Finalisasi Agenda ‘Research Camp for International Student and Visiting Class 2024’ Hadirkan Paduka Gusti Yusri, Raja Keraton Tayan, Kalimantan Barat

Pontianak (iainptk.ac.id) – Panitia penyelenggara ‘Research Camp for international Student and Visiting Class Students 2024’ mematangkan persiapan melalui rapat bersama Paduka Raja Keraton Tayan, Gusti Yusri, di ruang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.

Turut hadir Kabag Umum dan Layanan Akademik, Muhammad Syahrun, M.Pd.; Ketua LP2M, Dr. Yusriadi, M.A.; dosen Islam dan Budaya Lokal fakultas masing-masin prodi seperti HKI, PGMI, PIAUD, dan HES; sekaligus sebagai dosen pembimbing; serta mahasiswa yang nantinya akan membersamai mahasiswa UNIMAS yang akan melakukan penelitian di Tayan dan Visiting Class di IAIN Pontianak, Senin (30/09/2024).

Kegiatan Research Camp ini akan dilaksanakan pada tanggal 3-6 Oktober 2024 di Tayan dengan berbagai agenda pagelaran budaya Tayan dan pengenalan usaha masyarakat Tayan. Di antaranya, seremonial perang ketupat, mandi bedil, anyam ketupat, atraksi pencak silat, tari japin tali (japin ikat), susur sungai, dan pengenalan pembuatan gula Tayan. Selain itu, diagendakan pula pengenalan masakan khas oleh Konsulat Malaysia berupa roti cane yang akan didemonstrasikan dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Menurut Dr. Ismail Ruslan, kegiatan ini merupakan program unggulan Rektor IAIN Pontianak untuk meningkatkan akreditasi Prodi. Usulan ini disampaikan oleh Dekan FTIK dan FASYA pada saat Pra Raker di Hotel Ali Moere Kubu Raya akhir tahun 2023. FTIK dan FASYA telah mengusulkan masing2 dua prodi yakni dari Fakultas Syariah, yakni HES dan HKI, serta dua prodi dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yakni PGMI dan PIAUD.

Berdasar usulan FTIK dan FASYA itu, Keempat prodi ini dipemetaan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga berpotensi menjadi prodi dengan akreditasi unggul. Di mana syarat untuk meraih akreditasi unggul mensyaratkan adanya keterlibatan mahasiswa asing. “Ada dua pola terkait keterlibatan mahasiswa asing ini, di antaranya keterlibatan mahasiswa asing yang terdaftar sebagai mahasiswa IAIN Pontianak, atau keterlibatan mahasiswa asing dalam kegiatan kampus dengan durasi kurang lebih satu minggu atau lebih. Berdasarkan hal tersebut, lahirlah program Research Camp ini,” ungkapnya.

Gusti Yusri, Raja Keraton Tayan, menyambut baik program ini dan siap bekerja sama dengan IAIN Pontianak sebagai tuan rumah.

Menurutnya, Tayan adalah salah satu tujuan kunjungan wisatawan baik lokal maupun internasional karena memiliki cagar budaya berupa bangunan monumental seperti Jembatan dan Istana Keraton. Selain itu, Tayan telah meraih Juara Nasional sebagai Desa Budaya dan telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah tujuan wisata strategis.

“Namun segala prestasi yang kami raih tidaklah cukup, sehingga kami perlu berbenah. Saya berharap dengan adanya Research Camp yang menghadirkan tamu asing, yakni mahasiswa UNIMAS, dapat memberi pengetahuan dan pengalaman baru terutama dalam pelestarian budaya kami, termasuk juga dalam hal menjaga kebersihan lingkungan,” ungkapnya.

“Kita berharap budaya yang kami kemas dalam bentuk festival ini dapat mengenalkan budaya kami kepada para mahasiswa IAIN Pontianak dan UNIMAS serta menghibur tamu-tamu kita,” tambahnya.

Setelah Research Camp di Tayan kegiatan ini dilanjutkan dengan kegiatan Visitting Class di IAIN Pontianak selama tiga hari yakni pada tanggal 7-9 Oktober 2024.

Penulis : Abd. Hasan
Editor : Bambang




IAIN Pontianak Sambut 479 Mahasantri Baru Sesi 1 dalam Acara Mastama 2024

Pontianak, (iainptk.ac.id) 25 September 2024 – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar acara Masa Ta’aruf Mahasantri (Mastama) di Aula Syekh Abdur Rani, dihadiri oleh Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., Kepala Biro AUAK, Dr. H. Ridwansyah, M.Si., Mudir Ma’had, Dr. Muhammad Gito Saroso, S.Ag., M.Ag., Kabag ULA, M. Syahrun, M.M., dan bersama ratusan mahasantri baru. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan program-program Ma’had kepada para mahasantri dan mempererat hubungan antar mahasiswa.

Berdasarkan data terbaru, total mahasantri yang mendaftar berjumlah 479 orang. Dari jumlah tersebut, 413 mahasantri sudah melakukan registrasi, yang terdiri dari 268 mahasantri perempuan dan 145 mahasantri laki-laki.

Dalam kegiatan ini, Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., MA., menyampaikan “Data menunjukan terdapat 479 yang sudah melakukan pendaftaran, oleh karena itu saya sebagai Rektor berharap kepada seluruh senior dan mungkin oknom OKP eksternal supaya Maba tidak dijadikan adreass gerakan tertentu lalu diopinikan Maba itu menolak program Ma’had dengan sistem sesi ini”.

Beliau juga berharap dan serius dalam membangun program mahad, “Keseriusan kami dalam menjalankan program Ma’had dibuktikan dengan adanya lahan seluas 1,8 hektar yang telah kami persiapkan untuk membangun asrama Ma’had. Lahan ini terletak di Pontianak Utara, tepatnya di Siantan Hulu, dan merupakan hibah dari salah satu alumni kami, Bapak Sukiryanto,” ungkapnya.

Pembangunan asrama ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan kapasitas para mahasantri dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. “Dengan adanya fasilitas ini, kami berharap proses pendidikan di Ma’had akan semakin optimal dan memberikan dampak positif bagi seluruh mahasiswa IAIN Pontianak,” ujarnya.

Rektor juga menegaskan bahwa hibah lahan ini menjadi salah satu langkah nyata dukungan dari para alumni terhadap perkembangan kampus dan diharapkan dapat menjadi teladan bagi alumni lainnya dalam mendukung kemajuan pendidikan di IAIN Pontianak.

Sementara itu, Dr. Muhammad Gito Saroso, Mudir Ma’had, juga menyampaikan sambutannya. Ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasantri yang hadir dan dengan ikhlas mengikuti seluruh rangkaian acara, termasuk kegiatan Mastama. “Saya sangat mengapresiasi kehadiran para mahasantri malam ini. Ini adalah awal dari perjalanan kalian di Ma’had, dan saya yakin bahwa kalian akan dididik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang kuat,” ujarnya.

Dr. Gito menambahkan, “Saya juga ingin mengingatkan bahwa masih ada berbagai kegiatan lain yang akan berlangsung dalam program Ma’had, sehingga kalian diharapkan siap menjalani berbagai agenda yang sudah dirancang,” tambah Dr. Gito.
Pada tahun ini, mahasantri tidak diwajibkan mengikuti Ma’had selama satu tahun penuh, sebagaimana instruksi dari Dirjen. Namun, program Ma’had yang berlangsung satu tahun ini akan dibagi menjadi tiga sesi untuk satu angkatan. Sesi pertama dimulai pada bulan September hingga Desember, sesi kedua berlangsung dari Januari hingga April, dan sesi ketiga dari Mei hingga Agustus.

Acara Mastama ini menjadi momentum penting bagi mahasantri baru untuk mengenal lebih dalam lingkungan Ma’had serta membangun ikatan kuat dengan sesama mahasiswa. Diharapkan melalui rangkaian kegiatan ini, generasi mahasantri yang berintegritas dan berkarakter Islami dapat terbentuk dengan baik di IAIN Pontianak.

Dengan adanya berbagai program dan fasilitas yang disediakan, IAIN Pontianak berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan mendukung para mahasantri dalam menjalani proses belajar mereka. Semoga dengan kerja sama dan dukungan dari semua pihak, tujuan pendidikan di Ma’had dapat tercapai dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

Penulis : Fathul Al-Ba’ari/Farli
Editor : Bambang




17 Dosen IAIN Pontianak Terima SK Kenaikan Jabatan Fungsional

Pontianak (iainptk.ac.id) – Pada Rabu, 25 September 2024, Kepala Biro Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan (AUAK) IAIN Pontianak, Dr. H. Ridwansyah, M.Si, menyerahkan Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Fungsional kepada sejumlah dosen di IAIN Pontianak. Acara tersebut berlangsung di lantai II Gedung Biro AUAK IAIN Pontianak dan dihadiri oleh para penerima SK serta pegawai lainnya.

Dalam sambutannya, Dr. H. Ridwansyah menekankan pentingnya kontribusi dosen terhadap lembaga, khususnya dalam mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi dan proses alih status IAIN Pontianak menuju Universitas Islam Negeri (UIN) Pontianak. “Kenaikan jabatan fungsional harus diimbangi dengan kontribusi yang nyata bagi lembaga. ASN adalah orang-orang pilihan, tidak semua orang bisa menjadi ASN. Karena itu, sebagai orang pilihan, kita harus menjadi yang terbaik di bidang tugas pokok dan fungsinya,” ujarnya.

Ia juga mengajak para dosen untuk terus meningkatkan capaian dan kualitas sebagai ASN, serta merealisasikan target yang telah ditetapkan. Penyerahan SK ini diharapkan dapat memotivasi para dosen untuk lebih berprestasi dan berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di IAIN Pontianak.

Berikut adalah nama-nama dosen yang menerima SK Kenaikan Jabatan Fungsional:

1. Abdurrahman, S.Q., M. Ag – Lektor, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, FEBI IAIN Pontianak
2. Adiansyah, M.Pd.I – Lektor, Prodi Bimbingan Konseling Islam, FUAD IAIN Pontianak
3. Akhmad Zaini, M.Pd – Lektor, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, FTIK IAIN Pontianak
4. Dina Khairunnisa, M.H – Lektor, Prodi Ekonomi Islam, FEBI IAIN Pontianak
5. Dini Lestary, M.Ak – Lektor, Prodi Akuntansi Syariah, FEBI IAIN Pontianak
6. Eka Junila Saragih, M.S.I – Lektor, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, FEBI IAIN Pontianak
7. Hani Meilita Purnama Subardi, SE, M.Ak – Lektor, Prodi Akuntansi Syariah, FEBI IAIN Pontianak
8. Husnun Nahdhiyyah, M.H. – Asisten Ahli, Fakultas Syariah IAIN Pontianak
9. Ilhamdi, S.E, M.Si – Lektor, Prodi Ekonomi Islam, FEBI IAIN Pontianak
10. M. Fadhil Yarda Gafallo, S.I.Kom., M.A. – Lektor, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, FUAD IAIN Pontianak
11. Nur Atiqah, S.E., M.M – Lektor, Prodi Manajemen Bisnis Syariah, FEBI IAIN Pontianak
12. Oki Anggara, M.Si. – Lektor, Prodi Tadris Bahasa Inggris, FTIK IAIN Pontianak
13. Pipit Widiatmaka, S.Pd., M.Sc – Lektor, Prodi Pendidikan Bahasa Arab, FTIK IAIN Pontianak
14. Putri Handayani Lubis, M.Si. – Lektor, Prodi Pendidikan Agama Islam, FTIK IAIN Pontianak
15. Randi Saputra, S.Pd., M.Pd., Kons. – Lektor, Prodi Bimbingan Konseling Islam, FUAD IAIN Pontianak
16. Taufik Akbar, S.TH.I, M.Ag – Lektor, Prodi Ilmu Alqur’an dan Tafsir, FUAD IAIN Pontianak
17. Wulan Wahyu Ningrum, M.Ak. – Lektor, Prodi Akuntansi Syariah, FEBI IAIN Pontianak

Dengan penyerahan SK ini, diharapkan para dosen dapat terus berkontribusi dalam pengembangan akademik dan profesionalisme di IAIN Pontianak, serta turut mendukung transisi IAIN menjadi UIN Pontianak.

Penulis : Heriansyah
Editor : Bambang




Pernyataan Pimpinan Ormawa se-IAIN Pontianak Mendukung Program Ma’had

Pontianak (iainptk.ac.id) – Rektor IAIN Pontianak mengadakan rapat yang membahas Program Ma’had tahun 2024. Rapat ini dihadiri oleh Wakil Rektor 1 dan 3, Kepala Biro AUAK, para Dekan, para Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Kabag ULA, Mudir Ma’had Al-Jamiah, para Kabag TU Fakultas, serta Ketua DEMA Institut, Ketua DEMA Fakultas, Ketua SEMA Institut, dan Ketua SEMA Fakultas beserta pengurusnya. Pertemuan ini berlangsung di Gedung Rektorat lantai 4 pada 22 September 2024.

Program Ma’had di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak terus menjadi perhatian dengan berbagai kebijakan yang ditetapkan. Program ini memberikan fasilitas gratis, seperti biaya masuk, tempat tinggal, listrik, air, dan diadakan sebagai bagian dari upaya kampus untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan agama yang lebih mendalam.

Kebijakan ini, sebagaimana dinyatakan oleh Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag., M.A., dilaksanakan sesuai dengan instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/Dt.I.IV/PP.00.9/2374/2014 tentang Instruksi Penyelenggaraan Pesantren Kampus (Ma’had Al-Jami’ah). Mahasiswa diwajibkan mengikuti Program Ma’had Al-Jami’ah, sesuai dengan hasil rapat pimpinan kampus.

Salah satu kebijakan penting yang diambil oleh pimpinan kampus adalah perubahan durasi program Ma’had dari yang awalnya satu tahun menjadi hanya empat bulan. Langkah ini diambil untuk meningkatkan efektivitas program. Sebelumnya, sistem zona merah, kuning, dan hijau diterapkan untuk memantau partisipasi mahasiswa dalam program Ma’had, namun sistem ini dirasa kurang efektif karena masih banyak mahasiswa yang tidak mengikuti program. Hingga kini, sekitar 1.400an mahasiswa dari angkatan 2022 dan 2023 masih belum mengikuti program Ma’had dan sedang diupayakan agar mereka bisa menyelesaikannya serta memperoleh sertifikat Ma’had.

Kebijakan ini juga sejalan dengan ketentuan baru bahwa sertifikat Ma’had menjadi syarat bagi mahasiswa untuk dapat mengajukan proposal penelitian atau skripsi. Hal ini menunjukkan pentingnya program Ma’had sebagai bagian integral dari proses pendidikan di IAIN Pontianak.

Prof. Syarif menegaskan bahwa program Ma’had yang intensif selama empat bulan ini merupakan kesempatan penting bagi mahasiswa baru. “Program ini sangat bermanfaat. Bahkan anak saya sendiri yang berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) juga mengikuti program ini selama satu tahun, meskipun dia sudah bisa mengaji. Banyak manfaat yang bisa diambil dari program ini,” ujar Prof. Syarif.

Mewakili Ormawa yang hadir, ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Pontianak, Arif, menyatakan dukungannya terhadap program ini. “Kami dari DEMA IAIN Pontianak dan seluruh organisasi mahasiswa mendukung penuh program Ma’had ini. Kami berharap, selain mahasiswa memenuhi kewajiban mereka di Ma’had, pihak kampus juga bisa memastikan fasilitas Ma’had terpenuhi, baik dari segi infrastruktur, fasilitas, maupun kegiatan yang mendukung,” ujarnya.

Menurut Arif, dukungan terhadap program Ma’had ini tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa, tetapi juga dari berbagai elemen di dalam kampus. Ia juga menambahkan bahwa program ini sejalan dengan kebutuhan mahasiswa untuk mendapatkan bekal spiritual yang memadai selama menjalani pendidikan di IAIN Pontianak.

Di sisi lain, Rektor IAIN Pontianak juga menegaskan bahwa kampus akan melakukan pembelian kasur pada tahun ini untuk menunjang kenyamanan mahasiswa di Ma’had. Dengan format baru yang hanya berlangsung selama empat bulan dan jumlah mahasiswa yang lebih terbatas, program Ma’had diharapkan dapat berjalan lebih efektif.

Prof. Syarif juga menekankan bahwa kebijakan ini tidak akan berubah dan pihak kampus akan terus mempertahankan program Ma’had karena manfaat besar yang dirasakan.

Program Ma’had ini diakui sebagai salah satu upaya terbaik dalam memperkuat Spiritualitas dan pembinaan karakter mahasiswa IAIN Pontianak, menjadikannya program yang sangat penting dalam kehidupan kampus.

Penulis : BEP / Maulvi

Editor : Bambang




Setelah BUAF, Mahasiswa Go International dalam Student Mobility ke Brunei Darussalam Tahun 2025

Samarinda (iainptk.ac.id) – Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kembali mengharumkan nama almamaternya dengan meraih prestasi di tingkat internasional dalam ajang Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-8 yang diselenggarakan di UIN Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda pada 17-18 September 2024.

Dalam forum bergengsi ini, 11 delegasi dari IAIN Pontianak berhasil meraih 12 penghargaan di berbagai kategori, menunjukkan keunggulan mereka di kancah akademik internasional.

Wakil rektor bidang kemahasiswaan dan kerjasama, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., turut memberikan apresiasi kepada seluruh mahasiswa tersebut.

“Syukur alhamdulillah dalam pelaksanaan BUAF ke 8 kali ini kita dapat meraih penghargaan sebanyak ini. Tentu persiapan yang telah lama kita siapkan untuk mahasiswa kita terbayarkan. Tak lupa saya ucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak. Rektor beserta jajaran, dari fakultas juga, serta teman-teman yang telah membimbing mahasiswa kita selama persiapan itu”,ungkapnya.

Dr. Ismail Ruslan, M.Si., menambahkan “Insyaallah pada tahun 2025, IAIN Pontianak akan mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan Student Mobility ke Brunei Darussalam.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari MoU Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H Syarif, MA bersama Rektor Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan bulai Mei 2024”,tambahnya.

Beliau beraharap prestasi ini dapat memotivasi mahasiswa IAIN Pontianak dalam mengikuti ajang forum Internasional ini pada BUAF ke 9 yang akan diselenggarakan di IAIN Pontianak tahun 2025 mendatang.

“Dengan pencapaian ini juga kita berharap mahasiswa IAIN Pontianak lainnya dapat termotivasi untuk mengikuti kegiatan BUAF ke 9 di tahun depan yang akan digelar di kampus kita tercinta, IAIN Pontianak”,harapnya.

Prestasi ini membuktikan dedikasi dan kemampuan akademik para mahasiswa IAIN Pontianak di forum internasional. Dengan berbagai penghargaan yang diraih, IAIN Pontianak terus menunjukkan perannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

BUAF ke-8 tahun ini menjadi ajang bagi mahasiswa untuk memperluas jaringan, bertukar gagasan, dan mengeksplorasi peran pendidikan Islam dalam menghadapi berbagai tantangan global, termasuk isu-isu kontemporer di bidang ekonomi, dakwah, pendidikan, dan teknologi.

Dengan keberhasilan ini, diharapkan para mahasiswa IAIN Pontianak dapat terus berkontribusi dan menginspirasi dalam mengembangkan kajian akademik yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Penulis : Farli
Editor : Bambang




Studium Generale Kolaboratif 2024: Mengupas Kapita Semesta Pendidikan Anak Usia Dini

Pontianak (iainptk.ac.id) Tiga program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) terkemuka di Indonesia, yaitu IAIN Pontianak, UIN SAIZU Purwokerto, dan STIT Putri Diniyyah El-Yunusiyyah Padang Panjang, sukses menggelar studium generale kolaboratif tahun 2024. Acara bertema “Kapita Semesta Pendidikan Anak Usia Dini” ini menghadirkan para ahli di bidang pendidikan anak usia dini untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Studium generale yang diselenggarakan pada 21 September 2024 ini menghadirkan tiga pembicara inspiratif yang dimoderatori oleh Ulvatul Khoiriyah, mahasiswa… Dr. Asef Umar Fakhruddin, M.Pd.I., dari UIN SAIZU Purwokerto memberikan paparan mengenai pendidikan anak yang terdapat dalam hadits Rasulullah. Dalam mendidik anak, terdapat beberapa poin: pertama, tidak mencontohkan sesuatu yang negatif di depan anak; kedua, mencari waktu yang tepat untuk memberikan nasihat, dan disampaikan secara ringkas agar mudah diingat; ketiga, memberikan teguran secara langsung dengan bahasa yang lembut.

Sementara itu, Yendri Junaidi, Lc., MA., dari STIT Putri Diniyyah Padang Panjang menyampaikan bahwa pendidikan untuk anak usia dini sangat penting karena pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dimulai dari awal. Terlebih lagi, sebagai guru PIAUD, jangan pernah merasa minder. Terakhir, Rahnang, M.Pd.I., dari IAIN Pontianak memberikan perspektif menarik tentang bagaimana mahasiswa PIAUD bisa sukses studi melalui kecerdasan, semangat, kesabaran, modal, mencari referensi yang tepat, dan istiqomah.

Para peserta yang hadir, yang mayoritas adalah mahasiswa pendidikan anak usia dini, sangat antusias mengikuti setiap sesi. Diskusi yang hangat dan interaktif semakin memperkaya pemahaman peserta tentang isu-isu terkini dalam pendidikan anak usia dini. Rahnang, selaku panitia penyelenggara, menyampaikan harapannya agar studium generale ini dapat menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan mengembangkan pendidikan anak usia dini di Indonesia. “Melalui kegiatan ini, kami ingin mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas,” ujarnya.

Begitu pula, pernyataan Kaprodi PIAUD STIT Putri Diniyyah, Mega Cahya Dwi Lestari, M.Pd., bahwa studium generale kolaboratif ini merupakan bukti nyata dari semangat kolaborasi antarperguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan menggabungkan keahlian dan pengalaman dari berbagai institusi, diharapkan dapat dihasilkan solusi-solusi inovatif untuk menghadapi tantangan di bidang pendidikan anak usia dini.

Penulis : BEP
Editor : Bambang




BUAF Ke-9 IAIN Pontianak Tahun 2025 : Kolaborasi Kampus Luar Negeri

Samarinda (iainptk.ac.id) – Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-8 resmi ditutup pada 18 September 2024, bertempat di Auditorium 22 Dzulhijjah Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.

Acara penutupan ini dihadiri oleh wakil rektor bidang kemahasiswaan dan kerjasama IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M. Si.,  kepala bagian Umum dan Layanan Akademik Muhammad Syahrun, MM.,

Dalam rangkaian kegiatan ini, tuan rumah BUAF ke-8 UINSI Samarinda mengumumkan bahwa pelaksanaan BUAF selanjutnya akan diselenggarakan di IAIN Pontianak pada tahun 2025 mendatang.

Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. H. Syarif, S.Ag.,MA., menyambut baik kabar ini. Beliau menyatakan bahwa IAIN Pontianak siap menjadi tuan rumah BUAF tahun 2025 mendatang.

“kita menyambut baik forum Internasional ini yang akan diselenggarakan dikampus IAIN Pontianak. Tentu kita persiapkan sebaik mungkin dalam menyambut kegiatan ini”,ujar Prof. Syarif

Senada dengan hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., menyatakan kesiapannya untuk menjadi tuan rumah BUAF ke-9 pada tahun 2025. Hal ini disampaikan beliau saat memberikan sambutan secara langsung saat penutupan.

“IAIN Pontianak tentu siap menjadi tuan rumah BUAF tahun depan. Kami berencana menambah kategori pemenang serta meningkatkan konsep BUAF berikutnya dengan mengundang lebih banyak akademisi dari mancanegara,” ungkap Dr. Ismail dalam sambutannya.

Beliau berharap BUAF 2025 di IAIN Pontianak akan lebih inklusif, dengan kehadiran negara-negara tetangga yang ikut serta dalam forum ini. “Semoga kita dapat menyambut lebih banyak negara tetangga dalam BUAF selanjutnya di IAIN Pontianak,” tambahnya.

Penutupan BUAF ke-8 ini diakhiri dengan ucapan selamat kepada seluruh peserta dan presenter yang telah berpartisipasi hingga akhir acara. Dr. Ismail pun mengajak seluruh peserta untuk kembali bertemu di BUAF ke-9 tahun 2025 di IAIN Pontianak.

“Sekali lagi saya ucapkan selamat bagi para seluruh peserta dan presenter yang telah mengikuti hingga kegaitan ini selesai. Sampai bertemu kembali di BUAF ke 9 tahun 2025 di IAIN Pontianak”,ucapnya dengan penuh semangat.

Penulis : Farli

Editor : Bambang




“Curhat”

Oleh : Dr. Ali Hasmy, M.Si (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Pontianak)

Program Ma’had dengan kurikulumnya sangat penting, terutama terkait dengan BTQ. Akan aneh jika ada lulusan lembaga yang berlabelkan “Islam” namun tidak bisa membaca Al-Qur’an, bahkan tidak mengenal huruf-huruf Al-Qur’an. Al-Qur’an itu kitab suci umat Islam. Jika membacanya saja tidak bisa (apalagi menghafal dan memahaminya), bagaimana melaksanakannya dengan benar? Membacanya saja, per huruf ada keutamaannya, apalagi jika mengajarkannya, menghafalkannya, dan melaksanakannya. Pendidikan Islam harus berbasis Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, yang puncaknya adalah akhlak. Jangan-jangan akhlak bermasalah karena penanaman nilai-nilai, keterampilan, dan pengetahuan pada dasarnya juga bermasalah.

Secara sosiologis, saya memiliki pengalaman. Bapak saya (almarhum) adalah mantan Kepala Kantor Agama yang pernah bertugas di Sungai Kunyit dan Mempawah. Beliau sibuk di masyarakat sehingga “agak kurang” komunikasinya dengan kami, anak-anaknya. Suatu ketika, saya sedang membimbing KKL di Sungai Kunyit. Saat pulang ke rumah, Bapak tiba-tiba memanggil saya, katanya ada yang ingin dibicarakan (karena beliau jarang berkomunikasi dengan kami, saya agak terkejut). Singkat cerita, saya duduk di depan beliau, dan beliau bertanya, “Li, kenapa anak IAIN seperti itu?” Saya menjawab, “Seperti apa maksudnya, Pak?” Jawabnya, “Itu… diminta jadi imam shalat tidak mau, diminta membaca doa juga tidak mau” (selain shalat, banyak kegiatan di kampung kami yang melibatkan pembacaan doa). “Lalu mereka itu bisanya apa?” Deg! Beliau protes. “Bapak tahu dari mana?” Jawabnya, “Orang-orang lapor ke aku.” Nah, ternyata di kampung saya, mahasiswa KKL dari IAIN yang diperhatikan dan diharapkan adalah kemampuan mereka dalam menjadi imam dan membaca doa. “Bahkan katanya mengaji saja tidak bisa,” beliau menambahkan. Akhirnya, saya memberikan jawaban yang agak tricky, “Oh… itu. Tidak semua mahasiswa IAIN dari jurusan ilmu agama, Pak. Ada yang ekonomi, hukum, psikologi, dan lain-lain.” Beliau tampak berpikir, “Oooo… begitu ya… pantaslah.” Pembicaraan pun selesai.

Dari dua hal di atas, pertanyaannya adalah, “Jika anak bermasalah, salah satu kontributor utamanya siapa?” Jawabnya tentulah orang tua, karena anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan orang tualah yang menjadi kontributor utama sehingga mereka berubah menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. “Jika peserta didik bermasalah?” Salah satu kontributor utamanya tentu saja adalah pendidik, sebagai pengganti orang tua mereka. Ini tanggung jawab besar. Tidak hanya berdimensi individual-sosial, masa kini-masa depan, tetapi lebih jauh dari itu, ada dimensi dunia-akhirat.

Jadi, singkatnya, program Ma’had dengan BTQ dan muatan kurikulum lainnya menjadi sangat urgen untuk direalisasikan. Dan tentu saja saya, baik sebagai civitas akademika IAIN Pontianak sekaligus sebagai anggota masyarakat, *sangat mendukung* agar hal ini dapat diwujudkan. Tantangan selalu ada, tapi itulah tambahan lahan perjuangan kita untuk beribadah. Semoga kita dengan niat dan usaha tadi, yang dipimpin oleh Pak Rektor, diridai oleh Allah SWT, sebagai wujud pertanggungjawaban kita selaku pendidik di Lembaga Pendidikan Islam (IAIN Pontianak) kepada semua pemangku kepentingan, terutama kepada Allah SWT. (Mohon maaf jika ada yang kurang tepat dalam penyampaian ini).




Susur Sungai Mahakam, Peserta BUAF ke-8 IAIN Pontianak Nikmati Keindahan Ikonik Kota Samarinda

Samarinda (iainptk.ac.id) – Sebagai bagian dari rangkaian acara Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-8, seluruh peserta, termasuk delegasi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, melaksanakan kegiatan susur sungai di Sungai Mahakam pada 17 September 2024. Kegiatan ini dimulai pukul 16.30 WITA dan berakhir pukul 20.00 WITA.

Kegiatan tersebut turut didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si.,bersama para pendamping. Selama perjalanan, peserta terlihat antusias menikmati keindahan kota Samarinda yang membentang sepanjang Sungai Mahakam, termasuk bangunan ikonik dan destinasi wisata utama kota tersebut.

Edy Wahyudi, salah satu peserta dari IAIN Pontianak, mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan pemandangan sepanjang sungai, terutama saat mendekati dua jembatan ikonik kota Samarinda. “Kegiatan susur sungai ini seru. Jujur, ini pertama kali saya melihat keindahan kota Samarinda menggunakan kendaraan air. Pemandangan jembatan dan bangunan mewah seperti mal serta masjid yang disorot lampu kuning memanjakan mata,” ujar Edy.

Selain menikmati keindahan jembatan Mahkota, peserta juga diperkenalkan dengan berbagai destinasi wisata sepanjang sungai, menjadikan susur sungai ini sebagai pengalaman tak terlupakan bagi para peserta. Edy menambahkan, “Susur sungai ini menjadi agenda yang sangat menarik, mengenalkan kepada kita salah satu destinasi wisata utama di Samarinda.”

Dr. Ismail Ruslan, yang ikut serta dalam perjalanan, terlihat menikmati momen tersebut, bahkan sesekali menghampiri mahasiswa di lantai atas kapal untuk mengabadikan momen bersama. Tidak ingin melewatkan kesempatan, beliau bersama mahasiswa turut mengambil gambar ketika kapal mendekati Jembatan Mahkota yang menjadi salah satu landmark terkenal di Samarinda.

Muhammad Syahrun, MM Kabag Umum dan Layanan Akademik (ULA) mengatakan “Agenda ini sangat bagus, kami bukan hanya diperlihatkan tentang keindahann sungainya, tapi juga khazanah dan pengatahuan lokal yang sangat menarik. Tak lupa juga destinasi atau sisi lain Samarinda kami temui disini dari jembatan terpanjang, teras samarinda, mall dan masjid sangat indah terlihat dari tepian sungai”,ujarnya.

Perjalanan susur sungai ini menambah kesan dari rangkaian acara BUAF ke-8, yang tidak hanya memberikan pengalaman akademik tetapi juga memperkenalkan keindahan alam dan budaya lokal kepada para peserta.

Penulis : Farli
Editor : Bambang




BUAF ke-8 Resmi Dibuka, IAIN Pontianak Hadirkan 36 Mahasiswa di Forum Akademik Internasional

Samarinda (iainptk.ac.id) – Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-8 secara resmi dibuka di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda pada hari Selasa, 17 September 2024.

Acara yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., Kepala Bagian Umum dan Layanan Akademik (ULA) Muhammad Syahrun, MM., serta 36 mahasiswa IAIN Pontianak dari berbagai program studi. Turut hadir juga Prof. Dr. Zaenudin, MA., Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak, yang merupakan salah satu pendiri BUAF.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia BUAF, Dr. Umar Fauzan, M.Pd, menyampaikan bahwa BUAF kali ini tidak hanya diikuti oleh empat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dari wilayah Borneo, tetapi juga melibatkan perguruan tinggi dari luar Kalimantan hingga mancanegara. “Sebanyak 300 peserta dari 22 perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri, ikut serta dalam BUAF ke-8 ini,” ujarnya.

Beberapa perguruan tinggi yang berpartisipasi antara lain menghadirkan keynote speakers, invited speakers, dan panelis dari berbagai negara seperti Malaysia, Inggris, Jerman, Belanda, Polandia, Turki, hingga Maroko. Salah satu keynote speaker dari Belanda, Frans, turut membagikan ilmu penting tentang ekologi dan keberlanjutan lingkungan dalam forum ini.

Dr. Ismail Ruslan, M.Si mengatakan bahwa kegiatan BUAF kali ini menjadi ajang bagi mahasiswa IAIN Pontianak tidak hanya sekadar menambah pengalaman, namun sebagai peningkatan kualitas akademik.

“ Sebanyak 36 mahasiswa IAIN Pontianak yang kita hadirkan pada hari ini pengalaman mereka dalam meningkatkan kualitas akademik. Seperti yang kita lihat tadi pada saat pembukaan bahwa BUAF ini mendapat sambutan yang luar biasa dari mancanegara. Mereka tertarik untuk bergabung di BUAF ini. Artinya, Forum bergengsi ini menjadi wadah mahasiswa untuk menyampaikan ide dan gagasan sekaligus ajang untuk bertukar pikiran”,ungkapnya.

Muhammad Akbar, mahasiswa dari IAIN Pontianak yang menjadi salah satu peserta, menyampaikan kekagumannya atas skala internasional BUAF kali ini.

“Saya sangat merasakan suatu hal yang tak biasa. BUAF 8 ini diikuti oleh 22 perguruan tinggi dan Keynote Speaker yang luar biasa dari Prof. Frans Wijsen dari Radboud
University, Netherlands yang merupakan keynote speaker. Selain itu juga keynote speaker lainnya salah satunya dari UITM Malaysia”,katanya.

Akbar menambahkan “Ilmu baru yang saya dapatkan dari pembukaan BUAF 8 ini melalui para keynote speaker salah satunya adalah pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkan Ekologi dalam kehidupan sehari-hari demi menjaga ekosistem yang ada di Kalimantan,”tambahnya.

Artikel-artikel yang di-submit oleh para peserta akan dipublikasikan dalam jurnal PTKIN di Kalimantan serta jurnal internasional yang terafiliasi dengan kegiatan ini, menambah dimensi akademik bagi seluruh peserta.

Penulis : Farli
Editor : Bambang