Demokrasi dan Perempuan: Islah Bahrawi Ingin Ada Ahli Fiqih dari Kalangan Perempuan
Pontianak (iainptk.ac.id) Islah Bahrawi menjadi tamu istimewa dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun 2023 di IAIN Pontianak. Prosesi PBAK dibuka secara resmi oleh Ketua Senat pada tanggal 29 Agustus 2023 di Gedung Sport Center IAIN Pontianak. Turut Hadir Rektor bersama seluruh pimpinan senat IAIN Pontianak.
Islah Bahrawi, merupakan Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI). Selain itu, beliau juga Tenaga Ahli Pencegahan Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme Mabes Polri.
Hal yang menarik dari penyampaiannya kali ini, beliau mengatakan, “Kalau ada orang yang mengharamkan demokrasi hari ini, belajarnya kurang jauh, bukunya kurang tebal. Jadi konsepsi dasar demokrasi modern itu diambil dari pemikiran Ibnu Khaldun yang merujuk pada konsep Nabi dalam membangun negara yang berkeadaban yang bernama Madinah,” jelasnya.
Beliau juga melihat dulunya banyak penemu dan pemikir dalam Islam, namun saat ini ada kemunduran. “Kemunduran peradaban Islam saat ini karena kita sibuk berpolitik. Sampai hari ini kita dicekoci dengan berbagai politik-politik sehingga kita saling mengkafirkan sesama orang Islam. Hanya karena beda pandangan politik, kita jadi saling bermusuhan,” ungkapnya.
Hal ini terjadi ketika umat Islam hanya berfokus pada hal-hal politik daripada bergerak pada tataran ilmu pengetahuan.
Beliau menyapa, “Mahasiswa baru semuanya, kalian saat ini berada di sebuah Lembaga Keilmuan Islam. Kalian harus betul-betul fokus terlebih dahulu untuk menjadi pemikir-pemikir Islam, terutama yang perempuan.“
Islah Bahrawi meminta, “Saya harapkan perempuan-perempuan di sini ada yang menjadi ahli fiqih, karena produk Fiqih hari ini diterapkan kepada perempuan, namun diputuskan oleh laki-laki, dirembukkan oleh laki-laki, dan dibuat oleh laki-laki. Tidak ada yang mewakili dari kalangan kalian (perempuan),” paparnya.
Padahal Islam sangat menghargai perempuan, sangat menghormati perempuan, dan memberikan ruang yang sama kepada kalangan perempuan. Beliau mempertanyakan, “Kenapa Istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khodijah tetap berdagang? Dan mengapa juga Ketika Nabi berkhutbah dalam haji wada itu tentang hak-hak perempuan. Hal ini untuk memberikan ruang pekerjaan yang sama antara laki-laki dan perempuan,” tegasnya.
“Menjadi laki-laki atau perempuan itu bukan kehendak manusia, semua kehendak Allah. Maka, jadi masalah jika perempuan menjadi warga kelas dua, hal itu tidak boleh. Kalian (perempuan) memiliki hak yang sama.” Tambahnya.
“Jangan seolah-olah Islam ini didesain untuk kalangan laki-laki saja. Perempuan juga memiliki hak yang sama. Saya ingin kalian yang ada di IAIN Pontianak ini, menjadi ahli fiqih perempuan yang mau mendobrak terhadap kepentingan-kepentingan yang sama dalam dunia Fiqih,” pintanya.
Berkaitan hal ini, beliau menekankan, “Kalian harus menjadi orang Indonesia yang punya hak dan ruang yang sama dalam beraktifitas. Meskipun kalian dibatasi oleh etika dan norma-norma antara gender perempuan dan laki-laki. Kalian (perempuan) tetap harus menyadari itu. Kalian akan menjadi penentu arah masa ini ke depan,” ucapnya di hadapan ribuan mahasiswa baru IAIN Pontianak.
Penulis : Bambang Eko Priyanto
Editor : Omar Mukhtar