FUAD Gelar Webinar Internasional Empat benua Lintas Agama, Rektor: Saatnya Kita Wujudkan Kebersamaan Antar Iman

PONTIANAK (iainptk.ac.id) — Diskusi tentu saja menjadi sebuah hal untuk memperluas wawasan. Apalagi topik yang mesti dibahas mengenai COVID-19 yang merupakan wabah yang sudah memakan korban jiwa hingga jutaan manusia di dunia. Tak hanya itu, beberapa aspek diantaranya perekonomian, pendidikan, keagamaan, dan lainnya lumpuh akibat dari serangan wabah ini.

Pemerintah pusat mengambil langkah untuk mengembalikan kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disebut dengan New Normal atau Normal Baru. Tentu ini akan kembali seperti sedia kala. Namun wajib menerapkan Standar kesehatan yang diberlakukan oleh pemerinta pusat.

Menanggapi New Normal ini, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak bekerja sama dengan STAKAT N Pontianak, FKUB Kalbar, MUI Kalbar, Keuskupan Kalbar, PGIW, WALUBI, PHDI, MATAKIN menggelar Seri Diskusi Webinar Internasional Empat Benua dengan Tema “Spirit Lintas Iman dalam Menjalani New Normal Pandemi COVID-19”.

Seperti dengan namanya, kegiatan Virtual ini dihadiri oleh Narasumber dari lintas benua yaitu Dr. (Cand.) Imam Malik Ridwan dari School of Social Science, Western Sidney University, Australia peraih penghargaan 5000 Doktor.  Munawir Aziz, MA peneliti Yahudi dan Antisemitism Parkes institute, university Of Southampton, United Kingdom (UK). Rian Rinaldi Djita, M. Ed (Vanderbilt university), PhD Student in Education Policy at University of Arkansas. Dr. (Cand.) Yulianti Universiteit Leiden, Netherland.

Namun ada juga Narasumber dari dalam negeri, yaitu Dr. Zuli Qodir dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Dr. H. Zaenuddin Hudi Prasojo, MA Dosen IAIN Pontianak.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, S.Ag, MA menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini terdapat poin baik secara tersendiri maupun Institusi.

“Bagi kita acara ini sangat baik dan menempatkan poin tersendiri baik individu maupun institusi. Oleh karena acara ini sangat bermakna teriring dengan kondisi kita yang sedang berada disituasi COVID-19 yang melanda dunia ini dan kita juga belum tau kapan akan diumumkannya kondisi ini benar-benar normal”, Katanya.

Melanjutkan sambutannya, Dr. Syarif mengatakan bahwa COVID-19 merupakan musibah dunia yang endingnya yaitu manusia harus mengoreksi diri masing-masing.

COVID-19 adalah musibah dunia bahwa sepertinya sebagian besar negara telah terlanda. Persoalan persentasi jumlah masing-masing, itu adalah nasib negara masing-masing. Bisa jadi manusia dinilai jumawa oleh tuhan. Endingnya adalah kita mesti mengkoreksi diri kita sebagai manusia”, tuturnya.

Dr. Syarif juga berpesan kepada ratusan orang yang hadir dalam Webinar tersebut yakni ia menyeru untuk mewujudkan kebersamaan antar lintas Iman.

“Dalam takdir yang seperti ini, saatnya kita wujudkan kebersamaan antar iman”, ujarnya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif & Bambang Eko Priyanto




New Normal, Rektor IAIN Pontianak Lantik 10 Pejabat

Pontianak (iainptk.ac.id) Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA., melantik 10 Pegawai IAIN Pontianak.

Pelantikan berlangsung dengan penerapan protokoler Covid-19 pada masa New Normal, Rabu (10/06) berlokasi di Auditorium Syeikh Abdul Rani Mahmud. Terlihat pejabat dan undangan yang hadir mengenakan masker dan menjaga sosial distancing.

Turut hadir Wakil Rektor, Kepala Biro AUAK, Ketua Senat, Para Dekan, Direktur Pasca Sarjana, Kepala SPI, Para Kabag, Para Ketua Lembaga, Kepala Pusat dan Pengurus Dharma Wanita.

Adapun 10 Pegawai IAIN Pontianak yang dilantik dan diangkat sumpahnya sebagai berikut:

  1. Dr. Faizal Amin sebagai Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu (LPM).
  2. Zulkarnain, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).
  3. Desty Septianawati sebagai Sekretaris Program Studi Tadris Matematika FTIK.
  4. Sulaiman, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris FTIK.
  5. Rizki Susanto, M.Pd., Sekretaris Program Studi Tadris Bahasa Inggris FTIK.
  6. Mulyadi, S.Ag, M.Pd dipromosikan dari jabatan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Humas dan Rumah Tangga Bagian Umum Biro AUAK menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).
  7. Omar Mukhtar Al-Assad SE, M.Ak, Ak., dirolling dari jabatan Kepala Sub Bagian Keuangan dan BMN Bagian Perencanaan dan Keuangan Biro AUAK menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Humas dan Rumah Tangga Bagian Umum Biro AUAK.
  8. Dessy Nurul Fajariah, SE. dirolling dari jabatan Kepala Sub Bagian Tata Usaha LPM menjadi Kepala Sub Bagian Keuangan dan BMN Bagian Perencanaan dan Keuangan Biro AUAK.
  9. Ajeng Vashqie Varaulizza, S.Kom, M.M., dirolling dari jabatan Kepala Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan FTIK menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha LPM.
  10. Reka Kurniawati, SE, dipromosi dari Bendahara IAIN Pontianak menjadi Kasubbag AUK FTIK.

Rektor IAIN Pontianak, mengingatkan “IAIN Pontianak merupakan bagian dari organisasi induk yaitu Kementerian Agama, kita diamanahkan menyelesaikan berbagai persoalan di IAIN Pontianak. Saya berbagi tugas untuk menyelesaikannya persoalan yang ada sesuai tugas masing-masing. Disamping menjalankan tugas, juga dapat membantu mendeteksi persoalan-persoalan yang ada dan membuat solusi dari persoalan tersebut. Pejabat yang dilantik harus mematangkan diri dalam tugas yang baru. Sehingga dimanapun kita berada, kita tetap bermanfaat dan yakinlah sekecil apapun amal akan tercatat sebagai kebaikan,” pesannya.

Rektor juga percaya bahwa pegawai yang dilantik akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Rektor mengucapkan terimakasih dan selamat bertugas. Pasti ditempat yang baru kita akan berevolusi untuk menjadi lebih positif, lebih baik dan lebih maju.

Editor: Mulyadi
Penulis: Bambang Eko Priyanto




Inspektur Wilayah IV Itjen Ingatkan Pegawai IAIN Pontianak Jaga Integritas dan Kebersamaan

Pontianak (iainptk.ac.id) — “Kita semua yang bekerja di naungan Kementerian Agama termasuk IAIN Pontianak, harus menjaga integritas dan kebersamaan. Work from Home (WFH) yang sudah dijalani beberapa bulan lalu harus dilakukan dengan penuh integritas dan kejujuran. Kinerja pegawai harus tetap dikontrol. Harus ada laporan kinerja harian dan laporan kinerja bulanan. Mesti ada bukti apa yang dikerjakan dari rumah. Ini bagian dari pertanggungjawaban kita dalam menerima gaji ataupun tunjangan kinerja yang sama sekali tidak dipotong pemerintah.”

Hal itu diingatkan Inspektur Wilayah IV Itjen Kemenag RI, Drs. H. Suhersi dalam kegiatan Pembinaan Pegawai dan Halal Bi Halal Keluarga Besar IAIN Pontianak secara virtual, yang digelar melalui aplikasi zoom, Kamis, (4/6) pagi. Tema yang usung dalam kegiatan itu ‘Kuatkan Kebersamaan dan Kekompakan dalam Berkinerja’.

“Kita harus jaga kebersamaan, karena manfaatnya sangat besar. Kita harus tanggalkan perbedaan yang tidak prinsip. Perbedaan yang bernuansa negatif dan tidak produktif jangan dipelihara. Kita harus bekerja dengan kebersamaan untuk memajukan kampus dan kementerian kita. Bekerja dengan semangat dan keikhlasan. Bekerja hanya mengharap keridhaan Allah Swt. Jangan pernah ada rasa iri dan dengki. Rizki itu urusan Allah. Akan ada rezeki yang tak disangka-sangka jika kita bekerja dengan penuh keikhlasan. Kita harus membangun fondasi dasar: memperkuat kebersamaan dan kekompakan. Reformasi birokrasi harus dikawal. Membenahi tata kelola dan perbaikan layanan. Jika ingin cepat maju harus banyak lihat dunia luar. Kampus adalah mata air untuk menciptakan kemajuan,” nasihatnya kepada sekitar 210 partisipan pegawai yang mengikuti acara tersebut.

Inspektur Wilayah IV yang menaungi pengawasan Propinsi Kalimantan Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Jambi, NTB, DKI Jakarta, Papua Barat dan Jawa Tengah itu melanjutkan, “Perjanjian kinerja harus ada dibuat secara berjenjang. Kinerja itu harus dievaluasi dan dikontrol. Sasaran Kinerja harus disesuaikan dengan perjanjian kinerja. Jika tidak tercapai harus diberikan teguran dan jika tidak ada perubahannya harus diberikan sanksi pemberhentian. Administrasi itu penting. Evaluasi internal harus dilakukan. Saya ingatkan kinerja ini menjadi prioritas kami di pengawasan. Tema yang diusung dalam pembinaan dan Halal bi Halal ini sudah sangat tepat,” tegasnya.

“IAIN Pontianak harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan begitu kita punya semangat untuk bersama-sama membangun IAIN Pontianak dengan semua sumber daya daerah yang dimiliki. Hal itu menjadi modal yang harus ditanam. Masyarakat juga dengan senang hati untuk ikut membangun IAIN Pontianak yang lebih maju kedepan Jika merasa dimiliki oleh masyarakat Kalimantan Barat,” imbuhnya.

“Akuntabilitas kinerja dalam kaitannya dengan WFH harus senantiasa terpantau dan terjaga. Karena dengan WFH hak-hak kita sebagai PNS diberikan sepenuhnya (tidak dipotong). Karena itu kita wajib turut serta, mendorong dan mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi ini, terutama mengawal kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan/ keselamatan,” tegasnya.

“Terkait kebijakan pengawasan, kami utamakan pencegahan. Mengedepankan bimbingan dan pendampingan. Bangun sistem konsultasi langsung wilayah IV. Sesuai amanat RB sederhana, tepat fungsi sesuai kebutuhan. Suatu kegiatan harus diorganisir dengan baik. Tidak hanya berfikir tingkat kementerian, PTKN tapi juga membreakdown birokrasi yang lincah, gesit, produktif. Jangan terlalu banyak struktur dan sistem. Perlu perampingan struktur,” pungkasnya mengakhiri.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif merespon positif atas nasihat dan pesan yang disampaikan Irwil IV. “Kami sangat berterima kasih atas nasihat berharga yang Bapak Irwil IV sampaikan. Sangat menukik dan mengena dengan kondisi kekinian. Pesan-pesan yang Bapak sampaikan kami harap dapat memompa motivasi kita dalam memajukan serta meningkatkan kinerja kami” ujarnya menutup pembicaraan.

Editor: Mulyadi
Penulis: Aspari Ismail




Corona dan Takdir Diri

Oleh: Syarif

Sebagai orang yang beragama kita harus beriman. Dalam Islam beriman itu setidaknya ada enam rukunnya, yaitu: percaya dengan Allah, percaya dengan malaikat Allah, percaya dengan rasul Allah, percaya dengan kitab Allah, percaya dengan hari akhir, percaya takdir baik dan takdir buruk dari pada Allah.

Bahasan takdir diri ada pada salah satu rukun iman. Takdir itu terambil dari kata “qadru-qaddar-taqdîran”, menjadi takdir dalam bahasa Indonesia. Takdir itu artinya ketetapan atau sukatan. Tentu ketetapan Allah Swt mengenai para hamba-Nya. Percaya dengan ketetapan Allah Swt bermakna bahwa semua yang terjadi yang mengenai hamba-Nya atas kehendak dan seizin Allah Swt.

Takdir itu ada dua macam, yaitu: takdir mutlak dan takdir mubram. Yang mutlak itu adalah sepenuhnya atas qudrat dan iradat Allah Swt. Yang mubram Allah memberi bagian kepada hamba-Nya untuk ikhtiar. Contoh keduanya bahwa setiap hamba itu mendapat rezeki selagi ia hidup, masuk dalam takdir mutlak. Tetapi seberapa banyak jumlah rezeki yang didapat itu Allah berikan ikhtiar kepada sang hamba. Contoh lagi bahwa setiap penyakit itu ada obatnya adalah takdir mutlak, tetapi sembuh atau tidak, seberapa lama sembuhnya seseorang, atau obat apa yang tepat dengan kondisi sakit seseorang itu Allah berikan bagian kepada hamba untuk berikhtiar. Endingnya, takdir mutlak dan takdir mubram ini setelah kejadian atau setelah terjadi hakikatnya menjadi takdir mutlak.

Setelah kejadian, apakah takdir itu sesuatu yang baik atau tidak baik, apakah menyenangkan atau menyakitkan, baru kemudian masuk makna “lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm—tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”. Pada posisi ini jika kita dapat meresapi kepahaman dan mengamalkan rukun iman tentang takdir ini, maka kita dapat merasakan lezatnya keimanan.

Covid-19 yang santer kita kenal dengan Corona Virus adalah merupakan takdir Allah Swt. Yaitu bahwa virus itu merupakan makhluk Allah Swt. Ialah Allah Swt yang menjadikannya. Seperti diurai di atas bahwa para hamba Allah Swt diberi bagian untuk berikhtiar melawan, menahan, dan mengobati penyebaran dan pengobatannya. Takdir diri kita hari ini bahwa kita harus ada dalam ikhtiar terkait Corona Virus ini.

Dari sisi ajaran agama, kita tidak boleh jumawa dalam menghadapi wabah Corona Virus ini. Artinya kita tidak boleh merasa paling dekat dengan Tuhan, lalu muncul ungkapan “hidup-mati di tangan Allah”. Ungkapan ini tidak sekedar jumawa tapi sangat konyol. Orang yang mengungkapkan demikian sangat bernada takabbur dengan keyakinannya. Semua orang tahu, juga semua orang percaya bahwa ketentuan hidup-mati di tangan Allah. Namun Allah Swt memberi ruang ikhtiar manusia. Maka ikhtiar mutlak harus kita lakukan. Tangkal Corona itu masuk dalam takdir mubram namun kita yang harus melakukan ikhtiar ada dalam garis takdir mutlak. Mutlak dan wajib berikhtiar.

Oleh karena itu, saya turut mengimbau bahwa kita wajib mematuhi semua imbauan positif tentang ikhtiat tangkal Corona ini, terutama dari pemerintah maupun dari ormas atau lembaga keagamaam dan juga ormas kemasyarakatan. Menurut saya ikhtiar melokalisir penyebaran seperti pembatasan-pembatas wilayah dan pembatasan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang ramai sudah sesuai ajaran agama. Beberapa hadis pun mengajarkan demikian, semua ulama juga sudah menjelaskan hadis-hadis tersebut bahwa jika ada suatu wabah di suatu wilayah maka kita jangan memasuki wilayah itu. Sebaliknya jika di wilayah kita sedang terjadi wabah maka kita tidak boleh keluar. Ikhtiar secara syariat atau secara lahiriah yang wajib kita lakukan.

Namun, kita juga mesti punya mekanisme batiniah sebagai bagian ikhtiar tangkal Corona ini. Yaitu bahwa kita juga tidak boleh sombong dengan ikhtiar lahiriah yang kita lakukan. Dalam ikhtiar lahiriah haruslah tetap disandarkan kepada Sang Yang Menjadikan wabah ini, ialah Allah Swt. Bagi orang Islam misalnya, rutinlah berdoa di setiap shalat lima waktu dan di setiap dhuha dan tahajjud. Kembalikanlah kepada Allah Swt semua ikhtiar itu. Selanjutnya dalam berikhtiar dan berdoa itu jangan panik. Terutama saat mendapat postingan berita tentang Covid-19. Karena saat ini kepanikan itu seperti mengikis keimanan. Seperti Covid-19 ini telah menggantikan posisi Malaikat Izrail. Karena kepanikan tersebut membuat banyak orang terjangkit virus keimanan yaitu seperti tidak ada Tuhan. Ini yang saya maksudkan bahwa kita harus melakukan keseimbangan antara ikhtiar lahiriah dan batiniah.

Kesimpulannya, bahwa Allah telah menjatuhkan takdir-Nya bahwa permukaan bumi saat ini sedang diberi musibah berupa wabah Corona Virus. Artinya takdir kita saat ini sedang diuji oleh Allah Swt. Mungkin manusia selama ini telah melakukan kejumawahan. Ada yang mengaku negaranya menjadi polisi dunia. Diturun tentara yang diciptakan Allah Swt berupa Corona Virus, maka manusia pun kelabakan. Tank dan pesawat tempur dan rudal canggihnya tak berdaya menembaki Corona Virus. Sepeti Fir’aun dan Raja Abrahah di masa lalu tak berdaya oleh air laut dan burung Ababil. Intinya, manusia hidup di muka bumi sebenarnya tak boleh lupa diri. Tak boleh lupa bahwa manusia itu ada yang menjadikan dan mengaturnya ialah Tuhan, Allah Swt. Saat berpunya, saat berkuasa atau berkedudukan manusia harus tetap ingat bahwa telah ditetapkan/ditakdirkan oleh Allah Swt ialah segala sesuatu selain Allah di permukaan bumi tidak kekal atau hanya sementara.

Penulis adalah Rektor IAIN Pontianak.




Virus Corona dan Sedekah

Oleh: S y a r i f

Belakangan ini kita dikhawatirkan dengan mewabahnya virus Corona. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk ‘stay at home’ berdiam di rumah sebagai upaya antisipasi penyebaran virus yang semakin meluas di berbagai negara, termasuk Indonesia. Situasi demikian seharusnya memecut semangat kita untuk peduli, berbagi dan bersedekah kepada orang-orang yang memerlukan bantuan. Terutama kaum mustad’afin yang membutuhkan uluran tangan para dermawan.

Ada kata-kata bijak “lidah tidak bertulang, kata mudah diucapkan, amal susah dinyatakan. Kata-kata bijak ini mengingatkan kepada kita bahwa ajaran baik itu tidak boleh hanya dalam kata-kata. Itu sebabnya dalam keterangan ayat Alquran dinyatakan, yang terjemahannya “Hai orang-orang beriman mengapa kalian mengatakan barang sesuatu yang tidak kalian perbuat. Besar benci Allah lantaran kalian mengata sesuatu hukumnya tidak kalian perbuat” (Qs. al-Shaf/61:2-3).

Di antara perilaku orang yang benar-benar memperilakui takwa (muttaqiin) itu ialah terbebas dari sifat kikir yaitu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan punya maupun tidak punya (Qs. Âli ‘Imrân/3:134). Demikian juga dinyatakan dalam Qs. al-Baqarah/2:2).
Bahwa orang yang telah berperilaku takwa itu menafkahkan rejekinya di jalan Allah. Menafkahkan atau berinfaq harta di jalan Allah ada yang wajib dan ada yang sunnat. Yang wajib seperti berzakat fatrah dan zakat mal, membayar kifarat, dan membelanjakan harta yang tergolong sunnat seperti bersedekah.

Terutama kepada siapa menafkahkan harta diberikan? Alquran menuntunkan yaitu jika yang wajib ada delapan asnaf yang sudah sangat populer “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(Qs. al-Taubah/9:60). Sedanglan selain zakat atau infaq wajib itu dituntunkan dalam banyak teks Alquran bahwa memberi itu kepada keluarga dekat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dalam ayat tertentu disebut orang yang berhutang (misalnya dalam Qs. al-Baqarah/2:177). Tetapi keseringan urutannya adalah seperti keterangan teks ayat berikut “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” (al-Baqarah/2.215).

Dalam memberi juga dituntunkan etikanya. Yang pertama memberi itu mesti yang pantas. Bahkan jika perlu yang terbaik “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sehingga kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”(Qs. Âli ‘Imrân/3:92). Seperti berzakat misalnya mesti setidaknya jika zakat dengan beras mesti minimal sama dengan beras yang kita makan, atau lebih baik lagi kualitasnya. Akhir ayat di atas juga menerangkan dan mendorong supaya kita tidak tergila-gila untuk diketahui orang, karena Allah Maha Tahu atas apa yang kita berikan. Ini sejalan dengan etika memberi berikutnya.
Yang kedua, lebih baik disembunyikan, walau tidak dilarang untuk dinampakkan, dan memberi karena atau demi keridhaan Allah Swt. “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(al-Baqarah/2:271). Hal demikian tentu Allah Swt Maha Tahu tentang sifat pada manusia yang suka pamer, karena manusia suka dengan pujian. Pamer itu sangat rentan dengan pujian atau riyâ’. “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat” (al-Baqarah/2:265).

Oleh karena itu etika ketiga adalah jangan riya’ atau minta dipuji dalam berinfaq atau memberikan harta di jalan kepada Allah. Juga jangan mengungkit-ungkit sedekah atau pemberian kita itu. Sebab pemberian yang diungkit-ungkit itu menyakitkan orang yang menerimanya. Jika itu kita lalukan maka sia-sialah apa yang kita perbuat atau shadaqah kita jadi hangus. “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”(al-Baqarah/2:163). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya (mengungkit-ungkit) dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”(al-Baqarah/2:264).

Adapun hikmah memberi adalah yang pertama, yaitu dimudahkan rezeki dalam arti kebaikannya dilipat-gandakan. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”(al-Baqarah/2:261).

Yang kedua, dimudahkan urusan kita oleh Allah Swt. “Barang siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan atau percaya ada (balasan) kebaikan atau pahala, maka akan disiapkan jalan kemudahan urusannya”. Dan sebaliknya barang siapa yang bakhil/kikir, dan tidak percaya ada pahala, maka akan disiapkan kesulitan untuk urusannya. Baca (Qs. al-Lail/92:5-10).

Sesuatu yang kita pandang tidak berarti boleh jadi sangat berguna bagi orang lain. Maka berbagilah. Terlebih di masa yang sulit saat pandemi virus Corona ini. Saatnya kita peduli.

Penulis, Rektor IAIN Pontianak.




Audiensi ke Setda Kabupaten Ketapang, Rektor IAIN Pontianak Ajukan 3 Program Kegiatan

Ketapang (iainptk.ac.id) — Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengadakan kunjungan terkait Audiensi kegiatan ke kantor Bupati Ketapang. Dalam kunjungan kerja kali ini Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA didampingi oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi dan keuangan IAIN Pontianak, Dr. Saifudin Herlambang, S.Ag, MA, Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah, Rasiam, S.EI, MA dan Sukardi, SH., M. Hum sebagai Kepala Pusat LP2M.

Saat pertemuannya bersama Setda Kabupaten Ketapang pada (23/3), Rektor IAIN Pontianak mengajukan kerjasama kepada Pemerintah Kabupaten Ketapang. Namun sebelum menyampaikan beberapa program kegiatan yang nantinya akan disepakati dalam Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).

Program Pertama yang disampaikan Oleh Dr. Syarif yaitu Sarjana Desa. Menurutnya Program ini bertujuan untuk membantu pembangunan saat ia kembali ke desa, khususnya Kabupaten Ketapang.

“Sarjana Desa itu sejenis kita bekerjasama dengan pemda untuk mensupport para kades supaya mengutus minimal 1 orang setiap tahun. Nanti kita akan create dan pada saat sarjana dia akan kembali ke Desa”, katanya.

Kemudian untuk menggali khazanah keislaman yang ada di Kalimantan Barat, Rektor IAIN Pontianak berencana untuk membangun Laboraturium Sejarah Islam di Kalimantan. Oleh karena itu, ia akan membuat film dokumenter mengenai kerajaan Islam.

Sebelumnya IAIN Pontianak telah memproduksi Film dokumenter mengenai kerajaan Qadri di Pontianak yang didirikan Oleh Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadri. Setelah digali ternyata terdapat sangkut paut dengan salah satu kerajaan di Ketapang. Oleh karena itu Rektor segera mencari dan mengungkap cerita tersebut dalam bentuk Film dokumenter yang akan dibuatnya.

Tak hanya itu, Rektor juga akan mengajukan salah satu Program yang sudah lama ada di IAIN Pontianak, yaitu Kampung riset. Namun beliau belum memberi tahu kapan kegiatan tersebut dilaksanakan.

“Kedua, kita akan membuat film dokumenter tentang sejarah kerajaan Matan. Jadi sebelumnya kami membuat film tentang kerajaan Kadriah Pontianak. Ini dalam rangka program besar IAIN Pontianak untuk saya jadikan Laboraturium sejarah Islam di Kalimantan. Di Ketapang itu ternyata ada 3, yaitu kerajaan Matan, Simpang, dan Tanjung Pura. Jadi tahun ini saya anggarkan untuk pembuatan film tersebut. dan yang terakhir yaitu kampung riset yang akan ditempatkan di Ketapang”, Ungkapnya.

Menanggapi penyampaian tersebut, H. Farhan, SE, M.Si, Sekretaris Daerah Kabupaten ketapang pun menyambut baik dengan tiga kegiatan tersebut. Ia mengatakan akan mempelajari program yang diajukan oleh Rektor.

“Kami merespon dengan apa yang telah disampaikan. Nantinya kami akan mempelajari itu bersama bagian hukum dan Insyaallah sekali lagi kami respon. Akan kami tindaklanjuti segera mungkin. Setelah drafting nya clear, kami akan infokan dan tinggal mengatur acara. Acara itu apakah di Ketapang atau di Pontianak, itu lebih situasional nantinya”, katanya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif & Bambang Eko Priyanto




Perkuat Moderasi Beragama, ICRHD FUAD 2020 Hadirkan Pemateri dari 3 Negara

PONTIANAK (iainptk.ac.id) — Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar International Conference on Religion, Humanity and Development (ICRHD) 2020. Kegiatan ini berlangsung di aula Syeik Abdurrani Mahmud IAIN Pontianak. Tampak undangan yang datang, Kepala BPSDM Kalimantan Barat mewakili Gubernur Kalimantan Barat, Walikota Pontianak dan Kabintal Komando daerah Militer (KODAM) XII Tanjungpura.

Kegiatan ICHRD 2020 yang digagas FUAD IAIN Pontianak ini menghadirkan 2 (dua) Pemateri dari luar negeri, yaitu Prof. Madya Dr. Ahmad Sunawari Long dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan dan Prof. Thomas Bret Golson, D. Min dari Lakewood Baptist Church Norhtport Alabama, USA. Tampak pula rombongan dari Malaysia yang turut meramaikan kegiatan ini.

Walaupun maraknya Pandemi COVID-19 yang mulai memasuki kota Pontianak beberapa hari yang lalu, kegiatan ini tetap berjalan lancar dengan pengawalan ketat dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Peserta yang memasuki lokasi kegiatan tersebut harus melewati pengecekan terlebih dahulu dengan mengukur suhu badan dan pemberian Sanitizer oleh petugas Dinas kesehatan tersebut.

Kegiatan FUAD kali ini mengusung tema, “Moderasi Beragama And Current important Issues on Religion, Humanity and Development In Digital Era”.

Mengawali sambutan, Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA dalam sambutannya menyebutkan bahwa Moderasi Beragama ini akan lebih berbahaya daripada Corona apabila tak dapat terwujud. Menurutnya, hal ini dapat memusnahkan ribuan orang, jika tak ada yang paham mengenai Moderasi Beragama.

“Kalo Moderasi Beragama ini tidak dapat terwujud di negeri ini dan di dunia ini, lebih berbahaya dari Corona. Karena Corona itu mungkin bisa sebulan baru bisa membunuh manusia. Tapi kalo orang yang gagal paham mengenai moderasi beragama di muka bumi ini dalam hal keagamaan itu bisa memusnahkan ribuan orang. Jadi, itu ekspektasi”, katanya.

Dr. Syarif yang juga menjadi pemateri dalam kegiatan ini pun mengatakan bahwa Moderasi Beragama ini sangat penting bagi Indonesia. Dengan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi, Dr. Syarif memberitahukan kepada para tamu undangan dari luar negeri tersebut bahwa dengan 17.000 pulau yang dimiliki, Indonesia dapat dibangun atas kebersamaan lintas suku bangsa dan agama.

“Di Indonesia, khususnya tentang agama, moderasi ini menjadi acuan utama dalam kerja-kerja nasional,” imbuhnya. Lebih Rektor menjelaskan mengenai Moderasi beragama ini yang terutama menyangkut kemanusiaan, yaitu pembangunan manusia. Moderasi beragama tajuknya di Kementerian Agama itu “moderasi beragama rumah rukun Indonesia maju”. Menurut beliau, “ternyata menjadi umat pertengahan itu memang harus berkonsep agama”. Kemudian Rektor menjelaskan, “dalam Islam tidak ditemukan contoh-contoh yang kasar dalam menyampaikan kebaikan. Tidak ditemukan contoh-contoh kebrutalan. Memang di Indonesia, tema moderasi beragama ini sangat penting. Kita mengambil pelajaran oleh karena Indonesia itu tidak kurang dari 17.000 pulau, seribu lebih suku bangsa dan bahasa. Keluasan hidup bersama, sejarah juga mencatat bahwa bangsa Indonesia ini membangun negara bersama-sama lintas suku bangsa dan agama”.

Gubernur Kalimantan Barat yang kali ini diwakili oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Kalimantan Barat, Drs. Alfiansyah, MM. Mengawali sambutannya, ia menyampaikan pesan dari Gubernur bahwa menyambut baik kegiatan ini dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh FUAD tersebut.

“Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dalam kesempatan kali ini menyampaikan terima kasih dan apresiasi serta menyambut baik atas terselenggaranya kegiatan ini”, katanya.
Melanjutkan sambutannya, Drs. Alfian sampaikan mengajak peserta yang hadir untuk memahami dan serta mengamalkan ajaran agama dengan cara yang tidak ekstrim.

“Dalam 4 tahun terakhir kami dapatkan dalam kesempatan ini, bahwa Kementerian Agama terus aktif mempromosikan dalam hal pengarusutamaan moderasi beragama. Bersama-sama kita pahami pandangan kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan cara tidak ekstrim sehingga menjadi jalan tengah dalam keberagaman agama di Indonesia saat ini”, ucapnya.

Ia menyebutkan beberapa hal yang menjadi faktor retaknya hubungan antar umat beragama.

“Dalam kehidupan beragama, berbagai permasalahan yang dihadapi seperti Ekstrimisme, Radikalisme, ujaran kebencian. Bahkan sampai retaknya hubungan antarumat beragama menjadi masalah yang kita hadapi. Tentu Ekstrimisme bagaikan dua kutub yang berlawanan, yaitu pada satu sisi sangat kaku dalam beragama, yaitu memahami ajaran agama dengan membuang jauh-jauh penggunaan akal. Sementara di sisi lain, justru sebaliknya, sangat bebas dalam memahami sumber ajaran agama. Dan, kebebasan tersebut tampak dalam penggunaan akal sehat yang sangat berlebihan sehingga menempatkan akal sebagai tolak ukur kebenaran. Dalam sebuah hubungan antara pemeluk agama di Indonesia saat ini, ada beberapa hal yang dapat memicu keretakan antar umat beragama, yaitu pertama populisme agama yang dihadirkan ke ruang publik yang dibumbui dengan nada kebencian terhadap pemeluk agama, ras, dan suku tertentu. Kedua, politik sektarian yang sengaja menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk menjustifikasi atas kebenaran dalam keuntungan politik tertentu sehingga ini akan menggiring masyarakat kearah konservatisme radikan secara radikal,” katanya.

Sebelum menutup sambutannya, ia beraharap dengan adanya kegiatan ICRHD 2020 yang diselenggarakan oleh FUAD ini dapat mengoptimalkan pemahaman mengenai Moderasi Beragama serta mengawal kehidupan demi terwujudnya perdamaian dunia.

“Mudah mudahan melalui konferensi saat ini, banyak hal yang bisa digali, banyak hal yang menjadi pemikiran-pemikiran untuk lebih mengoptimalkan pemahaman moderasi beragama agar hasil capai dari pemikiran ini mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak orang terutama bagi daerah Kalimantan Barat dan tentu juga untuk negara kita Indonesia maupun negara-negara lainnya yang kita harapkan dipersatuan umat dalam mengawal kehidupan yang ada di dunia ini dapat terwujud perdamaian dan dapat kita rasakan”, harapnya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif dan Bambang Eko Priyanto




Seminar dan Dialog Kebangsaan Sukses digelar, Kombes. Pol. Komarudin Beri Apresiasi

Pontianak (iainptk.ac.id) — Seminggu setelah dimulainya perkuliahan dengan menggelar doa bersama, kali ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak mengadakan Seminar dan Dialog kebangsaan dengan tema “Peran Pemuda & Mahasiswa dalam Mencegah Paham Radikalisme (ISIS) demi menjaga keutuhan NKRI”.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Syeikh Abdurrani Mahmud Al-yamani IAIN Pontianak ini mengundang Kombes. Pol. Komarudin, S.IK., M.M dan Habib Abdullah Ridho bin Yahya sebagai pemateri pada kegiatan tersebut.

Kapolresta Pontianak Kota Kombes. Pol Komarudin dalam wawancaranya mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi kegiatan tersebut dan juga menyebut Mahasiswa adalah cikal bakal yang akan menjadi penerus untuk memecahkan berbagai permasalahan baik itu di dunia nyata maupun dunia maya seperti Hoax.

“Acara pada hari ini seminar kebangsaan sangat layak diapresiasi yang diselenggarakan oleh IAIN Pontianak dalam rangka menyikapi perkembangan situasi dan informasi yang beredar dan ini tema sudah sesuai. peran pemuda mahasiswa dalam rangka mencegah paham-paham radikal. Jadi mesti kita pahami, yang saat ini berkembang ada kecendrungan orang memahami bahwa radikal itu identik dengan islam. Jadi ini yang mesti kita jelaskan dan kita berikan masukan kepada adik-adik mahasiswa .karena mereka adalah cikal bakal yang akan meneruskan apa yang nanti menjadi permasalahan atau yang biasa dikemas dalam sebuah pemberitaan”, katanya.

Selain itu ia juga berharap kepada mahasiswa agar bisa menjadi pion dalam menghadapi permasalahan yang dapat mengusik keutuhan NKRI terutama dalam hal teknologi infomasi dan komunikasi yang sudah menjadi hal yang lumrah.

“Output yang diharapkan tentunya mereka bisa menjadi pion dan menjadi sumber informasi bagi gejolak yang ada diluar. Kita ketahui pada saat ini berbagai upaya dalam menggunakan sarana-sarana dalam bentuk sosial media, digital, kemajuan teknologi begitu cepat dan tidak semuanya penggunanya kalangan berpendidikan se-level mahasiswa”, pungkasnya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif & Bambang Eko Priyanto




Buka Seminar dan Dialog Kebangsaan, Dekan FEBI siapkan Action Plan untuk dukung dan jaga NKRI

Pontianak (iainptk.ac.id) — Menyikapi berbagai persoalan negatif yang terjadi dan demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis islam (FEBI) IAIN Pontianak menggelar serangkaian acara yang bertajuk Seminar dan Dialog Kebangsaan.

Mengangkat tema “Peran Pemuda & Mahasiswa dalam Mencegah Paham Radikalisme (ISIS) demi menjaga keutuhan NKRI”, kegiatan ini dihadiri oleh Rektor IAIN Pontianak Dr. H. Syarif, MA, Habib Abdullah Ridho bin Yahya, dan Kapolresta Pontianak kota Kombes. Pol Komarudin, S.IK, M.M. yang sekaligus menjadi pemateri pada acara FEBI kali ini.

Selain itu, perwakilan dari Gerakan Pemuda Anshor, Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Dr. Saifudin Herlambang bersama Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Dr. Abdul Mukti Rouf juga turut hadir dalam kegiatan ini.

Dr. Fachrurrazi, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Pontianak dalam Sambutannya ia menyebutkan bahwa mahasiswa yang hadir pada kegiatan tersebut secara langsung tersertifikasi atau Certified dalam hal wawasan kebangsaan.

“Hari ini kami menyelenggarakan suatu kegiatan yang luar biasa yang sudah menjadi target nasional target presiden, baik , aspek politik, pendidikan, sosial, budaya dan lain sebagainya. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang terlibat pada kegiatan hari ini insyaallah akan ter-Certified. Sehingga benar-benar dapat mempresentasikan keberadaan kepada ketertiban dan keutuhan bangsa dalam nilai-nilai akademis dan bukti-bukti akademis kala kami merepresentasikan keabdian negara di fakultas kami dan di IAIN Pontianak”, Katanya.

Namun disela-sela sambutannya, ia menyampaikan wacana FEBI kedepannya untuk mendukung dan menjaga keutuhan NKRI. Seperti halnya akan membangun Badan Amal dan Wakaf mahasiswa dan beberapa pusat studi berbasis Syariah.

“Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di tahun 2020 memiliki banyak Action Plan dalam mendukung keutuhan dan menjaga keutuhan NKRI. Maka pendidikan pusat studi Halal diwilayah Kalimantan Barat yang berpusat di FEBI IAIN Pontianak. Untuk kemudian dalam aspek wakaf dan amal, kami juga akan mendirikan badan amal dan wakaf mahasiswa sebagai amanah dari pak Rektor. Fakultas ini juga akan mengembangkan pusat studi Perbankan Syariah, pusat studi Inkubator Bisnis Syariah untuk pengembangan kawan-kawan yang ada di fakultas ini dan di IAIN Pontianak”, ucapnya.

Kegiatan yang berlangsung dari pukul 08.00 – 12.30 ini berakhir dengan pemberian cinderamata kepada pemateri.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif dan Bambang Eko Priyanto




Rektor Menerima Kedatangan Pengurus UKM, UKK dan DEMA IAIN Pontianak

Pontianak (iainptk.ac.id) — Rektor IAIN Pontianak menerima kedatangan pengurus dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKK) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA). Kegiatan silaturahmi ini berlangsung di ruang kerja Rektor, pada hari Selasa, 25 Februari 2020.

Kehadiran perwakilan dari pengurus Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) dalam rangka ingin menanyakan beberapa hal secara langsung kepada Rektor IAIN Pontianak. Dalam suasana yang hangat, pengurus ormawa menyampaikan, permasalahan berkaitan dengan Pelantikan, SK Pengurus Ormawa dan juga prihal Sertifikat Wawasan Kebangsaan. Karena ketiga hal tesebut saling berkaitan, satu dengan yang lainnya. Pengurus UKM dan UKK bisa dilantik kalau SK pengurus sudah ditandatangani oleh Rektor IAIN Pontianak. Rektor tidak akan menandatangani SK kalau pengurus ada yang tidak mengikuti sertifikasi Wawasan Kebangsaan.

Turut hadir dalam pertemuan ini, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Abdul Mukti, MA. Bersama Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA., memberikan solusi dari permasalahan ini.

Rektor meminta Warek Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama untuk mendata siapa saja pengurus yang tidak mengikuti sertifikasi Wawasan Kebangsaan. Selanjutnya, nama-nama tersebut disegerakan mengikuti sertifikasi susulan dalam waktu dekat ini. Sehingga tidak ada pengurus Ormawa yang tidak memiliki Sertifikat Wawasan Kebangsaan. Jika sudah ada sertifikat, SK akan di tandatangani oleh Rektor sehingga pelantikan UKM dan UKK dapat segera dilakukan pada bulan depan.

Dalam kesempatan ini Rektor juga mengingatkan kembali kepada mahasiswa untuk tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, tetap mempertahankan NKRI, Toleransi dalam beragama dan kebangsaan serta jangan terlibat dalam hal makar, terutama untuk mendirikan Khilafah Islamiyah di Indonesia.

Diakhir pertemuan Rektor menekankan “Pertemuan ini, ormawa meminta klarifikasi tentang pelantikan dan pada dasarnya pengurus Ormawa tidak keberatan. Serta bersedia mendukung program kampus tentang Wawasan Kebangsaan. Saya minta para pimpinan Fakultas, mendukung sepenuhnya kegiatan mereka dan selalu support dalam mencarikan solusi dari masalah-masalah mereka. Kami tetap mendukung kegiatan positif yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan untuk kemajuan IAIN Pontianak.” Pungkasnya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Bambang Eko Priyanto