MEA, Tantangan dan Peluang Guru Pendidikan Agama Islam

mea

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) Perguruan Tinggi dituntut dapat lebih meningkatkan kualitas lulusannya yang memiliki kemampuan di dunia kerja. Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional, seperti dokter, insinyur, akuntan, guru, dosen dan lain sebagainya.

Dalam era MEA, Guru Pendidikan Agama Islam tidak boleh terasing dari perbincangan realitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Tidak terkecuali dengan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak yang terus berupaya meningkatkan kompetensi mahasiswa agar memiliki daya saing yang tinggi melalui seminar nasional yang bertemakan “Tantangan dan Peluang Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia yang diselenggarakan FTIK IAIN Pontianak pada tanggal 29 Maret 2016 di Gedung Aula.

Hadir sebagai pembicara Direktur Pendidikan Agama Islam pada Dirjen Pendis Kemanag RI, Dr. H. M. Amin Haedari, M.Pd mengatakan secara geografis Kalimantan Barat merupakan wilayah yang strategis berdampingan dengan negara tetangga Malaysia dan Brunai Darussalam.

Untuk kebutuhan dalam negeri, Amin Haedari menunjukkan data jumlah siswa yang ada di Indonesia mencapai angka 44 jutaan siswa diperkirakan jumlah siswa muslim berjumlah 40 jutaan siswa. Sementara jumlah siswa siswa yang ada di madrasah Ibtidaiyyah sampai dengan Aliyah mencapai 8 jutaan siswa.

_DSC5186Menurutnya jumlah ini sangat besar, tantangannya di era MEA adalah siswa-siswa ini calon pemimpin bangsa dan akan mengisi posisi-posisi strategis di republik Indonesia. Mereka harus mendapatkan pendidikan agama yang baik. sebaliknya jika sektor tersebut tidak diisi oleh generasi yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang baik, tentu akan menjadi ancaman.

Sementara, data guru pendidikan agama Islam hanya berjumlah 182 ribu dan akan pensiun sekitar 20 ribu. Dari jumlah guru yang sangat sedikit ini tentu menjadi tugas besar dalam melakukan perubahan dan memberikan pendidikan agama Islam yang baik.

Sedangkan data lapisan pekerjaan dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan bahwa usia di atas 15 tahun pada semua sektor pekerjaan masih didominasi oleh tenaga kerja lulusan pendidikan dasar (SD) sebesar 46,8%, lulusan SMP 17%, SMA sederajat 25% dan Perguruan Tinggi 10,14%.

Dari instrument di atas menjadi tantangan FTIK untuk meluluskan calon guru pendidikan agama Islam yang berkualitas, profesional, kreatif, produktif dan inovatif agar bisa bersaing pada era MEA yang sedang berlangsung.

Pendidikan yang berkualitas di era MEA, tutup amin, adalah pendidikan yang kita bisa menyelesaikan masalah. Sudah seharusnya kita memaksimalkan potensi dalam menghadapi ketatnya persaingan tenaga kerja di kawasan Asia Tenggara yang kompetetitif.

Print Friendly, PDF & Email