FGD Kajian Manuskrip Keagamaan

PONTIANAK (www.iainptk.ac.id)– LP2M IAIN Pontianak menggelar Fokus Group Diskusi (FGD) di Ruang Rapat Senat pada hari Kamis, (8/8) pagi. FGD kali ini bertema Manuskrip Keagamaan Nusantara di Kalimantan Barat. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, kerjasama dan Alumni. Dr. Abdul Mukti, MA.

“Kegiatan ini bisa menguatkan satu Visi dan Misi Kementerian Agama dalam konteks pengembangan kajian keagamaan. Melalui manuskrip yang ada di seluruh nusantara. Menurut saya ini adalah salah satu kekayaan Indonesia, yang memiliki sangat banyak manuskrip. Kedua IAIN Pontianak sendiri punya tanggung jawab intelektual untuk mengembangkan riset-riset keislaman di Indonesia.” Hal itu dikatan Abdul Mukti saat memberi sambutan.

“Kalimantan Barat secara peta pernaskahan juga sangat potensial untuk mengembangkan manuskrip-manuskrip. Karena itu, FGD ini sangat relevan apa lagi bisa dilanjutkan dengan pembentukan pusat kajian manuskrip. Saya ucapkan selamat dengan terselenggaranya FGD ini, mudah-mudahhan acara ini bisa berkontribusi positif baik untuk kemaslahatan Kementerian Agama secara umum dan Indonesia secara luas serta dunia yang jauh lebih luas.” pungkasnya.

Ketua LP2M, Sukardi menyampaikan “Kegiatan FGD ini menghadirkan dua narasumber. Naraumber pertama Dr. Erwin, dari IAIN Pontianak. Narasumber kedua dari Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara Dr. Fakhriati. Peserta yang hadir terdiri dari akademisi dan mahasiswa di lingkungan IAIN Pontianak, serta dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat.” ujarnya.

Erwin dengan semangat menyampaikan materinya, dimulai dari kerajaan-kerajaan Melayu di Kalbar. Seperti kerajaan Sambas, Mempawah, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang Tayan, Meliau, Pontianak, Kubu, Simpang, Sukadana dan Matan. Dari kerajaan ini jugalah banyak lahir manuskrip-manuskrip yang berharga. Erwin yang juga merupakan dosen di IAIN Pontianak menjelaskan, “Manuskrip atau naskah adalah bahan tulisantangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan bangsa masa lampau. Minimal telah berusia 50 tahun” paparnya.

Erwin menambahkan sesuai pengalamannya, tempat penyimpanan manuskrip beragam. Mulai dari perseorangan, lembaga pemerintah, pondok pesantren dan di Istana atau Keraton. Ia juga menyampaikan sikap masyarakat memperlakukan manuskrip saat ini. ada yang dimusnahkan karena sudah dimakan Rayab, ada tang dijual kiloan karena tidak tahu apa manfaatnya, ada yang dihadihkan, selain itu manuskrip kadang disimpan di tempat tak layak. Bahkan ada sikap masyarakat yang menganggap manuskrip sebagai benda bertuah atau keramat.

Narasumber kedua Dr. Fakhriati menyampaikan “Kegiatan FGD kali ini juga bertujuan untuk melakukan sosialisasi tentang rencana pembentukan Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara yang rencananya di launching Menteri Agama pada bulan Oktober 2019. Diharapkan agar para akademisi, pemerhati manuskrip dapat memberikan masukan terkait rencana pembentukan pusat kajian manuskrip tersebut.”

Dalam sesi diskusi Ketua LP2M IAIN Pontianak menyambut baik rencana pembentukan pusat kajian manuskrip tersebut. Sarannya agar diperjelas kedudukan, fungsi, dan legalitas pusat kajian manuskrip dengan lembaga-lembaga kajian yang sudah ada. Agar dapat dibentuk pusat kajian manuskrip keagamaan nusantara di daerah.”

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email