Wisuda, Rektor Sarankan Sarjana IAIN Pontianak Pulang Kampung

Pontianak (iainptk.ac.id)–“Sarjana itu harus pulang kampung. Membangun dan memajukan tempat kelahiran. Dengan begitu, peran dan kontribusi yang diberikan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat”

Hal itu disampaikan oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif ketika memberikan sambutan kegiatan wisuda di kampusnya, Kamis (24/10) pagi.

Sebanyak 275 mahasiswa IAIN Pontianak diwisuda. Terdiri dari FTIK 144 orang. FUAD 47 orang. FEBI 67 orang dan Fasya 17 orang.

Di hadapan ratusan undangan yang memadati gedung Sport Center itu, Rektor Syarif memaparkan sejarah, kiprah, kebijakan dan prestasi yang telah diraih oleh sivitas akademika IAIN Pontianak.

“Kami terus berbenah dengan melengkapi berbagai sarana prasana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tenaga pengajar terus meningkat kompetensinya. Begitu pula mahasiswa IAIN Pontianak terus berprestasi ditingkat daerah, nasional dan internasional” ujarnya bangga.

“Di samping itu, kami juga terus berupaya melakukan perbaikan manajemen organisasi. Selalu melakukan inovasi. Pembayaran secara non tunai dan melakukan keterbukaan informasi publik” bebernya bersemangat.

Rektor Syarif juga meminta dukungan kepada Pemerintah Provinsi Kalbar untuk berpartisipasi membesarkan dan memajukan kampus Perguruan Tinggi Islam Negeri satu-satunya di Kalbar itu.

Penulis: Ishak
Editor: Aspari Ismail




Meriahkan Hari Jadi Kota Pontianak, Perpustakaan IAIN Pontianak Ikuti Book Bazar dan Literasi

Pontianak (iainptk.ac.id)–Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Pontianak ke-248, Perpustakaan IAIN Pontianak mengikuti Book Bazar dan literasi Kalimantan Barat yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Pontianak. Kegiatan Bazar tersebut dipusatkan di area parkiran Mega Mall Pontianak, 16 – 20 Oktober 2019.

Adanya event ini disambut baik oleh perpustakaan dan para pegiat literasi yang ada di kota Pontianak. Salah satu program perpustakaan adalah promosi perpustakaan. Kegiatan ini urgen untuk dilakukan secara kontinyu di era ledakan informasi. Masyarakat perlu diperkenalkan dengan produk/informasi yang dimiliki Perpustakaan IAIN Pontianak. Promosi merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar perpustakaan IAIN Pontianak dikenal lebih dekat oleh masyarakat dan menjadi salah satu sumber informasi yang ada di tengah masyarakat milenial kalbar.

Pada kesempatan ini diperkenalkan koleksi unik yaitu koleksi IAIN Pontianak Corner. Koleksi ini merupakan buku-buku yang ditulis oleh sivitas akdemika IAIN Pontianak (lokal konten) dan diterbitkan oleh stain/iain press.

Selain itu juga ditampilkan koleksi keagamaan terpilih yang dimiliki antara lain al Quran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa daerah seperti: Dayak Kanayan, Sasak, Batak, Bali, Banyumas, Ambon, Kaili. Buku-buku yang hadir pada stand pameran kali ini menyapa pengunjung dengan berbagai subjek keilmuan baik kajian bidang agama maupun umum.

Tati Hartati petugas perpustakaan IAIN Pontianak saat ditemui dilokasi bazar mengungkapkan pameran dibuka setiap hari selama kegiatan mulai dari pukul 10:00 pagi hingga pukul 22:00 malam tersebut, telah banyak dikunjungi oleh mahasiswa IAIN Pontianak dan masyarakat sekitar Pontianak yang berkunjung di stand. Menjelang sore sore dan malam tinggkat pengunjung semakin banyak ada sekedar membaca buku dan bersantai di lapak yang telah di sediakan kursi mini untuk membaca, yang sengaja di bawa ke lokasi bazar buku.

“Kami mengucapkan terimakasih kepada Rektor IAIN Pontianak berkenan hadir bersama keluarga di stand perpustakaan kita” ujarnya sumringah.

Ditengah padatnya pengunjung yang beraneka ragam bukan hanya dari kalangan mahasiswa tetapi semua pegiat literasi memeriahkan diskusi ringan yang dilakukan. Belum lagi karena ikut bahagia karena adanya event literasi. Seperti kita ketahui bahwa saat ini perpustakaan mejadi tempat semua hal: bercerita dan mencari ilmu.

Lebih lanjut Taty berharap kedepan perpustakaan bisa diperhatikan sehingga benar menjadi shoroom imformasi. Terutama membaca karya dosen dan mahasiswa IAIN Pontianak.

Pada pameran kali ini pengunjung juga dapat membeli langsung buku yang dipamerkan atau memesan buku yang diterbitkan stain/iain press.

Penulis: Tety dan Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Yudisium, Plh Rektor Puji Semangat Kerja Sivitas Akademika FUAD

Pontianak (iainptk.ac.id) Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak menggelar Yudisium Angkatan ke X tahap kedua yang dilaksanakan pada Selasa (22/10) di Aula Syeikh Abdurrani IAIN Pontianak.

Berbeda dengan konsep yudisium fakultas sebelumnya, Yudisium FUAD kali ini menggunakan pakaian adat Melayu untuk seluruh peserta.

Yudisium tahap kedua ini tercatat ada 47 mahasiswa yang siap diwisuda oleh Rektor.

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Dr. Ismail Ruslan dalam sambutannya menyebutkan jumlah mahasiswa yang di yudisium dari masing-masing Program Studi (Prodi). Bahwa Dalam rangkaian yudisium FUAD, kami mengucapkan selamat kepada peserta yudisium FUAD yang akan diwisuda pada hari Kamis, 24 Oktober 2019. Pada yudisium kali ini FUAD telah meluluskan sejumlah 47 mahasiswanya yang terdiri dari prodi KPI 24 orang, BKI 14 orang, IAT 2 orang, MD 5 orang, Studi Agama-Agama 2 orang.

Dekan yang akrab disapa Pak Ismail ini pun mengucapkan rasa syukurnya kepada kedua orang tua Mahasiswa karena sudah memilih FUAD sebagai tempat pendidikan yang terbaik.
“Kami ucapkan selamat kepada kedua orang tua peserta yudisium FUAD dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaannya memilih Fakultas Ushuludin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak sebagai tempat untuk mendidik putra-putri terbaiknya” ucapnya.

Plh. Rektor IAIN Pontianak Dr. Firdaus Achmad mengawali sambutannya, memuji semangat kerja seluruh sivitas akademika FUAD.

“Setiap penerimaan mahasiswa baru itu kita selalu banyak diskusi mengenai mahasiswa FUAD. Tapi saya tak pernah lihat minimnya minat untuk masuk ke Fakultas Ushuludin, Adab, dan Dakwah itu meredupkan semangat kawan-kawan yang berada di FUAD. Padahal kalau sekiranya semangat itu bersinergi dengan orang minat masuk ke FUAD tentunya sudah redup. Tapi saya lihat kawan-kawan di FUAD itu tetap semangat. Walaupun dalam prosesnya sempat digusur sana dan gusur sini. Ia berpesan bahwa semangat yang dibangun oleh FUAD patut dicontoh.

“Ada satu ilmu yang saya pelajari di FUAD, yaitu Ilmu sabar. Semangat ini yang perlu dicontoh. minim mahasiswa tapi kaya akan semangat dan kaya akan prestasi.” ungkapnya.

Penulis: Farli Afif
Editor: Aspari Ismail




Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia

Pontianak (iainptk.ac.id)–Kampus IAIN Pontianak memperingati Hari Santri Nasional, Selasa (22/10) di halaman gedung Syariah tower B. Acara di mulai pada pukul 08.15 yang dihadiri oleh para pejabat, dosen, serta ratusan mahasiswa IAIN Pontianak.

Tema hari santri pada tahun ini adalah “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. Diadakannya hari santri kali ini sebagai momentum untuk membangkitkan kembali jiwa-jiwa kesantrian, serta menanamkan rasa cinta pada tanah air agar para santri dapat menyampaiakan pesan-pesan pembaharuan.

Hari santri merupakan penghargaan pemerintah terhadap peran para santri yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Penetapan tersebut bertujuan meneladani semangat jihad yang didengungkan kepada para santri untuk senantiasa menjaga keutuhan NKRI, sesuai dengan amanat dan semangat yang digelorakan oleh para ulama.

Presiden Joko Widodo menetapkan Hari Santri Nasional berdasarkan Keppres Nomor 22 tahun 2015. Tanggal 22 Oktober dipilih karena bertepatan dengan peristiwa pembacaan resolusi jihad yang dipekikkan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Selain itu, ada aspek lain yang melatarbelakangi penetapan Hari Santri Nasional ini, yaitu pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.

Dalam sambutannya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Dr. Firdaus Achmad, M.Hum menyampaikan “Saudara-saudara sekalian 22 Oktober 2015 Presiden Jokowi menetapkan hari santri ini sebagai hari peringatan nasional. Dengan argumentasi logisnya untuk mengingatkan kita kembali bahwa pesantren dengan para kiyai dan santrinya itu juga punya jasa dalam mempertahankan kemerdekaan Rebuplik Indonesia. Oleh karena setiap peringatan hari santri harus ada core yang harus ada nilai yang bisa kita timbang, kita gali dan kita aplikasikan” ujarnya.

“Kalau kita mempelajari kata santri itu sendri yang terambil dari kata sastri (orang yang melek baca tulis), artinya kawan-kawan dosen, mahasiswa yang betul-betul murni lahir dari rahim pesantren sebagai seorang santri harus menjadi pelopor anti kedunguan di kampus ini” tambahnya.

Sejarah telah mencatat bahwa para santri telah mewakafkan hidupnya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kini para santri diharapkan dapat meneladani semangat jihad cinta tanah air. Rela berkorban untuk bangsa dan negara dengan berjuang membela tanah air adalah wajib.

Penulis : Tiwi Alhayati
Editor: Aspari Ismail




Hari Santri Nasional, Plh Rektor Ajak Jiwai Semangat Santri

Pontianak (iainptk.ac.id)—“Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri untuk mengingatkan kita kembali bahwa pesantren dengan para kyai dan para santri punya jasa serta peran yang signifikan dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia melalui Resolusi Jihad Fi Sabilillah tahun 1945. Oleh karenanya setiap pelaksanaan Hari Santri harus ada nilai-nilai yang kita gali dan aplikasikan. Misalnya apabila kita mempelajari kata santri itu sendiri, yang diambil dari sastri yang artinya melek baca tulis. Dosen dan mahasiswa yang lahir dari rahim pesantren harus menjadi pelopor dan penguat di kampus ini. Jadilah warga kampus yang taat aturan. Santri itu patuh”.

Hal itu ditegaskan Plh. Rektor IAIN Pontianak, Dr Firdaus Achmad ketika memberikan arahan kepada ratusan pimpinan, pegawai dan mahasiswa IAIN Pontianak yang menghadiri upacara Hari Santri Nasional, Selasa (22/10/2019) pagi. Tampak mereka mengenakan pakaian ala santri. Laki-laki memakai sarung, baju koko dan berpeci. Upacara tersebut berlangsung khidmat.

’’Mari kita menjadi agen pesantren. Sesuai namanya pesan dan tren: pesan yang kekinian, yang menebarkan kesejukan serta kedamaian di lingkungannya. Kalau ada ada dosen yang alumni santri pesantren malah justru menebar hoaks maka dia bukan menyebarkan pesan pesantren. Sesuai tema kali ini, ‘Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia’. Kita harus punya kontribusi untuk perdamaian. Hari santri kali ini sebagai momentum membangkitkan kembali jiwa kesantrian yang sekian banyak warga kampus ini berasal dari alumni pesantren. Alumni pesantren ada di IAIN Pontianak, maka kita berharap berkahnya ada di kampus ini. Semoga hidayah dan inayah Allah senantiasa ada di IAIN Pontianak.” imbuh Plh. Rektor.

Sejatinya Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif yang bertindak sebagai pembina upacara. Namun rektor berhalangan hadir karena kondisi delay penerbangan Kabupaten Ketapang-Pontianak. Senin (21/10) malam rektor memberikan tausiyah pada kegiatan Istiqhosah Kubro, Shalawat Nariyah dan Pengajian Akbar pada rangkaian peringatan Hari Santri Nasional ke-V Tahun 2019 di Kabupaten Ketapang.

Plh. Rektor juga mengucapkan Selamat Milad kepada Wakil Rektor Bidang Administrasi, Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr. Saifuddin Herlambang yang bertepatan ulang tahun di Hari Santri Nasional. ”Sebenarnya saya tidak layak mewakili rektor mewakili apel hari santri. Karena saya bukanlah tamatan dari pesantren. Dahulunya saya ingin masuk pesantren. Tetapi orangtua saya tidak mengizinkan jadi cukup masuk sekolah tsanawiyah, Aliyah kemudian kuliah di IAIN.” ceritanya.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Yudisium Fakultas Syariah, Rektor Ingatkan Sarjana IAIN Pontianak Harus Peduli Masyarakat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Syariah pada prodi Hukum Keluarga serta Hukum Ekonomi Syariah meyudisium 17 mahasiswa. Acara itu diselenggarakan di Aula Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Senin, (21/10/2019) pagi.

Dalam kesempatan itu Dekan Fakultas Syariah Dr. Muhammad Hasan, M. Ag menyampaikan laporan terkait peserta yudisium.

“Kami ucapkan terimakasih dan rasa bangga kepada para orangtua, karena telah mengamanahkan anaknya kuliah ke Fakultas Syariah IAIN Pontianak. Sarjana Fakultas Hukum berbeda dengan sarjana hukum dari fakultas yang bukan dari Fakultas Syariah. Fakultas Syariah mengkombinasikan aspek syariah, tidak hanya hukumnya. Tetapi aspeknya syariah dengan harapan bisa berintegrasi” ujarnya.

“Bisa diwarnai oleh nilai yang berlandasakan syariah, sehingga hukum yang ada tidak terlepas dari koridor beragama, sehingga sebagai warga Indonesia akan menjadi taat kepada ajaran agama. Fakultas Syariah bercita mengintegrasikan antara hukum, syariah dan keborneoan hukum yang hidup dalam kehidupan sehari-hari” lanjut Dekan Fasya.

“Tahap dua ini kami meyudisium berjumlah 17 orang, yang terdiri dari angkatan 2015 dan ada juga angkatan dari tahun sebelumnya. Kita tidak melihat kenapa hal ini bisa sedikit inputnya juga sedikit. Saat itu yang masuk hanya 70-an telah diyudisium pada semester lalu sekitar 23 orang, artinya hingga sampai saat ini sudah hingga 60% . Dilihat dari animo yang memilih untuk kuliah di Fakultas Syariah yang sudah terigister orang, yang memilih fakultas Syariah berjumlah 191 orang. Perkembangan kurang lebih dari 3 tahun, peningkatan mahasiswa lebih dari 170%. Pertumbuhan dua prodi ini sudah luar biasa, mengingat pemerintah menargetkan pertumbuhan prodi itu 10% setiap tahunnya. Kita selama tiga tahun terakhir, pertumbuhannya lebih dari 170% persen” terangnya.

“Mahasiswa yang lulus kali ini predikat terbaik dengan IPK Cum Laude 3,51 ini juga bukan nilai mahasiswa tertinggi, karena predikat Cumlaude sangat variatif, salah satunya harus tepat waktu. Tidak pernah memperbaiki nilai. Nilai tertinggi Fakultas Syariah 3,71. Tetapi juga tidak bisa menjadi terbaik mengingat waktunya yang sudah melampaui waktu, diingat dari masa study dan sudah dilakukan yaitu tiga tahun sepuluh bulan. Mengingat target pemerintah maksimal masa study empat tahun enam bulan” lanjutnya.

Selain itu juga Dekan Fasya Muhammad Hasan berharap kepada peserta yudisium pengetahuan yang disampaikan oleh para dosen diterapkan, oleh karena itu, peserta yudicium baik yang akan tampil sebagai hakim, panitera, sebagai loyers dan ini merupakan profil dari keahlian. Mumpuni di bidang keilmuan dan meraih sukses.

Rektor IAIN yang hadir dan menerima peserta yudisium untuk diwisuda pada tanggal 24 Oktober 2019 mendatang menyampaikan, “Boleh jadi yudisium kali ini menjadi yudisium terakhir. Akan dibahas dalam rapat khusus dan akan diikuti dengan regulasi. Saya ucapkan selamat kepada para peserta yudisium. Karena telah menjadi mujahid. Menjadi sarjana itu sulit.” katanya.

“Sarjana itu merupakan strata kualifikasi anak bangsa yang sangat maju. Gelar sarjana yang diraih, harus dibuktikan dalam partisipasinya nyata pada kehidupan masyarakat. Tentu saja gelar sarjana itu menjadi kebanggaan orangtua. Tutupi satu kekurangan dengan satu kelebihan. Kuasai keilmuan. Sarjana IAIN harus memiliki kepedulian dan partisipasi dalam masyarakat” pesan rektor.

Rektor mengakhiri sambutan “Kami mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf kepada para orangtua yang telah mempercayakan anak Bapak/ibu untuk menuntuk ilmu di IAIN Pontianak” pungkasnya.

Yudisium Fasya terlihat hadir Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, Wakil Rektor Bidang Administrasi, Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr. Saifuddin Herlambang. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dr. Ali Hasmy. Ketua Senat Dr. Nani Tursina, Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Syahrul Yadi, M.Si.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Pascasarjana IAIN Pontianak Gelar Workshop Perangkat Akademik

Pontianak (iainptk.ac.id)–Pascasarjana IAIN Pontianak melaksanakan Workshop Perangkat Akademik, Senin (21/10) di Gedung Rektorat lt.2 IAIN Pontianak. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 21 sampai 23 Oktober 2019. Workshop ini diikuti oleh 30 peserta meliputi dosen Pascasarjana dan pejabat di lingkungan IAIN Pontianak.

Secara resmi kegiatan ini dibuka oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Syarif, MA. Dalam sambutannya Rektor IAIN Pontianak memberikan arahan terkait kegiatan workshop perangkat akademik ini. “Penelitian dan riset mahasiwa S1 dan Pascasarjana harus menghasilkan buku. Untuk angkatan ini saya dengan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga sudah sepakat baik di pasca maupun di S1 bahwa riset anak-anak itu harus sudah menghasilkan buku” ungkapnya.

Rektor juga mengatakan untuk workshop ini agar fokus kepedoman tesis atau penulisan tesis saja. Menurut ketua panitia Workshop Perangkat Akademik Pascasarjana IAIN Pontianak, Dr. Sukino M.Ag. “Kegiatan ini utamanya akan membahas naskah akademik penyusunan tesis mahasiswa Pascasarjana. Selain itu pembahasan tentang perangkat akademik yang akan dilakukan oleh tim tersendiri.

Dr. Sukino M.Ag juga berharap “Mahasiswa Pascasarjana harus memiliki paradigma penelitian yang kritis berdasarkan teori-teori klasik maupun teori-teori modern yang bisa kita kembangkan. Tentunya melalui pedoman naskah akademik itulah kita bisa menghantarkan mahasiswa untuk memiliki sikap memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan yang diimplementasikan dalam sebuah penelitian. Naskah ini diharapkan dapat menjembatani mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak meneliti dengan bidang keilmuan Pendidikan dan bidang keilmuan Ekonomi Syariah.” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pascasarjana Dr. Misdah, M.Pd menyatakan bahwa apa yang akan disusun oleh tim pascasarjana dan narasumber ini bisa dijadikan suplemen untuk institut. Pedoman penulisan karya ilmiah yang ada di institut ini juga nantinya akan dijadikan satu buku, yang akan dipergunakan untuk S1 dan S2.

Dr. Misdah juga mengharapkan kepada narasumber dan kepada seluruh anggota untuk memberikan sumbangsih pemikiran tentang harapan-harapan untuk mewujudkan visi misi institut khususnya juga di Pascasarjana IAIN Pontianak. “Harapan-harapan kami kedepannya karya-karya dosen dan mahasiswa betul-betul menggambarkan visi misi IAIN Pontianak. Oleh karena itu sangat dibantu dengan pedoman penulisan tesis ini, betul-betul mengakomodir visi misi itu.” harapnya.

Penulis : Zhazha Vergi Regina
Editor: Aspari Ismail




Ditaburi Beras Kuning, Yudisium FEBI Meriah

Pontianak (iainptk.ac.id)–Selalu ada yang unik dari kegiatan Yudisium IAIN Pontianak. Yudisium FTIK dengan khas memakai pakaian adat. Sedangkan Yudisium FEBI disambut dengan tarian daerah dan penaburan beras kuning. Itulah keunikan yang perlu dirawat sebagai moment pengejawantahan dari Visi IAIN Pontianak Ulung dan terbuka dalam kajian keilmuan, keislaman dan kebudayaan Borneo.

Kegiatan Yudisium tersebut diselenggarakan di Aula Syeikh Abdul Rani IAIN Pontianak yang dihadiri oleh 67 Calon wisudawan beserta para orangtua.

Dr. H. Fachrurazi sebagai Dekan FEBI turut bangga dengan para peserta yudisium. Dirinya bersyukur pada tahun ini mahasiswanya tidak ada nilai IPK nya dibawah 3.00. “Saya bangga dengan anak-anak yang hari ini yang akan kami serahkan kepada bapak rektor untuk beberapa hari yang akan datang. Saya yang bertanggung jawab mengenai akademik, kemahasiswaan, dan kerjasama di Fakutas Ekonomi dan Bisnis Islam bersama 50 orang staf yang berada di FEBI menghaturkan mohon maaf lahir dan batin. Hari ini adalah dimana mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dalam hal ini prodi perbankan Syariah dan prodi ekonomi syariah kembali meyudisium 67 mahasiswa dimana 35 orang diantaranya berasal dari prodi Ekonomi Syariah. Kemudian 32 orangnya adalah berasal dari Perbankan Syariah. Saya mendapat laporan dari Wakil Dekan I, Alhamdulillah 2019 ini tidak ada satupun yang kita yudisium kali ini yang IPK nya dibawah 3. Namun, belum juga ada yang sempurna. IPK tertinggi dari FEBI itu 3.84” ucapnya.

Ditengah sambutan dan laporannya, seketika suasana di Aula Syeikh Abdul Rani berubah menjadi haru dan sempat terjadi isak tangis yang juga turut mewarnai jalannya agenda yudisium tersebut.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif menerima peserta yudisium tersebut untuk diwisuda pada Kamis, (24/10) ini. Rektor berpesan kepada 67 peserta yudisium bahwa untuk menjadi pelaku ekonomi itu bukan hanya berbicara mengenai basisnya saja. “Jadilah pelaku ekonomi Islam yang tidak hanya berbicara soal basis-basis ekonomi. Karena itu integritas yang hari ini sangat minim dibicarakan orang. Ingat nak, kalian masuk kedalam frame misi IAIN, dibentuk menjadi sarjana atau akademisi yang berakhlak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan.” ujarnya.

Sebelum mengakhiri sambutan, ia pun mengucapkan selamat kepada para peserta yudisium. “Selamat, kalian sudah berada dipuncak pendidikan. Tidak memandang cepat atau lambatnya. Terpenting kalian sudah berhasil mengalahkan diri sendiri dan hari ini kalian menjadi kebanggaan orang tuamu dan kebanggaan kami. Jadi alumni yang lurus, yang berpartisipasi, dan menjadi duta di kampus kita secara baik”.

Penulis: Farli Afif
Editor: Aspari Ismail




Yudisium FEBI, Rektor IAIN Pontianak Harap Sarjana Tampil Beda dan Miliki Integritas Membangun Ekonomi Ummat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak menggelar prosesi yudisium. Kali ini yudisium terdiri dari prodi Ekonomi Islam dan prodi Perbankan Syariah. Acara tersebut bertempat di aula Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Ahad (20/10/2019) pagi. Peserta Yudisium terdiri dari prodi Perbankan Syariah dan Ekonomi Islam yang jumlah keseluruhan 67 mahasiswa.

Dalam sambutannya selaku Dekan FEBI Dr. Fachrurrazi, MM menyampaikan bahwa “Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di tahun 2019 akan menyerahkan peserta 67 yudisium kepada rektor. Terdiri dari prodi perbankan syariah 35 orang dan prodi ekonomi Islam sejumlah 32 mahasiswa. Patut juga disyukuri menurut laporan dari wadek 1 FEBI tidak ada satupun yang IPK di bawah 3. Namun belum ada yang mampu cumlaude sudah sehat cuman belum sempurna tentunya ini bukan karena murah hatinya dosen FEBI, namun karena perjuangan yang luar biasa dari para mahasiswa” ujarnya.

“Kemudian diantara calon yudisium ada yang menyampaikan tidak betah di kampus IAIN Pontianak sehingga mendapatkan gelar tercepat. Karena semangatnya ingin kuliah lagi. Dan ingin menjadi pemimpin seperti rektor, yaitu tiga tahun enam bulan dua puluh empat hari, yaitu saudari Nilawati yang berasal dari Sungai Ambawang. Pada saat yudisium didampingi oleh suami tercinta. Perjuangan yang luar biasa. Menikah dan akhirnya juga lulus tepat waktu” terang Dekan FEBI bersemangat.

Dekan FEBI menyampaikan keyakinannya bahwa lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam melahirkan mahasiswa yang memiliki mission. Mudah-mudahan mereka memiliki pribadi profesional, bisa diterima oleh seluruh stakeholder. Memohon maaf lahir dan bathin. Mungkin pernah menyakiti perasaaan kalian. Menjadikan kami hiasan dalam berdoa. Hiasan dalam setiap semangat” katanya.

“Bagi para peserta yudisium ada yang belum kerja. Yang niat utama bukan hebatnya karena sudah berkerja bagaimana kalian tulus bisa menunjukan attitute sebagai alumni FEBI dan alumni IAIN Pontianak. Untuk tetap melakukan hubungan baik sehingga bisa menemukan tempat bagi yang belum memiliki usaha bagi yang mau membuka usaha. Fakultas ekonomi dan bisnis Islam kedepan membangun FEBI untuk melakukan urun rembuk” tutupnya.

Dalam kesempatan itu Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif, S. Ag, MA menyampaikan kepada peserta yudisium, “Harus diemban, aktualisasikan distingsi apa, mengingat gelar kalian hari ini juga SE. Sarjana ekonomi, distingsi apa dengan sarjana ekonomi di luar IAIN. Kalau hanya ingin menghidupkan suhu kapitalisme atau hanya mengumpulkan uang tidak perlu kuliah di IAIN.

Mengingat dan bisa membaca persoalan ekonomi klasik dan modern belum tentu materalistik, persoalan dari mana mencari barang untuk diolah kemudian mengolah barang tersebut diolah digunakan untuk siapa. Bagaimana memasarkan, memenej barang, dan menjadi item kapitalistik. Dalam arti pemasukan, sehingga mendapat untung” ulasnya.

Lebih lanjut rektor menjelaskan, “Sarjana harus memiliki harapan yang tinggi, mulai dari skripsi karena mesti menggali persoalan ekonomi ummat. Sehingga lulusan ini tidak menjadi latah mengarah basis terminology ekonomi. Sarjana ekonomi IAIN Pontianak diharapkan bisa menjadi pemikir, menjadi penegak ekonomi rakyat. Himpun dana dari masyarakat melalui BMT, koperasi syariah. Menjadi pengurus masjid, dan bila menjadi pengurus masjid jangan kumpul hasil sumbangan tersebut ke bank. Modali pedagang yang tak mampu.

Kalian harus kritis memiliki distingsi sebagai sarjana pemula, menjadi penguat dalam urusan ekonomi. Menjadi pion. Kalian harus bisa membina hati ummat, jangan menjadi pelaku yang hanya mengeruk keuntungan dari ummat, memiliki integritas dalam hubungan ekonomi” ungkapnya.

Mulailah dengan cara mendistingsi pribadimu dari distingsi dari pribadi lain, menjadi pelaku ekonomi islam yang tidak berbicara dari gelar, basis ekonomi memiliki integritas yang hari ini. Minim dibicarakan orang, karena kalian masuk pada frame IAIN menjadi akademisi yang yang beraklak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan” ujarnya.

“Peserta yudisium setelah diwisuda harus memiliki distingsi dengan sarjana pada umumnya. Jangan terjebak pada hegemony, terminology, arabisasi, letak itu bukan pada arabisasi tetapi pada nilai. Lebih baik oranglain percaya kepada kita, daripada kita percaya kepada orang lain. Tetapi harus ditunjukkan basis pada integritas jangan untuk menipu orang lain.” lanjutnya.

Dr. Syarif mengungkap sebagai rektor pada dasarnya kami bukan betul mau mengembalikan kepada oranvtua kalian, kami ingin mengurus kalian untuk menjadi duta IAIN, ceritakan kebaikan. prestasi Kelebihan kampus ini, melalui tampilnya para peserta yudisium dimasyarakat dengan prilaku baik,

Dan Kemudian meyakini person alumni fakultas ekonomi dan bisnis Islam menjadi pion masyarakat. Dalam menjadi pelaku ekonomi, jangan minder, malu, jangan menunggu menjadi pegawai negeri. Kiranya bisa membanggakan para guru, orangtua, sehingga jangan pelit untuk mendokan para pejabat kampus agar terhindar dari balak. Menjadi solusi bagi diri dan bangsa. Selamat telah menjadi mujadid dalam pendidikan mengalahkan diri sendiri menjadi kebanggaan orangtua dan kami para pimpinan dan dosen, tutupnya,

Yudisium FEBI juga turut dihadiri oleh pejabat di lingkungan IAIN Pontianak diantaranya, Wakil rektor bidang akademik dan pengembangan lembaga Dr. Firdaus Achmad, Kepala Biro AUAK Drs. Syahrul Yadi, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dr. Ali Hasmy, Direktur Pasca sarjana Dr. Misdah. Wakil Dekan FUAD Dr. Harjani Hifni, Kepala Unit LP2M Sukardi serta para dosen dan tenaga kependidikan FEBI.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Harmonisasi Budaya, Yudisium FTIK IAIN Pontianak Kenakan Pakaian Adat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak meyudisium 146 mahasiswanya. Sudah menjadi khas dari FTIK IAIN Pontianak setiap kali menggelar kegiatan Yudisium selalu mengenakan pakaian adat yang ada di Indonesia.

Tampak mereka bergembira mengenakan pakaian adat tersebut. Ada yang memakai baju khas pakaian adat suku Melayu, Madura, Dayak dan suku daerah lainnya. Acara meriah itu bertempat di aula Abdul Rani Mahmud. Sabtu, (19/10/19) pagi.

Para mahasiswa yang diyudisium itu terdiri dari berbagai prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Ali Hasmy menyampaikan lapoan bahwa ada mahasiswanya yang menyelesaikan masa studi dan mendapatkan predikat tertinggi yaitu, 3,9. “Prestasi atau capaian ini tidak mungkin bisa diraih tanpa ada kerjasama dari semua pihak stakeholder, baik external maupun internal. Terimakasih atas bimbingan dan arahan Rektor IAIN Pontianak dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga. Karena itu selaku dekan dan jajaran FTIK mengucapkan terimakasih kepada semua pihak membantu sehingga capain tersebut terwujud” katanya.

Lebih lanjut dekan FTIK mengatakan, “Kami juga menyadari dalam mendidik mahasiwa yang sampai saat ini diyudicim ada banyak masalah kekhilafan baik dari tutur kata maupun perbuatan. Merasakan pelayanan belum pada level prima. Tetapi kami memiliki indikator terus diperbaiki. Dan saat ini tidak ada lagi untuk mendapatkan SK memerlukan waktu lama dan banyak hal lain” jelasnya.

“Mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi di FTIK selama ini dibekali bisa memberikan manfaat bagi dirinya” pungkasnya.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif dalam sambutan tersebut menyampaikan, “Terkait perkembangan yudicium kedepan yang bisa jadi tidak ada lagi karena akan ada perubahan. Boleh jadi yudicium kali ini adalah yudicium terakhir. Akan ada regulasi internal yudicium langsung setelah selesai ujian” ungkap rektor.

“IAIN Pontianak telah melakukan transparansi dalam pelayanan. Diantaranya dengan cara pembayaran non tunai bagi mahasiswa dan untuk para pegawai serta dosen yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun” jelasnya rektor.

Rektor mengucapkan selamat kepada mahasiswa karena telah berhasil mengalahkan dirinya sendiri dalam hal kemalasan terkait penyelesaian studi tersebut.

“Banyak orang yang tidak selesai dengan urusan diri sendiri. Kalau mahasiswa tidak selesai dengan dirinya dialah peragu, mencuri teori orang. Mahasiswa yang telah selesai studi diharapkan menjadi duta kampus yang menebarka. Informasi-informasi positif terkait kemajuan dan prestasi yang diraih.” ujar orang nomor 1 di kampus IAIN Pontianak itu.

“Kami harapkan para sarjana apapun prodinya harus memiliki akhlak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan. Jangan pernah mengadu kepintaran di kampung. Hari ini kita mesti mengadu kebaikan hati, mengadu kemulian akhlak. Baru kalian akan dipandang orang lulusan IAIN itu meskipun tidak pandai amat tetapi akhlaknya bagus. Sehingga pada akhirnya akan dimintai pendapat. Itulah bekal yang paling utama. Kadang pengetahuan orang lain bisa menjadi modal saat kita bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan itu yang akan melahirkan kemuliaan. Yakinilah kalau kita melakukan kebaikan lalu kita mendapatkan yang tidak baik, itu ujian” ulasnya.

Kegiatan yudisium juga dihadiri oleh pejabat kampus di lingkungan IAIN Pontianak, diantaranya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, Ketua senat Dr. Nani Tursina, Dekan FEBI Dr. Fachrurrazi, Direktur Pascasarjana Dr. Misdah serta dosen FTIK.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail