaku pembangunan itu melalui khemah-khemah dan institusiinstitusi mengaji dan menghafaz al-Qur’an. Semua kanak-kanak Palestin disalurkan ke dalam khemah-khemah dan institusi-institusi ini untuk tujuan belajar, membaca dan menghafaz 30 juzuk al-Qur’an.

Mengapakah langkah ini diambil? Menurut buku tersebut: 1. Untuk mengambil berkah dari al-Qur’an, kerana al-Qur’an adalah sumber kekuatan luar biasa, di mana siapa yang membacanya akan mendapat bekalan kekuatan dalaman untuk menghadapi musuh. 2. Kanak-kanak Palestin memang senghaja diasuh untuk mencintai al-Qur’an, kerana al-Qur’an mengajar mereka untuk lebih berani.

Perkara ini sangat-sangat tidak disenangi oleh musuh, kerana mereka tahu 15 atau 20 tahun ke hadapan, kanak-kanak ini akan dewasa, akan menjadi pejuang bangsa, menjadi duri dalam daging kepada mereka. Kerana itu, setiap serangan ganas oleh musuh ke atas bumi Palestin dahulu mahupun sekarang kanak-kanaklah yang menjadi sasaran utama untuk dibunuh.

Satu contoh, dalam tengkarah antara musuh dan Palestin pada tahun 2008, musuh telah memfokus kepada kanak-kanak Palestin di tebing Gaza. Dalam serangan hanya tiga minggu, musuh telah membunuh 1,412 orang kanak-kanak. Tetapi kesedihan rakyat Gaza dengan hilangnya nyawa 1,412 kanak-kanak itu, menurut kajian, segera diubati dengan lahirnya 3,700 orang kanak-kanak dalam masa tiga minggu serangan tersebut. Dalam makna secara kasar, mati 1,000 berganti 3,000.

Inilah namanya kuasa Allah, musuh boleh saja membunuh sekian ramai, tetapi Allah akan menggantikannya dengan jumlah yang lebih ramai dari yang dibunuh itu. Begitu juga kita dapat menyaksikan mangsa-mangsa berlumuran darah dan diusung ke kuburan, tetapi Allah kata (lihat surah Al-Imran ayat 169) tafsirnya: “Jangan sangka orang-orang yang terbunuh (mati syahid) di jalan Allah itu mati, bukan! Tetapi mereka hidup di sisi (Allah) Tuhan mereka dengan beroleh rezeki dan mereka bergembira dengan rezeki tersebut…”

Ya, kita usah ragu dengan perkhabaran al-Qur’an ini. Allah sudah tunjuk bukti, bahawa orang-orang yang terkorban di jalan Allah, jasad mereka tidak reput. Orang pernah terkali kubur Saidina Hamzah, kaki Saidina Hamzah terkena cangkul masih sahaja memancutkan darah.

Dikisahkan juga, pada tahun 1932 Masihi, Raja Iraq yang bernama Shah Faisal, telah bermimpi ditemui oleh sahabat Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, Huzaifah al-Yamani yang telah dikebumikan selama 1,300 tahun. Huzaifah berkata: “Wahai Raja! ambillah jenazah saya dan jenazah Jaber al-Ansari dari tepi Sungai Tigris dan kemudian kebumikan kembali di tempat yang selamat. Sebabnya, kerana kubur saya dan kubur Jaber sekarang sedang dipenuhi oleh air.”

Raja tidak menghiraukan mimpi ini, sehingga mufti besar pula didatangi oleh Huzaifah, juga dalam mimpi. Huzaifah bekata: “Wahai Mufti! Saya telah memberitahu raja dua malam sebelumnya, tetapi raja tidak peduli. Oleh itu, beritahulah raja supaya bersimpati sedikit untuk memindahkan jenazah kami.”

Diringkaskan kisah, raja pun bersetuju untuk menggali kubur dua sahabat ini. Tetapi sebelum itu, dengan titah perintah raja, satu siaran hendaklah dikeluarkan untuk memberitahu orang ramai bahawa pada tanggal 20 Zulhijjah tahun 1351 Hijrah bersamaan tahun 1932 Masihi, selepas sembahyang Dzohor, kubur dua sahabat ini akan dibuka. Maka berkerumunlah orang ramai, muslim dan bukan muslim untuk menyaksikan peristiwa ini, sehingga ibu kota Baghdad kelihatan penuh sesak. Apabila kubur-kubur itu dibuka, memang benar Subhanallah, kubur-kubur tersebut sedang dipenuhi oleh air, dan jenazah dua sahabat: Huzaifah al-Yamani dan Jaber Abdullah al-Ansari didapati masih utuh dan segar, padahal mereka telah dikebumikan selama 1,300 tahun. Allahu Akhbar!

Melihat ini, seorang berbangsa German telah mendekati mufti dan memegang tangan mufti sambil berkata: “Bukti apa lagi yang perlu dicari bahawa Islam memang agama yang benar. Sekarang juga, saya mahu memeluk Islam, dan tolong ajarkan kepada saya tentang Islam”.

Demikian antara kisah benar, yang membenarkan perkhabaran al-Qur’an tentang orangorang yang mati syahid. Sekarang, kita bercakap mengenai orang-orang Palestin yang mati kerana mempertahankan agama dan tanah air mereka. Nah, tidakkah juga namanya mereka itu mati syahid?

Ya, di hadapan mata kasar kita, mereka itu memang betul-betul nampak mati, mati diratahratah oleh bom-bom musuh, disiat-siat oleh peluru-peluru, yang jatuh di atas kepala, ke atas bangunan-bangunan, ke atas kediaman-kediaman, ke atas masjid, ke atas rumah sakit, sehingga ramailah rakyat menjadi mayat. Tetapi mayat-mayat itu cuma sekejap sahaja bernama “mayat” kemudian selepas itu di dalam kubur (alam barzakh) mereka itu hidup berbahagia di sisi Tuhan mereka.

Menurut kementerian kesihatan Palestin, sejak 7 Oktober 2023 hingga 12 Mei 2024 Masihi, mangsa korban di Gaza Palestin adalah seramai 35,034 orang terbunuh, diantaranya 14,944 orang adalah kanak-kanak dan 9,849 ialah kaum Hawa, semua mereka itu adalah berstatus syahid (mati syahid), nama sahaja mati, tetapi menurut al-Qur’an, mereka itu malah hidup berbahagia di sisi Tuhan mereka.

Para hadirin yang dihormati

Sedikit mengenai membangun perbandaran Islam mampan. Mampan ertinya berterusan bagus, indah dan selamat. Seperti membangun manusia, membangun perbandaran juga dikehendaki mengikut tuntutan Maqasid Syariah iaitu dengan memelihara agama, akal, jiwa, keturunan dan harta. Dalam makna, perbandaran Islam mesti selamat dan bersih dari sebarang jenayah dan maksiat.

Maqasid Syariah mahu supaya Bandar atau negeri yang dibangun itu penuh berisi dengan rahmat dan berkat, sehingga kita yang hidup di dalamnya, menikmati kehidupan sejahtera, aman dan selamat. Sebab itu dalam perbandaran Islam tidak boleh wujud kumpulankumpulan penjenayah yang mengancam nyawa dan harta benda. Tidak boleh berdiri kelabkelab malam, premis-premis judi, presmis-premis membuat, menjual dan menghidang arak dan lain-lain seumpamanya, yang bertentangan dengan dasar Maqasid Syariah.

Maqasid Syariah menjamin keselamatan semua, sama ada Muslim atau bukan muslim, termaksud binatang, tumbuh-tumbuhan dan bahkan benda-benda mati sekalipun.

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab sahihnya, bahawa Abu Hurairah radhiallahu anhu pernah mencadangkan kepada Nabi dengan berkata: “Wahai Rasulullah! Sumpahilah orang-orang musyrik itu.” Lalu Baginda bersabda: “Sesungguhnya aku diutus bukan untuk melaknat, sebaliknya aku diutus hanya sebagai pembawa rahmat sahaja.”

Sebagai amanah dan peringatan, sebuah hadits menceritakan tentang seorang perempuan masuk neraka kerana mengurung seekor kucing dan tidak memberinya makan sehingga kucing itu mati.

Diriwayatkan lagi, pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ternampak seekor burung sedang berpusing-pusing di sarangnya kebingungan. Nabi menyangka bahawa burung itu sedang mencari anak kecilnya yang hilang. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan para sahabat dan bertanya siapakah yang mengambil anak burung dari sarangnya? Salah seorang sahabat mengakui dialah yang mengambilnya. Lalu Nabi meminta sahabat itu untuk mengembalikan semula anak burung ke dalam sarangnya.

Sebelum pasukan tentera Islam bergerak ke medan perang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya akan terlebih dahulu berpesan supaya jangan membunuh orang awam, lebih-lebih lagi kanak-kanak, kaum perempuan dan warga emas, dan jangan juga merosakkan tanam-tanaman dan merobohkan bangunan. Semua itu jika dilakukan, akan ditanya oleh Allah mengapa ia dilakukan? Bukan membunuh nyawa yang tidak berdosa sahaja yang akan ditanya itu, malah mengikut Amirul Mukminin Umar radhiallhu anh: “Jika sekiranya binatang baghal tercedera di Iraq kerana jalan yang berlopak-lopak, nescaya Allah akan tanya saya (selaku pemerintah) wilayah Iraq, mengapakah engkau tidak baiki jalan yang berlopak-lopak itu, wahai Umar?”

Begitu Islam menghendaki kita supaya memelihara nyawa dan perbandaran. Islam telah mengajar supaya kita jangan jadi Firaun dan Haman yang membunuh kanak-kanak dan juga jangan jadi Namrud yang melimparkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ke dalam api yang sedang menyala-nyala. Tetapi dalam sejarah moden, dunia sekarang sedang menyaksikan golongan penjahat yang lebih jahat daripada Firaun dan Haman dan Namrud, mereka membunuh kanak-kanak tidak kira lelaki atau perempuan, membunuh juga kaum hawa, warga emas dan siapa saja sampai puluhan ribu, dan tidak memadai setakat itu, mereka juga membakar dan meruntuhkan bangunan-bangunan, rumah-rumah kediaman, masjid dan hospital, yang menjadikan mereka tidak diragukan lagi adalah penumpah darah dan perosak negeri, harta benda dan perbandaran.

Allahuma Ya Allah, Ya Rahman, Ya Karim, Ya ‘Azim, Ya Muntakim! Mohon Tuhan kami selamatkan rakyat dan bumi Palestin, sebagaimana Tuhan kami menyelamatkan para Nabi dan umat-umat yang beriman di zaman silam.

Ampun beribu ampun, hamba kebawah duli tuan patek menjunjung ampun dan maaf, sekiranya terdapat sebarang kesilapan atau sorok langkah di sepanjang pembentangan ini. (*)

Penulis : BEP/Farli
Editor : Bambang




Moderasi Beragama untuk Harmoni Dunia

Brunei Darussalam (iainptk.ac.id) Dalam rangka Konferensi Antarbangsa Islam Borneo di Brunei Darussalam (KAIB) 5-7 Juni 2024, IAIN Pontianak dengan rombongan tidak kurang dari 36 orang menampilkan berbagai corak karya ilmiah berupa membentang makalah di perhelatan KAIB, yang terdiri dari para dosen dan pejabat IAIN Pontianak. IAIN merupakan salah satu anggota KAIB.

Prof. Dr. K.H. Syarif, S.Ag. MA sebagai Rektor IAIN Pontianak terundang menjadi salah seorang Pembenatang Ucaptama dari 8 (delapan) pembentang jemputan (undangan) utama, membawakan tajuk bentangannya “Moderasi Beragama Untuk Harmoni Dunia”.

Syarif memaparkan latar belakang makalah yang dibentangkan itu dengan menyebutkan bahwa di dunia saat ini sangat rentan dengan ketidakdamaian yang diatasnamakan agama. Kita masih ingat betul bagaimana pembantaian umat Islam di Ronghiya Miyanmark, umat Islam di Huigur Cina, bahkan antar umat Islam di Syuriah, dan saat ini puluhan ribu rakyat Palestina dibantai. Semua itu terjadi karena sikap beragama yang salah, yaitu atas nama kebenaran agama kemudian saling bantai atas sesama manusia. Walau pun setelah ditelisik ternyata tidak luput dari kepentingan-kepentingan politik dunia.

Rincian data terkait latar belakang itu adalah pada peristiwa Bom bali menewaskan tidak kurang dari 203 orang dan 209 orang korban luka-luka. Di Huigur lebih dari 450 orang tiewas di wilayah konflik Xinjiang China dalam tahun 2014. Di Rohingya teedapat korban 1.500+ korban terbunuh (per 2022 ), 24.000+ warga sipil terbunuh (per 2019 ),128.000 pengungsi internal (per 2018 ), lebih dari 300.000 orang mengungsi ( 2023), dan 950.000+ melarikan diri ke luar negeri.

Sedangkan di Palestina, dalam 16 tahun terakhir, korban Palestina paling banyak berguguran pada 2014 yang mencapai 2.329 jiwa. Disusul pada 2009 lalu yang mencapai 1.066 jiwa. Sedangkan pada update terakhir, 19 September 2023 sudah mencapai 227 jiwa. Terbanyak tahun 2024 jumlah korban meninggal dunia meningkat menjadi 31.490 orang.

Syarif merinci dalam makalahnya, bahwa sesungguhnya dalam sisi horizontal kehidupan, agama diturunkan Tuhan hanya untuk supaya manusia ini saling menyayangi bukan saling menyakitkan apalagi saling membantai dan menghabisi. Maka sangat keliru jika atas nama agama apalagi hanya atas nama aliran dalam suatu agama lalu kemudian saling menyakiti dan saling membantai.

Itu sebabnya Allah menuntunkan dengan firman yang artinya ” barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena dia membunuh manusia lainnya, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (Q.s. al- Mâidah/5:32). Kalau pun seseorang itu membunuh manusia lainnya, maka ada hakim untuk meng-hudud-nya. Artinya tidak dibenarkan untuk membunuh manusia lain secara individu atau semaunya.

Di ayat lain juga disampaikan “hamba Tuhan Yang Maha Kasih itu adalah yang berjalan di muka bumi dengan lemah lembut dan jika bertemu dengan orang jahil dia mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan–kesejahteraan–kedamaian” (Q.s. al-Furqân/25:63). Ayat ini menyebut Tuhan Yang Maha kasih. Hamba yang bertuhan hidupnya mesti penuh kesopanan dan menebar keselamatan–kedamaian kepada sesama. Berkata saja harus mengandung keselamatan, apalagi dalam bertindak.

Ajaran penting dalam moderasi beragama adalah bahwa Tuhan menurunkan ajaran agama melalui para auliya-anbiya adalah untuk keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian manusia. Prinsip inilah yang biasa dikenal dengan “wamâ arsalnâka illâ rahmatan li al-‘âlamîn — Tidak Kami mengutus Engkau Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi seisi alam”. Islam “rahmatan li al-‘âlamîn itu adalah ajaran yang mengutamakan terwujudnya kasih sayang antar sesama manusia, bahkan terhadap seisi alam sesemesta seluruhnya. Ini maksudnya bahwa al-Quram itu sebagai petunjuk bagi seluruh manusia–hudan li al-nás, alias bukan hanya untuk umat Islam saja. Kepahaman utamanya adalah bukan seluruh manusia disuruh menganut dan percaya kepada al-Quran semua, sebab tidak ada paksaan dalam menganut agama–lá ikrâha fi al-dîn. Tetapi bahwa orang yang percaya kepada al-Quran itu harus mengamalkan kandungannya untuk berbuat baik dan menebar kasih sayang dan kedamaian kepada seluruh manusia.

Moderasi itu artinya jalan tengah. Moderasi beragama itu ajaran untuk terwujudnya  sikap umat beragama dalam menganut dan mengamalkan ajaran agamanya. Jalan tengah itu artinya tidak ekstrem kanan, yaitu ajaran agama yang tekstualis, dan kaku. Tidak juga ekstrem kiri, yaitu ajaran agama yang diamalkan oleh para libralis, di mana kebebasan berpikir yang bablas.

Ekstrem kanan cirinya mudah menyalahkan cara ibadah orang lain, mudah mengklaimkan kafir kepada orang lain, mudah membid’ah-bid’ahkan amaliah keagamaan orang lain yang tidak sehaluan dengan  mereka. Sementara yang ekstrem kiri berpikiran bablas menggugat ajaran agama. Dalam Islam misalnya, mereka menggugat mengapa hukum waris itu berpihak kepada laki-laki, di mana 2:1 dengan perempuan.

Moderasi beragama ini menjadi bagian dari empat manhaj fikrah shahîhah–pemikiran yang benar yaitu i’tidâl, tasámuh, tawâsuth, tawâzun. Susunan ini saya urutkan dan saling menjadi syarat satu atas yang lainnya. I’tidâl ini dimaknai keadilan. Dalam konteks hubungan antar umat manusia sebagai umat beragama, keadilan ini adalah cermin dan pilar utama dari tajuk besar Islam Rahmatan Li al-‘âlamîn. Keadilan ini mensyaratkan adanya sikap tasámuh — toleran.

Toleran adalah sikap tenggang, tenggang rasa, tenggang anutan agama.  Toleran atar umat beragama adalah sikap tenggang, bersedia membiarkan, mempersilahkan orang lain untuk menganut, memahami, mendalami, dan mengamalkan agamanya, seperti kita juga bersikap seperti itu dalam beragama kita. Tasámuh ini mensyaratkan adanya sikap Moderat.

Dalam Kajian Islam moderat ini biasa dikenal dengan istilah wasathiyatu al-Islam atau al-ialám al-wasathiy — Islam Moderart. Inspirasi utama Islam Moderat ini adalah teks ayat al-Quran Q.s. al-Baqarah/2:143 “dan demikianlah kami jadikan kamu umat pertengahan — ummatan wasathan supaya kamu menjadi saksi atas manusia dan supaya Rasul menyaksikan atas kamu”.

Islam moderat kemudian menjadi ikhtiar dan proses aktualisasi untuk menjadi sikap dan kepribadian disebut moderasi beragama. Moderasi beragama asalah menyasar pemahaman dan perilaku beragamanya para penganut agama. Artinya moderasi beragama tidak menyasar ajaran agama, atau bukan agama yang dimoderasi.

Bentuk atau hasil dari moderasi beragama adalah perilaku yang tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri. Ekstrem kanan adalah perilaku beragama orang-orang yang memahami agama secara tekstualis dan eksklusif.

Ciri ekstrem kanan ini gemar dengan klaim takfiri, tabdî’ì, dan suka menyalahkan cara beribadahnya orang lain yang tidak sehaluan dengan mereka. Adapun ekstrem kiri adalah kelompok yang memahami ajaran agama secara libral, atau bebas yang berlebihan. Semua teks harus diukur dengan rasionalitas dan cenderung mempertanyakan isi teks ayat suci yang menurut mereka perlu rasionalkan. Misalnya mereka mempertanyakan hukum waris dalam Islam, mengapa satu berbanding dua bagi perempuan dari laki-laki.

Sikap moderat dalam beragama ini mensyaratkan adanya pemahaman tentang tawâzun. Tawâzun dalah pemahaman yang balance–seimbang. Yaitu seimbang antara ‘aqli dan naqli, antara syariat dan hakikat, antar kajian fiqh dan tashawwuf, dan seterusnya. Inti dari kapahaman tawâzun ini adalah keluasan pemahaman keagamaan. Mehami ajaran Islam secara kâffah bagi umat Islam. Begitu pula seharusnya bagi agama selainnya.

Dalam bermoderasi beragama ini selain dibutuhkan  manhaj al-fikrah al-shahîhah di atas, dibutuhkan pula kepahaman tentang inti ajaran agama. Bagi umat Islam, inti kandungan isi kitab al-Quran dan perangkatnya tentang pertama, supaya manusia hidup tenteram, damai, dan sejahtera. Inti ini disimpul dalam kalimat rahmatan li al-‘âlamîn. Kedua, tentanv persaudaraan se-Tuhan.

Konsep kepahaman persaudaraan se-Tuhan ini adalah ajaran bahwa Ruh yang sedang berada di seluruh jasad–tubuh manusia di permukaan bumi ini ialah semua datang dari satu Tuhan. Ini implementasi utama dari jika kita belajar dan memahami tauhid. Jadi konsep persaudaraan se-Tuhan ini lintas suku-bangsa dan agama. Suku apa pun, bangsa apa pun, bahkan agama apa pun, di dalam tubuh orang-orang itu ada Ruh yang ditiupkan dari sisi Tuhan, Allah Swt.

Maka, oleh karena itu dalam hal beragama tidak boleh ada paksaan, lâ ikrâha fi al-dîn tidak ada paksaan dalam beragama (Q.s. al-Baqarah/256). Dalam soal kemuliaan suku-bangsa dituntunkan bahwa yang paling mulia itu adalah yang paling sering hadir hatinya di sisi Allah, yang paling bertakwa (Q.s. al-Hujurat/49:13). Dalam tinggi rendahnya derajat yang ditinggikan Allah adalah yang keimanan, ilmu, dan amalnya (Q.s. al-Mujadilah/58:11, al-Ahqaf/46:19, Thaha/20:75, al-Anfal/8:4, al-An’am/6:132).

Kesimpulan
Dunia membutuhkan konsep dan pengaplikasian nilai Moderasi beragama. Penyimpangan dan penistaan agama yang sesungguhnya di dunia saat ini adalah berbentuk pembantaian kemanusiaan atas nama agama. Haluan moderat dalam beragama inilah yang mampu berpihak kepada kemanusiaan secara obyektif. Sejalan dengan teks suci ayat al-Quran bahwa rahmatan li al-‘âlamin adalah misi ini dari diturunkannya al-Quran dan kitab suci agama-agama. Kedamaian dan kesejahteraan adalah kebutuhan utama kemanusiaan. Maka jika ada gerakan dan laku atas nama agama yang berlawanan dengan misi utama ini, itu pasti penyimpangan dan bahkan penistaan agama.

Penulis : BEP/Farli
Editor : Bambang




MENUJU KAMPUS UNGGUL: IAIN PONTIANAK KERJASAMA DENGAN KAMPUS BRUNEI DARUSSALAM

Brunei Darussalam, (iainptk.ac.id) 6 Juni 2024 – Sebanyak 20 dosen dan mahasiswa IAIN Pontianak mengikuti Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) XV di Brunei Darussalam pada 5-6 Juni 2024.

Dalam kesempatan ini, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., M.A., melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU SB) Brunei Darussalam. Selain itu, Rektor IAIN Pontianak juga menjadi pembicara utama dalam Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) XV.

Mengenai hal ini, Rektor IAIN Pontianak mengungkapkan, “Keikutsertaan IAIN Pontianak secara rutin dalam kegiatan KAIB merupakan komitmen pimpinan dan civitas academica IAIN Pontianak dalam pengembangan ilmu keislaman di kawasan Borneo maupun dunia,” jelasnya.

Pihak KUPU SB menyampaikan bahwa penandatanganan MoU ini merupakan salah satu bentuk respons untuk meningkatkan kerja sama dan berbagi pengalaman terbaik antara KUPU SB dan IAIN Pontianak. Penandatanganan MoU ini juga selaras dengan tujuan KUPU SB, yaitu menjalin kerja sama dengan institusi pendidikan tinggi di dalam dan luar negeri terkait hal ehwal perguruan, penelitian, pelayanan dan pengelolaan, tenaga akademik, dan mahasiswa.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., yang juga hadir dalam pertemuan ini mengatakan, “Tindak lanjut dari kerja sama ini berupa kegiatan Student Mobility tahun 2025 di kampus Brunei Darussalam. Insyaallah, kegiatan ini akan berkontribusi untuk mengantarkan IAIN Pontianak menuju kampus unggul dan berkualitas. Amin,” harapnya.

Penulis : BEP
Editor : Bambang




Rektor, Dosen dan Mahasiswa IAIN Pontianak Ikuti KAIB XV dan MoU di Brunai Darussalam

Pontianak (iainptk.ac.id) Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, MA, dijadualkan menghadiri acara Konferensi Antar Bangsa Islam Borneo (KAIB) XV di Brunai Darussalam. Acara ini akan berlangsung pada tanggal 5-6 Juni 2024.

Panitia KAIB juga mengundang khusus Rektor IAIN Pontianak sebagai keynote Speakers di acara ini.

Turut membahagiakan panitia juga menjemput beberapa dosen dan mahasiswa pascasarjana IAIN Pontianak yang telah lolos seleksi tulisannya untuk mempresentasikan hasil penelitian (tulisannya) pada seminar Internasional Antar bangsa ini.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama, Dr. Ismail Ruslan, menjelaskan bahwa KAIB merupakan kegiatan Ilmiah hasil kerjasama IAIN Pontianak dengan Perguruan Tinggi di Borneo, Malaysia, Brunai.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa keikutsertaan IAIN Pontianak secara rutin merupakan komitmen pimpinan dan civitas akademika IAIN Pontianak pengembangan ilmu Keislaman di Kawasan Borneo maupun dunia.

Dalam kesempatan ini, Rektor IAIN Pontianak juga dijadwalkan akan menandatangani nota kesepahaman dengan perguruan Tinggi di Brunai Darussalam yakni Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Bengawan Brunei Darussalam (KUPU SB) pada 5 Juni 2024.

Warek 3 IAIN Pontianak mengatakan akan menindaklanjuti Kerjasama ini, termasuk sedang menjajaki kemungkinan kegiatan Student Mobility tahun 2025 di kampus Brunai Darussalam.

Insyaallah kegiatan ini akan berkontribusi untuk mengantarkan IAIN Pontianak menuju kampus Unggul, dan berkualitas. Amin

Penulis : BEP/Farli
Editor : Bambang




Pimpinan IAIN Pontianak Hadiri Undangan Dirjen Pendis Terkait Peralihan Status IAIN ke UIN

Jakarta (iainptk.ac.id) – Pimpinan IAIN Pontianak menghadiri undangan Rapat Koordinasi Perubahan Bentuk Kelembagaan PTKIN di Hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta Pusat. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, dari tanggal 26 hingga 28 Maret 2024. Turut diundang dalam acara ini Dirjen Pendis Kemenag RI, Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., Direktur PTKI Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Kepala Biro Ortala Kemenag RI, Dr. H. Nurudin, S.Pd.I., M.Si., Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian PANRB, Nanik Murwati, SE., MA., Asisten Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian PANRB, R. Roro Vera Yuwantari Susilastuti, S.IP., M.Si., beberapa pejabat Kemenag RI dan Kementerian PANRB serta beberapa pimpinan perguruan tinggi sebagai peserta pengajuan alih status lembaga, pada hari Selasa (26/03/2024).

Selain IAIN Pontianak, terdapat 28 Perguruan Tinggi lain yang juga mendapat undangan dari Dirjen Pendis melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam. Kegiatan ini membahas tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi yang ingin beralih status baik dari STAIN ke IAIN ataupun IAIN ke UIN. Pembahasan terkait kelayakan peningkatan status ini mengacu pada Peraturan Menteri Agama No. 81 Tahun 2022 tentang Pendirian, Perubahan bentuk, dan pembubaran PTKN.

Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., sangat antusias dalam kegiatan ini sebagai wujud semangat demi kemajuan pendidikan di Kalimantan Barat, utamanya di IAIN Pontianak. “Sebenarnya perubahan alih status ini sudah lama kita rancang dengan memenuhi segala hal yang dipersyaratkan. Pada tahun sebelumnya kami kekurangan satu syarat, yakni terkait Akreditasi Unggul dua Program Studi. Dan Alhamdulillah, tahun ini syarat tersebut telah terpenuhi. Hari ini kami hanya rekomendasi dan penetapan alih status dari lembaga berwenang,” ungkapnya.

Beliau juga berharap dukungan civitas academica IAIN Pontianak untuk bersama-sama memajukan kampus dengan adanya alih status ini. “Peralihan status merupakan perjuangan awal untuk menuju pendidikan yang lebih maju. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja dan kinerja lebih keras lagi. Saya berharap dukungan penuh seluruh civitas akademika IAIN Pontianak demi kemajuan pendidikan di Kalimantan Barat,” tambahnya.

Dikesempatan ini Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan (Warek II), Prof. Dr. H. Saifuddin Herlambang. S.Ag, M.A., menyampaikan “IAIN Pontianak sebenarnya masih dalam tahan persiapan kelengkapan dokumen persyaratan alih status sesuai dengan PMA 8 tahun 2022 yang sesungguhnya sedang diupayakan semaksimal mungkin untuk memenuhinya.”

Beliau menambahkan “Tuntutan Menpan RB terhadap karakteristik setiap perguruan tinggi ketika beralih status sebenarnya sudah terlihat dari visi misi IAIN Pontianak yakni ulung dan terbuka dalam kajian dan risert keilmuan, keislaman dan kebudayaan borneo,” terangnya.

Profesor termuda di IAIN Pontianak ini juga melanjutkan “Saya mewakili IAIN pontianak selaku Warek 2 menyampaikan betapa IAIN Pontianak sangat memiliki alasan distingtif untuk beralih status ke UIN diantaranya adalah urgensi bargening antar sesama perguruan tinggi dengan negara tetangga karena posisinya di perbatasan,” tegasnya.

Dengan semangat perubahan dan dukungan penuh dari semua pihak terkait, proses peralihan status IAIN Pontianak ke UIN diharapkan akan berjalan lancar dan membawa dampak positif bagi kemajuan pendidikan di Kalimantan Barat. Hal ini menjadi tonggak awal bagi institusi pendidikan untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Penulis : Abd. Hasan
Editor : Bambang




Meriahkan HAB ke-78 di Ketapang, IAIN Pontianak Ikuti Beragam Lomba Sebagai Ajang Sportivitas dan Silaturrahim

Ketapang (iainptk.ac.id) Rektor IAIN Pontianak menghadiri Pembukaan HAB ke-78 di Ketapang, Kalimantan Barat. Acara dihadiri oleh Wakil Bupati Ketapang, Rektor IAIN Pontianak Prof. Dr. KH. Syarif, S.Ag., MA., Kakanwil Kemenag Kalbar Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I., Kakanwil Kemenag Kabupaten Ketapang Drs. H. Syarifendi, M.Pd., Ketua DWP Kanwil Kemenag Kalbar Hj. Salbia Muhajirin, Ketua DWP IAIN Pontianak Vinna Lusiana, SH., M. Kn., pada Sabtu (13/01/2024).

Pembukaan HAB ke-78 di Ketapang dimeriahkan dengan tari-tarian khas dan marching band. Wakil Bupati Ketapang H. Farhan, SE., M.S.i., secara resmi membuka kegiatan, diikuti dengan penyerahan piala bergilir oleh Kakanwil Kemenag Kalbar Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I. kepada Kakanwil Kemenag Ketapang Drs. H. Syarifendi, M.Pd.

H. Farhan, SE., M.S.i., mewakili Bupati Ketapang menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan yang melibatkan pegawai Kementerian Agama se-Kalimantan Barat. Dia berharap kegiatan ini meningkatkan kinerja dan silaturrahim antar aparatur pemerintah Kementerian Agama di Kalimantan Barat.

Dalam sambutannya, H. Farhan juga mengimbau kepada pegawai Kementerian Agama agar tidak terjebak dalam politik praktis, serta menyuarakan suksesnya pemilu untuk mendapatkan pemimpin yang memajukan Indonesia.

Prof. Dr. KH. Syarif, S.Ag., MA., Rektor IAIN Pontianak, menyoroti esensi sportifitas dalam HAB ke-78 sebagai ajang meningkatkan silaturrahim. Dia mengapresiasi keindahan tari-tarian khas budaya Ketapang sebagai inspirasi untuk merawat NKRI dalam keberagaman, sesuai tema HAB “Indonesia Hebat Bersama Umat.”

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat (Kakanwil Kemenang Kalbar) Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I., mengucapkan terima kasih kepada Kakanwil Kemenag Ketapang dan pemerintah daerah atas kerjasamanya dalam memeriahkan HAB ke-78. Dia menjelaskan bahwa kegiatan ini fokus pada Capacity Building dan silaturrahim melalui lomba seni dan olahraga.

Penulis : Abd. Hasan

Editor : Bambang




Rektor IAIN Pontianak Ungkap Manfaat CWLS dan Ajak Civitas Akademika Berinvestasi

Pontianak (iainptk.ac.id) IAIN Pontianak kembali menjalin kerjasama dengan Tim Direktorat Pembiayaan Syariah terkait Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Ritel di Gedung Rektorat lantai 4 IAIN Pontianak, pada 10 November 2023. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah terjalin pada tahun 2022.

Kegiatan kali ini berupa diskusi terkait CWLS Ritel antara Tim Direktorat Pembiayaan Syariah dengan pimpinan di civitas academica IAIN Pontianak. Berkaitan dengan hal ini, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., menyampaikan, “Pertemuan ini akan memperluas wawasan kita terkait cash, waqf, linked, dan sukuk. Kami juga sebelumnya telah merasakan manfaat berupa pembangunan Gedung dari CWLS ini. Pengetahuan ini perlu disampaikan kepada keluarga besar IAIN Pontianak oleh sebab itu saya mengundang para pejabat. Kami perlu memahami, mendalami, dan mengaplikasikannya dalam amaliyah nyata. Jika ini dikelola dengan baik, akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat,” ungkapnya.

Rasiam, MA., sebagai Dosen IAIN Pontianak, memandu langsung kegiatan ini, dengan Narasumber Dwi Irianti Hadiningdyah, S.H., MA., yang menjabat sebagai Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). Ibu Dwi mengungkapkan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mengajak keluarga besar IAIN Pontianak dapat berinvestasi di sukuk wakaf. Investasi ini nantinya akan disalurkan kepada penerima yang benar-benar layak. Sukuk wakaf atau Cash Waqf Linked Sukuk adalah sukuk yang diterbitkan dalam rangka mengoptimalkan manfaat aset wakaf dan/atau imbal hasilnya untuk kepentingan umum yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Selain itu, “Melalui sukuk pemerintah dapat memberikan instrumen yang aman kepada masyarakat. Melalui investasi aman di perintah, sama saja kita ikut membangun negara kita, dalam mewujudkan cita-cita para pahlawan kita, tanpa angkat senjata,” ujarnya yang bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Beliau juga meminta kepada IAIN Pontianak untuk dapat berkontribusi dalam membuat riset yang berkaitan dengan CWLS. Selain itu, diharapkan IAIN Pontianak dapat menjadi investor sukuk. Beliau meminta adanya kegiatan nyata dari Inkubator Wakaf Preneur di IAIN Pontianak yang sudah dibuat pada tahun lalu.

Penulis: Bambang Eko Priyanto

Editor: Omar Mukhtar