KKL Di Sui Limau, Masyarakat Menjunjung Tradisi Keberagamaan

SUI LIMAU (www.iainptk.ac.id)—Langit perlahan menghitam, Surya pun mulai lelah dan sedikit merebahkan tubuhnya di ufuk barat. Kini petang telah tiba. Memaksa semua yang bernyawa mengakhiri aktivitas primernya. Tetapi tidak dengan padi-padi muda yang tetap menari gemulai tertiup angin membuat mata tak jemu memandangnya dari posko kelompok 3 KKL Integratif IAIN Pontianak Desa Sungai Limau Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah.

Pembacaan sholawat Tarhim yang menjadi ciri khas warga Nahdliyyin oleh Abdurrahman serta lantunan azan Maghrib khas Timur Tengah oleh Raden Syaifuddin, menambah kesyahduan senja kali ini. Puluhan warga Gang Nelayan berbondong-bondong menuju musholla Nurul Huda untuk sholat berjama’ah. Maghrib kali ini Fahri Albar, ketua kelompok 3 diberikan kesempatan oleh jamaah yang lain untuk menjadi imam sholat. Dengan rendah hati Fahri menerima tawaran itu. Tak disangka lantunan surah Al-fatihah khas Imam As-Sudais oleh Fahri Albar mampu melahirkan suasana sholat ala Masjidil Haram menjadi pengobat rindu jema’ah yang mendambakan beribadah ke tanah suci.

Sholat Maghrib pun berlalu. Seraya menunggu Isya, saatnya kami mengisi waktu luang dengan Muthola’ah Kitab al-Fiyah Ibnu Malik dengan tujuan mampu menambah kemampuan kami dalam membaca literatur Bahasa Arab.

Namun tak disangka, kami mendapat tawaran untuk ikut serta dalam acara Khotmil Qur’an di rumah warga. Mutholaah kami hentikan dan kamipun bergegas menuju rumah sang Sohibul bait.

Warga Sungai Limau Kecamatan Sungai Kunyit sungguh sangat menjunjung tinggi tradisi keberagaman ala warga Nahdliyyin yang akhir-akhir ini menjadi lahan kritik oleh para pemeluk Islam konservatif. Mengapa tidak, mereka yang belajar agama di Timur Tengah tidak pernah menyaksikan ritual tahlil dan Khotmil Qur’an berjama’ah beserta tawassul kepada para ulama membuat mereka berkeyakinan bahwa ritual ini adalah kesesatan dan tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad Saw.

Namun Sayyed Husen Nasr mengatakan Islam adalah suatu sistem nilai yang dapat diinternalisir sehingga menghasilkan ekspresi yang beragam sesuai dengan kultur budaya pemeluknya. Nilai yang termuat dalam ajaran Islam di internalisasikan sehingga menjadi falsafah hidup setiap pemeluknya sehingga Islam membebaskan bentuk ekspresi budaya penganutnya dengan syarat tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang cukup universal. Tak heran setiap daerah memiliki ekspresi keberagamaan yang berbeda sehingga membentuk keragaman kultur Islam yang cukup menarik minat pemerhati studi Islam timur oleh bangsa Eropa (orientalis).

Khotmil Qur’an pun selesai kami laksanakan dan tak disangka kami diberikan kesempatan mengisi tausiyah di kegiatan muslimat warga Gang Nelayan diesok hari. Awalnya kami merasa segan. Namun, kami harus menerima tawaran itu, karena bagaimanapun kami sebagai mahasiswa dituntut mampu menerima segala tantangan. Akhirnya Zainur Rifki ditunjuk sebagai da’i karena hanya dia satu-satunya dari 12 anggota kelompok dengan konsen kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami bergegas pulang ke posko untuk beristirahat agar esok mampu beraktifitas kembali dengan nyaman.

Tidur panjang yang kami tempuh telah berakhir, burung-burung berkicau ria menyambut kedatangan sang fajar. Sorak-menyorak ayam jago semakin menunjukkan latar pedesaan. Kami mengawali hari kami dengan sholat Subuh di musholla Nurul Huda dan dilanjutkan dengan senam pagi di depan posko bersama adik-adik kami yang berkenan bergabung dengan kami.

Kini tiba saatnya bagi Zainur Rifki menjalankan kewajibannya sebagai da’i. Waktu menunjukkan pukul 15.00, kami bersama-sama mendampingi Zainur Rifki menuju Shohibul hajah muslimatan. Acarapun dimulai, Kholil diperkenankan membaca tawassul diikuti dengan pembacaan Surah Yasin. Lantunan ayat suci Al-Quran ala ibu-ibu nusantara cukup membuat kami bangga akan keanekaragaman budaya bangsa ini. Abdul Aziz menutup pembacaan surah Yasin dengan pembacaan doa tahlil yang dikhususkan kepada keluarga Sohibul Hajah yang telah wafat.

Kini tiba acara inti yakni tausiyah oleh Zainur Rifki, ia menyampaikan bahwa Allah menghendaki kita untuk berbeda-beda agar kita saling mengerti satu dengan yang lain. Yang membedakan kita yang berbeda disisi Allah bukanlah warna kulit kita melainkan kualitas ketakwaan. Zainur Rifki juga menyerukan agar jamaah tidak ikut-ikutan membenci kelompok lain yang bukan bagian dari mereka.

Penulis: Zainul Rifki dan Raden Syaifuddin
Editor: Aspari Ismail




Sambangi Sekolah Dasar di Natuna, Mahasiswa KKL IAIN Pontianak Disambut Hangat

NATUNA (www.iainptk.ac.id)–Senin (29/7/2019), mahasiswa KKL IAIN Pontianak mendatangi SD Negeri 005 Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna.

Setibanya di lokasi, kedatangan mahasiswa ini disambut hangat oleh siswa dan jajaran guru. Siswa-siswa pun dikumpulkan di lapangan untuk mendapat pengarahan dari guru.

“Hari ini kita tidak upacara bendera. Nanti kakak-kakak mahasiswa KKL akan menyampaikan arahan kepada kalian” ujar ibu Wirnawati dihadapan para siswa.

“Dengarkan saja apa yang ingin disampaikan oleh kakak-kakak KKL” lanjut guru kelas satu tersebut.

Rendi Wandera selaku ketua kelompok maju ke depan untuk memberikan motivasi dan arahan.

Pergi mengaji dengan pak ustad
Ustadnya bernama pak Yahya
Jawab salamnya kok lemah amat
Pada belum makan ya?

Pantun yang disampaikan Rendi Wandera tadi membuka acara pengarahan kepada siswa. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan wajib Nasional Berkibarlah Bendera.

Dalam kesempatannya, Rendi menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan dan kedisiplinan. Ia juga menyinggung perihal etika terhadap guru.

“Kalau bertemu dengan guru, maka kita harus menyapa dan mengucapkan salam.” tukas pria asal Serasan ini.

Selesai menyampaikan arahan dan motivasi, para siswa diminta untuk masuk ke kelas masing-masing guna melaksanakan proses belajar-mengajar.

Para mahasiswa pun mulai melakukan pengabdian dengan mengajar siswa-siswa tadi. Mereka pun masuk ke kelas-kelas untuk mengajar pelajaran hari ini.

Penulis: Ega Wahyu P
Editor: Aspari Ismail




Besok 1.096 Calon Mahasiswa Ikuti Ujian SPMB IAIN Pontianak, Pengawas Dibriefing

PONTIANAK (iainptk.ac.id)– Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum memberikan pembekalan kepada pengawas Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) jalur Mandiri 2019. Puluhan pengawas mendengarkan seksama arahan dari panitia dan wakil rektor, Senin (29/7/2019) pagi.

Kepala Subbag Administrasi Akademik, Syarif Akhmad Fauzi, ST memaparkan “Ujian akan berlangsung dari tanggal 30 hingga 31 Juli 2019 di Gedung Tower A (Gedung Prof. Saifuddin Zuhri) dari ruang 1 sampai dengan 27 dan Gedung FUAD dari ruang 28 sampai dengan 37. Panitia SPMB Mandiri telah mempersiapkan 37 ruangan, untuk calon mahasiswa yang berjumlah 1.096 orang. setiap ruangan akan diawasi oleh dua pengawas yang sudah berpengalaman mengawasi calon mahasiswa sebelumnya” terangnya.

“Calon mahasiswa juga harus mengetahui pada Hari Selasa, 30 Juli 2019 mahasiswa akan mendapati dua kali tes. Tes pertama tentang Pengetahuan Umum dan Agama. Tes yang kedua calon mahasiswa akan di uji potensi akademiknya. Pada tanggal 31 Juli 2019, mahasiswa akan di tes kebahasaannya. Mahasiswa harus mengikuti ketiga tes tersebut. Satu saja calon mahasiswa tidak mengikuti akan didiskualifikasi” tambahnya.

Dr. Firdaus Achmad, M.Hum, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga menyampaikan “Kita sangat berharap Bapak dan Ibu ketika melaksanakan pengawasan itu dilaksanakan dengan tanggung jawab. Pengawas harus menahan diri untuk tidak memegang handpone saat mengawas. Kedua pengawas juga harus menahan diri untuk tidak ngobrol karena bisa mengganggu konsentrasi peserta. Terakhir jumlah pendaftar kita tahun ini lumayan besar, sehingga membutuhkan konsentrasi kita untuk melakukan seleksi.” tegasnya.

“Filosofi orang tua kita dulu, ala bisa karna biasa. Kita harus menjalankan tugas kita sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing. Anda sudah ditakdirkan bekerja di IAIN, jadi bekerjalah dengan maksimal. Saya juga mengucapkan terimakasih atas kepedulian, kebersamaan, kerja keras Bapak/Ibu untuk mengawas. Semoga Allah juga membalas amal Bapak/Ibu sekalian.” pungkasnya.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail




Teken MoU, Rektor IAIN Pontianak Terima Hibah Tanah 20 Hektar dari Pengasuh Pontren Modern Nurul Amin

KUBU PADI (www.iainptk.ac.id)–Kabar gembira bagi sivitas akademika IAIN Pontianak. Dalam acara Milad ke 9 Pontren Modern Nurul Amin Kubu Padi, Sabtu (27/7/2019) KH. Nasiruddin M.Si, Pengasuh Pontren tersebut menyerahkan hibah berupa tanah kepada Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Syarif MA.

Pemberian hibah tanah itu diserahkan bersamaan penandatanganan MoU kerjasama Pontren Modern Nurul Amin Kubu Padi. Maksud hibah itu bertujuan untuk mendorong IAIN Pontianak supaya cepat beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Pontianak.

Tanah hibah yang diberikan oleh Pengasuh Pontren Nurul Amin itu sebanyak 20 hektar. Tepatnya berlokasi di Desa Kubu Padi Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya.

KH. Nasiruddin M.Si mengatakan bahwa pemberian lahan hibah 20 hektar ini diberikan pada IAIN Pontianak sekitar 500 meter berdekatan dengan Pontren Modern Nurul Amin.

“Mudah-mudahan dengan adanya tanah hibah ini menjadi amal jariah kami. Kami ingin membantu Rektor IAIN Pontianak mewujudkan cita-cita masyarakat Kalbar meningkatkan status IAIN menjadi UIN. Hal itu patut didukung demi kemaslahatan pendidikan anak bangsa khususnya di Kalimantan Barat” tutur alumni STAIN Pontianak itu.

“Masih banyak tugas yang harus dikejar agar kampus II IAIN Pontianak bisa cepat dibangun. Kita berharap pada seluruh lapisan masyarakat, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk mendukung, lebih jelasnya pada infrastruktur jalan yang kini masih menjadi kendala terkait akan di bangunnya kampus karena jalan yang tidak memadai” tambahnya.

Rektor IAIN Pontianak mengatakan “Kami bersyukur kepada Allah atas kepedulian alumni IAIN Pontianak menghibahkan tanah seluas 20 hektar ini. Nantinya tanah ini akan dibangun ma’had atau pesantren mahasiswa. Kami membuat program 2 semester mahasiswa dididik di mahad. Hal itu sesuai dengan mandatori Kementerian Agama tentang Perguruan Tinggi Keagamaan Islam untuk menunjang mahasiswa agar paham akan ilmu agama, fiqih, bahasa dan lain-lain. Dengan begitu akan lahir mahasiswa yang moderat dan mengawal Islam Washatiyah” jelasnya.

Penulis: Rosul Santaka
Editor: Aspari Ismail




Rektor IAIN Pontianak Berikan Tausiah di Pondok Pesantren Modern Nurul Amin

KUBU PADI (www.iainptk.ac.id)–Rektor IAIN Pontianak didaulat memberikan tausiah pada acara milad ke 9 Pontren Modern Nurul Amin di Kubu Padi, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu (27/7/2019).

Tampak hadir dalam acara itu pejabat perwakilan dari Pemerintah Provinsi Kalbar, DPRD Provinsi Kalbar, Polda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kota Pontianak, Kasi Pendidikan Islam Kemenag Kubu Raya, Ketua NU Kubu Raya, IKBM dan ribuan jama’ah.

Rektor IAIN Pontianak menyatakan “Bersyukur tidak hanya dengan ucapan mengucapkan alhamdulillah. Bersyukur juga bukan karena kita punya harta dan juga bukan karena kita punya tubuh, sebab itu karunia. Jika hanya karena karunia itu yang disyukuri maka syukurnya itu tidak diterima oleh Allah. Karena ada sesuatu yang nilainya jauh lebih besar dari bulatan bumi sekalipun tidak diketahui dan tidak disyukuri. Apa itu? Ialah diri ini yaitu ruh yang masih diizinkan Allah untuk menyatu dengan jasad. Diri atau ruh inilah yang nilainya tiada tara. Bahkan ditukar dengan bulatan bumi sekalipun seseorang tidak mau dipisahkan ruh dengan jasadnya. Lebih lagi kepada ruh itu dianugerahkan nikmat.

Nikmat itu tidak sama dengan karunia atau fadlun. Karunia itu berupa harta dan lain-lain, itu dinamakannya kenikmatan. Jadi, yang lebih harus disyukuri lagi itu adalah anugerah pada ruh, yaitu rasa. Dengan rasa segala sesuatu terasa jadi kenikmatan. Rasa itu pula yang selalu bersuara benar. Dengan rasa itulah kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah. Itulah nikmat yang sesungguhnya. Nikmat itulah yang sebenarnya harus disyukuri” jelas Dosen Tafsir jebolan doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Di samping itu, Syarif juga menyampaikan tentang peran hati dalam menyembah Allah. Setiap memulai ibadah terutama sholat hal yang harus dihadirkan dan dihadapkan adalah hati, bukan jasad. Hati yang mestinya dihadirkan. Hadir hati dihadapan Allah itulah nyata menghadap dan menyembah Allah. Itu sebabnya dalam shalat mesti “mustaqbilal qiblati—menghadap qiblat”. Tentu bukan wajah tubuh saja yang dihadapkan ke qiblat. Jika hati ke sawah-sawah walau jasad ada nempel di dinding Ka’bah, maka itu pun sia-sia. Karena Allah tidak memandang jasad tapi memandang hati, ada apa tidak hadir di hadapan-Nya.

Selain itu juga disampaikan tentang kedudukan Muhammad sebagai wasilah di sisi Allah. Dalam menghadap Allah kita harus mengerti hakikat Muhammad. Setiap beribadah sebaiknya bertawasul terlebih dahulu kepada Rasulullah Muhammad Saw. Kemengertian akan hakikat Muhammad inilah yang akan mengantar untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat. Kemudian dengan itu baru kemudian bisa diwujudkan dengan sholat dengan khusuk” tegasnya.

Rektor juga berpesan kepada santri jangan hanya belajar membaca doa tetapi harus belajar berdoa. Sebab bukan bacaan doa itu yang didengar oleh Allah melainkan doa yang disertai dengan hati. Doa itu kinerja hati. Hati yang sampai dihadapan Allah itulah yang diterima. Berdoa itu artinya berbahasa hati kepada Allah dengan hadir di hadapan-Nya baru memohon apa saja.

Selain itu, Rektor IAIN Pontianak kelahiran Ketapang ini, juga menekankan peran strategis pesantren. Hari ini yang bisa membentengi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satunya melalui pondok pesantren. Jadi tempat pondok pesantren itu menjadi benteng untuk menanamkan pengetahuan dan penerapan akhlakul kariman untuk melahirkan perilaku yang baik. Akhlakul karimah inilah yang akan melahirkan dan memperbaiki seluruh aktivitas kehidupan manusia di dunia” pungkasnya.

Penulis: Rosul Santaka
Editor: Aspari Ismail




26 Mahasiswa KKL IAIN Pontianak Diterjunkan di Kepulauan Natuna

Kepulauan Natuna (www.iainptk.ac.id)-Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Desa Limau Manis, Kecamatan Bungaran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Secara geografis, bagian timur Kabupaten Natuna yang bermoto ‘Laut Sakti Rantau Bertuah’, berbatasan dengan Kalimantan Barat.

Jumlah peserta KKL di wilayah ini, sebanyak 26 orang. Mahasiswa yang terdiri dari beragam program studi tersebut, terbagi menjadi 2 kelompok, terdiri dari kelompok 63 dan kelompok 64. Kedua kelompok ini dibimbing oleh Drs. H. Rustam A., M.Pd.

Rombongan peserta KKL di Natuna, berangkat pada Ahad (14/7/2019) menggunakan kapal Bukit Raya dari Pontianak. Menghabiskan waktu sekira 29 jam mengarungi lautan menuju Pelabuhan Selat Lampa. Kapal Bukit Raya memang memiliki rute dua minggu sekali menuju kepulauan Natuna. Begitu menurut informasi dari petugas Pelabuhan Nasional Indonesia (PELNI) di Pontianak.

Namun, PELNI ada juga ada rute lain untuk sampai ke Selat Lampa, yaitu melewati pelabuhan Sintete di Pemangkat, menggunakan Kapal Sabuk Nusantara 48, dengan waktu tempuh selama 21 jam. Rute dari pelabuhan Sintete inilah yang digunakan oleh Dosen Pembimbing dan Panitia KKL.

Kehadiran mahasiswa IAIN Pontianak didampingi dosen pembimbing tersebut disambut secara resmi, Selasa (16/7/2019). Setibanya di lokasi KKL, mahasiswa langsung menempati posko yang sudah disediakan oleh pihak desa.

Camat Bungaran Timur Laut, Drs. H. Ahmad, MM sangat senang dengan kedatangan mahasiswa dari IAIN Pontianak. Bahkan, beliau berharap kegiatan serupa ini bisa dilaksanakan setiap tahun. “Kalau bisa, peserta disebar di tujuh desa yang ada di wilayah ini” harapnya.

Camat menyempatkan diri berkunjung ke posko peserta KKL, didampingi Kepala Desa Limau Manis, Zainal Abidin. Kedatangan Camat dan Kades diabadikan mahasiswa dengan berfoto bersama.

Drs. H. Rustam selaku dosen pembimbing menyatakan “Mahasiswa KKL IAIN Pontianak akan melakukan pengabdian pada masyarakat selama 40 hari. Bisa juga lebih dari 40 hari karena kepulangan menyesuaikan jadwal kapal” terangnya.

Penulis: Mulyadi
Editor: Aspari Ismail




Tindaklanjut MoU, Dekan FTIK IAIN Pontianak Serahkan 20 Mahasiswa KKL ke IAIN Purwokerto

PURWOKERTO (www.iainptk.ac.id)–Rabu, 17 Juli 2019 bertempat di aula Perpustakaan IAIN Purwokerto dilakukan ramah tamah dan penyerahan mahasiswa KKL Integratif IAIN Pontianak kepada pihak FTIK IAIN Purwokerto.

IAIN Pontianak diwakili oleh Dekan FTIK Dr. Ali Hasmy, M.Si, sementara IAIN Purwokerto diwakili oleh Wakil Dekan 1 FTIK Dr. Supardjo, M.Ag. Hadir pula beberapa pejabat lain seperti Wadek 1 FTIK IAIN Pontianak, seluruh unsur Dekanat FTIK dan beberapa Kaprodi di lingkungan FTIK IAIN Purwokerto serta mahasiswa peserta KKL.

KKL ini diikuti oleh 20 mahasiswa yang berasal dari Prodi PAI, PGMI, PBA dan PIAUD. Kegiatan dilakukan selama 15 hari di Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) yakni di Kelurahan Karang Klesem Purwokerto Selatang Kab. Banyumas Jawa Tengah.

Acara dimulai dengan sambutan oleh Wakil Dekan 1 FTIK IAIN Purwokerto yang menyampaikan ucapan selamat datang dan terima kasihnya kepada IAIN Pontianak karena telah bekerjasama dalam bidang pengabdian masyarakat khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa. Ini adalah bentuk konkrit pelaksanaan MoU yang telah ditandatangani antar rektor kedua perguruan tinggi.

Kedepan harus disepakati lagi program-program konkrit antara kedua institusi, dan kami berkeinginan untuk mengikuti program KKL ke Malaysia yang saat ini sedang dilaksanakan oleh IAIN Pontianak.

Sementara itu Dekan FTIK IAIN Pontianak dalam sambutannya mengucapkan apresiasi kepada pihak IAIN Porwokerto karena telah memfasilitasi mahasiswa IAIN Pontianak melakukan kegiatan KKL di Purwokerto dalam hal ini di RKWK yang dikelola langsung oleh salah satu Kaprodi di FTIK Purwokerto. Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan MoA antara FTIK IAIN Pontianak dengan FTIK IAIN Purwokerto.

Pada malam harinya bertempat di Aula belajar RKWK juga dilakukan pertemuan dan ramah tamah dengan warga Wadas Kelir yang dihadiri oleh Lurah Karang Klesem beserta perangkat kelurahan lainnya, RW, RT dan Kadus.

Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan MoA antara FTIK IAIN Pontianak dengan Rumah Kreatif Wadas Kelir. Diantara point kesepakatannya yakni: RKWK menjadi tempat pelaksanaan KKL mahasiswa, pelatihan menulis bagi mahasiswa sekaligus penerbitan buku karya sivitas akademika IAIN Pontianak.

Penanggung jawab program KKL Integratif di Purwokerto Nur Hamzah, M.Pd mengatakan tujuan dari KKL di Purwokerto ini adalah agar mahasiswa melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan menjadi relawan literasi pada PAUD Wadas Kelir, tenaga pengajar pada sekolah paket B dan C serta menjadi pembimbing pada kegiatan keagamaan di 5 surau dan masjid di daerah Wadas Kelir.

Selain itu yang utama juga adalah mahasiswa peserta KKL menimba ilmu tentang literasi pada kelas menulis RKWK yang diasuh oleh Dr. Heru Kurniawan, MA seorang penulis tetap pada banyak penerbit di Jawa. Menurut CEO RKWK ini, hasil kesepakatan dengan Wadek 1 FTIK IAIN Pontianak, target output kegiatan dikelas menulis yaitu lahirnya 10 karya referensi atau buku yang ditulis oleh mahasiswa IAIN Pontianak. Untuk sampai pada target tersebut mahasiswa akan dibekali dengan materi seperti: menulis narativ reporting, menulis buku parenting, menulis buku cerita inspiratif, menulis buku dongeng, cinematografi dan lain sebagainya. Mahasiswa harus menyelesaikan dalam tempo 15 hari paling tidak 15 naskah tulisan yang nantinya akan dikompilasi dalam sebuah buku kumpulan tulisan.

Salah seorang peserta KKL M. Iqbal mengatakan ia merasa senang, bangga sekaligus tertantang untuk mengikuti kegiatan KKL di Purwokerto ini. Ia adalah salah satu mahasiswa yang lulus, karena harus bersaing dengan kurang lebih 60 mahasiswa yang mendaftar untuk menjadi peserta.

Menurut ceritanya, materi test yang harus dia lalui meliputi test kemampuan menulis, kemampuan mendongeng, kemampuan desain grafis, kemampuan mengajar, kemampuan mengaji dan terakhir wawancara. Ia yakin dengan bimbingan Dr. Heru Kurniawan, MA dan para relawan RKWK target 10 bukan mustahil akan mampu direalisasikan bersama dengan teman mahasiswa peserta KKL lainnya.

Penulis: Nur Hamzah
Editor: Aspari Ismail




LP2M IAIN Pontianak Gelar KKL 2019, Tawarkan Beragam Inovasi

PONTIANAK (www.iainptk.ac.id)— Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Pontianak, mengadakan Pembekalan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Tahun 2019. Kegiatan ini berlangsung di Aula Syekh Abdul rani Mahmud pada Jumat (17/7) pagi sampai sore.

Hingga saat ini yang sudah mendaftar berjumlah 997 mahasiswa. Panitia memperkirakan ada 1.060 mahasiswa yang akan mengikuti KKL di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Mempawah.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.,Hum menyampaikan “Baru tahun ini saya lihat, wajah mahasiswa yang mau turun KKL itu ceria. Kalau tahun-tahun sebelumnya cerianya separuh, separuhnya lagi beban. Karena mau turun ke lokasi yang dia tidak kenal. Tahun ini inovasi dari LP2M IAIN Pontianak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk turun di kampung halamannya sendiri.” tuturnya.

“Baru tahun ini IAIN membuka kesempatan pelaksanaan KKL dengan 5 varian. Ini adalah prestasi menurut saya. Kita bisa sampai ke Malaysia, ke Purwokerto, ke Natuna dan daerah-daerah lainnya di Kalbar. Saya berpesan kepada mahasiswa untuk menjadi mahasiwa yang kreatif dan berinovasi agar masyarakat bisa hijrah dari kemiskinan. Di pundak kalian ada 4 huruf yaitu I.A.I.N. Jaga nama baik IAIN Pontianak” katanya mengingatkan.

Berbeda dari tahun sebelumnya KKL tahun 2019 memiliki banyak inovasi. Ketua LP2M IAIN Pontianak, Sukardi, M.Hum menyampaikan “Tahun ini peserta KKL diberikan kesempatan untuk mencari teman kelompoknya sendiri dan poskonya sendiri. Kami targetkan hanya 36 kelompok saja dari 70 kelompok. Ternyata hanya 35 orang saja yang mendaftarkan diri ke LP2M karena belum ada kelompok.” terangnya.

“KKL 2019 ini berbeda. Kita ada kerjasama dengan Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI. Mahasiswa KKL Kelompok 1 hingga 36 ini termasuk kedalam KKL Revolusi Mental. Untuk itu saya meminta ketika kalian nanti sampai di lokasi hari Ahad pertama silahkan kalian tentukan tanggal berapa kalian mau mengadakan Pelatihan Literasi Borneo. Panitia akan menyiapkan narasumber, konsumsi berupa kue dan makan siang.” jelasnya.

“Kita juga memiliki KKL Kebangsaan, bekerja sama dengan Kementerian Agama RI, Balitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Kita mengadakan KKL Kebangsaan di Badau. Berangkat tanggal (16/7) kemarin. Ada 10 mahasiswa, 1 orang dari Fakultas Syariah, 3 orang dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 4 orang dari Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, dan 2 orang dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. KKL Kebangsaan ini kita integrasikan langsung dengan penyusunan Skripsi. 10 orang KKL ini sudah seminar proposal dan sedang menyusun skripsi. Mereka sambil KKL, sambil juga meneliti untuk skripsinya.” bebernya.

“Kita juga ada KKL ke Purwokerto, terdapat ada dua kelompok dengan 40 orang dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Sudah berangkat Senin (15/7) lalu dan sama seperti KKL yang lainnya diberi waktu selama 40 hari” katanya.

“Kita juga memiliki KKL Internasional yang biasa disebut dengan Pengabdian pada Masyarakat (PPM) Sarawak-Malaysia. Sudah dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2019. Kegiatan KKL internasional ini melibatkan berbagai perguruan tinggi di luar IAIN Pontianak” lanjutnya.

“Terakhir kita juga ada KKL Mandiri, syaratnya mahasiswa harus memiliki kegiatan di kampung halamanya. Seperti mengajar TPA, Mengabdi di Pondok Pesantren, mengajar di MI, itu boleh dibuatkan laporan dan diajukan sebagai konvensi Kuliah Kerja Lapangan ke LP2M. Ada 11 orang yang telah kami uji dan berhasil” tutupnya.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail




70 Buku akan Lahir dari KKL IAIN Pontianak

PONTIANAK (www.iainptk.ac.id) Mahasiswa KKL IAIN Pontianak tahun 2019 menerima materi tentang sistematika laporan. Materi ini disampaikan oleh Dr. Yusriadi, MA., yang juga merupakan Sekretaris LP2M pada Sabtu, (20/7) siang di Aula Syekh Abdul Rani Mahmud.

Dr. Yusriadi, MA menjelaskan tiga hal yang harus dipenuhi untuk menulis cerita. Pertama ada cerita, misalnya cerita ikut lomba menangkap ikan tembakol. Bisa juga cerita tentang dinamika diskusi dalam kelompok. Bisa juga bercerita tentang hal menarik di lingkungan masyarakat. Syarat menulis cerita kedua ada tokoh atau aktor, karena setiap cerita mesti ada pelakunya. Seperti tokoh teman 1 kelompok, kepala desa, dukun beranak dan tokoh lainnya. Ketiga adalah perlu adanya dialog, dari mengutip tokoh yang kita dengar. Tujuannya untuk membuat cerita yang lebih variatif dan ada warnanya.

Beliau juga mengingatkan setiap kebaikan ada pahalanya dan Setiap nilai ada karyanya. Karena KKL merupakan bagian dari perkuliahan yang memiliki 4 SKS. Jadi, selain kalian berkegiatan di sana, juga sambil meneliti dan buat laporan. Tulisan yang akan dijadikan buku. Kalian mesti membuat catatan setiap hari.
Ini merupakan kenangan Anda. Anda memiliki dokumentasi selama di lapangan.

Fahmi Ikhwan menjelaskan, untuk pelaporan tahun ini berbeda dengan tahun yang lalu, tahun ini tulisan mahasiswa akan dijadikan buku. Minimal 1 mahasiswa 10 halaman. Targetnya menjadi 70 buku. Jadi setiap orang menulis 1 tulisan dan memiliki tema yang berbeda.

“Tujuan kami menjelaskan seperti ini. Supaya mahasiswa memiliki karya yang bermanfaat dan mahasiswa juga harus ingat bahwa panitia memiliki penilaian 35 %. Jadi kalau mahasiswa tidak ada laporan dipastikan tidak akan lulus” pungkasnya.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail




Pesan Rektor untuk Mahasiswa KKL

PONTIANAK (www.iainptk.ac.id)– Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA hadir dalam kegiatan pembekalan mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang digagas oleh LP2M IAIN Pontianak Jumat, (19/7) sore di Aula Syekh Abdul Rani Mahmud. Ratusan peserta yang terdiri dari 36 Kelompok KKL mendengarkan materi yang disampaikan oleh Rektor IAIN Pontianak.

Rektor memyampaikan tujuan KKL ada 3. Pertama, sebagai pengembangan tiga peran perguruan tinggi seperti pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Tujuan kedua, melakukan penguatan dan pengembangan kompetensi profesional mahasiswa berdasarkan jurusan dan prodinya masing-masing. Ketiga, menjadikan masyarakat benar-benar sebagai laboratorium hidup, tempat dimana mahasiswa dapat belajar secara nyata.

“Peran kalian adalah menjadi duta IAIN Pontianak ke masyarakat. Kegiatan KKL ini juga merupakan bukti bahwa IAIN berguna bagi masyarakat. Tampilkan yang baik di masyarakat, seperti memuliakan orang lain, memuliakan tetangga, berkata yang baik, kalau tidak lebih baik diam. Bawalah file IAIN, bercerita tentang IAIN. IAIN sudah memulai persiapan proposal pengajuan menjadi UIN.” tambah Rektor.

Rektor mengingatkan kepada mahasiswa “Tanam padi tumbuh rumput, tebar kebaikan berkah akan datang. Karena kebaikan semua orang suka, berkata lembut, sedekah, adil, jujur, semua orang suka. Itulah kebaikan yang harus diperlombakan. Lawannya adalah keburukan semua orang tidak suka seperti dusta, sombong dan congkak” nasihatnya.

“Ingat pesan Luqman kepada anaknya di surah luqman ayat 12-19. Pada ayat ke 18-19 mengingatkan kita untuk tidak memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah kita berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” urainya.

Rekor juga menjelaskan tentang visi IAIN Pontianak yang “Ulung dan terbuka dalam kajian dan riset keilmuan, keislaman, serta kebudayaan Borneo”. Serta 5 misi IAIN Pontianak:

  1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang ulung dalam kajian keilmuan, keislaman dan kebudayaan Borneo;
  2. Membentuk akademisi yang berakhlak mulia, mandiri, dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan;
  3. Mengembangkan kajian keilmuan, Keislaman, dan kebudayaan borneo dengan basis riset;
  4. Meningkatkan peran pengabdian dalam upaya menyelesaikan persoalan kemasyarakatan;
  5. Memperkuat dan memperluas jaringan kerjasama institusional dalam upaya mengembangkan dan melestarikan temuan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni keagamaan Islam Borneo.

Selain itu Rektor IAIN Pontianak menyampaikan sembilan pilar semangat kerja IAIN Pontianak:

  1. Aman dan damai itu kami saling menyapa dan menebar salam;
  2. Aman dan damai itu kami ada kebersamaan dan kekompakan;
  3. Aman dan damai itu kami bekerja sesuai aturan;
  4. Aman dan damai itu kampus kami tertib;
  5. Aman dan damai itu kampus kami bersih;
  6. Aman dan damai itu pada kami tidak ada hoaks dan fitnah;
  7. Aman dan damai itu di lingkungan kami tidak ada ujaran kebencian;
  8. Aman dan damai itu kami saling menasihati, menghormati dan menghargai;
  9. Aman dan damai itu kami saling melindungi dan menyelamatkan.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail