Hamka: IAIN Pontianak Benteng Kalbar Masa Depan

_dsc9975-2Keberadaan pendidikan keagamaan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan masyarakat belajar, terlebih lagi karena bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan pendidikan. IAIN Pontianak sebagai lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan yang bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, dan dinamis dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, pendidikan keagamaan seperti IAIN Pontianak perlu diberi kesempatan untuk berkembang, dibina dan ditingkatkan mutunya oleh semua komponen bangsa, termasuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Inilah yang disampaikan oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. dalam Kegiatan Sosialisasi Produk-Produk Hukum Kementerian Agama yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat di Hotel Orcharzd, pada hari Senin, 10 Oktober 2016. Materi yang disampikan ialah tentang “Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.”

IAIN Pontianak harus dioptimalkan, sambungnya, itu adalah benteng yang melahirkan generasi-generasi Islam masa depan. Wajah Kalbar dimasa depan turut tentukan oleh IAIN Pontianak. “IAIN Pontianak itu bukan halaman belakang Negara Indonesia, tetapi halaman depan. IAIN Pontianak adalah institusi yang langsung berbatasan dengan negara tetangga,” katanya di depan 38 peserta di Lingkungan Kementerian Agama, meliputi Kepala Bidang, Pembimas, Kankemenag Kabupaten Kota, KTU Kabupaten/Kota atau Pejabat Eselon IV.

Kegiatan sosialisasi ini mengangkat tema “Pemahaman Hukum untuk Mengoptimalkan Pelayanan Publik dan Meningkatkan Integritas Pembuat Kebijakan Sehingga Terwujudnya Good Governance.” Menurut H. Nur Sahid, S.Ag., Ketua Panitia Kegiatan Sosialisasi Produk-Produk Hukum Kementerian Agama, ada beberapa tujuan kegiatan ini dilaksanakan.

Pertama, membuka wawasan hukum pembuat kebijakan di Lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Kalbar. Kedua, menyatukan interprestasi hukum untuk menghindari multi-tafsir terhadap peraturan/keputusan. Tujuan ketiga ialah untuk mempersiapkan sumber daya pembuat kebijakan agar dapat menuangkan kebijakannya dalam suatu produk hukum yang baik dan benar. Keempat, pembuat kebijakan dapat menelaah surat-surat hukum dan meneruskannya kepada jajarannya, paparnya ketika memberikan sambutan.




Orientasi Pemustaka, Perpustakaan IAIN Pontianak Dorong Mahasiswa Membaca

i5

Pusat Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengelar Orientasi Pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak Tahun 2016 di Auditorium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Kalimantan Barat, Jum’at (08/10/2016). Tema yang diangkat dalam acara tersebut adalah “Pemberdayaan Pemustaka dan Gemar Membaca dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar.”

Rektor  IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag hadir dan membuka acara Orientasi pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak, yang dilaksanakan unit Perpustakaanpada Sabtu, tanggal 8 Oktober 2016, di Aula Kampus yang berlangsung selama tiga.

iiiiKegiatan ini ditujukan bagi 439 mahasiswa Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak. Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Pontianak berjumlah 527 orang. Pada hari terakhir diikuti sebnayak 273 mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak.

Selama tiga hari, ada beberapa nara sumber yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Diantaranya Dr H Hamka Siregar MAg Rektor  IAIN Pontianak, membahas materi tentang “Kebijakan Pengembangan Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak”. Selanjutnya Drs Ignasius IK SH MSi Kepala BPKD Pontianak, mengulas “Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca.” Terakhir Septian Bahraini SE, Kepala Perpustakaan UNTAN, membahas “Perpustakaan sebagai Pusat Sumber Belajar dalam Menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi.”

Selain itu, ada dua materi yang juga disampaikan kepada semua mahasiswa IAIN Pontianak. Yakni “Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi” dan “Otomasi Perpustakaan dan Praktek Penelusuran”, yang disampaikan oleh Fahrizandi SAg SS.

Ada beberapa tujuan yang disampaikan oleh Riduansyah, S.Hi, selaku Ketua Panitia Orientasi Pemustaka Pusat Perpustakaan IAIN Pontianak Tahun 2016, mengadakan kegiatan ini. Pertama, untuk mengetahui peran dan fungsi perpustakaan Perguruan Tinggi dalam menunjang Tri Darma Perguruan Tinggi. Kedua, mahasiswa dapat mengenal pengelompokkan koleksi perpustakaan berdasarkan klasifikasi “Juwey”, yaitu ilmu pengetahuan yang dikelompokkan dalam 10 klasifikasi utama yang sudah lazim digunakan oleh perpustakaan di Indonesia.

“Tujuan ketiga ialah untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa (pemustaka) dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses perkuliahan dengan mengaplikasikan sistem informasi Perpustakaan IAIN Pontianak. Keempat, meningkatkan pemberdayaan koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan IAIN Pontianak. Terakhir adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pentingnya mengetahui dan menggunakan susunan koleksi perpustakaan. Khususnya Perpustakaan IAIN Pontianak,” paparnya.




Studium General FTIK PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan

ii

Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak mengelar Studium General di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Kalimantan Barat, Jum’at (07/10/2016). Acara yang mengangkat tema “Perguruan Tinggi Agama Islam Menyonsong Tantangan Masa Depan” ini menghadirkan Prof Dr H Abdul Djamil MA selaku Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dekan FTIK IAIN Pontianak yang diwakili oleh Wakil Dekan II, Drs. Muhammad Rahmatullah M.Ag. Rahmatullah menerangkan bahwa kegiatan seperti ini (studium general) sering dilakukan, terutama diperuntukkan bagi mahasiswa baru. Dengan mengangkat tema ini, diharapkan kita dapat saling mengingatkan tentang apa yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam dalam menyonsong tantangan masa depan.

Selanjutnya, kegiatan studium general tersebut dibuka langsung oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Sebelum membuka acara tersebut, Hamka menyampaikan bahwa IAIN Pontianak pada tahun ini banyak menolak mahasiswa. “Tapi tahun ini, kita (IAIN Pontianak) betul-betul banyak membuang mahassiswa. Pertama, memang kekurangan lokal yang ada. Kedua, peminat IAIN Pontianak yang semakin meningkat pada masyarakat,” tuturnya. “Tahun ini IAIN menampung 2 mahasiswa dari mesir dan IAIN pernah melakukan KKN di luar negeri sekitar 3 tahun yang lalu,” tambahnya.

Studium general yang dihadiri sekitar 300 civitas akademika IAIN Pontianak (baik dari kalangan dosen, staf dan mahasiswa) kemudian mendengankan paparan yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang ini mengangkat judul yang menurutnya agak provokatif, yaitu PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan.” Ia memulai menjelaskan materi yang disampaikannya dengan tantangan yang dialami oleh PTKI dalam perspektif sejarah.

“Dilihat dari perspektif sejarah, PTKI muncul karena sifat mendesak dan pada awalnya hanya untuk mengisi kekosongan imam-imam tentara dan menganulir jabatan penerangan Islam,” papar Djamil. Ia mengibaratkan kedudukan 14 IAIN pada waktu itu, sama dengan 1 IKIP saja. Dalam perkembangan selanjutnya, PTKI selalu dihadapi dengan tantangan, terutama tantangan dari demokratisasi dan perkembangan globalisasi yang sangat berkembang pesat. Menurutnya, globalisasi adalah sebuah intensitas yang dapat menembus batas yang dapat mempengaruhi perkembangan PTKI.

iiiPerkembangan global yang sangat berkembang pesat ini juga dialami pada dunia pendidikan, terutama di lingkungan PTKI. Djamil menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan telah terjadi sebuah revolusi intelektual, yaitu perubahan yang pada awalnya berpusat pada dosen, menjadi berpusat pada kemampuan dari mahasiswa itu sendiri. Ia memberikan contoh dengan dosen “killer”. “Dulu, dosen killer pada saat itu sangat beribawa. Semakin killer dosen tersebut, maka semakin beribawa dosen itu. Sekarang tidak lagi seperti itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, perkembangan dan tantangan ini harus dipersiapakan oleh PTKI dengan sebaik-baiknya, baik dari dosen harus siap, begitu pula mahasiswa juga harus siap. Akan tetapi, Djamil sangat optimis bahwa PTAI siap dalam menghadapi perubahan dan tantangan itu. Civitas dari PTKI siap dalam menghadapi dan menyonsong perubahan dan tantangan pada masa depan.




Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI Sambut Baik Rencana FSEI Buka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah

strategi-belajar-studium-general-fsei
Dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) IAIN Pontianak, Dr Ichsan Iqbal MA mengatakan ide membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah bermula dari selama ini setoran biaya haji menggunakan uang, cara tersebut menurutnya mengalami penyusutan nilai, semestinya kenapa tidak menggunakan emas yang cenderung bertahan dan meningkat. Ide orisinil tersebut disampaikannya ketika memberikan sambutan dalam acara Studium General FSEI di Aula Kampus, pada hari Jumat (10/7).

Menanggapi sambutan tersebut, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, Prof Dr H Abdul Djamil MA menuturkan akan mengkaji apa yang disampaikan oleh Dekan FSEI. Berkenaan dengan keinginan FSEI akan membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi adalah persoalan relevansi. Ketika perguruan tinggi itu diminati atau tidak, maka kita dihadapkan pada relevansi dengan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat.

Jika di-flash back, ujarnya, pada awal perkembangannya fakultas syariah, hanya membuka jurusan muamalah. Pada masa-masa berikutnya mengalami kebuntuan ketika memberikan ulasan ekonomi Islam, maka muncullah jurusan Ekonomi Islam yang bakal diminati. Selanjutnya ketika muncul persoalan di bidang perbankan syariah maka muncullah jurusan perbankan syariah.

Sebagai Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI sangat merespon rencana tersebut. Dia mengatakan itu sudah menjadi agenda pengembangan prodi masa depan. Ada suatu kebutuhan yang membuat civitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam untuk membuka Jurusan Manajemen Haji dan Umrah, dan ada suatu tuntutan kebutuhan masyarakat serta ada permintaan ahli ketika persoalan haji mengalami hiruk pikuk dibicarakan orang.

Orang nomor satu yang menangani urusan Haji dan Umrah itu mengaku, rencana ini membutuhkan kajian-kajian spesifik, bersifat akademik dan memerlukan pakar-pakar keuangan dan pakar ekonomi syariah. “Sangat tepat sekali jika IAIN Pontianak merespon secara cepat untuk mengkaji akademik sebagai kajian masa depan dengan melihat begitu banyaknya persoalan haji dan umrah yang dihadapi”, sambungnya.

Seiring dengan kebijakan pemerintah Saudi Arabia, saat ini sedang mengalami kegoncangan ekonomi, mempersilahkan sebanyak-banyak mungkin Jemaah umrah untuk masuk kenegaranya. Tidak hanya Haji yang mengalami kepadatan jadwal, kegiatan umrah pun mengalami hal yang serupa.

Karena itu kegiatan ibadah haji dan umrah memerlukan manajemen penyelenggaraannya dan lebih mahal dibanding ibadah-ibadah lainnya. Penyelanggaran haji dan umrah memang memiliki karakteristik yang berbeda karena melibatkan banyak pihak, mengelola banyak uang, waktu operasional yang terbatas, pelaksanaan kegiatan tidak hanya di Tanah Air tetapi juga di Saudi Arabia.




Strategi Belajar: Nilai, Ilmu & Harapan Kerja

14627942_120300000503241304_1650838700_n

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) IAIN Pontianak menggelar Studium General pada hari Jumat (7/10) mengusung tema “Strategi Belajar: Nilai, Ilmu & Harapan Kerja di Era Global”, kegiatan ini sejatinya dihadiri oleh mahasiswa FSEI.

Studium general FSEI menghadirkan Prof Dr H Samion M Pd. Dalam presentasinya Rektor IKIP PGRI Pontianak ini memaparkan bahwa keinginan untuk berkembang pada setiap mahasiswa dapat memberikan dampak positif untuk menentukan keberhasilan akademik.

“Selain waktu belajar, memiliki strategi belajar yang kuat juga akan membawa dampak pada nilai, ilmu dan harapan kerja setelah menyelesaikan masa pendidikan”, katanya.

Menurut Samion, belajar dan berkembang adalah bagian penting dari penentu perjalanan di masa mendatang. Jadi, aturlah waktu dan cara secara proporsional berikan semangat untuk berpikir secara kritis dan kematangan logika sangat diperlukan.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan diri sebelum mencapai hasil maksimal dalam studi. Termasuk, belajar bukan lagi persiapan untuk bekerja, tetapi belajar adalah bekerja untuk menemukan cara mengoptimalkan kualitas diri.

Lebih lanjut dia menjelaskan, banyak prinsip dalam belajar yang dapat diuraikan, tambahnya, diantaranya adalah belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluwesan pribadi.

Strategi belajar dapat dimulai dengan melakukan persiapan yang baik, cerdas dalam pengelolaan diri, dan mampu menerapkan keterampilan belajar melalui cara-cara belajar menyenangkan namun berpusat pada tujuan yang jelas. Strategi belajar juga dilakukan dengan melatih keterampilan berkomunikasi seperti melatih diri pada saat melakukan presentasi.

Dengan keluwesan, tutupnya, ia menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.




Djamil: Dosen Perlu Mengubah Paradigma Pendidikan

perguruan-tinggi-keagamaan-islam-menyongsong-tantangan-masa-depan

Pendidikan yang ada di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) atau pun Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) sudah banyak mengalami perubahan untuk menyiapkan tantangan masa depan.

Mencermati PTKIN sekarang tampil dengan wajah yang lebih bervariatif, diantaranya ada UIN, IAIN, STAIN dan PTAI merupakan dampak dari keinginan umat Islam untuk memiliki sebuah institusi pendidikan Perguruan Tinggi yang lebih maju, kata Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI saat memberikan kuliah umum Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak, di aula kampus, Jumat (7/10).

Menurutnya, dosen perlu mengubah paradigma mengenai pendidikan dan siap menerima perubahan dalam memberikan pembelajaran.  Proses pembelajaran di kelas harus mampu membangun kapasitas mahasiswa untuk memiliki kemampuan belajar mandiri, inovatif, dan berkarakter,

Tantangan mahasiswa di masa depan jangan hanya dipahami sebagai kemampuan untuk mengakses dunia maya, tetapi ini adalah sebuah relasi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang begitu intensif dan berskala global. Sehingga orang sering mengatakan globalisasi seperti “small village in our hand” (desa kecil yang ada di tangan kita).

Saat ini kita sudah memasuki new age (era baru) dimana akses tanpa batas, kita berada pada dunia dimana tidak ada entitas budaya dan kultural seperti dulu memisahkan antar kultur Timur dan Barat lagi, inilah yang dikatakan Abdul Djamil dunia semakin dekonstruksi.

Ketika entitas masyarakat semakin padat, pungkasnya, maka kemudian ada tesis dan antithesis, seketika itu pula kompetisi semakin ketat. Dalam dunia pendidikan terjadi sebuah a revolution in learning process (revolusi dalam proses pembelajaran) ini adalah perubahan atmosfer dimana PTKIN harus melihat untuk menghadapinya.




Samsul Hidayat: Keberagaman Kelompok Agama Menjadi Sebuah Kemaslahatan

workshop-multikultural

Jurusan Perbandingan Agama FUAD IAIN Pontianak mengadakan kegiatan Workshop Multikultural yang bertemakan “Isu Multikulturalisme di Era Globalisasi” di ruang teater UPT IAIN Pontianak pada hari Kamis, 29 September 2016.

Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), Dr. Samsul Hidayat MA mengatakan kegiatan workshop ini merupakan upaya jurusan baru yakni Jurusan Perbandingan Agama untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di dalam memahami keragaman dan cara untuk mengatasi beberapa persoalan termasuk konflik yang ada di Kalimantan Barat.

dsc_0142Sehingga, paparnya, isu tentang multikulturalisme memang menjadi isu yang sebenarnya sudah mendunia. Bahkan Islam pun memiliki konsep untuk menjabarkan dengan jelas tentang keberagaman kelompok beragama manjadi sebuah kemaslahatan.

Samsul menjelaskan, dalam al-Quran pun sudah dijabar bahwa tuhan sengaja tidak menciptakan manusia dalam satu kelompok dan dengan keberagaman kelompok yang ada akan ada perbedaan. Dalam skenario tuhan, mungkin Dia akan melihat siapa yang paling baik diantara kelompok manusia tersebut, sehingga perbedaan multikulturalisme menjadi sesuatu yang positif dalam meningkatkan semangat untuk terus berbuat kebaikan.

Setelah memberikan sambutan dan membuka acara secara resmi. Dekan FUAD, Samsul Hidayat menandatangani MoU bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatangan MOU kali ini dalam rangka legalitas hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan bersama para stakeholder lembaga majelis keagamaan di Kalbar.

Dalam pernyataan singkatnya, Samsul menyebut, dengan adanya penandatanganan MoU ini menandakan semakin luaslah cakupan pembelajaran bagi mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Pontianak khususnya.

“Saya kira kerja sama ini bagus, karena hal pertama ini adalah untuk kepentingan akademik, semakin banyak menjalin kerja sama dengan pihak lain maka jurusan itu perkembangannya akan semakin bagus”, tambah Samsul.

Menyambut kerjasama tersebut Ketua Walubi Kalbar, Edy Tansuri menyampaikan bahwa kerja sama ini sangat bagus sekali dalam rangka membangun keharmonisan. Karena untuk membangun bangsa yang kuat harus bisa menjaga keharmonisan di setiap perbedaan.

Selain itu, “manusia diciptakan untuk mendapatkan suatu persamaan seperti menghirup udara yang sama, tinggal di bumi yang sama dan di bawah langit yang sama. Melalui MuU ini menunjukkan suatu keterbukaan diantara umat beragama. Pentingnya kerjasama ini dikarenakan kita sudah memasuki era globalisasi, dimana manusia yang hebat adalah manusia yang bisa menghormati dan memuliakan orang lain”, tandas Edy Tansuri.

Dalam workshop tersebut menghadirkan pemateri ahli di bidang multikultural yaitu Dr. Zakiyuddin Baidhawy dari IAIN Salatiga, dan Eka Hendry Ar. M.Si Sosiolog yang merupakan Wakil Dekan I FTIK, IAIN Pontianak.

Turut hadir dalam acara tersebut Dekan, Wakil Dekan I, II, III, Seluruh Ketua dan Sekretaris Jurusan, Dosen di lingkungan FUAD IAIN Pontianak serta seluruh mahasiswa semester 1 dan 3 Jurusan Perbandingan Agama. Hadir pula stakeholder dari seluruh lembaga majelis keagamaan yang ada di Kalbar.




Dharma Wanita IAIN Pontianak Bekali Anggotanya dengan Pengetahuan Table Manner

dharma-wanita

Etika perjamuan makan atau sering dikenal dengan istilah table manner merupakan aturan atau tata cara standar internasional saat bersantap bersama di meja makan dalam sebuah acara resmi.

Pengetahuan tentang table manner secara tidak langsung menunjukkan kualitas pergaulan, intelektual, dan etika pergaulan seseorang. Karenanya Dharma Wanita IAIN Pontianak membekali anggotanya dengan pengetahuan table manner yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 29 September 2016 di Hotel Borneo

dsc_9438Ketua Dharma Wanita IAIN Pontianak, Siti Rohani mengatakan, kegiatan table manner merupakan salah satu program kerja yang bertujuan memberikan pembinaan terhadap anggotanya tentang pengetahuan dan keterampilan dalam hal etika dan estetika jamuan makan resmi maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini berlangsung selama setengah hari, diisi dengan penyampaian materi dan praktek table manner oleh Yuda Pratama di Hotel Borneo. Tempat pelaksanaan yang sudah disetting seolah sedang jamuan makan. Para anggota Dharma Wanita IAIN Pontianak pun hadir dengan mengenakan busana formal seolah menghadiri suatu acara jamuan makan resmi.

dsc_9520Pada sesi awal dipaparkan mengenai teori detail yang termasuk dalam material table manner, dan kemudian dilanjutkan langsung dengan role play, yaitu mempraktekkan secara langsung teori table manner dengan bersantap makan siang yang disajikan pihak hotel Borneo sesuai dengan teori yang telah dipaparkan.

Pelaksanaan kegiatan table manner dharma wanita IAIN Pontianak berlangsung secara interaktif dan sangat menarik. Selain karena dilaksanakan dengan menyantap makanan secara langsung, ternyata banyak hal-hal yang perlu untuk diperhatikan dan bisa sangat bermanfaat untuk etika pergaulan dikalangan internasional.




Rektor IAIN Pontianak Dorong Wisudawan untuk Percaya Diri dan Optimis dalam Mengembangkan Potensi Diri, dan Kreativitas

wisuda

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, mewisuda 259 mahasiswa S1 dan program pascasarjana pada hari Sabtu, tanggal 24 September 2016 di Gedung Aula Kampus. Acara yang dimulai pada pukul 08.00 WIB berlangsung hidmat.

Prosesi wisuda tersebut menandakan mahasiswa telah menyelesaikan studinya di IAIN Pontianak. Dalam pidato Rektor, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag mengucapkan selamat dan sukses kepada para wisudawan-wisudawati yang telah menyelesaikan studi strata satu (s1) dan strata dua (s2) di IAIN Pontianak.

“Keberhasilan ini merupakan perpaduan antara kesungguhan dan dukungan orang tua dan semua yang terlibat dalam poros yang panjang dan berliku”, tutur Hamka.

_dsc9457Dia menghimbau kepada wisudawan, setelah bersyukur dan sujud syukur kepada Allah, tentu juga wajib berterima kasih kepada kedua orang tua. Hal ini bagian yang sangat penting bagi wisudawan sebagai bagian utama dari perilaku akhlaqul karimah.

Dia menandakan dicapainya prestasi baru dalam kehidupan mahasiswa meraih gelar kesarjanaan, hal ini membuktikan naiknya kualitas kependidikan, hendaklah harus diiringi dengan membaiknya kualitas perilaku dalam keseharian hidup.

Menurutnya, ini yang akan menjadi modal utama dalam atau untuk memanfaatkan gelar kesarjanaan kalian untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Sebab, bermodalkan ijazah dan kepintaran saja tidak cukup, karena hari ini sudah sangat banyak orang pintar.

Hamka berpesan, sertailah kesuksesan wisudawan dalam mencapai gelar kesarjanaan itu dengan sikap “tawadhu-rendah hati”, seperti pesan Rasullullah Saw; “Tidak akan menjadi hina orang yang merendahkan hatinya, kecuali akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT”.

_dsc9458Dia juga mendorong, agar wisudawan meningkatnya jenjang pendidikan dari yang telah dicapai saat ini. Selain itu inilah saat yang tepat bagi wisudawan untuk berkarya dan membuktikan kemampuan yang dimiliki.

Memanfaatkan beberhasilan mencapai gelar kesarjanaan ini tidak harus dengan menjadi PNS, dan tidak tidak harus menunggu untuk menjadi PNS baru berperan serta dalam pembangunan bangsa.

“Gelar kesarjanaan ini jangan menimbulkan kegalauan atau kegelisahan baru. tataplah masa depan dengan penuh percaya diri, optimis, kembangkan segenap potensi diri dan kreatifitas kalian. lulusan perguruan tinggi sudah tidak zamannya menunggu peluang kerja, tetapi mesti mencari dan menciptakan peluang kerja tanpa memilah-milih pekerjaan”, motivasi Hamka penuh semangat.

Terakhir, pungkasnya, “sebagai Rektor IAIN Pontianak saya ingin berpesan kepada wisudawanuntuk menjaga nama baik almameter kita dan mengabdilah kepada Allah dan Rasul-Nya untuk agama, bangsa dan negara. Jadilah duta IAIN Pontianak yang memiliki dedikasi tinggi.




Revitalisasi Pengajaran Bahasa Arab Menjadi Piranti Bahasa Komunikasi

PINBA X

Seminar Internasional Asosiasi Guru Bahasa Arab se-Indonesia. Beberapa waktu lalu pada hari Jumat s.d Mingu 26-28 Agustus 2016 di Gedung Aula IAIN Pontianak, ini dibuka langsung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Madrasah Kemenag RI, dihadiri Rektor IAIN Pontianak beserta civitas akademika selaku tuan rumah.

Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag RI, Prof. Dr. Nurcholis Setiawan pada pembukaan IMLA atau Asosiasi Guru Bahasa Arab se-Indonesia. Dia mengharapkan dua hal dalam pertemuan ilmiah ke x tentang bahasa arab. Dua hal tersebut, pertama adalah perbaikan pada konten pengajaran bahasa Arab dan kedua bagaimana melahirkan guru-guru bahasa Arab yang lebih baik di madrasah. Keduanya akan memiliki kontribusi dan nilai positif bagi pendidikan bahasa arab di madrasah.

Dia menuturkan, madrasah memiliki peran yang vital dengan jumlah siswa sebanyak 9,2 juta orang dan memiliki jumlah 76.551 madrasah se Indonesia. Pengajaran bahasa Arab belum beranjak sebagai ilmu bahasa dan piranti komunikasi.

DSC_6411Nurcholis Setiawan menjelaskan, melalui IMLA bersama dengan Direktorat pendidikan Madrasah Kemenag RI untuk memberikan sumbangsi bagaimana merevitalisasi pendidikan bahasa Arab di madrasah sehingga tidak lagi berorientasi semata-mata bahasa keagamaan, tetapi bahasa Arab untuk komunikasi, diplomasi, perdagangan, jasa dan sebagainya.

Dia berpendapat, IMLA dapat membantu dan mendesain kualitas S1 para mahasiswa yang nantinya menjadi guru atau pendidik bahasa Arab di madrasah. Disamping pada konten atau isi pembelajaran bahasa Arab, dan tidak kalah pentingnya adalah bisa menjadi piranti dan pengenalan dan perluasan wawasan bagi peserta didik melalui pelajaran bahasa Arab.

Dengan kegiatan ilmiah yang diselenggarakan IMLA akan ada presentasi-presentasi ilmiah, diskusi tim, dan MoU dengan Direktorat Pendidikan madrasah akan menghasilkan naskah akademik yang kemudian bisa diseminasikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan pengajaran bahasa Arab itu sendiri, pungkasnya.