Komitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan LPTK

 komitmenKegiatan Refreshment Asesor Kerjasama FTIK (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegurun) IAIN Pontianak dengan FTIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digelar pada hari Sabtu, 19 Juli 2014 bertempat di Restoran Beringin, menghadirkan Maifalinda Fatra, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kegiatan ini, dikatakan Maifalinda Fatra, berangkat dari keyakinan bahwa LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan) memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia yang memiliki daya saing dan berkarakter.

Menurutnya, kualitas pendidikan dan pelatihan LPTK perlu ditingkatkan. Kegiatan pendidikan dan pelatihan di bawah naungan Kementerian Agama semestinya menjadi tanggung jawab LPTK di bawah naungan Kemenag.

Maifalinda Fatra menjelaskan, dengan diterapkannya kurikulum 2013 oleh Kemendikbud, maka LPTK di bawah Kemenag mau tidak mau kita juga harus dapat menyosialisasikan dan mengimplementasikan kurikulum 2013 itu dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan guru-guru di lingkungan madrasah/pesantren di bawah Kemenag.

Pesan moral yang disampaikan oleh Direktur dan juga pihak Kemendikbud, bahwa pada PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) tahun 2014 segala kegiatan yang ditujukan untuk guru yang menyangkut pelatihan, harus berimplikasi positif pada guru, mulai dari awal sampai evaluasi pembelajaran. Semuanya harus sesuai dengan kepentingan kurikulum 2013, lanjut dia.

Seperti kemitraan sebelumnya, LPTK UIN Jakarta dengan LPTK yang ada di Pontianak telah berlangsung lama khususnya dalam hal pelaksanaan PLPG. Namun, karena komunikasi terbatas atau ada sebab lain, kemitraan LPTK di Jakarta dan LPTK yang ada di Pontianak ini dirasakan belum begitu maksimal.

Karena itu, Maifalinda Fatra berkeyakinan untuk ke depan, kemitraan ini mesti diperkuat. Pembinaan guru-guru di madrasah adalah tanggung jawab penuh LPTK-LPTK yang ada di bawah Kemenag, bukan yang lain. Kecil peluangnya Kemendikbud melakukan pembinaan pada guru-guru di lingkungan Kemenag mengingat mereka punya tanggung jawab dan wilayah kerja sendiri.

“Untuk peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, kemitraan antara LPTK mesti diperkuat, bukan dalam kegiatan PLPG saja tetapi dalam kegiatan-kegiatan lain. Perlu dilakukan kerjasama-kerjasama sehingga terbentuklah semacam model pelatihan” ungkap Maifalinda Fatra.

Dia menuturkan perlu adanya inovasi dalam kegiatan ini, ke depan akan didiskusikan tentang teknis dan konten pelatihan pada PLPG. Pada tahun 2014 ini program PLPG semua sudah berbasis ITP, penjadwalan, dosen, peserta administrasi diinput ke dalam program ASG.

Maifalinda Fatra mengakui, berangkat dari evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya, masih banyak guru-guru yang mengikuti PLPG belum memenuhi kualitas standar yang diinginkan, kualitas PLPG harus ditingkatkan. Jangan sampai setelah PLPG, masih banyak guru-guru tidak lulus.

Hal ini diamini oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Menurut Hamka, kegiatan ini semacam penguatan. Karena itu besar harapan kegiatan ini dapat berperan dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan seperti yang diharapkan.

Hamka mengingatkan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh LPTK, bukan saja soal transfer ilmu pengetahuan pada guru-guru tetapi juga tentang bagaimana guru-guru dapat menjadi teladan.

Hal inilah yang harusnya menjadi ciri khas dari pelatihan di lingkungan Kemenag. Rektor IAIN Pontianak menyebut, hidup ini ada nilai-nilai barakahnya. Apalah artinya pengetahuan bertambah tapi barakahnya tidak ada.

Dia menuturkan kenapa belakangan ini pendidikan kurang dirasakan manfaatnya. Hamka mencontohkan bagaimana murid tidak menganggap penting bertemu dengan guru dalam belajar, cukup download materi saja, mereka anggap itu sudah cukup. Inilah yang dimaksudkannya ilmu sudah kehilangan barakah. Karena itu, peran pendidik penting bukan hanya dalam konteks mentransfer ilmu tapi sebagai teladan.

“Guru yang menyampaikan sekaligus harus menjadi contoh. Jangan sampai pendidikan kita kehilangan barakah dan jauh dari prinsip-prinsip pendidikan karakter. Untuk itu, guru juga harus memperbaiki karakternya agar dapat berperan positif dalam pendidikan. Agama nyata dalam tindakan dan praktik bukan hanya sekedar wacana”, tegas Hamka.




Khalimah: Kebutuhan Perencanaan Anggaran 2015 Didasari pada Aspek Prioritas Utama dan Pendukung

pelatihan

PLTKabag Perencanaan dan Keuangan IAIN Pontianak menggelar kegiatan pelatihan Penguatan Data Perencanaan dan Implementasi Data Dukung, pada tanggal 21 s.d. 23 Juli 2014, di Hotel Gajahmada Pontianak.

khalimahKegiatan yang diselenggarakan atas inisiasi Subbag Perencanaan IAIN Pontianak ini bertujuan menciptakan sumber daya tenaga administrasi yang profesional di fakultas, dan lembaga pada unit kerja lainnya, dengan menggagas tema “Akurasi dan Akuntabilitas Data Dukung Sebagai Penguatan Merencanakan Kesuksesan Sistem Budgeting”.

Kasubbag Perencanaan IAIN Pontianak, Suhaimi, M.Pd. mengatakan, melalui penganggaran secara bottom up (unit kerja sebagai pengusul kegiatan), unit kerja mempunyai peran penting dan mengambil peran awal dalam perencanaan. Keliru memahami arah kebijakan maka potensi pintu kegagalan dalam menyusun perencanaan dan data dukung akan terbuka lebar.

“Selama ini data dukung yang disampaikan melalui Satuan Kerja senantiasa berubah-ubah, random (acak) tanpa didasari data konkrit di lapangan. Di samping itu format yang digunakan bervariasi tanpa menggunakan standarisasi yang ditetapkan”, kata Suhaimi.

Dengan kondisi seperti ini, paparnya, sangat sulit untuk melakukan rasionalisasi serta dipertanggungjawabkan. Karena akan berimplikasi pada kelebihan dan bahkan kekurangan anggaran yang akan dialokasikan bagi Satuan Kerja dan ini menjadi stigma negatif bagi Kementerian Agama secara umum.

Dia menyebut, Subbag Perencanaan IAIN Pontianak berupaya untuk melakukan langkah konkrit perubahan dengan menggagas penguatan data perencanaan melalui penguatan data dukung KAK/TOR dan RAB dalam pengusulan anggaran bagi unit-unit kerja di Satuan Kerja IAIN Pontianak.

Untuk itu, tuturnya, Urgensi dari kegiatan yang diselenggarakan ini akan memberikan cara mudah memahami arah kebijakan (renstra), cerdas menentukan kegiatan prioritas dan pendukung, kemudahan dalam pertanggungjawaban penggunaan anggaran, rasionalisasi yang tepat, akurasi data yang terukur dan terarsip.

Secara terpisah dilokasi kegiatan, Ketua Panitia dan juga sebagai Kabag Perencanaan dan Keuangan Hj. Khalimah Barozah, SE., MM, mengungkapkan pelatihan serupa telah dilaksanakan Unit Perencanaan pada tahun sebelumnya, akan tetapi dari perubahan alih status STAIN ke IAIN menjadi alasan utama, selain itu terdapat juga beberapa tenaga baru yang ditugaskan untuk membuat TOR dan RAB pada masing-masing fakultas dan lembaga.

Meski demikian, Khalimah berharap untuk memenuhi kebutuhan Subbag Perencanaan dan Keuangan bergerak cepat untuk memenuhi kebutuhan perencanaan anggaran pada tahun 2015 mendatang yang didasari pada aspek prioritas utama dan aspek pendukung.

Agar perencanaan dapat dilakukan dengan baik, dia menuturkan, dari masing-masing fakultas, bagian, dan lembaga dapat menyampaikan rencana kegiatan dan program yang akan dilaksanakan harus didasari data.

Menurutnya, hasil dari kegiatan tersebut memberikan gambaran bagi peserta akan pentingnya data dukung berupa data kualitatif yang biasa disebut dengan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) atau TOR yang berisi tentang gambaran mengenai gambaran pencapaian output kegiatan, dan RAB sebagai data kuantitatif berkaitan dengan perkiraan besaran biaya diperlukan.

pelatihan#2Ia menambahkan, setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat mengetahui bagaimana menyusun program berdasarkan identifikasi kebutuhan fakultas dan lembaga di lingkungan IAIN Pontianak.

Dia menyebut, Kegiatan yang diikuti sebanyak 41 peserta mewakili unit masing-masing, dengan harapan unit kerja dapat dengan mudah melakukan penyusunan TOR dan RAB untuk tahun anggaran 2015 mendatang.

Demikian juga sebaliknya, Subbag Perencanaan dan Keuangan merasa dimudahkan dalam merencanakan anggaran, karena kedua bagian tersebut membutuhkan data dukung berupa data kualitatif dan kuantitatif.

Kegiatan pelatihan secara resmi dibuka oleh Kepala Biro AUK, H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc, MM. Dalam sambutannya, dia mengatakan data sangat penting dalam merencanakan kegiatan, jika datanya tidak jelas maka perencanaan tidak akan maksimal. Data tersebut digunakan dalam penghimpunan anggaran.




UKK Komsan, Jaga Tradisi Juara Selalu Tampil di Pentas Nasional

Komsan#peksiminas

Catatan berturut-turut sebagai juara I monolog sejak dari tahun 2008 s.d. 2014 diajang seleksi PEKSIMIDA (Pekan Seni Mahasiswa Daerah) yang diikuti perwakilan kampus se-Kalimantan Barat, membuat UKK (Unit Kegiatan Khusus) KOMSAN IAIN Pontianak selalu mengirimkan perwakilannya ke pentas seni mahasiswa nasional atau PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional).

Keberhasilan UKK Komsan pada tahun ini terbilang luar biasa, selain mendapat kesempatan mengirim 2 cabang sekaligus yakni cabang monolog dan lomba membaca puisi dipentas PEKSIMINAS, selain tradisi juara tetap dipertahankan.

Dengan terpilihnya Yuyuk Purwati dari UKK Komsan IAIN Pontianak sebagai juara I cabang Monolog, keberhasilan ini memperpanjang tradisi juara monolog dalam event bergensi antar mahasiswa pencinta karya seni se-Kalbar atau PEKSIMIDA sejak tahun 2008 s.d. 2014.

Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) merasa begitu bahagia setelah dirinya dinobatkan sebagai juara I monolog. Berkesempatan mewakili Kalbar menuju pentas nasional atau PEKSIMINAS (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) di Palangkaraya pada tanggal 14-18 September 2014 lalu tentu menjadi kenangan tersendiri baginya.

Meskipun pada ajang PEKSIMINAS, Yuyuk belum berhasil meraih juara, namun dia mengaku tak menyangka telah memenangkan perhelatan seleksi daerah itu, dan bisa tampil di pentas nasional sudah cukup untuk memberikan pengalaman tersendiri. meskipun begitu ia merasa telah tampil secara maksimal, ia pun tidak kecewa dan berterima kasih atas dukungan dari teman-temannya di Komsan.

Menyelisik kebelakang, Yuyuk menceritakan keinginannya sangat kuat untuk menjadi juara monolog sudah ada sejak dua tahun lalu, ia termotivasi berkat dukungan almarhum Daeng, seniornya di Komsan. Dengan begitu ia bisa mempersiapkan diri dan semangat berlatih memainkan peran cukup lama menjelang perlombaan.

Selama di UKK (Unit Kegiatan Khusus) Komsan, Yuyuk mulai aktif dalam berbagai perlombaan dan kegiatan seni antar mahasiswa. Berkat keuletannya, ia berhasil menyabet penghargaan pada lomba monolog antar Perguruan Tinggi se-Kalbar.

Bagi dirinya, keberhasilannya meraih juara I saat ini punya keistimewaan tersendiri. Pasalnya, sejak dari tahun 2008 hingga 2014 UKK Komsan selalu keluar sebagai juara I cabang monolog, namun tidak satu pun dari kalangan perempuan, jadi dia merupakan yang pertama.

Perempuan yang aktif di kegiatan mahasiswa dan gemar bermain alat musik ini pun berharap, prestasi yang diraihnya dapat menjadikan ia lebih bermanfaat bagi banyak orang dan teman-teman mahasiswa.

Selain Yuyuk, pada ajang yang sama, UKK Komsan IAIN Pontianak juga memiliki Arif Faturrahman yang berhasil meraih jura I pada cabang lomba membaca puisi putra. Keberhasilan Arif ini tidak terlepas dari motivasinya untuk memberikan yang terbaik bagi juniornya.

Arif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) yang tidak lama lagi akan melakukan sidang skripsi, ketika ditanya keberhasilannya menjuarai lomba baca puisi putra adalah anugerah. Dia merasa bangga dan mengaku senang bisa meraih juara satu lomba baca puisi putra.

Berbeda dengan rekannya, ia menanggapi hal lain yang berkaitan dengan kegiatan PEKSIMIDA. BPSMI (Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia) Kalbar selaku penyelenggara, kegiatan Peksimida masih tergolong seremoni seleksi daerah.

Bukan tanpa alasan, menurut dia, BPSMI Kalbar yang dipercayakan selaku penyelenggara kegiatan, tidak memberikan hadiah kepada para pemenang lomba baik dalam bentuk dana pembinaan, piala ataupun piagam.

Selain itu, “PEKSIMINAS rencananya akan digelar pada bulan Oktober mendatang, biaya keberangkatan masih harus dibebankan kepada pemenang sebesar 1.7 juta dan biaya pakaian kontingen 65 ribu rupiah. Peserta hanya digratiskan biaya makan dan penginapan”, tutur Arif.

Walaupun demikian, Arif menyebut telah berkonsultasi dengan pihak IAIN Pontianak, dan telah menemukan jalan keluarnya setelah bertemu dengan Wakil Rektor III. “saya akan berusaha semaksimal mungkin, dengan melihat peluang selalu ada untuk menjadi juara, dan saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut begitu saja”, tambahnya.




Pembinaan Tenaga Honorer Bahas Masalah Disiplin dan Kebersihan Lingkungan

pembinaan honorer

IAIN PONTIANAK, HUMAS – Pembinaan Tenaga Honorer 2014 yang diselenggarakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu dan Minggu, 12,13,19, dan 20 Juli 2014 tersebut menitik beratkan pada peningkatan disiplin dan kebersihan di lingkungan IAIN Pontianak.

Berbicara di depan sekitar 75 orang pegawai honorer, Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Keuangan IAIN Pontianak, H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc, MM, menekankan pentingnya disiplin dalam dunia kerja.

“Dengan sikap disiplin, hati akan menjadi tenang karena pekerjaan akan selesai tepat waktu, bahkan lebih cepat. Selain itu, dengan disiplin juga karakter dalam diri bisa terbentuk menjadi lebih baik”.

Bukan tanpa alasan, Kepala Biro AUAK IAIN menggarisbawahi disiplin sebagai titik tolak kinerja para pegawai di kalangan IAIN Pontianak. Karena, menurutnya, dengan adanya disiplin maka kualitas kerja juga akan semakin baik.

“Saya agak sedih pada honorer dan PNS yang datang terlambat tapi pulang agak cepat. PNS harus memberikan contoh kepada tenaga honorer untuk lebih aktif. Sebaliknya, karyawan honorer jangan meniru perbuatan yang tidak baik dan bekerja dengan sebaik-baiknya berdasarkan tugas dan fungsinya. Saya harap setiap lini di unit kerja IAIN ini berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan disiplin dalam diri masing-masing” tutur Abdul Halim.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Syarif, MA. disiplin penting diterapkan di IAIN Pontianak terutama disiplin dalam menjaga kebersihan.

Syarif merasa kecewa dengan standar kebersihan, namun baginya, dalam menjaga kebersihan setiap individu harus merasa bertanggungjawab. Lingkungan yang bersih secara tidak langsung menstimulasi pikiran dengan hal-hal yang bersih sehingga akan mempengaruhi kualitas kerja menjadi lebih bagus.

Sementara, Kepala Bagian Umum, H. Muhamad Dimyati, S.Sos, MM, menyebut, peningkatan kerja tenaga honorer tentunya mesti dibarengi dengan peningkatan hak yang didapat sebagai reward yang setimpal atas kewajiban yang telah dikerjakan.

Dimyati menjelaskan, selama ini gaji yang diberikan kepada tenaga honorer berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) seperti pemasukan dari SPP mahasiswa.

Oleh karenanya, dia menegaskan bahwa kedepannya kesejahteraan tenaga honorer akan lebih diperhatikan. Terlebih lagi adanya anggaran di APBN untuk pegawai pemerintah yang bukan PNS atau disebut dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Kedepannya, tenaga honorer bisa dialihkan menjadi PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja sehingga gaji yang dibayarkan akan diambil dari dana APBN. Kita akan mendorong para tenaga honorer ini untuk terus meningkatkan etos kerja sampai mereka bisa berubah status menjadi pegawai pemerintah meski masih berstatus kontrak”, paparnya.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan Dimyati soal reward kerja, Syarif menambahkan bahwa penghargaan yang akan diberikan kepada tenaga honorer tidak hanya berupa gaji yang akan diterima setiap bulannya.

“Kedepannya kita akan coba mengadakan reward atau penghargaan untuk tenaga honorer yang berprestasi, yang memiliki kedisiplinan yang tinggi, dan pekerja keras. Dengan adanya award ini diharapkan akan menjadi motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik”, cetus Syarif.

Penyerapan tenaga honorer di lingkungan IAIN Pontianak termasuk masif. Saat ini, pegawai honorer yang bekerja di IAIN Pontianak berjumlah 75 orang. Petugas keamanan berjumlah 9 orang, cleaning service sebanyak 16 orang, 35 orang tenaga honorer yang tersebar di setiap unit kerja IAIN Pontianak, serta 15 orang rekrutan baru di tahun 2014 ini seiring dengan transformasi STAIN menjadi IAIN Pontianak.




Era Modern Revoluasi Pendidikan Islam di Iran

Kuliah Umum

Oleh: Dr. Hojjat Ibrahimian

Orasinya diterjemahkan oleh Imam Ghazali

Selasa, 24 Juni 2014 I 10:00 WIB

IAIN PONTIANAK, HUMAS – Iran adalah negara berpenduduk sebanyak 75 juta jiwa, 97 persennya memeluk agama Islam. Dari jumlah tersebut, 90 persen memilih mazhab ahlul bait. Banyak sekali penyebutan terhadap mazhab ahlul bait ini, terkadang menyebutkan mazhab ja’fari mengikuti mazhab Imam Ja’far as-Shadiq, atau juga mazhab Imamiyah, dan juga sering mendengar dengan mazhab Syi’ah. Sementara sisanya 10 persen, 3 persen nonmuslim, dan 7 persen menganut mazhab ahlussunnah wal jamaah yang terdiri dari penganut mazhab Syafi’i, Hambali, dan Hanafi.

Dr. Hojjat Ibrahimian mengatakan, walaupun penduduknya berbeda keyakinan atau mazhab, sebagaimana di Indonesia, memiliki kehidupan yang damai, tentram, antara pengikut agama atau mazhab yang satu dengan lainnya. Toleransinya cukup kuat, bahkan kaum minoritas baik itu agama atau pun mazhab memiliki perwakilannya di parlemen, seperti yahudi, kristen, dan ahlussunnah.

Dalam era modern, menurutnya, Iran mulai dikenal sekitar 35 tahun yang silam ketika peristiwa besar terjadi disana, yakni revolusi Islam Iran yang mengubah Iran dari monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam Iran, revolusi dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini.

Sejak saat itu, Iran mengalami perkembangan yang cukup besar hingga saat ini. Iran memiiliki strategi-strategi tersendiri untuk melangkah ke depan, namun berdasarkan konstitusi Iran merupakan negara Islam, dan tidak ada hukum atau aturan non Islam yang berlaku atau diberlakukan disana.

Kuliah Umum2Karena sistem negara Islam, maka sistem juga diberlakukan pada dunia pendidikan atau kampus-kampus di Iran. Dia berbagi pengalaman di Iran kita mungkin tidak menemukan botol-botol minuman keras, atau alat-alat maksiat ditempat umum, karena hal-hal tersebut akan mengakibatkan rusaknya sistem dan juga rusaknya aturan-aturan Islam.

Di Iran, paparnya, penduduknya juga memiliki kebebasan dalam batas-batas tertentu, dan salah satu menjadi prioritas dari Republik Islam Iran adalah menjalankan sistem Islam diperguruan-perguruan tinggi.




Seremoni Perpisahan Mahasiswa KKL Integratif

KKL P3M#8

Ketua panitia KKL Integratif IAIN Pontianak, Sapendi, M.Pd, melaporkan kegiatan KKL yang dimulai pada 27 April hingga 16 Juni 2014 berjalan dengan baik, tidak terdapat kekurangan sesuatu apa pun selama pelaksanaan tersebut (16/6).

Dia bersyukur selama kegiatan KKL integratif yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kayong Utara, khususnya pada Dikjar Pendidikan Formal dan Informal. Pada Kegiatan KKL 2014 yang diintegrasikan dengan pendataan keaksaraan fungsional atau pendataan warga buta aksara yang ada di Kayong Utara.

KKL P3M#9Bahkan, kata Sapendi, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan panitia selama kegiatan KKL, pendataan tersebut sudah selesai dilaksanakan. Hanya saja diakuinya beberapa desa yang memang diluar jangkauan mahasiswa KKL tidak dapat dilaksanakan.

Ia menyebut sebanyak 413 mahasiswa KKL Integratif yang tersebar di 29 Kelompok pada empat kecamatan, yaitu Simpang Hilir, Sukadana, Kepulauan Maya, dan Karimata. “Karena keterbatasan jumlah mahasiswa kami tidak dapat menjangkau disemua lokasi Kayong Utara”, paparnya.

Namun demikian, dirinya merasa berbahagia karena selama kegiatan KKL mahasiswa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kayong Utara” katanya sebelum mengakhiri kata sambutan pada acara pelepasan mahasiswa KKL bersama pemda di Masjid Melano Kayong Utara.

Sementara itu, Warek I Dr. Hermasyah, M.Ag, “menambahkan laporan ketua panitia KKL” ucapnya, Ia menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan oleh pemerintah dan beserta seluruh masyarakat Kayong Utara.

Dia menyebut, banyak sekali bantuan yang diberikan kepada mahasiswa KKL Integratif, sehingga tidak bisa dihitung dengan materi dalam rangka menyukseskan kegiatan ini, dan “semoga Allah membalas kebaikan masyarakat Kayong Utara” tambah Hermansyah.

“Masyarakat Kayong Utara telah menjadi guru bagi mahasiswa KKL selama disini, jadi bukanlah mahasiswa KKL yang menjadi guru karena mereka sedang mengambil pelajaran yang tidak ternilai selama pelaksanaan disini” cetus Dr. Hermansyah.

Lebih dari itu ia pun merasa sangat beruntung, pasalnya ada kelompok KKL yang dibuatkan seragam batik kelompok, ada juga disaat acara pelepasan kelompok dimana mereka bernyanyi bersama dengan kepala dusun setempat dan menurutnya, banyak sekali kenangan-kenangan lain dibawa pulang oleh mahasiswa KKL.KKL P3M#10

Sebelum menutup sambutannya, Warek I berpesan kepada Bupati Kayong Utara untuk mendorong generasi muda di Kayong Utara untuk kuliah di IAIN Pontianak. “Sekarang banyak sekali jurusan-jurusan yang dapat diambil di IAIN Pontianak, dari perubahan bentuk STAIN menjadi IAIN”, sambung dia.




Dari Kampung Riset hingga KKL Eksotis di Pulau “Bertuah”

KKL P3M#5

Pada bulan Oktober tahun lalu, P3M yang sekarang berganti nama menjadi LP2M IAIN Pontianak, pernah menggelar kegiatan Kampung Riset. Selanjutnya diawal tahun pada bulan Januari 2014 LP2M melaunching buku hasil karya mahasiswa dan dosen dalam kegiatan tersebut.

KKL P3M#6Dari kacamata LP2M dan Pemerintah Daerah Kayong Utara, kegiatan tersebut cukup berhasil. Mengutip liputan Suluh pada edisi 6 tahun 2014, dari hasil laporan dan karya buku yang dihasilkan. Kegiatan Kampung Riset dapat dijadikan referensi strategis bagi pemerintah Kayong Utara dalam melakukan pemetaan pembangunan bidang budaya dan pariwisata.

Tahun ini LP2M melanjutkan program sebelumnya dengan melakukan kegiatan KKL Integratif di Kabupaten Kayong Utara pada empat kecamatan yakni Simpang Hillir, Sukadana, Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata. Gawai ini diikuti sebanyak 413 mahasiswa dari tiga fakultas yaitu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, dan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah yang dibagi dalam 30 kelompok.

Menurut Kepala LP2M Luqman Abdul Jabbar (23/6), Kabupaten Kayong Utara dulu cukup dikenal dengan pulau bertuah. Berkembang opini publik akan hal-hal gaib, sakti, dan keramat, dan lain sebagainya, tapi persepsi sebagian masyarakat itu berbalik seratus delapan puluh derajat bagi sebagian mahasiswa IAIN Pontianak yang sedang melakukan KKL Integratif, yakni dengan menjadikan Kayong Utara sebagai pulau eksotis yang menakjubkan kaya akan pemandangan alam, budaya, sejarah, dan khazanah Islam.

Luqman menjelaskan, jika ditempuh perjalanan darat dan air daerah ini memiliki hutan yang menghijau, mengalir sungai Kapuas yang memanjang berkelok dan lebar, memiliki pantai menghampar dari selatan ke utara. Pemandangan matahari pagi dan sore hari melengkapi keindahan alam yang dimiliki Kayong Utara.

Dengan pemandangan eksotis membentang sepanjang perjalanan air dan darat. Dirinya mengaku, setibanya di dermaga banyak mahasiswa kagum akan takjubnya Kayong Utara. Mereka disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat setempat yang seketika menghilangkan rasa lelah selama diperjalanan.

Terlebih untuk kecamatan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, Luqman punya persepsi yang berbeda terhadap pulau-pulau yang ada di kecamatan Pulau Karimata sering dikatakan sebagai pulau terluar. Terminologi ini perlu ditarik, ia mengatakan pulau yang ada di Karimata adalah pulau yang terdepan.KKL P3M#7

Dia berpendapat jika dikatakan pulau terluar, maka wajar sampai hari ini pulau tersebut tidak terjamahkan masyarakat dari luar. Pulau tersebut diakuinya memiliki pesona panorama luar biasa.

Secara geografis jelasnya, jika ditempuh perjalanan laut pulau Jawa atau pulau-pulau lain menuju ke Kalimantan Barat atau dari arah selatan, pulau ini terlebih dahulu dilewati sebelum sampai di Kalimantan.

“Maka sudah sewajarnyalah Pulau Karimata dapat dikatakan pulau terdepan, dan pemerintah daerah perlu memperhatikan dan prioritaskan untuk mempromosikan dan mengembangkan potensi pariwisata”, tegasnya.

Namun demikian, pemandangan diutarakan tadi baru sisi luar dari kekayaan alam dari Kabupaten Kayong Utara. Pemandangan eksotis nan luar biasa hanya dapat dinikmati oleh mahasiswa yang ditempatkan di dua kecamatan yakni Sampit dan Pulau Maya atau Kepulauan Karimata, ungkap Luqman.

Selain menggambarkan sisi keindahan yang terdapat di Kayong Utara, lanjut Luqman, misi utama mahasiswa adalah melakukan KKL Integratif dan program kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebuyaan. Mahasiswa bisa membantu dibidang pendidikan dan keagamaan yakni mengentaskan atau meminimilisir tingkat buta aksara yang masih terdapat dibeberapa desa terpencil disana.

Masih pada konteks KKL Integratif, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensinya dibidang masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. “Membaur, bersinergi dengan tokoh masyarakat dan agama di sana jauh lebih penting, dalam membuat dan mengelola program yang baik untuk penduduk setempat”, tambahnya.




Dr. Zaenuddin, MA, MA: Identitas Kita Salah Satunya yang Sangat Penting Adalah Budaya Lisan

KOMSAN

Malam penutupan, Festival Teater Rakyat (FTR) Komsan IAIN Pontianak, Selasa, 24 Juni 2014 berlangsung meriah. Sebelumnya kegiatan ini telah dimulai dari tanggal 23-26 Juni 2014 dan diikuti sebanyak 12 sanggar, komunitas teater, dan penggiat seni di Kalimantan Barat, baik dari pelajar, umum, dan mahasiswa.

Dr ZaenuddinBerkesempatan hadir untuk menutup acara tersebut, Warek III Dr. Zaenuddin, MA, MA. Ia mengatakan Festival Teater Rakyat merupakan salah satu kegiatan budaya yang sangat penting, karena teater rakyat mengangkat budaya lisan, dan salah satu bentuk usaha revitalisasi buah kebudayaan yang menjadi identitas bangsa kita.

“Identitas kita salah satunya yang sangat penting adalah budaya lisan, Festival Teater Rakyat adalah kreativitas yang menumbuhkan budaya lisan yang salama ini sudah lama tidak didengar”, jelas dia.

Menurut Zaenuddin, kita mesti memperkuat identitas lokal, sehingga identitas bangsa Indonesia khususnya Kalimantan Barat menjadi tampak dan kita punya kesempatan untuk berpartisipasi dalam global village.

“Dalam global village ini, kita mampu menjadi satu warga dunia, dengan identitas budaya lisan di Kalimantan Barat, dan ini telah disemarak oleh komunitas santri IAIN Pontianak”, tandasnya.

Dia berpendapat, mahasiswa adalah pembelajar semuanya, belajar dibangku kuliah dibidang akademik, kehidupan sosial di masyarakat, berlatih untuk menempa diri dalam kegiatan berorganisasi. “Mahasiswa tulen adalah mahasiswa yang melakukan kegiatan pembelajaran akademik, dan non akademik, kedua-duanya saling mengisi satu sama lain”, tambahnya menegaskan.

Selanjutnya, panitia juga menghadirkan pendiri Komsan, Dr. Rully Nasrullah, M.Si pada acara tersebut bertindak sebagai Ketua Dewan Juri. Sebelum menyampaikan hasil penilaian peserta, pria yang biasa disapa dengan Aa’ sudah diminta untuk menyampaikan testimoni tentang Komsan. Ia hanya mengatakan “good”.

Rully mengaku bahagia bisa hadir pada Festival Teater Rakyat oleh Komsan IAIN Pontianak 2014. Dia juga menceritakan, “ada dua alasan penting, mengapa Komsan didirikan pada 18 tahun yang lalu, pertama saya tidak punya kontrakan atau pun kost sehingga saya bisa nginap di sanggar lebih dari 4 tahun”, ungkap Rully.

Kedua, paparnya melanjutkan, melalui kerja seni bisa menyampaikan banyak hal. “kalau kita berbicara secara akademisi, kita berteater, berpuisi, dan melakukan banyak hal yang berkaitan dengan seni merupakan salah satu cara untuk menyampaikan sesuatu secara tidak langsung”, ungkapnya menjelaskan.

Rully menganggap Teater Rakyat, mengutip kajian dramaturgi Erving Goffman (dramaturgical approach) 1956, adalah upaya merepresentasikan backstage (panggung belakang) menjadi sesuatu realitas yang baru bagi panggung yang di depan (frontstage) dengan cara yang berbeda.

“Jika kita memarahi anak atau tetangga dilakukan secara langsung bisa menjadi pertengkaran. Melalui teater rakyat, pementasan, pertunjukan-pertunjukan seni bisa menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih halus”, kata dia.

Dalam pertemuan singkat ini, Rully, juga membakar semangat penggiat seni dikalangan pelajar, mahasiswa dan komunitas untuk tetap berkarya pada masa mendatang.




Catatan Perjalanan Kolokium Internasional

Kolokium

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) pada dasarnya bukan se mata-mata lembaga pendidikan, tetapi juga lembaga keilmuan. IAIN Pontianak juga demikian tentunya. Sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terbesar di Kalimantan Barat, IAIN Pontianak harus sadar akan besarnya tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan yang maju dan berkarakter, termasuk mencetak sumber daya manusia-sumber daya manusia yang punya keunggulan dan daya saing dalam konteks global.

IAIN Pontianak sadar akan pentingnya tri dharma perguruan tinggi, yaitu selain menyelenggarakan pendidikan, juga mempunyai tanggung jawab mengadakan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (dalam artian menerapkan hasil penelitian itu untuk kemaslahatan masyarakat).

Kolokium#2Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag saat memberikan kata sambutan pada acara pembukaan Kolokium Internasional, mengatakan, kegiatan tersebut adalah salah satu terobosan penting. Hal ini disampaikannya di Bilik Wacana ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, 24 Juni 2014.

Kolokium Internasional bertemakan Khazanah Pendidikan di Alam Melayu, menurut Hamka Siregar, dalam tema ini terkandung keprihatinan. Keprihatinan yang dimaksud adalah keprihatinan kurangnya kajian-kajian pendidikan dalam konteks alam melayu. Padahal masih banyak lahan-lahan kajian pendidikan yang belum tersentuh di alam melayu.

Dalam konteks Kalimantan Barat misalnya, ungkap dia, belum banyak kajian yang berani merumuskan secara pasti kapan mula-mula berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Kalimantan Barat. Hal ini baru dalam konteks kesejarahannya saja, belum kita coba membahas konteks sosiologinya, antropologinya, manajemen kelembagaannya, tipologi khas kelembagaan pendidikannya, dan seterusnya.

Menurutnya, dalam konteks kajian tentang hubungan antara ideologi, politik, budaya lokal dengan pendidikan juga masih minim. Juga masih banyak tokoh-tokoh pendidikan lokal yang belum dikaji secara utuh dan mendalam, sehingga tidak banyak generasi muda saat ini mengenal kiprah mereka akibat minimnya kajian dalam hal tersebut.

“Semuanya memberikan peluang bagi kita bersama untuk mendiskusikan dan melakukan penelitian mendalam akan hal-hal tersebut” tambah Hamka Siregar.

Hal ini diamini oleh Pengarah ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia yaitu Prof. Norhasimah Jalaluddin yang turut menyampaikan kata sambutan dalam acara pembukaan Kolokium Internasional. Norhasimah Jalaluddin berharap kegiatan kolokium ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun sebagai bentuk perjanjian kesepahaman (MoU) antara Pascasarjana IAIN Pontianak dan ATMA UKM.

Kegiatan Kolokium Internasional ini melibatkan pembentang makalah dari kedua perguruan tinggi dalam dan luar negeri yaitu Indonesia dan Malaysia, dan diadakan berkat kerjasama antara Pascasarjana IAIN Pontianak dan ATMA UKM dari tanggal 24-26 Juni 2014.

Rombongan IAIN Pontianak bertolak menuju Kuching pada tanggal 22 Juni 2014 malam hari menggunakan bus Asia dan melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur menggunakan pesawat udara. Rombongan IAIN Pontianak tiba di Kuala Lumpur International Airport pada 23 Juni 2014. Perjalanan pulang ke Pontianak menggunakan bus Asia pada 27 Juni 2014.

Kolokium#3




Dr. Amir Maliki: Pekerjaan Ini Lagi-lagi Perlu Anggaran Hebat

 Dr Amir Maliki

Dr. Amir Maliki (21/5) mengatakan tujuannya visitasi ke IAIN Pontianak adalah untuk ikut mengembangkan Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT). Mengingat IAT masih sangat baru, dia mengaku senang Jurusan IAT dapat menghadirkan dosen-dosen tetap untuk melakukan sharing.

“Kita akan melihat dari yang sudah ada dan aspek mana saja yang perlu untuk dikembangkan,saya dan Dr. Hasan Asyari punya pengalaman berbeda yang bisa dibawa kesini, di IAT apa saja materi-materi yang perlu untuk dipahami, proyeksi jurusannya apa? terpenting adalah manajemen. Laksanakan proses akademik dengan baik dan mahasiswa sebagai objek”, kata dia, Rabu, 21 Mei 2014 di ruang pertemuan Warek II.

Menurut Amir, manajemen administrasi itu substansinya kontrak, jadi visi misi jurusan ini kontrak, kemudian dijual. “Kontraknya dengan siapa?” Tanya Dr. Amir. “Kontraknya dengan stakeholders”, terangnya tegas.

Dr Amir Maliki#2Amir menyebut, apa yang dilakukan jurusan untuk mengembangkan umat Islam inilah saatnya, dan itulah hal pokok dan itulah yang dijual. “Ia mengingatkan kalau kita sungguh-sungguh serius, kita berani benar-benar ingin besar di depan restoran dan kantin yang panning practice melakukan kerja tafsir kuliah di IAIN Pontianak”, ujarnya memberi tantangan.

Lebih jauh, Amir menerangkan jurusan ini perlu dikembangkan bersama-sama, dan itu memerlukan pengorbanan luar biasa. Jadi harus ada penetrasi dari dosen dan jurusan yang lebih terampil dalam mengelola anggaran.

Proses kreatif saja untuk mengembangkan jurusan ini tidak cukup, diperlukan komitmen luar biasa, papar Amir. Visi misi dalam rumusan borang itu adalah mimpi, tapi mimpi yang bisa dicapai, jelas rumus dan tahapannya, lanjutnya.

Dirinya berharap output angkatan pertama bisa hafiz Quran 30 juz, lima tahun berikutnya sudah harus berbeda, basis inputnya adalah calon mahasiswa yang sudah hafal Quran. “Jadi kedepannya jika ada dibutuhkan hafiz-hafiz Quran yang bisa melakukan kerja tafsir ya di IAIN Pontianak, itu baru hebat”, ungkapnya optimis.

Tidak hanya itu, menurut Amir yang terpenting dibutuhkan kerja holistik dari pimpinan sampai ke bawah. Apa lagi diakuinya, jurusan IAT bagi sebagian mahasiswa adalah jurusan yang “susah untuk merumuskan cita-cita”, candanya sambil tertawa dihadapan mahasiswa dan dosen. sehingga itu dianggapnya tidak populer.

Dr Amir Maliki#3Amir mencontohkan mahasiswa Jurusan PAI jelas tamat menjadi guru, sementara IAT pintar melakukan istimbal hukum, dan mampu berijtihad. Ia menilai ini saja tidak cukup, karena nanti di masyarakat sarjana kita dapat dipakai apabila punya keberanian. Ia menekankan mahasiswa harus dibekalkan soft skill, tidak cukup dengan ilmunya saja.

Untuk menyokong hal tersebut, Amir menilai pekerjaan ini lagi-lagi perlu anggaran hebat, karena menyangkut anggaran harus ada nawaitu yang sungguh-sungguh dari manajemen; rektor, fakultas, sampai dengan jurusan, katanya.

Dia berpendapat Pengembangan Jurusan IAT tidak cukup dengan proses kuliah gratis, tapi menuntut kerjasama manajemen IAIN dalam mengembangkan prestasi. “Seperti universitas Al-Hikam, mahasiswanya harus hafal al-Quran, punya kompetensi yang sangat baik dalam memahami literatur arab, dan sering berlatih melakukan kerja tafsir”, sarannya.