IAIN Pontianak Menatap Masa Depan

Tanya Jawab bersama Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag
(Ketua STAIN Pontianak)

 

Apa yang menginspirasi Bapak untuk mewujudkan alih status IAIN Pontianak?

Sejak diamanahkan sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak dilantik oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Suryadharma Ali pada 12 Maret 2010 di Jakarta, saya punya mimpi-mimpi besar tentang STAIN Pontianak. Meskipun disebut mimpi, sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru sama sekali. Mimpi-mimpi tersebut telah dirintis sejak era kepemimpinan terdahulu, yaitu Bapak Moh. Haitami Salim. Pertama, keinginan untuk memiliki Program Pascasarjana; kedua; mempunyai Ma’had Ali/Rusunawa; dan ketiga, alih status STAIN Pontianak menjadi IAIN. Alhamdulillah, berkat kerja keras, doa dan dukungan dari seluruh civitas akademika serta masyarakat Kalimantan Barat, ketiga mimpi besar tersebut tercapai.

Pertama, Program Pascasarjana dapat terwujud dengan diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/806/2010 tentang Izin Penyelenggaraan Program Studi Strata Dua Pendidikan Agama Islam pada STAIN Pontianak pada tanggal 22 Nopember 2010. Sekarang, Pasca STAIN Pontianak sudah mewisuda beberapa orang. Ini pembuktian bahwa kita mampu menyelenggarakan proses pendidikan dengan baik apabila kita diberi kepercayaan yang, selama ini, seolah-olah kita tidak atau dipandang belum layak.

Kedua, mimpi memiliki Rusunawa. Saat ini Rusunawa sudah berdiri berkat bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan dukungan semua pihak. Rusunawa ini akan kita jadikan sebagai Ma’had Ali untuk menempa skill berbahasa Arab dan Inggris dan Pembinaan Keagamaan bagi mahasiswa baru. Semoga mulai tahun ini, asrama mahasiswa tersebut dapat difungsikan.

Ketiga, mimpi perubahan STAIN Pontianak menjadi IAIN juga sudah terwujud dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2013 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak menjadi Institut Agama Islam Negeri Pontianak. Pada tanggal 30 Juli 2013 dan diundangkan di Jakarta pada tanggal     6 Agustus 2013 pada Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 nomor 123. Sekarang, kita menunggu proses berikutnya yaitu menunggu Peraturan Menteri Agama RI tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Pontianak. Sembari menunggu Ortaker yang baru, kita sedang menggodok draf Statuta IAIN Pontianak. Mudah-mudahan diakhir tahun ini semuanya bisa selesai.

Bisakah Bapak bercerita sedikit tentang momen atau pencapaian yang berkesan selama proses menuju alih status IAIN Pontianak?

Sekadar informasi, sebelum dikeluarkannya Peraturan Presiden tersebut, ada proses panjang yang harus dilalui dan tidak mudah. Saya sebagai Sekretaris Forum Rektor/Ketua PTAIN se-Indonesia, berusaha mengakslerasi agar proses alih status ini tidak jalan di tempat. Dengan jabatan tersebut, saya dan kawan-kawan mendorong Forum Rektor untuk beraudiensi dengan Presiden RI yang pada waktu itu kelihatannya ada peluang. Masalah kebangsaan yang sedang menjadi sorotan publik memudahkan untuk bertemu dengan presiden. Puncaknya, Rektor/Ketua PTAIN diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pada 23 Juli 2013, yang ketika itu dihadiri oleh Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Sekretaris Kabinet dan beberapa menteri lainnya. Di kesempatan yang baru pertama kalinya dalam sejarah tersebut, Forum mendesak presiden untuk meningkatkan status STAIN menjadi IAIN. Dan, alhamdulillah tak lama berselang, Peraturan Presiden tentang perubahan status tersebut terbit.

Di samping capaian-capaian disebut di atas, kita juga telah membuka tiga program studi baru, yaitu Program Studi Perbankan Syari’ah, Program studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir serta Program studi Manajemen Dakwah. Saat ini masih dalam proses pengajuan proposal pembukaan beberapa program studi baru lainnya. Kita berharap dengan dibukanya beberapa program studi baru ini dapat mendorong perkembangan IAIN Pontianak kedepannya. Dengan alih status dan pembukaan program studi baru, animo anak-anak bangsa di daerah ini untuk menimba ilmu di kampus IAIN Pontianak kelihatan bergerak naik. Sekarang, jumlah pendaftar PCMB STAIN Pontianak dari tahun ke tahun semakin meningkat. Artinya, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap IAIN sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di Kalimantan Barat ini.

Selanjutnya, sesuatu yang pantas juga untuk dibanggakan adalah gedung olahraga yang ada di kampus ini. Gedung ini juga hanya dimiliki oleh segelintir PTAIN di Indonesia. Kelihatannya, keberadaan gedung olahraga ini cukup mendongkrak minat dan talenta mahasiswa di bidang olahraga. Terbukti, pada Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) ke-VII di IAIN Banten bulan Agustus lalu, STAIN Pontianak menempati posisi ke-8 dari 53 PTAIN Se-Indonesia. STAIN Pontianak merupakan satu-satunya PTAIN luar Jawa yang masuk 10 besar event bergengsi tersebut. Selain di bidang olahraga, kita juga membentuk club akademik; club al-Qur’an, club bahasa Arab, club bahasa Inggris dan club menulis. Untuk club terakhir (baca: club menulis) juga membanggakan karena dalam tempo kurang dari empat tahun sejak dibentuk, telah melahirkan karya 80-an buku hasil tulisan para mahasiswa yang tergabung dalam club ini.

Kemudian sesuatu yang patut kita syukuri adalah adanya peningkatan jumlah beasiswa bagi mahasiswa IAIN Pontianak. Beasiswa Bidik Misi 2013 berjumlah 29 orang; Beasiswa dari Bank Indonesia 40 orang sebesar 3.000.000/tahun. Beasiswa Mandiri Prestasi 20 orang sebesar 12.000.000/tahun; Beasiswa Mandiri Miskin 10 orang sebesar 6.000.000/tahun; Beasiswa Kemenag untuk Madrasah Aliyah ke PTAIN 12 orang sebesar 6.000.000/tahun; Beasiswa Baznas 13 orang sebesar 1.500.000/orang; Beasiswa Supersemar 9 orang sebesar 2.400.000/tahun; Beasiswa DIPA 2013 sebanyak 631 orang sebesar 2.000.000/tahun totalnya 1.262.000.000. Jadi total jumlah mahasiswa yang mendapat beasiswa di IAIN Pontianak pada tahun 2013 ini 764 orang.

Apa harapan Bapak terhadap IAIN Pontianak dimasa mendatang?

Ke depan, masih banyak agenda yang tidak kalah pentingnya untuk segera dituntaskan. Proses hibah tanah yang diberikan oleh Walikota Pontianak, Bapak H. Sutarmidji, M.Hum berdasarkan surat nomor: 591/876/TU UMUM pada tanggal 13 Desember 2012. Insyaallah, lahan ini akan kita jadikan untuk Kampus II IAIN Pontianak. Kemudian sekarang ini kita sedang dalam tahap pembangunan gedung Auditorium sekaligus masjid yang dapat menampung keperluan agenda-agenda besar IAIN ke depannya.

saya sadar betul bahwa apapun prestasi yang telah diraih tak mungkin terwujud tanpa bantuan, dukungan dan doa seluruh civitas akademika IAIN Pontianak. Keberhasilan ini adalah keberhasilan kita bersama. Semoga semua kerja-kerja yang kita lakukan untuk kebajikan apapun bentuknya menjadi amal jariyah sebagai bekal kita menuju kehidupan di akhirat kelak. Aamiin.

Print Friendly, PDF & Email