Ditaburi Beras Kuning, Yudisium FEBI Meriah

Pontianak (iainptk.ac.id)–Selalu ada yang unik dari kegiatan Yudisium IAIN Pontianak. Yudisium FTIK dengan khas memakai pakaian adat. Sedangkan Yudisium FEBI disambut dengan tarian daerah dan penaburan beras kuning. Itulah keunikan yang perlu dirawat sebagai moment pengejawantahan dari Visi IAIN Pontianak Ulung dan terbuka dalam kajian keilmuan, keislaman dan kebudayaan Borneo.

Kegiatan Yudisium tersebut diselenggarakan di Aula Syeikh Abdul Rani IAIN Pontianak yang dihadiri oleh 67 Calon wisudawan beserta para orangtua.

Dr. H. Fachrurazi sebagai Dekan FEBI turut bangga dengan para peserta yudisium. Dirinya bersyukur pada tahun ini mahasiswanya tidak ada nilai IPK nya dibawah 3.00. “Saya bangga dengan anak-anak yang hari ini yang akan kami serahkan kepada bapak rektor untuk beberapa hari yang akan datang. Saya yang bertanggung jawab mengenai akademik, kemahasiswaan, dan kerjasama di Fakutas Ekonomi dan Bisnis Islam bersama 50 orang staf yang berada di FEBI menghaturkan mohon maaf lahir dan batin. Hari ini adalah dimana mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dalam hal ini prodi perbankan Syariah dan prodi ekonomi syariah kembali meyudisium 67 mahasiswa dimana 35 orang diantaranya berasal dari prodi Ekonomi Syariah. Kemudian 32 orangnya adalah berasal dari Perbankan Syariah. Saya mendapat laporan dari Wakil Dekan I, Alhamdulillah 2019 ini tidak ada satupun yang kita yudisium kali ini yang IPK nya dibawah 3. Namun, belum juga ada yang sempurna. IPK tertinggi dari FEBI itu 3.84” ucapnya.

Ditengah sambutan dan laporannya, seketika suasana di Aula Syeikh Abdul Rani berubah menjadi haru dan sempat terjadi isak tangis yang juga turut mewarnai jalannya agenda yudisium tersebut.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif menerima peserta yudisium tersebut untuk diwisuda pada Kamis, (24/10) ini. Rektor berpesan kepada 67 peserta yudisium bahwa untuk menjadi pelaku ekonomi itu bukan hanya berbicara mengenai basisnya saja. “Jadilah pelaku ekonomi Islam yang tidak hanya berbicara soal basis-basis ekonomi. Karena itu integritas yang hari ini sangat minim dibicarakan orang. Ingat nak, kalian masuk kedalam frame misi IAIN, dibentuk menjadi sarjana atau akademisi yang berakhlak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan.” ujarnya.

Sebelum mengakhiri sambutan, ia pun mengucapkan selamat kepada para peserta yudisium. “Selamat, kalian sudah berada dipuncak pendidikan. Tidak memandang cepat atau lambatnya. Terpenting kalian sudah berhasil mengalahkan diri sendiri dan hari ini kalian menjadi kebanggaan orang tuamu dan kebanggaan kami. Jadi alumni yang lurus, yang berpartisipasi, dan menjadi duta di kampus kita secara baik”.

Penulis: Farli Afif
Editor: Aspari Ismail




Yudisium FEBI, Rektor IAIN Pontianak Harap Sarjana Tampil Beda dan Miliki Integritas Membangun Ekonomi Ummat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak menggelar prosesi yudisium. Kali ini yudisium terdiri dari prodi Ekonomi Islam dan prodi Perbankan Syariah. Acara tersebut bertempat di aula Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Ahad (20/10/2019) pagi. Peserta Yudisium terdiri dari prodi Perbankan Syariah dan Ekonomi Islam yang jumlah keseluruhan 67 mahasiswa.

Dalam sambutannya selaku Dekan FEBI Dr. Fachrurrazi, MM menyampaikan bahwa “Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di tahun 2019 akan menyerahkan peserta 67 yudisium kepada rektor. Terdiri dari prodi perbankan syariah 35 orang dan prodi ekonomi Islam sejumlah 32 mahasiswa. Patut juga disyukuri menurut laporan dari wadek 1 FEBI tidak ada satupun yang IPK di bawah 3. Namun belum ada yang mampu cumlaude sudah sehat cuman belum sempurna tentunya ini bukan karena murah hatinya dosen FEBI, namun karena perjuangan yang luar biasa dari para mahasiswa” ujarnya.

“Kemudian diantara calon yudisium ada yang menyampaikan tidak betah di kampus IAIN Pontianak sehingga mendapatkan gelar tercepat. Karena semangatnya ingin kuliah lagi. Dan ingin menjadi pemimpin seperti rektor, yaitu tiga tahun enam bulan dua puluh empat hari, yaitu saudari Nilawati yang berasal dari Sungai Ambawang. Pada saat yudisium didampingi oleh suami tercinta. Perjuangan yang luar biasa. Menikah dan akhirnya juga lulus tepat waktu” terang Dekan FEBI bersemangat.

Dekan FEBI menyampaikan keyakinannya bahwa lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam melahirkan mahasiswa yang memiliki mission. Mudah-mudahan mereka memiliki pribadi profesional, bisa diterima oleh seluruh stakeholder. Memohon maaf lahir dan bathin. Mungkin pernah menyakiti perasaaan kalian. Menjadikan kami hiasan dalam berdoa. Hiasan dalam setiap semangat” katanya.

“Bagi para peserta yudisium ada yang belum kerja. Yang niat utama bukan hebatnya karena sudah berkerja bagaimana kalian tulus bisa menunjukan attitute sebagai alumni FEBI dan alumni IAIN Pontianak. Untuk tetap melakukan hubungan baik sehingga bisa menemukan tempat bagi yang belum memiliki usaha bagi yang mau membuka usaha. Fakultas ekonomi dan bisnis Islam kedepan membangun FEBI untuk melakukan urun rembuk” tutupnya.

Dalam kesempatan itu Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif, S. Ag, MA menyampaikan kepada peserta yudisium, “Harus diemban, aktualisasikan distingsi apa, mengingat gelar kalian hari ini juga SE. Sarjana ekonomi, distingsi apa dengan sarjana ekonomi di luar IAIN. Kalau hanya ingin menghidupkan suhu kapitalisme atau hanya mengumpulkan uang tidak perlu kuliah di IAIN.

Mengingat dan bisa membaca persoalan ekonomi klasik dan modern belum tentu materalistik, persoalan dari mana mencari barang untuk diolah kemudian mengolah barang tersebut diolah digunakan untuk siapa. Bagaimana memasarkan, memenej barang, dan menjadi item kapitalistik. Dalam arti pemasukan, sehingga mendapat untung” ulasnya.

Lebih lanjut rektor menjelaskan, “Sarjana harus memiliki harapan yang tinggi, mulai dari skripsi karena mesti menggali persoalan ekonomi ummat. Sehingga lulusan ini tidak menjadi latah mengarah basis terminology ekonomi. Sarjana ekonomi IAIN Pontianak diharapkan bisa menjadi pemikir, menjadi penegak ekonomi rakyat. Himpun dana dari masyarakat melalui BMT, koperasi syariah. Menjadi pengurus masjid, dan bila menjadi pengurus masjid jangan kumpul hasil sumbangan tersebut ke bank. Modali pedagang yang tak mampu.

Kalian harus kritis memiliki distingsi sebagai sarjana pemula, menjadi penguat dalam urusan ekonomi. Menjadi pion. Kalian harus bisa membina hati ummat, jangan menjadi pelaku yang hanya mengeruk keuntungan dari ummat, memiliki integritas dalam hubungan ekonomi” ungkapnya.

Mulailah dengan cara mendistingsi pribadimu dari distingsi dari pribadi lain, menjadi pelaku ekonomi islam yang tidak berbicara dari gelar, basis ekonomi memiliki integritas yang hari ini. Minim dibicarakan orang, karena kalian masuk pada frame IAIN menjadi akademisi yang yang beraklak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan” ujarnya.

“Peserta yudisium setelah diwisuda harus memiliki distingsi dengan sarjana pada umumnya. Jangan terjebak pada hegemony, terminology, arabisasi, letak itu bukan pada arabisasi tetapi pada nilai. Lebih baik oranglain percaya kepada kita, daripada kita percaya kepada orang lain. Tetapi harus ditunjukkan basis pada integritas jangan untuk menipu orang lain.” lanjutnya.

Dr. Syarif mengungkap sebagai rektor pada dasarnya kami bukan betul mau mengembalikan kepada oranvtua kalian, kami ingin mengurus kalian untuk menjadi duta IAIN, ceritakan kebaikan. prestasi Kelebihan kampus ini, melalui tampilnya para peserta yudisium dimasyarakat dengan prilaku baik,

Dan Kemudian meyakini person alumni fakultas ekonomi dan bisnis Islam menjadi pion masyarakat. Dalam menjadi pelaku ekonomi, jangan minder, malu, jangan menunggu menjadi pegawai negeri. Kiranya bisa membanggakan para guru, orangtua, sehingga jangan pelit untuk mendokan para pejabat kampus agar terhindar dari balak. Menjadi solusi bagi diri dan bangsa. Selamat telah menjadi mujadid dalam pendidikan mengalahkan diri sendiri menjadi kebanggaan orangtua dan kami para pimpinan dan dosen, tutupnya,

Yudisium FEBI juga turut dihadiri oleh pejabat di lingkungan IAIN Pontianak diantaranya, Wakil rektor bidang akademik dan pengembangan lembaga Dr. Firdaus Achmad, Kepala Biro AUAK Drs. Syahrul Yadi, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dr. Ali Hasmy, Direktur Pasca sarjana Dr. Misdah. Wakil Dekan FUAD Dr. Harjani Hifni, Kepala Unit LP2M Sukardi serta para dosen dan tenaga kependidikan FEBI.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Harmonisasi Budaya, Yudisium FTIK IAIN Pontianak Kenakan Pakaian Adat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak meyudisium 146 mahasiswanya. Sudah menjadi khas dari FTIK IAIN Pontianak setiap kali menggelar kegiatan Yudisium selalu mengenakan pakaian adat yang ada di Indonesia.

Tampak mereka bergembira mengenakan pakaian adat tersebut. Ada yang memakai baju khas pakaian adat suku Melayu, Madura, Dayak dan suku daerah lainnya. Acara meriah itu bertempat di aula Abdul Rani Mahmud. Sabtu, (19/10/19) pagi.

Para mahasiswa yang diyudisium itu terdiri dari berbagai prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Ali Hasmy menyampaikan lapoan bahwa ada mahasiswanya yang menyelesaikan masa studi dan mendapatkan predikat tertinggi yaitu, 3,9. “Prestasi atau capaian ini tidak mungkin bisa diraih tanpa ada kerjasama dari semua pihak stakeholder, baik external maupun internal. Terimakasih atas bimbingan dan arahan Rektor IAIN Pontianak dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga. Karena itu selaku dekan dan jajaran FTIK mengucapkan terimakasih kepada semua pihak membantu sehingga capain tersebut terwujud” katanya.

Lebih lanjut dekan FTIK mengatakan, “Kami juga menyadari dalam mendidik mahasiwa yang sampai saat ini diyudicim ada banyak masalah kekhilafan baik dari tutur kata maupun perbuatan. Merasakan pelayanan belum pada level prima. Tetapi kami memiliki indikator terus diperbaiki. Dan saat ini tidak ada lagi untuk mendapatkan SK memerlukan waktu lama dan banyak hal lain” jelasnya.

“Mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi di FTIK selama ini dibekali bisa memberikan manfaat bagi dirinya” pungkasnya.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif dalam sambutan tersebut menyampaikan, “Terkait perkembangan yudicium kedepan yang bisa jadi tidak ada lagi karena akan ada perubahan. Boleh jadi yudicium kali ini adalah yudicium terakhir. Akan ada regulasi internal yudicium langsung setelah selesai ujian” ungkap rektor.

“IAIN Pontianak telah melakukan transparansi dalam pelayanan. Diantaranya dengan cara pembayaran non tunai bagi mahasiswa dan untuk para pegawai serta dosen yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun” jelasnya rektor.

Rektor mengucapkan selamat kepada mahasiswa karena telah berhasil mengalahkan dirinya sendiri dalam hal kemalasan terkait penyelesaian studi tersebut.

“Banyak orang yang tidak selesai dengan urusan diri sendiri. Kalau mahasiswa tidak selesai dengan dirinya dialah peragu, mencuri teori orang. Mahasiswa yang telah selesai studi diharapkan menjadi duta kampus yang menebarka. Informasi-informasi positif terkait kemajuan dan prestasi yang diraih.” ujar orang nomor 1 di kampus IAIN Pontianak itu.

“Kami harapkan para sarjana apapun prodinya harus memiliki akhlak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan. Jangan pernah mengadu kepintaran di kampung. Hari ini kita mesti mengadu kebaikan hati, mengadu kemulian akhlak. Baru kalian akan dipandang orang lulusan IAIN itu meskipun tidak pandai amat tetapi akhlaknya bagus. Sehingga pada akhirnya akan dimintai pendapat. Itulah bekal yang paling utama. Kadang pengetahuan orang lain bisa menjadi modal saat kita bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan itu yang akan melahirkan kemuliaan. Yakinilah kalau kita melakukan kebaikan lalu kita mendapatkan yang tidak baik, itu ujian” ulasnya.

Kegiatan yudisium juga dihadiri oleh pejabat kampus di lingkungan IAIN Pontianak, diantaranya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, Ketua senat Dr. Nani Tursina, Dekan FEBI Dr. Fachrurrazi, Direktur Pascasarjana Dr. Misdah serta dosen FTIK.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Yudisium FTIK Lampaui Target, Rektor: Jadilah Wisudawan yang Berakhlak Mulia dan Mandiri

Pontianak (iainptk.ac.id)– Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK ) IAIN Pontianak menggelar Yudisium yang ke XXXVIII. Acara ini berlangsung pada Sabtu(19/10) di Aula Syeikh Abdurrani Mahmud Al-Yamani IAIN Pontianak. Mahasiswa yang yudisium kali ini berjumlah 146 orang dari 4 Program Studi: PAI, PBA, PGMI, PIAUD.

Pada agenda tersebut ditampilkan pula prestasi-prestasi terbaik mahasiswa FTIK IAIN Pontianak. Seperti mahasiswa bernama Syarifah Sajila Apjan. Ia mendapatkan Predikat dengan IPK tertinggi yakni 3.90.

Dekan FTIK Dr. Ali Hasmy dalam sambutannya mengatakan bahwa yudisium kali ini melebihi jumlah produktivitas internal yang ditetapkan oleh pemerintah. “Yudisium periode kedua tahun akademik 2018/2019 semester genap berjumlah 146 orang. Dengan demikian jumlah keseluruhan dari semester ganjil kemarin totalnya melebihi 400 orang yang kita yudisium. Ini melebihi jumlah minimal produktivitas internal yang ditetapkan pemerintah. Karena pemerintah menetapkan produktivitas internal itu minimal sepuluh persen dari jumlah mahasiswa. Kisaran mahasiswa FTIK berjumlah 2000 orang. Pada kali ini kita juga meluluskan mahasiswa-mahasiswa terbaik kita ada yang menyelesaikan masa studinya 3 tahun 6 bulan 8 hari. Ada yang memiliki IPK tertinggi 3.90. prestasi-prestasi dan pencapaian ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa kerjasama dari semua pihak, stakeholder baik dari internal maupun eksternal. Terutama atas bimbingan dari bapak rektor dan wakil rektor I.” ucapnya.

Sebelum menutup sambutannya, Dr. Ali Hasmi pun mengungkapkan rasa syukurnya dengan mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah mendukung pencapaiannya. “Oleh karena itu saya selaku Dekan dan seluruh jajaran di FTIK IAIN Pontianak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, yang sedalam-dalamnya, dan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyukseskan dan membantu sehingga pencapaian tadi dapat terwujudkan” tutupnya.

Dr. Syarif sebagai Rektor IAIN Pontianak berpesan kepada seluruh peserta yudisium agar para peserta yudisium dapat menyampaikan segala prestasi, baik itu kampus maupun individu. “Sekarang kita ini sedang berbenah di segala lini di kampus ini. Jadi kalian juru bicaranya IAIN Pontianak di masyarakat. Sampaikan prestasi-prestasi yang ada dikampus ini mengiringi prestasimu dibidangmu masing-masing. Jadilah wisudawan yang berakhlak mulia dan mandiri. Jangan lagi minta ke orang tua untuk diisikan pulsa apalagi uang kuota. Sedikit dan secuil apapun pikiranmu, maka jadikanlah modal” katanya.

Penulis: Farli Afif
Editor: Aspari Ismail




Rektor IAIN Pontianak Lepas 30 Resimen Mahasiswa Ikuti Diksar

Pontianak (iainptk.ac.id)– Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif melepas dan membuka pendidikan dasar (diksar) Komandan Batalyon 01 IAIN Pontianak. Korps Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia angkatan 2019/ 2020 di halaman Gedung Tower B IAIN Pontianak.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor IAIN Pontianak memberikan kata sambutan dan melepas kegiatan yang tersebut pada Kamis (17/20) pagi.

Rektor berharap Resemin mahasiswa menjadi salah satu bentuk nyata bela negara di kampus. Oleh karena itu meminta khusus kepada resimen mahasiswa, menitipkan wibawa kampus kepada resimen mahasiswa.

“Resimen mahasiswa dalam tantangan negara hari ini kalian harus menjadi orang-orang yang mampu mendapatkan informasi tepat tentang bahaya komunisme dan radikalisme. Sama bahayanya. Komunisme yang anti agama bertentangan dengan Pancasila. Radikalisme dalam kelompok tertentu juga melawan Pancasila. Musuh negara adalah yang bercita-cita mengubah negara. Komandan diharapkan memiliki program dan program kalian resimen jangan hanya bergantung pada negara dalam hal ini kampus. Kalian bangun hubungan langsung terhadap lembaga negara seperti TNI, Kepolisian dan antar kampus. Diharapkan perekrutan jangan hanya satu gelombang. Kalian boleh mengajukan di luar bantuan yang telah di tetapkan. Resimen mahasiwa adalah simbol wibawa kampus. Tidak boleh ada mahasiswa IAIN yang memilki sikap intoleran dan merongrong Pancasila antar dan intern umat beragama dan antar etnis” pesannya.

Lebih lanjut rektor menjelaskan, “Keamanan kampus IAIN Pontianak seluas 4,6 hektar ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Jangan hanya mengandalkan satpam. Adik-adik menwa juga mesti berkontribusi untuk menjaga keamanan kampus. Tanggal 22 Oktober akan ada pelaksanaan apel Hari Santri. Saya harap menwa juga hadir. Bela negara ini tunjukan di kampus. Mahasiswa sebagai simbol intelektualitas ilmiah berfikir dan berkarya berdasarkan data yang valid” tegasnya.

Tampak hadir dalam acara pelepasan resimen mahasiswa tersebut Kodim 1207/B5, Polresta Kota Pontianak dan para pejabat IAIN Pontianak. Kegiatan diksar tersebut dilaksanakan di Sungai Tempayan, 17-20 Oktober 2019.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail




Club Riset IAIN Pontianak Tuai Prestasi Nasional

Pontianak (iainptk.ac.id)– Mahasiswa IAIN Pontianak kembali menaburkan prestasi. Empat anggota Club Riset IAIN Pontianak berhasil menorehkan prestasi akademik pada perhelatan Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) ke-IV di Samarinda, Kalimantan Timur. Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari, yaitu pada 13-15 Oktober 2019.

Peserta berasal dari PTKIN yang ada di Indonesia. Tema yang diangkat kali ini adalah “Contemporary Islamic Studies and the Challenge of Globalization in the Millennial Era”.

BUAF dilaksanakan dalam rangka menjalin ukhuwah sesama peneliti dari kalangan mahasiswa dan memberikan peluang bagi mahasiswa agar berkontribusi di satu forum untuk memaparkan hasil penelitian yang mereka dapatkan. Maka dengan adanya BUAF ini akan ada karya penelitian yang dilahirkan.

Pada kesempatan ini IAIN Pontianak mengirimkan delegasinya yang berasal dari anggota Club Riset IAIN Pontianak. IAIN Pontianak berhasil menyabet penghargaan dari kategori ‘paper terbaik’ dan peserta dengan jumlah artikel terbanyak kedua setelah UIN Antasari Banjarmasin. Anggota Club Riset IAIN Pontianak pun mengungkapkan perasaan bangganya. “Kegiatan ini merupakan kegiatan yang spesial. Kami dari Club Riset IAIN Pontianak ikut serta dalam kegiatan ini dan mendapatkan penghargaan. Diantara anggota Club Riset IAIN Pontianak yang mendapat penghargaan tersebut yaitu Syarifah Sajila Apjan, Syarifah Baidah, Wahyu Kusuma Dewi, dan Jami Ngatin Muhliso.

Dalam kegiatan ini presentase setiap paper penelitian diadakan pada setiap volume, dari volume 1-7. Hasil penelitian yang mereka buat dari jauh-jauh hari membuat mereka bisa tampil dalam kegiatan ini.

Penulis : Bibi Suprianto dan Retno Ratni
Editor : Aspari Ismail




Salut! 4 Mahasiswa IAIN Pontianak Raih Paper Terbaik di Samarinda

Perhelatan The 4th Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) di Samarinda, Kalimantan Timur pada 13-15 Oktober 2019 telah berakhir. Event akademik bergengsi bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi di wilayah Borneo itu digelar setiap tahun.

Ada hal yang membanggakan dari event BUAF tahun ini. Empat mahasiswa IAIN Pontianak raih paper terbaik.

Pertama, mahasiswa Pendidikan Agama Islam FTIK atas nama Syarifah Sajila Apjan dengan
judul artikel “Identitas Islam Hibrid Suku Melayu di Desa Mubung: Kajian Budaya Mitos Hantu Remaung dan Batu Tiga” meraih Best Paper I dengan tema filosofy, art, cultur and muslim tradition.

Kedua, mahasiswa Perbankan Syariah FEBI bernama Syarifah Baidah dengan judul artikel “Peluang Usaha Tenaga Kerja Generasi Millenial dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Era Industri 4.0” meraih Best Paper II untuk tema Islamic Economic.

Ketiga, mahasiswa Manajemen Dakwah FUAD atas nama Wahyu Kusuma Dewi menulis judul artikel “Komunikasi dan Interaksi Sosial Budaya Antar Etnis Pendatang dan Etnis Pribumi di Kota Singkawang Kalimantan Barat




17 Mahasiswa IAIN Pontianak Ikuti BUAF ke IAIN Samarinda

Pontianak (iainptk.ac.id)–Perhelatan The 4th Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) segera digelar. Kali ini giliran Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda menjadi tuan rumah dalam kegiatan yang akan dimulai dari 13-15 Oktober 2019. 160 peserta yang lolos dari IAIN se Indonesia siap menampilkan karya tulis ilmiahnya dalam forum tersebut.

Dari Jumlah tersebut, 17 diantaranya merupakan Mahasiswa IAIN Pontianak. Pada saat agenda pelepasan, Dr. Abdul Mukti Rouf sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama berpesan kepada mahasiswa bahwa hal utama yang harus dijaga yakni Solidaritas dan Soliditas. “Ketika kalian disana itu yang pertama harus menjaga solidaritas dan soliditas. kemudian menumbuhkan prestasi yang terbaik karena 17 orang ini kan sudah terseleksi dan tulisan kalian sudah bagus. itu sudah menjadi suatu kebanggaan” pesannya.

Pada agenda pelepasan ini juga dihadiri oleh Dr. Firdaus Achmad selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga. Ia mengatakan bahwa keberangkatan membawa nama IAIN Pontianak merupakan bentuk kemuliaan. “Keberangkatan Anda ke Samarinda untuk mengikuti kegiatan dengan membawa nama IAIN Pontianak itu merupakan suatu bentuk kemuliaan. Sehingga Anda harus mempertahankan kemuliaan itu minimal dengan menjaga sikap, menjaga perilaku dan tutur kata sehingga orang yang melihat Anda bisa berdecak kagum betapa etisnya mahasiswa IAIN Pontianak. Tapi etika tidak hanya itu yang kita butuhkan. yang kita butuhkan juga kecerdasan Anda bisa ditunjukkan pada saat Anda tampil disatu event seperti BUAF ini. Kita berharap Anda mengukir prestasi. Keberangkatan kalian ini memberikan kita harapan bahwa IAIN Pontianak ini akan dikenal. Karena program-program kita ini sedang menggempakan nusantara seperti KKL tidak hanya di Kalimantan Barat tapi sudah ke luar. Alangkah indah mulianya dibahu Anda ini bisa mengukir nama IAIN Pontianak ditempat lain.

Ia pun menambahkan bahwa IAIN Pontianak wajib menghargai mahasiswa yang mengukir prestasi. “Walaupun kita tidak membebankan secara psikologis. Namun jika Anda mengukir prestasi maka suatu kewajiban bagi IAIN Pontianak untuk menghargai itu” pungkasnya.

Penulis: Farli Afif
Editor: Aspari Ismail




Kapolda Kalbar Apresiasi Mahasiswa IAIN Pontianak

Pontianak (www.iainptk.ac.id)–Kapolda Kalbar Irjen. Pol Didi Haryono, MH memberikan apresiasi kepada mahasiswa IAIN Pontianak. “Saya memberikan apresiasi kepada mahasiswa IAIN Pontianak. Ketika berorasi beberapa waktu lalu, mahasiswa IAIN Pontianak sangat elegan dalam menyampaikan aspirasi. Peserta demo paling ramai dan tidak anarkis”

Hal itu dinyatakan Kapolda Kalbar ketika menjadi narasumber kegiatan Silaturrahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Generasi di IAIN Pontianak, Kamis (10/10/2019).

Kapolda melanjutkan, “Menyampaikan aspirasi untuk kemajuan di alam demokrasi adalah sesuatu yang wajar. Upayakan kalau demo pakai almamater supaya mudah dikenali” pesannya.

Orang nomor 1 di Polda Kalimantan Barat itu juga menjelaskan beberapa hal terkait tantangan generasi milenial, diantaranya penyebaran hoak, narkoba dan karhutla.

“Kalbar terbaik pertama dalam pengelolaan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Itu artinya Pancasila sudah merasuk dalam jiwa masyarakat Kalbar. Tentu ini berkat hasil kerjasama kita semua masyarakat Kalbar. Kegiatan ini sebagai wahana dan media kepada kita untuk saling mengerti” paparnya.

“Adik-adik generasi muda jangan mudah share berita hoaks. Saring sebelum sharing. Di samping itu juga hati-hati dalam bergaul. Jangan mengkonsumsi narkoba. Jangan sampai narkoba menghancurkan masa depan Anda. Kalian harus jadi pelopor perubahan” tegasnya dihadapan lebih dari 500 peserta.

Kegiatan Silaturrahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Generasi ini digagas oleh Polda Kalbar dengan menggandeng IAIN Pontianak sebagai tempat acara. Tema yang diusung kegiatan tersebut: Merawat Indonesia sebagai Rumah Kita.

Adapun narasumber yang hadir pada kegiatan tersebut adalah Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutarmidji,SH, M.Hum, Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI M. Nur Rahmat, Kapolda Kalimantan Barat, Irjen. Pol. Drs. Didi Haryono,SH, MH, BNPT Kalbar Dr. Wajidi Sayadi dan Nassir Abbas, mantan narapidana teroris.

Hadirnya Gubernur Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Kapolda Kalbar dalam satu forum ilmiah di IAIN Pontianak ini merupakan sesuatu yang istimewa bagi sivitas akademika. Kegiatan ini dirangkai dengan penandatangan MoU antara Polda Kalbar dengan IAIN Pontianak.

Diakhir sesi pemaparan materi, semua narasumber memberikan kuis kepada audiens. Bagi peserta yang memberikan jawabannya benar dihadiah cenderamata dari Kapolda Kalbar.

Penulis: Ishak
Editor: Aspari Ismail




Rektor Syarif: IAIN Pontianak Berkomitmen Merawat Indonesia sebagai Rumah Kita

Pontianak (iainptk.ac.id)– Polda Kalimantan Barat bersinergi dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Kodam XII/Tanjungpura mengadakan acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Generasi. Acara itu berlangsung sukses di Aula Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, pada Kamis (10/10/2019). Agenda tersebut bertajuk “Merawat Indonesia Sebagai Rumah Kita”.

Pada pelaksanaan agenda besar ini dihadiri oleh para petinggi Kalbar yaitu Gubernur Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Ketua FKPT Kalbar dan Nassir, mantan teroris. Tampak peserta membludak. Lebih dari 500 orang hadir memenuhi aula. Tampak para pejabat, kepala sekolah, pimpinan pondok pesantren, ketua BEM, ketua Osis, Ketua OKP dan para mahasiswa IAIN Pontianak antusias menyimak kegiatan tersebut.

Agenda ini dibuka langsung oleh Dr. Syarif sebagai Rektor IAIN Pontianak. Sebelum membuka, Rektor Syarif menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari aksi damai yang dilakukan oleh Mahasiswa, khususnya di IAIN Pontianak. “Kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan forum rektor bersama Kapolda Kalbar dan Pangdam Tanjungpura. Beberapa hari yang lalu waktu kita bermusyawarah dalam menanggapi atensi dari adik-adik yang berpartisipasi dalam berbangsa dan bernegara ini dalam bentuk unjuk rasa. Karena tidak ada bakar-bakar ban. walaupun ada sebenarnya dari provokator tertentu yang menyediakan ban dan bensinnya. Namun adek-adek tidak mengikuti itu karena mereka hanya ingin berunjuk rasa” terangnya.

Kemudian ia menginginkan IAIN Pontianak harus menjadi bagian penting dalam menjaga keutuhan NKRI serta menjadi garda terdepan dalam merawat Indonesia. “IAIN Pontianak ingin menjadi bagian penting dalam ikhtiar kebangsaan untuk utuhnya NKRI yang berdasarkan silsilah dan undang-undang dasar 1945. IAIN Pontianak memiliki cara di bidang keagamaan bahwa tidak satupun poin-poin dari Pancasila itu yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu IAIN Pontianak ingin menjadi bagian yang srategis dalam menyuarakan bahwa tidak perlu ada pemikiran, gagasan, karya, dan gerakan untuk merubah NKRI dengan negara agama tertentu. khususnya Islam, kita semua, bangsa ini menjadi saksi bahwa tidak ada satupun ajaran Islam yang dikebiri di negeri ini. bahkan sebaliknya justru difasilitasi, diatur kedalam undang-undang, dan sebagainya. Kami sivitas akademika IAIN Pontianak seluruhnya menjadi garda terdepan mengisi, merawat, dan membesarkan rumah kita Indonesia.” tegasnya.

Ia juga menyatakan bahwa setiap mahasiswa yang anti NKRI, maka ia pastikan mahasiswa tersebut tak dapat melanjutkan pendidikannya di Kampus IAIN Pontianak.  “Kami mempunyai hajat besar untuk membimbing ribuan mahasiswa tidak kurang dari 8600 mahasiswa. saat ini mereka tumbuh menjadi sel inti anak bangsa yang berkomitmen untuk keutuhan NKRI. Sejak dari PBAK bagi mahasiswa baru kami telah mengisi mereka dengan wawasan kebangsaan materi-materi kebangsaan yang berisikan Pancasila dan UUD 1945 tentang NKRI dan moderasi beragama. Kami juga telah mengambil janji dari mahasiswa dalam surat pernyataan bahwa mereka tidak Anti Pancasila dan UUD 1945. Tidak anti NKRI tidak melakukan tindakan intoleransi, bergagasan, berpikir, dan berkarya dalam pergerakan untuk cita-cita khilafah Islamiyah. Jika ini tidak diindahkan, maka mereka bersedia untuk tidak menjadi mahasiswa IAIN Pontianak. Untuk mempublish semua, kami sedang merampungkan standarisasi kurikulum untuk memaksimalkan basis ilmu keagamaan hingga semester 4. Oleh karena itu kami terus berikhtiar untuk menyempurnakan layanan akses berupa gedung-gedung kuliah dan gedung ma’had al-jamiah yang cukup dan baik. ikhtiar ini memerlukan support dari berbagai pihak terutama Pemda Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil riset nasional bahwa salah satu sebab penting dalam penyebaran terorisme, lahirnya gerakan radikalisasi keagamaan yang oleh karena kurangnya basis pengetahuan keagamaan. Dari sekolah SD sampai SMA selama 12 tahun anak kita itu hanya belajar selama 48 hari selama 12 tahun. Hasil riset lain juga menyebutkan bahwa sosmed menjadi pilihan mudah sebagai sumber pembelajaran tentang agama dan ini sangat tidak kondusif. Data dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan bahwa mahasiswa yang kuliah di PTKIN di Indonesia itu 80 sampai 85 persen berasal dari SMA dan SMK. IAIN Pontianak pada tahun 2018 dan 2019 menerima 1770 mahasiswa dan 1780 mahasiswa. Disinilah letak Strategis dan urgentnya kehadiran IAIN Pontianak dalam rangka bersama-sama menanamkan basis untuk mengokohkan NKRI dangan visinya mempertebal dan memperbanyak pengetahuan agama yang benar dan yang cocok dengan porsinya” pungkasnya.

Setelah membuka kegiatan tersebut, penyampaian pertama langsung diberikan kepada Sutarmidji selaku Gubernur Kalimantan barat. Orang nomor 1 di Kalimantan Barat yang akrab disapa Bang Midji ini pun menyampaikan pendapatnya bagaimana cara menjaga keutuhan NKRI dalam hal pencegahan terorisme. Menurut Bang Midji cara mengurus negara yang baik yaitu dengan mengurus dan memperbaiki diri sendiri. “Inilah tugas kite untuk menyampaikan kepada masyarakat. Saye pun kalo misal ade pemikiran-pemikiran sedikit radikal tidak hanya pada agama Islam. Jangan pernah pemikiran Anda dimasukkan keruang publik. Cukup dirumah saudara, cukup di rumah peribadatan saudara. Agama pun sudah mengatur bagaimana kite berlaku di luar itu. Kite udah menderite 350 tahun apalagi pada masa Jepang 2 generasi kita sudah hilang karena pembantaian waktu zaman Jepang. Contoh saja Australia mau mengurus Papua. Ngurusin diri sendiri saja ndak beres. Ngurus die sendiri jak ndak beres, nak ngurusin Papua”.

Kemudian Bang Midji berpesan masyarakat, khususnya kepada para hadirin agar memiliki komunikasi yang baik .“Pesan saya, saya ini tak pernah demo, sampe saat ini saye belom pernah demo. Tapi kalo ngomel sering. Saya ingin berpesan kepada adek-adek dan juga masyarakat harus mempunyai gaya komunikasi yang betul-betul komunikatif” katanya dengan bahasa Melayu yang kental.

Penulis: Firli Afif
Editor: Aspari Ismail