IAIN Pontianak Gelar Upacara Menyambut Hari Santri

Pagi yang cerah menghangatkan bumi. Suasana kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada Jum’at (20/10) terasa berbeda; tak seperti biasanya. Ratusan warga kampus berkumpul di lapangan dan terlihat sumringah.

Para pegawai dan mahasiswa berpenampilan menarik dengan mengenakan pakaian ala santri. Laki-laki memakai sarung, baju koko dan berpeci. Sedangkan perempuan menggunakan baju gamis dan busana muslimah yang menawan.

Tepat jam 08.00 digelar upacara bendera dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional. Rektor IAIN Pontianak sebagai Pembina Upacara juga tampil dengan mengenakan kopiah, baju batik yang dipadukan dengan syal  dan bersarung warna putih.

Rektor Hamka Siregar dalam arahannya mengajak para peserta upacara untuk berkontribusi membangun  negeri ini dengan kerja bersama yang produktif untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Inti dari Hari Santri ini adalah bagaimana kita menghargai Resolusi Jihad yang digaungkan para Ulama pada 22 Oktober 1945. Fakta  membuktikan bahwa sejarah negara ini tak dapat dipisahkan dari peran ulama dan santri dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus, jangan pernah meninggalkan sejarah.”

Rektor melanjutkan, “Tugas kita mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan bekerja mewujudkan cita-cita para pejuang. Bekerjalah dengan produktif dan hindari konflik yang tidak membawa kebaikan,” pungkasnya.

Kasubbag Tata Usaha, Humas dan Rumah Tangga IAIN Pontianak menjelaskan, “Upacara ini digelar lebih awal, mengingat Hari Santri pada 22 Oktober 2017 jatuh pada hari Minggu. Karena itu, agak sulit menghadirkan peserta dalam jumlah yang ramai bila upacara digelar di hari libur,” terangnya. (AI)




Semarakkan Hari Santri, Kabiro AUAK IAIN Pontianak Berikan Tausiah Subuh

Jam masih menunjukkan pukul 04.00. Suhu dingin begitu kentara. Namun hal itu tak menyurutkan ratusan mahasantri ma’had al-jamiah dan pegawai Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak untuk berkumpul di Masjid Syeikh Abdul Rani Mahmud.

Jama’ah shalat wajib lima waktu di masjid kampus yang berlokasi di jantung Kota Pontianak itu memang tak pernah sepi. Termasuk shalat Subuh yang selalu dihadiri lebih dari ratusan orang.

Pada Subuh Jum’at, 20/10/2017 terasa spesial. Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si menjadi imam dan memberikan tausiah. Dalam tausiahnya Kepala Biro menyuntik motivasi mahasantri dan mengajak jamaah untuk saling mendoakan kebaikan.

Kunci sukses menjadi santri itu adalah mesti raih keridhaan kedua orangtua. Dengan begitu insyaAllah pintu-pintu kesuksesan akan terbuka lebar. Karena itu, sebagai anak, kita mesti mendoakan orangtua kita. Begitu pula sebagai orangtua, kita mesti mendoakan anak-anak kita agar menjadi orang yang shaleh, berbakti dan menyejukkan mata. Karena anak itu disatu sisi sebuah anugerah. Namun disisi lain, anak kadang bisa menjadi musuh bagi orangtuanya,” ujar mantan Kakanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Barat itu.

Kegiatan tausiah tersebut masih dalam rangkaian menyemarakkan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi. (AI)




Sambut Hari Santri Nasional, IAIN Pontianak Gelar Aneka Kegiatan

Civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar aneka kegiatan dalam rangka menyambut dan memeriahkan Hari Santri Nasional Tahun 2017 yang diperingati pada 22 Oktober mendatang.

Aspari Ismail selaku Kasubbag Tata Usaha, Hubungan Masyarakat dan Rumah Tangga IAIN Pontianak menjelaskan, “Civitas akademika IAIN Pontianak ikut menyemarakkan Hari Santri Nasional Tahun 2017 dengan penuh suka cita. Di antara kegiatan yang dilaksanakan yakni: Dzikir dan Tausiah yang disampaikan oleh Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si., Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak pada Subuh Jum’at (20/10/2017) di Masjid Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.

Kemudian pada hari yang sama jam 08.00 digelar Upacara Bendera Hari Santri Nasional oleh warga kampus. Ratusan peserta upacara tampil beda dari hari kerja biasanya. Semuanya mengenakan pakaian ala santri. Laki-laki memakai sarung, baju koko dan peci. Sedangkan yang perempuan menggunakan pakaian gamis dan busana muslimah. Suasana upacara terasa semakin istimewa dengan hadirnya kelompok rebana yang tampil lengkap dengan alat musiknya bersenandung shalawat yang menyejukkan jiwa”.

Aspari menambahkan, “Selanjutnya pada Sabtu-Minggu, 21-22 Oktober 2017 Dewan Mahasantri Mahad Al-Jamiah akan melaksanakan kegiatan Pentas Seni dan Festival Shalawat di Masjid Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.  Hal tersebut dilakukan sebagai wujud tindaklanjut  Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor: 22664/SJ/DT.I.IV/01/10/2017  tertanggal 13 Oktober 2017  tentang Hari Santri Nasional Tahun 2017,” pungkasnya.




Daftar Peserta, Lokasi dan Jadwal Ujian SKD CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017

Menindaklanjuti Pengumuman Nomor P-62783/SJ/B.II.2/Kp.00.1/10/2017 tanggal 05 Oktober 2017 tentang Ralat Jadwal dan Lokasi Ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Kementerian Agama Tahun 2017 dan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Negara Nomor K.26-30/V.119-8/15 tanggal 05 Oktober 2017 perihal Penggunaan Sistem Computer Assisted Test (CAT), kini Sekretariat Jenderal Kemenag Republik Indonesia resmi menerbitkan Pengumuman Nomor P-63305/SJ/B.II.2/Kp.00.1/10/2017 tentang Daftar Peserta, Lokasi dan Jadwal Ujian SKD CPNS Kementerian Agama RI Tahun Anggaran 2017.

Dalam lampiran pengumuman tersebut, ujian SKD CPNS Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak akan dilaksanakan pada Senin, 23 Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Komputer IAIN Pontianak dengan kode lokasi 30120017. Jumlah peserta yang mengikuti ujian SKD CPNS Dosen IAIN Pontianak sebanyak 117 peserta yang dibagi menjadi 4 sesi. Sesi ujian pertama mulai pukul 08.00 s/d 09.30 WIB, sesi ujian kedua mulai pukul 10.00 s/d 11.30 WIB, sesi ujian ketiga mulai pukul 12.00 s/d 13.30 WIB, dan sesi ujian keempat mulai pukul 14.00 s/d 15.30 WIB. Adapun nama-nama peserta ujian SKD CPNS Dosen IAIN Pontianak tahun 2017 dapat dilihat pada link berikut ini (https://kemenag.go.id/myadmin/public/data/files/users/1/files/30120017.pdf).

Kabag. Umum IAIN Pontianak, Sumarman, S.Ag., mengingatkan kepada peserta untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini:

  1. Peserta wajib hadir mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) sesuai lokasi dan jadwal ujian yang telah ditentukan;
  2. Peserta wajib hadir 60 menit sebelum pelaksanaan ujian SKD dimulai;
  3. Peserta wajib mengisi daftar hadir yang telah disiapkan oleh Panitia;
  4. Peserta harus registrasi sebelum ujian SKD dimulai;
  5. Peserta wajib membawa print out kartu peserta ujian dan KTP asli/Kartu Keluarga/Surat Keterangan Pengganti Identitas yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang yang mencantumkan NIK sesuai dengan yang terdaftar di SSCN BKN;
  6. Peserta wajib menyerahkan kartu ujian yang telah dicetak masing-masing dan menukarkannya kepada Panitia pada saat mengisi daftar hadir;
  7. Peserta harus sesuai dengan foto yang ada di kartu peserta yang telah disahkan oleh Panitia Ujian;
  8. Peserta yang tidak sesuai dengan identitasnya dengan data yang terdapat pada kartu ujian, tidak dapat mengikuti ujian;
  9. Peserta wajib menggunakan pakaian yang rapi dan sopan (bagi pria menggunakan kemeja putih dan celana gelap, wanita menyesuaikan. Kaos, celana jeans dan sandal tidak diperkenankan);
  10. Peserta duduk pada tempat yang telah ditentukan;
  11. Peserta yang terlambat tidak diperkenankan masuk untuk mengikuti ujian (dianggap gugur).

Keputusan Panitia bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat. Kelalaian dalam membaca dan memahami pengumuman menjadi tanggung jawab peserta. Apabila ada pihak-pihak yang menjanjikan kelulusan dalam motif apapun, maka hal tersebut adalah penipuan dan diluar tanggung jawab panitia. Pengumuman ini ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kemenag RI, Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si., selaku Ketua Panitia di Jakarta, 17 Oktober 2017. Adapun pengumuman selengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini (https://kemenag.go.id/myadmin/public/data/files/users/1/files/01_Pengumuman%20SKD%20Kemenag%202017(1).pdf).




Warek III Minta Menwa Menjadi Pelopor dalam Bela Negara di IAIN Pontianak

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak berpesan kepada Resimen Mahasiswa (Menwa) Satuan 601 IAIN Pontianak untuk menjadi pelopor bela negara bagi mahasiswa IAIN Pontianak.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Zaenuddin, S.Ag., MA., MA., dalam kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa Satuan 601 IAIN Pontianak di Aula Lantai IV Gedung Rektorat, 14 Oktober 2017.

Dalam sabutannya, Warek III juga berpesan kepada Menwa untuk meningkatkan koordinasi dengan para alumni. “Menwa juga perlu meningkatkan koordinasi dengan para alumni untuk membangun sinergi yang lebih baik untuk Menwa ke depannya,” pesan Warek.

Warek III menjelaskan bahwa Menwa adalah mahasiswa yang memiliki kelebihan dalam ilmu bela negara. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Menwa tersebut dapat menjadi pelopor bagi mahasiswa IAIN Pontianak secara keseluruhan dalam aksi bela negara. “Oleh karena itu, kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa ini harus dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab.”

Selain memberikan pesan kepada Menwa, Zaenuddin juga berpesan kepada para Calon Menwa (Camen). “Untuk para Camen, ini merupakan kesempatan yang baik dan menguntungkan bagi mereka. Karena dengan menjadi bagian dari Menwa, mereka dapat menjadi mahasiawa yang “Plus”,  yaitu plus sikap dan kemampuan bela negara yang lebih baik,” paparnya untuk memotivasi para Camen yang mengikuti kegiatan tersebut.




Dr. Herlambang: “Ideologi Inklusif; Sebuah Pendekatan Tafsir”

Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. memberikan orasi ilmiah dalam acara Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Judul orasi ilmiah yang diampaikan ialah “Ideologi Inklusif: Sebuah Pendekatan Tafsir.”

Judul orasi ilmiah tersebut merupakan salah satu temuan Herlambang ketika melakukan riset di Afrika Utara dengan Tunisia Tokoh Tafsir Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Herlambang berkesimpulan bahwa tafsir mempunyai korelasi positif dengan indentitas mufassir itu sendiri. “Artinya, jika kita membicangkan tentang agama atau sebuah ideologi yang bersumber dari kitab suci dalam agama apapun, maka metodologi pendekatan kitab suci itu adalah tafsir. Pada  masa awal Islam yakni di zaman para sahabat, sebenarnya tidak terlalu banyak gesekan-gesekan terjadi dalam memahami al-Qur’an,” jelasnya.

Herlambang kemudian mencontohkan ketika pada zaman Nabi Muhammad SAW, “Jika ada hal-hal yang berselisih paham di antara para sahabat tentang pemahaman mereka dalam memahami kitab suci al-Qur’an, maka urusan itu selesai. Kenapa selesai? Karena Nabi Muhammad SAW hadir di dalamnya dan Nabi merupakan orang yang paling mengetahui maksud dari isi kitab suci tersebut setelah Allah SWT,” jelasnya dan diperkuat dengan mengutip pendapat Husain az-Zahabi dalam kitabnya yang berjudul, “At-Tafsir wa al-Mufasirun karangan.”

Saya melihat, dari dahulu, ulama-ulama klasik sampai dengan modern yang progresif sekarang, mereka juga tidak sepakat tentang apakah tafsir yang merupakan metodologi pendekatan terhadapt teks al-Qur’an itu bersifat transenden kah? Bersifat absolut kah, Murni dari Allah? Atau dia sesuatu yang bersifat profan dalam artian bersifat manusiawi saja? Nah, di dalam penelitan yang saya dilakukan, saya temukan bahwa ternyata memang apa yang dipahami oleh ulama, baik di kalangan Islam atau non-Islam, itu sesungguhnya bersifat subjektif, profan dan sangat manusiawi. Dia bukan transenden dari Tuhan,” papar pria yang telah menyelesaikan S3-nya di Program Studi Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude).

Herlambang selanjutnya menunjukkan penafsiran Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam surat Ali Imron ayat 13 tentang musyarawah. “Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur mengatakan bahwa kita tidak bisa mengajak non-muslim untuk musyawarah dengan 3 alasan. Pertama, non-muslim tidak setara dengan kita karena cara ibadahnya berbeda. Kedua, non-muslim ketika kita ajak musyawarah, dia tidak akan mungkin memikirkan kemaslahatan kita secara umum. Ketiga, non-muslim tidak akan mungkin secara khusus mau menegakkan Islam. Apabila kita mengajak mereka musyawarah, maka akan merugikan kita.” Herlambang melihat alasan-alasan teologi tersebut bersifat profan dan sangat manusiawi.

Herlambang berargumen dengan berdasarkan catatan kecil Mun’im Sirry yang menjelaskan bahwa, dulu antara orang Islam dan orang Kristen akur-akur saja, mereka bisa bertentangga. Tapi setelah pecah perang Salib, antara pala peneliti dan ulama mulai punya tembok yang orientasinya seolah-olah antara kita dengan mereka mempunyai jurang. Oleh karena itu, Herlambang berkesimpulan bahwa apa yang dikaji oleh para mufassir baik dikalangan muslim maupun non-muslim masih mempunyai pengaruh dari episteme nalar mufassir itu sendiri. Herlambang memperkuatnya kembali dengan teorinya John Hans-Georg Gadamer.

Sebelum mengakhir orasi ilmiahnya, Herlambang menyampaikan penafsiran surat al-Hujarat ayat 13 menurut Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Kalau kita ingin memahami ayat “inna akramakum indallahi atqakum”, maka penjelasan ayat ini jangan dicari di ayat lain, karena ayat ini sudah sesungguhnya sudah final. “Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling taqwa.” Siapa yang paling taqwa? Orang yang paling taqwa ialah mereka yang melakukan “lita’arafu”, yaitu mereka yang bisa memahami orang lain.




Ketua Senat Ajak Lulusan IAIN Pontianak Berkontribusi Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia

Ketua Senat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Patmawati, M.Ag. mengajak para lulusan IAIN Pontianak untuk menuntaskan masalah pendidikan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Ini disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017.

Ajakan tersebut dilatarbelakangi keprihatinan Patmawati melihat semakin menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat di setiap tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 IPM berada di peringkat 28 terlambat dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Tahun 2014 berada di peringkat 29 dari 34 provinsi. Tahun 2015-2016 berada di peringkat buncit kedua, yang terakhir ialah Kepulauan Riau dengan IPM 0.33%, Kalimantan Barat dengan IPM 0.44%, dan Riau dengan IPM 0.5%.

Setelah kita lihat data tersebut, ketiga provinsi tersebut berada di wilayah Melayu. Ini merupakan persoalan kita bersama,” ujar Ketua Senat. “Jadi, jangan terlena dengan persoalan-persoalan yang bersifat khilafiyyah, tetapi mari kita berada di persoalan kita bersama tentang bagaimana membangun masyarakat Kalbar menjadi manusia yang termajukan. Maju dalam segala sisi, maju dalam persentajaan, maju dalam keamanaan, maju dalam politik dan pendidikannya seperti masyarakat Madinah yang telah dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW,” paparnya yang disambut dengan tepuk tangan dari ratusan peserta yang mengikuti kegiatan wisuda tersebut.

Selanjutnya Patmawati memberikan contoh perbandingan IPM antara Provinsi Papua dengan Kalimantan Barat. “Dahulu Papua berada di peringkat di bawah Kalimantan Barat dari segi Indeks Pembangunan Manusia. Sekarang Papua termasuk 3 tercepat Indeks Pembangunan Manusia dari 34 Provinsi di Indonesia. Jadi, ini adalah persoalan pendidikan Kalbar. Itulah yang harus kita entaskan bersama-sama,” jelas Dosen FUAD IAIN Pontianak ini.

Mari ikut menuntaskan masalah pendidikan di Kalimantan Barat tanpa melihat latar belakang manapun etnis Anda. Baik Anda yang berasal dari etnis Melayu, Dayak, Cina, Madura, Jawa dan Bugis, Kalimantan Barat adalah rumah kita. Mari kita tuntaskan masalah pendidikan ini, karena dengan pendidikanlah, kita bisa menjadi bangsa yang bebas. Oleh karena itu, IAIN Pontianak adalah tempat di mana Kalian menjadi orang-orang yang bebas dalam hal akademik dan mimbar akademik. Tidak ada yang melarang kalian untuk mengeluarkan kemampuan akademik kalian,” papar Patmawati kepada 312 wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak.




Rektor Hamka: Lulusan IAIN Pontianak Harus Berperan Aktif Menangkal Radikalisme

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak gelar Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Ada 312 wisudawan dan wisudawati, terdiri dari 27 mahasiswa Pascasarjana, 171 mahasiswa FTIK, 90 mahasiswa FSEI, dan 24 mahasiswa FUAD.

Sebelum prosesi wisuda dilaksanakan, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya menghimbau kepada para wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak untuk dapat mengambil peran dalam menangkal paham radikalisme yang berkembang sekarang ini. Hal tersebut tidak terlepas dari keprihatin Rektor melihat kondisi bangsa ini yang disisipi akan paham radikalisme dan fundamentalisme.

Menurut Rektor, menguatnya paham radikalisme dan fundamentalisme agama dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan adanya pergeseran trend ekspresi pemahaman keagamaan masyarakat kita dewasa ini. Dalam konteks ke-Indonesiaan, reformasi 1998 menjadi momentum terbukanya keran demokratisasi yang ditandai dengan kebebasan ekspresi dan pendapat. Selain berdampak positif, reformasi itu juga berdampak pada berkembangnya berbagai macam ideologi dan gerakan keagamaan garis keras yang lebih mengarah kepada radikalisme.

Kampus sebagai rumah intelektual tentu memiliki tanggung jawab dalam mengatasi persoalan bangsa ini. Seluruh sivitas akademika dan para lulusan IAIN Pontianaklah yang harus berperan aktif dalam menangkal paham radikalisme ini. Salah satu yang harus ditekankan ialah mengembangkan sikap keagamaan yang moderat (washatiyyah, menjujung toleransi (tasamuh), berorientasi pada keseimbangan (tawazun), dan bersikap netral serta adil (ta’adul),” papar Rektor. “Beberapa hal tersebut merupakan jurus jitu untuk membentengi diri, keluarga, dan masyarakat kita agar tidak terjebak dalam paham radikalisme agama,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Rektor mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah selesai menempuh jenjang pendidikannya di IAIN Pontianak. “Semoga segala ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berproses di kampus ini menjadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara ini,” harap Rektor.

Kegiatan Sidang Senat Terbuka tersebut juga mengukuhkan 3 Pegawai IAIN Pontianak yang telah menyelesaikan studi s3. Pertama, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude). Kedua, Dr. Abdul Mukti, MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,69 Predikat Pujian (Cumlaude). Ketiga, Dr. Cucu, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Walisongo Semarang dengan IPK 3,66 Predikat Pujian (Cumlaude).




FSEI IAIN Pontianak Gelar Yudisium

Sebanyak 91 lulusan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengikuti kegiatan Yudisium Periode Ke-2 Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018 di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, 09 Oktober 2017. Adapun 91 mahasiswa tersebut terdiri dari 57 mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah, 23 mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah dan 11 mahasiswa Jurusan Muamalah.

Dalam kesempatan tersebut, Pihak Fakultas memberikan penghargaan kepada sejumlah lulusan FSEI IAIN Pontianak. Mereka ialah Mayang Rosana, Lulusan Tercepat Jurusan Muamalah dengan masa studi 3 tahun 8 bulan 26 hari; Ibrahim, Lulusan Terbaik Jurusan Muamalah dengan IPK 3.74; Achmad, Lulusan Tercepat FSEI dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 23 hari; Ridha Mardhatillah, Lulusan Tercepat Jurusan Perbankan Syariah dengan masa studi 3 tahun 7 bulan 7 hari; dan Cahya Romadhani, Lulusan Terbaik FSEI dan Lulusan Terbaik Jurusan Perbankan Syariah dengan IPK 3.80 serta tertinggi nilai skripsi 88.5.

Menurut Laporan Dekan FSEI IAIN Pontianak, Dr. H. Ichsan Iqbal, SE, MM., “Kegiatan Yudisium Periode Ke-2 kali ini meningkat menjadi 95% dari Yudisium Periode Ke-1 yang berjumlah 52 mahasiswa,” paparnya. “Saya berharap lulusan FSEI yang akan diwisuda pada tanggal 10 Oktober 2017 besok lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat berkompetisi dan bersaing pada dunia kerja,” harapnya.

Selanjutnya, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya mengatakan bahwa lulusan-lulusan dari FSEI IAIN Pontianak harus dapat mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Rektor kemudian mengucapkan terima kasih kepada para orang tua atau wali yang menitipkan anaknya menempuh studi di IAIN Pontianak. “Saya berterima kasih kepada para orang tua atau wali yang telah mempercayakan kepada kami untuk untuk mendidik anak-anak bapak dan ibu. Mudah-mudahan para lulusan dapat bersaing dan diterima di pasar kerja, serta sampai jenjang menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat bertarung menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia,” harap Rektor.

Kegiatan ini dihadiri oleh para pejabat IAIN Pontianak seperti Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Kabiro AUAK, para Dekan, Direktur Pascasarjana, para Kabag yang ada di lingkungan IAIN Pontianak, tamu undangan dan para wali mahasiswa yang yudisium pada hari tersebut.




Yudisium Angkatan ke-7 FUAD IAIN Pontianak

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak gelar Yudisium Lulusan Program Sarjana Angkatan Ke-7 di Gedung Teater IAIN Pontianak, 09 Oktober 2017. Kegiatan yudisium tersebut merupakan sebuah rangkaian formal untuk melepas mahasiswa yang telah selesai mengikuti kegiatan akademik di FUAD IAIN Pontianak.

Kegiatan yudisium kali ini ialah kegiatan yudisium ke-7 FUAD sejak berubah nama dari STAIN ke IAIN. Kegiatan yudisium ini diikuti 24 mahasiswa yang terdiri dari 8 mahasiswa dari Jurusan Kumunikasi Penyiaran Islam, 8 mahasiswa dari Jurusan Bimbingan Konseling Islam, 5 mahasiswa dari Jurusan Manajemen Dakwah, dan 3 mahasiswa dari Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Dekan FUAD IAIN Pontianak, Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA. dalam sambutannya melaporkan bahwa untuk pertama kali dalam kegiatan yudisium, FUAD akan mengumumkan skripsi-skripsi terbaik mahasiswa di setiap jurusan yang mereka hasilkan dengan dengan tidak mudah. “Karena skripsi-skripsi tidak didapatkan dengan mudah, maka pihak Fakultas dengan serius akan memberikan penghargaan terhadap jerih payah tersebut,” papar Dekan.

Selanjutnya, Dekan merasa bangga dan bahagia kepada para mahasiswa yang besok akan diwisuda. “Tetap semangat, tetap berjuang. Lihat ke bawah dan sekaligus lihat juga di atas. Boleh berbangga dan merasa bersyukur dengan apa yang telah kalian capai pada hari ini. Tetapi tetap tanamkan semangat untuk terus berkarya dan mengembangkan diri, sehingga apa yang kalian dapat di dunia akademik ini bisa kalian implementasikan di masyarakat,” pesan Dekan.

Selanjutnya, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada para orang tua atau wali yang menitipkan anaknya menempuh studi di IAIN Pontianak. “Saya berterima kasih kepada para orang tua atau wali yang telah mempercayakan kepada kami untuk untuk mendidik anak-anak bapak dan ibu. Mudah-mudahan para lulusan FUAD dapat menjadi contoh dan suri tauladan bagi masyarakat sekitar di manapun kalian berada,” harap Rektor.