Warek III Minta Menwa Menjadi Pelopor dalam Bela Negara di IAIN Pontianak

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak berpesan kepada Resimen Mahasiswa (Menwa) Satuan 601 IAIN Pontianak untuk menjadi pelopor bela negara bagi mahasiswa IAIN Pontianak.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Zaenuddin, S.Ag., MA., MA., dalam kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa Satuan 601 IAIN Pontianak di Aula Lantai IV Gedung Rektorat, 14 Oktober 2017.

Dalam sabutannya, Warek III juga berpesan kepada Menwa untuk meningkatkan koordinasi dengan para alumni. “Menwa juga perlu meningkatkan koordinasi dengan para alumni untuk membangun sinergi yang lebih baik untuk Menwa ke depannya,” pesan Warek.

Warek III menjelaskan bahwa Menwa adalah mahasiswa yang memiliki kelebihan dalam ilmu bela negara. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Menwa tersebut dapat menjadi pelopor bagi mahasiswa IAIN Pontianak secara keseluruhan dalam aksi bela negara. “Oleh karena itu, kegiatan Pra Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa ini harus dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab.”

Selain memberikan pesan kepada Menwa, Zaenuddin juga berpesan kepada para Calon Menwa (Camen). “Untuk para Camen, ini merupakan kesempatan yang baik dan menguntungkan bagi mereka. Karena dengan menjadi bagian dari Menwa, mereka dapat menjadi mahasiawa yang “Plus”,  yaitu plus sikap dan kemampuan bela negara yang lebih baik,” paparnya untuk memotivasi para Camen yang mengikuti kegiatan tersebut.




Dr. Herlambang: “Ideologi Inklusif; Sebuah Pendekatan Tafsir”

Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. memberikan orasi ilmiah dalam acara Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Judul orasi ilmiah yang diampaikan ialah “Ideologi Inklusif: Sebuah Pendekatan Tafsir.”

Judul orasi ilmiah tersebut merupakan salah satu temuan Herlambang ketika melakukan riset di Afrika Utara dengan Tunisia Tokoh Tafsir Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Herlambang berkesimpulan bahwa tafsir mempunyai korelasi positif dengan indentitas mufassir itu sendiri. “Artinya, jika kita membicangkan tentang agama atau sebuah ideologi yang bersumber dari kitab suci dalam agama apapun, maka metodologi pendekatan kitab suci itu adalah tafsir. Pada  masa awal Islam yakni di zaman para sahabat, sebenarnya tidak terlalu banyak gesekan-gesekan terjadi dalam memahami al-Qur’an,” jelasnya.

Herlambang kemudian mencontohkan ketika pada zaman Nabi Muhammad SAW, “Jika ada hal-hal yang berselisih paham di antara para sahabat tentang pemahaman mereka dalam memahami kitab suci al-Qur’an, maka urusan itu selesai. Kenapa selesai? Karena Nabi Muhammad SAW hadir di dalamnya dan Nabi merupakan orang yang paling mengetahui maksud dari isi kitab suci tersebut setelah Allah SWT,” jelasnya dan diperkuat dengan mengutip pendapat Husain az-Zahabi dalam kitabnya yang berjudul, “At-Tafsir wa al-Mufasirun karangan.”

Saya melihat, dari dahulu, ulama-ulama klasik sampai dengan modern yang progresif sekarang, mereka juga tidak sepakat tentang apakah tafsir yang merupakan metodologi pendekatan terhadapt teks al-Qur’an itu bersifat transenden kah? Bersifat absolut kah, Murni dari Allah? Atau dia sesuatu yang bersifat profan dalam artian bersifat manusiawi saja? Nah, di dalam penelitan yang saya dilakukan, saya temukan bahwa ternyata memang apa yang dipahami oleh ulama, baik di kalangan Islam atau non-Islam, itu sesungguhnya bersifat subjektif, profan dan sangat manusiawi. Dia bukan transenden dari Tuhan,” papar pria yang telah menyelesaikan S3-nya di Program Studi Tafsir Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude).

Herlambang selanjutnya menunjukkan penafsiran Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam surat Ali Imron ayat 13 tentang musyarawah. “Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur mengatakan bahwa kita tidak bisa mengajak non-muslim untuk musyawarah dengan 3 alasan. Pertama, non-muslim tidak setara dengan kita karena cara ibadahnya berbeda. Kedua, non-muslim ketika kita ajak musyawarah, dia tidak akan mungkin memikirkan kemaslahatan kita secara umum. Ketiga, non-muslim tidak akan mungkin secara khusus mau menegakkan Islam. Apabila kita mengajak mereka musyawarah, maka akan merugikan kita.” Herlambang melihat alasan-alasan teologi tersebut bersifat profan dan sangat manusiawi.

Herlambang berargumen dengan berdasarkan catatan kecil Mun’im Sirry yang menjelaskan bahwa, dulu antara orang Islam dan orang Kristen akur-akur saja, mereka bisa bertentangga. Tapi setelah pecah perang Salib, antara pala peneliti dan ulama mulai punya tembok yang orientasinya seolah-olah antara kita dengan mereka mempunyai jurang. Oleh karena itu, Herlambang berkesimpulan bahwa apa yang dikaji oleh para mufassir baik dikalangan muslim maupun non-muslim masih mempunyai pengaruh dari episteme nalar mufassir itu sendiri. Herlambang memperkuatnya kembali dengan teorinya John Hans-Georg Gadamer.

Sebelum mengakhir orasi ilmiahnya, Herlambang menyampaikan penafsiran surat al-Hujarat ayat 13 menurut Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur dalam kitabnya, At-Tahrir Wa Tanwir. Kalau kita ingin memahami ayat “inna akramakum indallahi atqakum”, maka penjelasan ayat ini jangan dicari di ayat lain, karena ayat ini sudah sesungguhnya sudah final. “Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling taqwa.” Siapa yang paling taqwa? Orang yang paling taqwa ialah mereka yang melakukan “lita’arafu”, yaitu mereka yang bisa memahami orang lain.




Ketua Senat Ajak Lulusan IAIN Pontianak Berkontribusi Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia

Ketua Senat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. Patmawati, M.Ag. mengajak para lulusan IAIN Pontianak untuk menuntaskan masalah pendidikan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Ini disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017.

Ajakan tersebut dilatarbelakangi keprihatinan Patmawati melihat semakin menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat di setiap tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 IPM berada di peringkat 28 terlambat dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Tahun 2014 berada di peringkat 29 dari 34 provinsi. Tahun 2015-2016 berada di peringkat buncit kedua, yang terakhir ialah Kepulauan Riau dengan IPM 0.33%, Kalimantan Barat dengan IPM 0.44%, dan Riau dengan IPM 0.5%.

Setelah kita lihat data tersebut, ketiga provinsi tersebut berada di wilayah Melayu. Ini merupakan persoalan kita bersama,” ujar Ketua Senat. “Jadi, jangan terlena dengan persoalan-persoalan yang bersifat khilafiyyah, tetapi mari kita berada di persoalan kita bersama tentang bagaimana membangun masyarakat Kalbar menjadi manusia yang termajukan. Maju dalam segala sisi, maju dalam persentajaan, maju dalam keamanaan, maju dalam politik dan pendidikannya seperti masyarakat Madinah yang telah dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW,” paparnya yang disambut dengan tepuk tangan dari ratusan peserta yang mengikuti kegiatan wisuda tersebut.

Selanjutnya Patmawati memberikan contoh perbandingan IPM antara Provinsi Papua dengan Kalimantan Barat. “Dahulu Papua berada di peringkat di bawah Kalimantan Barat dari segi Indeks Pembangunan Manusia. Sekarang Papua termasuk 3 tercepat Indeks Pembangunan Manusia dari 34 Provinsi di Indonesia. Jadi, ini adalah persoalan pendidikan Kalbar. Itulah yang harus kita entaskan bersama-sama,” jelas Dosen FUAD IAIN Pontianak ini.

Mari ikut menuntaskan masalah pendidikan di Kalimantan Barat tanpa melihat latar belakang manapun etnis Anda. Baik Anda yang berasal dari etnis Melayu, Dayak, Cina, Madura, Jawa dan Bugis, Kalimantan Barat adalah rumah kita. Mari kita tuntaskan masalah pendidikan ini, karena dengan pendidikanlah, kita bisa menjadi bangsa yang bebas. Oleh karena itu, IAIN Pontianak adalah tempat di mana Kalian menjadi orang-orang yang bebas dalam hal akademik dan mimbar akademik. Tidak ada yang melarang kalian untuk mengeluarkan kemampuan akademik kalian,” papar Patmawati kepada 312 wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak.




Rektor Hamka: Lulusan IAIN Pontianak Harus Berperan Aktif Menangkal Radikalisme

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak gelar Sidang Senat Terbuka dalam Rangka Wisuda Magister (S.2) dan Sarjana (S.1) serta Pengukuhan Gelar Pegawai IAIN Pontianak Semester Ganjil Tahun Akademik 2017-2018 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak, 10 Oktober 2017. Ada 312 wisudawan dan wisudawati, terdiri dari 27 mahasiswa Pascasarjana, 171 mahasiswa FTIK, 90 mahasiswa FSEI, dan 24 mahasiswa FUAD.

Sebelum prosesi wisuda dilaksanakan, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya menghimbau kepada para wisudawan dan wisudawati IAIN Pontianak untuk dapat mengambil peran dalam menangkal paham radikalisme yang berkembang sekarang ini. Hal tersebut tidak terlepas dari keprihatin Rektor melihat kondisi bangsa ini yang disisipi akan paham radikalisme dan fundamentalisme.

Menurut Rektor, menguatnya paham radikalisme dan fundamentalisme agama dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan adanya pergeseran trend ekspresi pemahaman keagamaan masyarakat kita dewasa ini. Dalam konteks ke-Indonesiaan, reformasi 1998 menjadi momentum terbukanya keran demokratisasi yang ditandai dengan kebebasan ekspresi dan pendapat. Selain berdampak positif, reformasi itu juga berdampak pada berkembangnya berbagai macam ideologi dan gerakan keagamaan garis keras yang lebih mengarah kepada radikalisme.

Kampus sebagai rumah intelektual tentu memiliki tanggung jawab dalam mengatasi persoalan bangsa ini. Seluruh sivitas akademika dan para lulusan IAIN Pontianaklah yang harus berperan aktif dalam menangkal paham radikalisme ini. Salah satu yang harus ditekankan ialah mengembangkan sikap keagamaan yang moderat (washatiyyah, menjujung toleransi (tasamuh), berorientasi pada keseimbangan (tawazun), dan bersikap netral serta adil (ta’adul),” papar Rektor. “Beberapa hal tersebut merupakan jurus jitu untuk membentengi diri, keluarga, dan masyarakat kita agar tidak terjebak dalam paham radikalisme agama,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Rektor mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah selesai menempuh jenjang pendidikannya di IAIN Pontianak. “Semoga segala ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berproses di kampus ini menjadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara ini,” harap Rektor.

Kegiatan Sidang Senat Terbuka tersebut juga mengukuhkan 3 Pegawai IAIN Pontianak yang telah menyelesaikan studi s3. Pertama, Dr. Saifuddin Herlambang, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,78 Predikat Pujian (Cumlaude). Kedua, Dr. Abdul Mukti, MA. tempat studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan IPK 3,69 Predikat Pujian (Cumlaude). Ketiga, Dr. Cucu, S.Ag., MA. tempat studi di UIN Walisongo Semarang dengan IPK 3,66 Predikat Pujian (Cumlaude).




FSEI IAIN Pontianak Gelar Yudisium

Sebanyak 91 lulusan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengikuti kegiatan Yudisium Periode Ke-2 Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018 di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, 09 Oktober 2017. Adapun 91 mahasiswa tersebut terdiri dari 57 mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah, 23 mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah dan 11 mahasiswa Jurusan Muamalah.

Dalam kesempatan tersebut, Pihak Fakultas memberikan penghargaan kepada sejumlah lulusan FSEI IAIN Pontianak. Mereka ialah Mayang Rosana, Lulusan Tercepat Jurusan Muamalah dengan masa studi 3 tahun 8 bulan 26 hari; Ibrahim, Lulusan Terbaik Jurusan Muamalah dengan IPK 3.74; Achmad, Lulusan Tercepat FSEI dengan masa studi 3 tahun 6 bulan 23 hari; Ridha Mardhatillah, Lulusan Tercepat Jurusan Perbankan Syariah dengan masa studi 3 tahun 7 bulan 7 hari; dan Cahya Romadhani, Lulusan Terbaik FSEI dan Lulusan Terbaik Jurusan Perbankan Syariah dengan IPK 3.80 serta tertinggi nilai skripsi 88.5.

Menurut Laporan Dekan FSEI IAIN Pontianak, Dr. H. Ichsan Iqbal, SE, MM., “Kegiatan Yudisium Periode Ke-2 kali ini meningkat menjadi 95% dari Yudisium Periode Ke-1 yang berjumlah 52 mahasiswa,” paparnya. “Saya berharap lulusan FSEI yang akan diwisuda pada tanggal 10 Oktober 2017 besok lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat berkompetisi dan bersaing pada dunia kerja,” harapnya.

Selanjutnya, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya mengatakan bahwa lulusan-lulusan dari FSEI IAIN Pontianak harus dapat mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Rektor kemudian mengucapkan terima kasih kepada para orang tua atau wali yang menitipkan anaknya menempuh studi di IAIN Pontianak. “Saya berterima kasih kepada para orang tua atau wali yang telah mempercayakan kepada kami untuk untuk mendidik anak-anak bapak dan ibu. Mudah-mudahan para lulusan dapat bersaing dan diterima di pasar kerja, serta sampai jenjang menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat bertarung menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia,” harap Rektor.

Kegiatan ini dihadiri oleh para pejabat IAIN Pontianak seperti Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Kabiro AUAK, para Dekan, Direktur Pascasarjana, para Kabag yang ada di lingkungan IAIN Pontianak, tamu undangan dan para wali mahasiswa yang yudisium pada hari tersebut.




Yudisium Angkatan ke-7 FUAD IAIN Pontianak

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak gelar Yudisium Lulusan Program Sarjana Angkatan Ke-7 di Gedung Teater IAIN Pontianak, 09 Oktober 2017. Kegiatan yudisium tersebut merupakan sebuah rangkaian formal untuk melepas mahasiswa yang telah selesai mengikuti kegiatan akademik di FUAD IAIN Pontianak.

Kegiatan yudisium kali ini ialah kegiatan yudisium ke-7 FUAD sejak berubah nama dari STAIN ke IAIN. Kegiatan yudisium ini diikuti 24 mahasiswa yang terdiri dari 8 mahasiswa dari Jurusan Kumunikasi Penyiaran Islam, 8 mahasiswa dari Jurusan Bimbingan Konseling Islam, 5 mahasiswa dari Jurusan Manajemen Dakwah, dan 3 mahasiswa dari Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Dekan FUAD IAIN Pontianak, Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA. dalam sambutannya melaporkan bahwa untuk pertama kali dalam kegiatan yudisium, FUAD akan mengumumkan skripsi-skripsi terbaik mahasiswa di setiap jurusan yang mereka hasilkan dengan dengan tidak mudah. “Karena skripsi-skripsi tidak didapatkan dengan mudah, maka pihak Fakultas dengan serius akan memberikan penghargaan terhadap jerih payah tersebut,” papar Dekan.

Selanjutnya, Dekan merasa bangga dan bahagia kepada para mahasiswa yang besok akan diwisuda. “Tetap semangat, tetap berjuang. Lihat ke bawah dan sekaligus lihat juga di atas. Boleh berbangga dan merasa bersyukur dengan apa yang telah kalian capai pada hari ini. Tetapi tetap tanamkan semangat untuk terus berkarya dan mengembangkan diri, sehingga apa yang kalian dapat di dunia akademik ini bisa kalian implementasikan di masyarakat,” pesan Dekan.

Selanjutnya, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada para orang tua atau wali yang menitipkan anaknya menempuh studi di IAIN Pontianak. “Saya berterima kasih kepada para orang tua atau wali yang telah mempercayakan kepada kami untuk untuk mendidik anak-anak bapak dan ibu. Mudah-mudahan para lulusan FUAD dapat menjadi contoh dan suri tauladan bagi masyarakat sekitar di manapun kalian berada,” harap Rektor.




Yudisium Ke-XXXV FTIK IAIN Pontianak

Sabtu, 07 Oktober 2017, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak melaksanakan Yudisium ke-XXXV. Kali ini, FTIK mengeluarkan sebanyak 172 orang Mahasiswa dengan perincian, Jurusan PAI Reguler A sebanyak 128 orang, PAI Reguler B sebanyak 31 orang dan Jurusan PBA 12 orang. Di antara para wisudawan tersebut ada yang memperoleh predikat terbaik, tercepat dan termuda.

Pihak Fakultas memberikan apresiasi kepada para mahasiswa yang kreatif dalam menghasilkan karya tulis, Siti Mery dengan judul buku “Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Upacara Kematian Masyarakat Melayu Desa Raja Kabupaten Landak” dan “Tahfidz Quran 10 Juz” oleh Ahmad Fauzi Muliji mahasiswa Jurusan PAI. Di samping itu, diberikan juga penghargaan kepada dosen yang dipercaya untuk menyampaikan Orasi Ilmiah, yaitu Drs. H. Ma’ruf, M.Ag.

Dalam sambutanya, Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd., ada beberapa hal yang disampaikannya kepada para mahasiswa yang yudisium. Pertama, pada masa sekarang, tantangan kehidupan jauh lebih komplek. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan sosial dan budaya sangat cepat. Perkembangan ini tentu saja berdampak terhadap dinamika kehidupan masyarakat dan juga lembaga pendidikan.  Lembaga pendidikan harus mencermati arah perkembangan tersebut dengan melakukan perbaikan di semua aspek.  Jika tidak, maka lembaga pendidikan akan ditinggalkan oleh masyarakatnya. IAIN Pontianak, khususnya FTIK terus menerus memperbaiki kualitas penyelenggaraan pendidikan di FTIK, dalam rangka memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.

Kedua, tantangan berikutnya yang memprihatinkan adalah imprealisme baru melalui apa yang disebut proxy war (serangan narkoba) dalam jumlah yang fantastik, ancaman ideologis yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila dan berbagai patologi sosial yang menyerang generasi muda.  Ini semua harus menjadi perhatian khusus, terutama bagi IAIN Pontianak (dan khususnya FTIK) terutama dalam pengembangan pendidikan agama Islam bagi generasi muda Islam.

Ketiga, bagi para calon wisudawan, apa yang anda peroleh di bangku kuliah tentunya harus terus dikembangkan. Karena tantangan yang bakal dihadapi di masyarakat akan jauh lebih berat. Oleh karenanya kami berharap, agar para calon wisudawan terus menerus meningkatkan kemampuan baik pengetahuan dan ketrampilan, agar dapat mengikuti perkembangan masyarakat dan lapangan kerja.

Kemudian dalam sambutan tersebut, Dekan FTIK juga menyampaikan kepada para orang tua, bahwa secara resmi menyerahkan kembali putra putri kepada orang tua masing-masing, semoga apa yang dilakukan oleh lembaga dapat memenuhi harapan bapak-ibu orang tua yang putra-putrinya akan diyudisium, serta ucapan terima kasih atas segala kepercayaan yang telah diberikan kepada FTIK IAIN Pontianak.

Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag selaku Rektor IAIN Pontianak juga menyampaikan dalam sambutanya  bahwa, melalui pendidikan hendaknya mampu merubah paradigma seseorang, dalam artian bahwa tentu akan berbeda orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam melihat dan menyikapi dan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Orang yang berpendidikan juga dapat dilihat dari cara bersikap dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena dalam dunia akademik mereka telah terbiasa menghadapi berbagai macama persoalan dan melakukan pemecahan terhadap permasalahan tersebut dengan berbagai pendekatan, metode serta analisa dari berbagai persfektif dan didasari berbagai teori-teori yang mereka pelajari dari Perguruan Tinggi.

Oleh sebab itu, Raktor yang telah mengabdikan dirinya di Kampus IAIN Pontianak puluhan tahun silam ini juga mengharapkan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan prosesi yudisium ini, agar  dapat memberikan peran dan kiprahnya dalam masyarakat. Apalagi mengingat Sarjana Pendidikan sebagai gelar akademik dari lulusan FTIK IAIN Pontinak ini adalah “Plus” dalam mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama.




Ralat Jadwal dan Lokasi Ujian SKD CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017

Berdasarkan Pengumuman Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI tertanggal 04 Oktober 2017 dengan Nomor: P-62705/SJ/B.II.2/Kp.00.1/10/2017 tentang Jadwal dan Lokasi Ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Kemenag RI Tahun Anggaran 2017, bahwa jadwal dan lokasi ujian SKD CPNS Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak pada 11 s/d 12 Oktober 2017 bertempat di Laboratorium IAIN Pontianak.

Selanjutnya pada tanggal 05 Oktober 2017, keluar pengumuman dengan Nomor: P-62783/SJ/B.II.2/Kp.00.1/10/2017 tentang Ralat Jadwal dan Lokasi Ujian SKD CPNS Kemenag RI Tahun Anggaran 2017. Di dalamnya menerangkan bahwa jadwal dan lokasi ujian SKD dengan sistem Computer Assisted Test (CAT) sebagaimana pengumuman Nomor: P-62705/SJ/B.II.2/Kp.00.1/10/2017 tanggal 04 Oktober 2017 tentang Jadwal dan Lokasi Ujian SKD CPNS Kemenag RI Tahun Anggaran 2017 DIBATALKAN karena menyesuaikan dengan kebijakan nasional pengadaan CPNS tahun 2017. Adapun jadwal dan lokasi ujian SKD akan diumumkan  di portal/website Kemenag RI melalui alamat www.kemenag.go.id dalam waktu yang tidak lama.

Bagi para peserta ujian SKD CPNS Dosen IAIN Pontianak agar terus memantau portal/website Kemenag RI untuk mendapatkan informasi resmi terbaru terkait proses penerimaan CPNS Kemenag RI tahun 2017. Kelalaian dalam membaca dan memahami pengumuman menjadi tanggung jawab peserta. Untuk informasi lebih lengkap dapat membuka link ini (https://kemenag.go.id/myadmin/public/data/files/users/1/files/Pengumuman%20Ralat.pdf).




Pisah Sambut Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak

Senin, 2 Oktober 2017, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar kegiatan Pisah Sambut Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak dari Pejabat Lama Drs. H. Abdullah kepada Pejabat Baru Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si., di Auditorium Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak.

Dalam sambutan pesan kesan, Drs. H. Abdullah menyampaikan. “Awalnya saya beranggapan merasa berat melaksanakan tugas Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, karena saya harus mempelajari terlebih dahulu pekerjaan yang menurut saya baru. Akan tetapi setelah hadir di sini, saya merasa bersyukur. Ada suatu nilai yang harus saya syukuri sebagai pembelajaran hidup dalam memegang amanah ini.”

Saya juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan selama kurang lebih 6 bulan di sini. Saya merasa berkesan dan mempunyai saudara-saudara baru di sini. Saya berharap tali ikatan silaturrahmi kita tetap berlanjut, walaupun saya tidak ada di sini lagi. Saya sangat bangga dengan IAIN Pontianak, mudah-mudahan ke depan menjadi lebih baik,” ujarnya.

Selanjutnya Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si dalam sambutannya bercerita tentang pemikirannya setelah menerima undangan serah terima Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak.  “Saya mengatakan amin,” paparnya. Kemudian Kabiro menjelaskan secara rinci maksud kepanjangan kata“AMIN” tersebut dengan perspektifnya. “A adalah Apresiasi tinggi saya kepada IAIN Pontianak. Karena kampus ini almamater saya. M ialah menjalani takdir. I ialah ingin berkiprah. N ialah numpang hidup.”

Kita bisa bekerja sama, menghilangkan sekat-sekat. Silahkan ada sekat, tapi jangan ada kita berpikir sektoralitas, tetapi kita berpikir bagaimana IAIN Pontianak harus mampu mewarnai Kalimantan Barat. IAIN Pontianak harus dapat menjadi penyeimbang, ladang dakwah, corong Islam yang terkuat di Kalimantan Barat. Itulah IAIN Pontianak,” ujar mantan Kakanwil Kemenag Provinsi Kalbar ini bersemangat.

Sebelum kegiatan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan Kepala Biro AUAK, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag mengucapkan selamat jalan kepada Drs. H. Abdullah yang sore ini akan pulang ke Jakarta. Rektor juga berterima kasih kepada Drs. H. Abdullah atas jasa-jasa dan pengabdian yang telah beliau berikan selama menjadi Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak.

Rektor juga mengucapkan selamat datang kepada Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak yang baru, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si., ke kampus tercinta ini. “Saya mengucapkan selamat datang kepada Bapak Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak yang baru ke kampus tercinta ini,” ucap Rektor. Rektor kemudian menjelaskan bahwa banyak perubahan-perubahan yang telah diupayakan IAIN Pontianak untuk menjadi kampus yang lebih baik.

Rektor mengatakan bahwa IAIN Pontianak ingin ada lahan dan kampus baru demi mewujudkan cita-citanya menjadi UIN. “Dengan pengalaman yang dimiliki oleh Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak yang baru, mudah-mudahan dapat membantu mewujudkan cita-cita IAIN Pontianak menjadi UIN,” harap Rektor. “Mudah-mudahan kita selalu kompak demi mewujudkan IAIN Pontianak menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.




Hasil Seleksi Administrasi CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017

Berdasarkan Pengumuman Nomor: P-57054/SJ/B.II.2/Kp.00.1/09/2017 tentang Hasil Seleksi Administrasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama RI Tahun Anggaran 2017, ada 103 peserta yang lolos seleksi administrasi CPNS Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Tahun 2017. Adapun nama-nama peserta yang lolos tersebut dapat dilihat pada link berikut ini: https://kemenag.go.id/home/artikel/42987/pengumuman-hasil-seleksi-administrasi-calon-pegawai-negeri-sipil-kementerian-agama-ri-tahun-anggaran-2017.

Kepada para peserta yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dapat melanjutkan untuk tahapan selanjutnya dengan mencetak kartu peserta ujian pada tanggal 02 s/d 06 Oktober 2017 pada https://sscn.bkn.go.id dan mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dengan sistem CAT sesuai jadwal. Adapun jadwal dan lokasi ujian akan diumumkan pada tanggal 4 Oktober 2017 melalui portal http://kemenag.go.id.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh 103 peserta yang dinyatakan lulus seleksi administrasi CPNS Dosen IAIN Pontianak adalah sebagai berikut:

  1. Peserta wajib hadir mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) sesuai jadwal, waktu dan lokasi yang telah ditentukan;
  2. Peserta wajib membawa print out kartu peserta ujian dan KTP asli/Surat Keterangan Perekaman Kependudukan. Bagi peserta yang tidak membawa KTP asli karena hilang, wajib menunjukkan Kartu Keluarga yang mencantumkan NIK sesuai dengan yang terdaftar di SSCN BKN;
  3. Peserta yang tidak sesuai dengan identitasnya dengan data yang terdapat pada kartu ujian, tidak dapat mengikuti ujian;
  4. Peserta wajib menggunakan pakaian yang sopan dan rapi (bagi pria menggunakan kemeja putih dan celana gelap, wanita menyesuaikan);
  5. Peserta wajib hadir 90 menit sebelum pelaksanaan ujian;
  6. Keputusan Panitia bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat;
  7. Kelalaian dalam membaca dan memahami pengumuman menjadi tanggung jawab peserta;
  8. Jika ada pihak-pihak yang menjanjikan kelulusan dalam motif apapun, maka hal tersebut adalah penipuan dan diluar tanggung jawab panitia.

Pengumuman ini ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kemenag RI, Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si., selaku Ketua Panitia di Jakarta, 30 September 2017.