Membanggakan! Ahmad Ghozali, Mahasiswa FUAD IAIN Pontianak Raih Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Bengkulu

PONTIANAK (iainptk.ac.id)–Mengharukan sekaligus membanggakan. Itulah kiranya dua kata yang tepat untuk menggambarkan sosok mahasiswa bernama lengkap Ahmad Ghozali Bin Jauhari. Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Semester V Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pontianak dinyatakan sebagai Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) dalam agenda yang bertajuk “CAIS EXPO” yang diselenggarakan oleh UKM Kerohanian Cahaya Islam IAIN Curup, Bengkulu pada 23 s.d. 25 November 2018.

Ghozali nama panggilannya menceritakan pengalamannya dalam mengikuti ajang penulisan karya tulis ilmiah yang digelar beberapa waktu lalu tersebut. Menurutnya keikutsertaannya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) dalam agenda yang bertajuk “CAIS EXPO” yang diselenggarakan oleh UKM Kerohanian Cahaya Islam IAIN Curup, Bengkulu tersebut berawal dari informasi yang dibagikan oleh komunitas Borneo Undergraduate Academic Forum (BUAF) Banjarmasin 2017 dan Palangkaraya 2018. BUAF sendiri merupakan forum akademik Borneo yang diperuntukkan bagi mahasiswa Strata 1 untuk mempresentasikan hasil riset yang telah mereka teliti. BUAF pertama kali digagas di IAIN Pontianak pada tahun 2016, berikutnya tahun 2017 di UIN Antasari Banjarmasin, dan tahun 2018 di IAIN Palangkaraya. Selain itu informasi lomba tersebut diperoleh juga dari komunitas ISCIS Manado yang juga merupakan agenda call for paper lingkup Sulawesi.

“Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti agenda tersebut. Dengan mengirimkan abstrak pada tanggal 31 Oktober bulan lalu, sejatinya tak berharap bahwa akan masuk ke 17 besar, sebab abstrak yang dibuat tidaklah sempurna. Lagi pula saat pembuatan juga sedang sibuk-sibuknya menyiapkan agenda USICON di Yogyakarta. Namun saat pengumuman tiba, ada email masuk dari panitia pelaksana bahwa abstrak saya terpilih menjadi salah satu nominasi yang masuk 17 besar dari 25 peserta yang mengirimkan abstrak.” ceritanya.

Ketika itu panitia pelaksana memberikan batas waktu hingga 10 November 2018 untuk mengirimkan full paper kepada setiap peserta yang lolos dan layak masuk 17 besar. Dari sini mulanya Ghozali mulai gundah. Hal utama yang menjadi kendalanya yaitu biaya perjalanan hingga akomodasi selama berada di Bengkulu.

Namun dengan berbekal semangat juang pantang menyerah, ia pun meyakinkan dirinya sendiri dengan didorong oleh restu dan doa ibunya untuk mengirim full paper bukti kepastian dirinya mengikuti tahapan selanjutnya. “Restu dan doa ibulah yang meyakinkan saya untuk mengirim full paper dan biaya registrasi”. Katanya.

Perjuangan dan pengorbanan Ghozali akhirnya tidak sia-sia. Enam hari berselang ia dinyatakan lolos dan berhak menjadi finalis 10 besar. “Saat dipastikan lolos saya ucapkan alhamdulillah dan dengan bangga saya sampaikan berita bahagia ini kepada ibu. Betapa bahagianya ekspresi ibu saya saat itu.” ucapnya sumringah.
Namun di balik itu ternyata masih ada beberapa hal yang mengganjal dalam hatinya. Perasaannya bercampur aduk saat itu. Satu sisi bangga akan prestasinya sejauh ini. Satu sisi lainnya ia merasa memiliki tanggungjawab meraih prestasi dan membawa nama baik diri, orang tua, dan almamaternya. Apalagi melihat pesaing-pesaingnya kala itu rasanya ‘berat’ untuk menjadi yang terbaik. Sebab mahasiswa yang lolos 10 besar, sebagian besar berasal dari kampus-kampus ‘elite’ sebut saja Universitas Patimura-Ambon, Universitas Jambi, Universitas Sriwijaya-Palembang, Universitas Bengkulu, Universitas Aysiah-Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan-Yogyakarta, IAIN Purwekorto, IAIN Curup-Bengkulu. Praktis hanya ada 3 IAIN dari 10 nominator.

“Saya berpikir dan sempat pesimis kala itu. Melihat pesaing berasal dari universitas terkemuka di Indonesia, pastilah kualitas literasinya sangat menonjol. Kemudian jika melihat kedua pesaing lainnya yang sama dari IAIN yaitu IAIN Purwokerto dan IAIN Curup, keduanya memiliki pengalaman dan kualitas yang tidak diragukan lagi. Saat itu yang ada dalam benak saya yakni mendapat peringkat terakhir.” ujarnya.

Jumat, 23 November 2018 ia pun tiba di Bengkulu. Kemudian tepat esok harinya yakni Sabtu, 24 November 2018 mengikuti seluruh rangkaian pembukaan kegiatan yang dihadiri langsung oleh Rektor IAIN Curup, Dr. Rahmad Hidayat, M.Pd beserta Wakil Rektor I IAIN Curup. Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi kesepuluh finalis yang terpilih di depan dewan hakim. Ghozali berada di urutan kedelapan. Saat sebelum melakukan presentasi ia menampilkan salah satu budaya Melayu Kalimantan Barat yakni bepantun di depan dewan hakim dan audience. Durasi waktu presentasi yang diberikan selama 15 menit. “Di sesi ini banyak pembelajaran yang sangat berharga terkait penulisan karya Ilmiah. 15 menit yang begitu berkesan.” ucapnya.

Akhirnya saat yang mendebarkan tiba yakni pengumuman pemenang. Tepat hari Ahad, 25 November 2018 menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh Mahasiswa IAT Semester V ini. Ia dinobatkan sebagai juara kedua Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) dalam agenda yang bertajuk “CAIS EXPO” yang diselenggarakan oleh UKM Kerohanian Cahaya Islam IAIN Curup. Prestasi ini begitu sangat berkesan dan berharga khususnya bagi diri sendiri, orangtua, dan tentunya kampus tercinta IAIN Pontianak.
“Terima kasih yang tak terhingga atas support, apresiasi, dan bantuannya kepada Rektor IAIN Pontianak beserta seluruh Sivitas Akademika IAIN Pontianak. Para dosen yang selama ini banyak membantu, membimbing, serta membina dalam hal penulisan maupun penyusunan karya tulis ilmiah. Terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua yang telah mendoakan dan memberikan restunya, sehingga yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Ucapan terima kasih saya ucapkan pula kepada seluruh teman maupun sahabat yang tak henti-hentinya memberi dukungan maupun saran yang membangun.” paparnya.

Ia pun berharap semoga prestasi ini dapat menjadi semangat maupun pemacu bagi mahasiswa lainnya untuk turut berprestasi dalam bidang apapun. Tidak hanya itu, ia pun mengharapkan dukungan dan perhatian kepada lembaga dalam even-even serupa yang sifatnya memberi pengalaman berharga bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi dan kualitas dirinya demi terwujudnya mahasiswa yang berprestasi, berwawasan luas, dan berakhlak mulia.

Penulis: Septian Utut
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email