Sambutan Rektor pada Kegiatan Rapat Kerja IAIN Pontianak

Assalamuálaikum Wr. Wb.,

Yang Terhormat,
1. Para Wakil Rektor, Dekan dan Direktur Pascasarjana;
2. Kepala Biro AUAK;
3. Ketua dan Sekretaris Senat;
4. Kepala dan Sekretaris Satuan Pengawas Internal (SPI);
5. Para Wakil Dekan dan Wakil Direktur Pascasarjana;
6. Para Ketua, Sekretaris dan Kepala Pusat pada Lembaga;
7. Para Kepala Pusat pada Unit Pelaksana Teknis;
8. Para Kabag dan para Kasubag;
9. Para Ketua Program Studi dan para Sekretaris Prodi;
10. Pantia Pelaksana Rapat Kerja dan semua yang hadir.

Kita banyak bersyukur kepada Allah dengan anugerah-Nya kita dapat hadir dan melaksanakan rapat kerja di tempat ini. Shalawat dan salam kita persembahkan ke hadapan ikutan kita Muhammad Rasulullah Saw, yang telah mengeluarkan umatnya dari kegelapan kepada yang terang benderang.
Tahun ini kita melaksanakan raker lebih awal di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Raker saat ini tepat mengiringi setelah selesainya Rapat Kerja Nasional Kementerian Agama RI yang dilaksanakan pada tanggal 23-25 Januari 2019. Maka kebijakan yang akan kita tetapkan sebagai landasan dan orientasi raker IAIN Pontianak adalah sebagai cermin dan followup atas hasil-hasil dan kebijkan yang diputuskan oleh rakenas Kemenag RI.
Rakernas Kemenag RI mengusung tema “MODERASI BERAGAMA UNTUK KEBERSAMAAN UMAT”. Menteri Agama RI memberikan titik fokus utama sebagai spirit program kerja 2019 yang disebut Tiga Matra yaitu, MODERASI, KEBERSAMAAN, dan INTEGRASI. Moderasi adalah Moderasi beragama, Kersamaan adalah Kebersamaan Umat, dan Integrasi adalah integrasi data. Tiga Mantra ini sebenarnya menjadi signifikansi apa yang tujuh bulan terakhir kita wacanakan dan kita wujudkan dalam stressing program kerja. Stressing program kerja ini nanti saudara harus ikuti dalam “TITIK FOKUS KEBIJAKAN PROGRAM 2019 dan ARAH KEBIJAKAN 2020”.
Pada sambutan pengantar ini saya ingin sampaikan sesuatu, yaitu sebagian arahan saya ini merupakan ekstraksi dari isi pengarahan Menteri Agama dalam sambutan penutupan Rakernas Kemenag RI. Di antaranya:

Pertama, kiranya ASN kemenag dalam bekerja menempatkan “cinta profesi di atas motivasi yang lain”. Jika berkaca kepada metode Tuhan dalam rangka memacu kebaikan pada umat manusia, setidaknya didapati metode seperti ini, ialah Tuhan bicara Siksa dan Pahala. Dalam beberapa teks Alquran memang kita temukan tugas kenabian itu ialah sebagai “basyîran wa nadzîran—sebagai pemberi kabar suka dan kabar takut”. Ini untuk karakter manusia yang memang harus dipaksa. Diancam dengan neraka dulu baru meninggalkan keburukan. Diiming-imingi surga dahulu baru berbuat kebaikan. Maqam manusia seperti ini memang tidak akan bekerja, tidak akan taat, dan tidak akan sukses jika tidak dipaksa dan diancam. Manusia jenis ini manusia pamrih. Tergolong manusia yang rendah derajatnya. Tetapi selain itu Tuhan juga bicara tentang cinta, ikhlas dan takwa. Metode ini tidak lagi dengan ancaman dan iming-iming. Ini untuk manusia yang sudah mengenal eksistensinya untuk apa dia ada di permukaan bumi. Manusia yang seperti ini telah ada pada maqam terhormat di mata Tuhan. Mereka bekerja karena cinta kepada takdir yang telah ditetapkan Tuhan. Konteks kita hari ini, kita telah ada dalam takdir sebagai ASN. LEBIH KHUSUS LAGI, hari ini kita telah berada dalam takdir sebagi pejabat ASN dan Pejabat di IAIN Pontianak. MAKA PILIHLAH DERAJAT ANDA SENDIRI.

Kedua, Aplikasikan pola kepemimpinan yang situasional. Selesaikan diri sendiri dulu. Ubahlah diri sendiri untuk modal mengubah orang lain. Ubah derajat orang pamrih di atas menuju derajat orang yang bekerja karena cinta disebabkan takdir Tuhan kepadanya. Saat ini perubahan dunia telah sangat-sangat cepat. Kebutuhan untuk mengadaptasi diri terhadap perubahan itu sangat tinggi. Berbagai persoalan akibat perubahan yang sangat cepat itu sangat kompleks. Kini dunia telah ada di genggaman sekepal tangan. Maka potensi kerusakan setiap peribadi-pun juga bersumber dari dalam segenggam tangan itu. Konteksnya kali ini kita harus sangat perduli dengan kompleksitas persoalan yang dihadapi dan dialami serta dilakoni oleh anak didik kita. Maka kali ini kita sangat tidak boleh hanya sibuk memikirkan diri kita sendiri sebagai pejabat. Sangat tidak boleh. Sebagai pemimpin kita harus menyadiri kemampuan sebagai pemimpin, yaitu :

1* Mampu mengidentifikasi masalah di lingkungan. Lakukanlah identifikasi persoalan yang ada pada diri kita sindiri dan yang ada di lingkungan tusi kita.

2*Mampu mencari jalan keluar. Sebagai pemimpin kita tidak cukup mengenali dan menemukan masalah. Tetpi tampillah sebagai problem solver. Sebaliknya kita sebgai pemimpin di tusi kita masing-masing bukan malah mejadi sebagai problem creator. Kita ditunjuk pimpinan kita untuk mengatasi masalah bukan untuk memperbanyak dan memperbesar masalah di sektor tusi kita. Mari kita sadari itu.

3*Hadir sebagai pemecah masalah yang baik. Gali/cari dan gunakan metode yang tepat dalam memecahkan masalah.

4*Lakukan semua itu atas dasar cinta. Kita mengidentifkasi masalah di lingkungan kita karena kita CINTA IAIN Pontianak kita. Juga karena sayang kepada pengampu masalah. Bukan karena like and dislike. Apalagi karena motif yang lebih parah daripada itu. Lakukan pembinaan dulu. Jangan pernah berfikir apalagi merencanakan pembinasaan. Ingat point 9 pilar kita tentang “Aman dan damai itu kami saling menasehati, menghormati dan menghargai dan Aman dan damai itu kami saling melindungi dan menyelamatkan”.

5*Landasilah semua dengan semangat ibadah. Dalami, resapi, opinikan, dan amalkan dengan setulus-tulusnya “MOTO KERJA”kita.
Ketiga, Jadilah opinion leader untuk IAIN Pontianak. Tidak cukup hanya sebagai pemangku jabatan. Tidak cukup hanya menulis ilmiah. Jadilah speak -up/speak out untuk IAIN kita. Yang paling efektif materi speek out itu by integraty and attitude. Tunjukkan dengan kesalehan akhlakul karimah. Contoh: kita faham regulasi. Pikirkanlah cara terbaik supaya regulasi sampai dan dipedomani kepada dan oleh sebanyak-banyaknya orang yang menjadi obyek dan subyek regulasi itu. Maka pikirkanlah cara penyampaian yang baik dan efektif. Gunakanlah leadership psychology dan sosial psikologi. Demikin juga untuk kebutuhan tentang eksistensi iain.

Okey??? be a great leader for our great campus. Ask what I have done and don’t ask what I will get. Plant rice so the grass will grow.

Wassalamuálaikum wr.wb.

Singkawang, 31 Januari 2019
Ttd

Rektor,

Dr. Syarif, S.Ag.,MA.




Buka Raker IAIN Pontianak, Rektor Ajak Pejabat dan Pegawai Bekerja dengan Cinta Profesi

SINGKAWANG (iainptk.ac.id)–Rapat kerja IAIN Pontianak kali ini tepat dilaksanakan usai rakernas Kemenag pada (23-25/1) lalu. Raker IAIN Pontianak digelar pada Kamis-Sabtu (31/1 s.d 2/2). Raker merupakan turunan program kerja Kemenag Republik Indonesia.

“Kesempatan raker ini akan saya sampaikan amanah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada rakernas lalu. Tiga mantra Menteri Agama yang mesti diejawantahkan dalam bekerja yakni: moderasi beragama, kebersamaan dan integrasi data” ujar rektor mengawali sambutannya dihadapan hampir 100 peserta, Kamis (31/1) malam.

Lebih lanjut Rektor Syarif mengingatkan, “Pejabat dan Pegawai IAIN Pontianak mesti bekerja menempatkan cinta profesi di atas motivasi yang lain” tegasnya mengingatkan para pejabat di lingkungan IAIN Pontianak.

“Tuhan memberikan paksaan dan ancaman. Manusia yang pamrih. Rendah derajatnya. Tuhan juga bicara tentang cinta, ikhlas dan takwa. Metode tidak dengan iming-iming. Maqom terhormat di sisi Allah. Kita hari ini dalam frame takdir Tuhan menjadi pejabat di IAIN Pontianak” paparnya bersemangat.

Rektor juga meminta “Aplikasikan pola kepemimpinan yang aplikasional. Selesai masalah diri kita sendiri. Ubahlah diri sendiri sebelum mengubah orang lain. Ubahlah derajat orang yang bekerja dengan pamrih menjadi bekerja dengan penuh cinta”

“Sekarang dunia dalam genggaman. Sangat tidak boleh kita hanya memikirkan diri kita sendiri sebagai pejabat. Mesti mampu mengidentifikasi masalah pada diri kita sendiri dan di lingkungan tusi kita”

“Kita harus mampu menjadi problem solver. Bukan malah menjadi pembuat masalah. Kita ditunjuk pemimpin untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah. Bukan untuk menambah masalah. Ini harapan kita” tuturnya.

“Kita pimpinan harus hadir sebagai pemecah masalah yang baik. Harus diingat di dada orang yang Anda pimpin itu ada amanah Allah. Jangan biarkan masalah itu berlarut-larut. Cepat selesaikan masalah. Karena pekerjaan lain masih sangat banyak. Lakukan semua itu atas dasar cinta” urainya.

“Lakukan pembinaan dulu. Jangan pernah berfikir untuk melakukan pembinasaan. Niatkan ibadah dalam bekerja. Endingnya kita berharap kemajuan IAIN Pontianak” nasihatnya.

“Jadilah speak out untuk IAIN Pontianak. Paling bagus integritas dan attitude. Pikirkanlah supaya regulasi yang terkait bisa sampai ke pelaksana. Gunakanlah leadership psikology. Tanamkan niat tulus untuk ibadah. Insya Allah keberkahan akan kita dapatkan” tutupnya.

Penulis: Aspari Ismail
Editor: Aspari Ismail




Daftar Online pada Situs Resmi UMPTKIN 2019




Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak Resmi Melepas Tafakkur Alam LDK AS-Salam

PONTIANAK (iainptk.ac.id)–Rabu, (30/1) Tafakkur Alama (TA) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) As-Salam resmi dibuka dan dilepas oleh Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si, di halaman masjid Syeikh Abdul Rani Mahmud.

Dalam sambutannya Kepala Biro AUAK berpesan kepada panitia dan peserta Tafakkur Alam (TA). “Paling tidak ada tiga hal yang harus menjadi starting point.

Pertama, bahwa panitia dan peserta TA adalah melakukan atau perjalanan dakwah. Dakwah yang dicontohkan nabi dan rasul. Oleh karena itu, agar tidak sia-sia, TA ini tidak boleh lari dari tujuan dan semangat dakwah. Peserta memang harus benar-benar mentafakkuri alam, bukan hanya sekedar jalan-jalan. Karena jika hanya untuk jalan-jalan tentu hal ini sangat merugi” jelasnya.

“Kedua, menyatu dengan alam, yakni peserta dan panitia benar-benar memikirkan alam. Apa itu alam, tentang alam, misalnya alam ini terdiri dari 5 unsur, baik itu materi, energi, ruang dan waktu serta peristiwa tentu menjadi sesuatu yang bisa menjadi bahan renungan atau tafakkur kita semua. Apa yang terjadi pada alam saat ini. Sedang bersahabat dengan kita atau marah dengan kita. Itu harus dipikirkan.
Misalnya, di Kalbar ini yang juga sering terjadi kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap, tentu menjadi hal yang menarik kita tafakkuri bahkan bencana alam yang terjadi akhir ini, baik di palu, lampung dan lain-lain, tutur kepala Biro AUAK IAIN Pontianak” lanjut mantan Kakanwil Kemenag Kalbar itu.

“Ketiga, apa panen yang diharapkan dari TA ini. Oleh karena itu, agar panen dari TA ini baik. Maka peserta dan panitia harus menyiapkan sematang mungkin target yang akan dicapai” pungkasnya berkharisma.

Penulis: Heriansyah
Editor: Aspari Ismail




Lantik 19 Pejabat, Ini Pesan Rektor IAIN Pontianak

PONTIANAK (iainptk.ac.id)–Perkembangan IAIN Pontianak begitu pesat. Termasuk adanya penambahan fakultas baru. Seiring peningkatan mutu, dilakukan pemekaran Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) menjadi dua fakultas yakni Fakultas Syariah (FS) dan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI). Kedua fakultas tersebut dipimpin seorang dekan dan dua wakil dekan. Perubahan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 28 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 94 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri Pontianak, yang ditandatangani Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada tanggal 20 Desember 2018. Menindaklanjuti regulasi tersebut, rektor IAIN Pontianak melantik 19 pejabat untuk mengisi formasi dengan melalukan promosi dan rolling jabatan.

“9 Pilar Semangat Kerja saya mohon untuk dipahami, dilaksanakan, dan ditularkan dalam setiap kesempatan. Asal bapak ibu tahu, itu merupakan ekstraksi dari beberapa ayat suci al-Qur’an…..”.

Hal tersebut disampaikan oleh Rektor IAIN Pontianak saat menyampaikan sambutan pada Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan, Rabu (30/01) di Aula Gedung Rektorat Lantai IV. Sebanyak 19 pejabat fungsional dan struktural resmi dilantik oleh Rektor IAIN Pontianak. Hadir dalam kesempatan itu Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum, Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. H. Saifuddin Herlambang, MA, Kepala Biro AUAK, Drs. Syahrul Yadi, M.Si, Ketua Senat Dr. Hj. Nani Tursina, Kepala SPI Dr. Fauziah, para dekan, Direktur Pascasarjana, para kepala pusat, kepala lembaga, dan para Kabag di lingkungan IAIN Pontianak.

Dalam sambutannya Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA mengajak kepada setiap pejabat yang dilantik untuk memahami, melaksanakan, dan menularkan setiap poin yang tercantum dalam 9 Pilar Semangat Kerja IAIN Pontianak. Hal ini diungkapkannya dalam rangka memaksimalkan potensi dan kinerja secara berkesinambungan. “Saya mohon 9 pilar semangat kerja untuk dijadikan sikap dalam mengelola kinerja dan kepemimpinan. Seperti poin 9 yang berbunyi, aman dan damai itu kita saling melindungi dan menyelamatkan. Endingnya kita saling mengingatkan satu sama lain. Apabila ada persoalan silahkan bermusyawarah. Bermusyawarah itu bertatap muka. Dengan musyawarah dapat menghilangkan prasangka.” terangnya.

Rektor juga mengingkatkan kepada setiap pejabat untuk bekerja sesuai aturan dan regulasi yang ada.

“Dalam poin 3 berbunyi aman dan damai itu kita bekerja sesuai aturan. Artinya dalam mengambil setiap kebijakan haruslah berpedoman pada aturan yang berlaku. Gunakan kalimat tersebut sebaik-baiknya dalam mengemban amanah ini.” ujarnya.

Rektor meminta setiap pejabat yang dilantik untuk meng-guidance rekan di bawahnya dalam rangka menopang kinerja berkualitas demi memajukan IAIN Pontianak. Mulai dari level tertinggi hingga yang terendah sekalipun. Menurutnya jabatan yang diamanahkan hari ini merupakan ujian.

“Dalam satu titik kenikmatan, Allah sediakan satu titik ujian. Oleh karena itu kita harus siap mental untuk menghadapi ujian tersebut. Jangan terlalu uerefouria dengan apa yang kita raih. Sebaliknya jangan terlalu bersedih ketika kenikmatan tersebut diambil. Maka dari itulah pentingnya bersyukur.” jelasnya.

Berikut ini daftar 19 pejabat yang dilantik oleh Rektor IAIN Pontianak:
1. Dekan Fakultas Syariah: Dr. Muhammad Hasan, S.Ag., MA
2. Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, Kelembagaan, dan Kerjasama Fakultas Syariah: Rasiam, SE.I., MA
3. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Fakultas Syariah: Rusdi Sulaiman, S.Ag., M.Ag
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Dr. H. Fachrurazi, S.Ag., MM
5. Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, Kelembagaan, dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Luqman, S.H.I., M.S.I
6. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Ita Nurcholifah, SE.I., MM
7. Ketua Lembaga Penjaminan Mutu: Dr. Muhammad Edi Kurnanto, S.Ag., M.Pd
8. Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu Lembaga Penjamin Mutu: Dr. Erwin, S.Ag., M.Ag
9. Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat: Drs. Fahrul Razi, M.Pd
10. Ketua Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Anggatia Ariza, ME
11. Sekretaris Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Moch. Riza Fahmi, M.S.I
12. Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas Syariah: H. Nuriahman, SE., M.Ag
13. Kepala Bagian TU Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah: Muhammad Syahrun, SE., MM
14. Kepala Bagian TU Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Hj. Khalimah Barozah, SE., MM
15. Kepala Sub Bagian Akademik, Mahasiswa, dan Alumni Fakultas Syariah: Sharach Septiarni Dewi, SH
16. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Syariah: Heny Rahmawati, S.Pd.I
17. Kepala Sub Bagian Akademik, Mahasiswa, dan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Mariyatul Kibtiyah, S.Pd
18. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Rahmat Gunawijaya, SE., ME
19. Kepala Sub Bagian Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah: Rahmida, S.Ag

Penulis: Septian Utut
Editor: Aspari Ismail




Rektor Lantik Pengurus DEMA IAIN Pontianak

PONTIANAK (iainptk.ac.id)–Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA resmi melantik Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Periode 2019-2020, Rabu (30/01) pagi, bertempat di Auditorium Abdul Rani Mahmud.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, M.Hum, Wakil Dekan III FUAD dan FTIK, Kabag Akademik dan Kemahasiswaan, dan Kabag Keuangan FSEI.

Usai melantik, Rektor IAIN Pontianak menyampaikan pesan kepada segenap pengurus yang dilantik untuk disiplin dan fokus terhadap setiap hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Termasuk tanggung jawabnya sebagai mahasiswa untuk segera menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar sarjana.

Dalam kesempatan itu pula Rektor mengungkapkan jika setiap pengurus yang dilantik secara otomatis harus mengikuti sertifikasi wawasan kebangsaan. “Kalian bersedia dilantik, dengan begitu secara otomatis kalian harus mengikuti sertifikasi wawasan kebangsaan. Sebab nantinya kalian akan menjadi pelopor yang memahami, memaparkan, dan melaksanakan setiap nilai yang ada dalam wawasan kebangsaan.” ujarnya.

Rektor menambahkan sebagai agen dan pelopor perubahan, Pengurus DEMA diharapkan menjadi duta bagi IAIN Pontianak khususnya dan Islam pada umumnya. Oleh karenanya segala tindak tutur, sikap, dan perbuatan serta kegiatan yang dilaksanakan nantinya akan menjadi perhatian banyak pihak dalam hal ini masyarakat.

“Sebagai agen dan pelopor perubahan, kalian harus menjadi duta bagi IAIN Pontianak dalam mengaplikasikan visi misi dan motto kerja IAIN Pontianak. Termasuk program terdekat yakni ikut mensosialisasikan cara pendaftaran ulang secara online bagi mahasiswa. Kalian juga harus menjalin hubungan koordinasi dengan pihak terkait seperti Warek III dan Kabag Akademik dan Kemahasiswaan dalam setiap agenda yang akan kalian lakukan.” jelasnya.

“Selamat dan sukses kepada setiap pengurus yang dilantik hari ini. semoga pelantikan ini menjadi tonggak awal untuk kalian berkhidmat bagi kemajuan IAIN Pontianak tentunya sesuai porsi berdasarkan tugasnya masing-masing. Rencanakan program yang logis, realistis, dan bermanfaat.” pungkasnya.

Penulis: Septian Utu
Editor: Aspari Ismail




Presiden Jokowi Ingatkan Kampus Harus Tanggap Persoalan Masyarakat, Ini Komentar Rektor IAIN Pontianak

JAKARTA (iainptk.ac.id)—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama seluruh Rektor PTKN dan Kakanwil Kemenag se-Indonesia melakukan silaturrahmi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jum’at (25/1) malam usai penutupan Rakernas Kementerian Agama.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melaporkan peningkatan indeks kepuasan jemaah haji di Indonesia kepada Presiden Jokowi.

“Indeks kepuasan jema’ah haji Indonesia meningkat menjadi 85,23. Di samping itu, Kementerian Agama juga berkomitmen untuk membumikan moderasi beragama di kehidupan berbangsa” kata Menteri Agama di hadapan Presiden Jokowi.

Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengingatkan tentang perubahan lanscape sosial, politik, ekonomi yang sangat pesat. Perguruan tinggi keagamaan tidak boleh lamban menyikapi perubahan ini. Perguruan tinggi keagamaan harus tanggap dengan mengurus prodi dan fakultas baru misalnya” tegas presiden.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif turut hadir dalam pertemuan tersebut memberikan komentarnya.

“Di era pemerintahan sekarang ini kehidupan keagamaan sangat terjamin bahkan mendapat perhatian memadai seperti yang sering diungkap oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Maka harapan saya kiranya ini berjalan terus bahkan bisa lebih ditingkatkan peran pemerintah” harap rektor.

“Dalam hal merespon perubahan sosial kemasyarakatan, IAIN Pontianak siap memangku mandatori khususnya dalam hal moderasi beragama. Karena negara kita sangat heterogen, maka instrumen agama harus menjadi penyanggah utama untuk kokohnya NKRI. Kita siap bersikap dalam bentuk program nyata. Kita sudah punya Rumah Moderasi. Kita juga akan wujudkan penanaman kepahaman yang mendalam kepada para mahasiswa kita tentang wawasan kebangsaan. Kita akan perkuat kepahaman ke-Islaman mahasiswa kita melalui standarisasi kurikulum untuk mengembalikan ruh nilai keagamaan yang positif dan kondusif” jelas rektor bersemangat.

Penulis: Aspari Ismail
Editor: Aspari Ismail




Moderasi Beragama Spirit Rakernas Kemenag 2019

UKHUWAH ILAHIYAH
(Konsep Persaudaraan Lintas Komunitas Ikhtiar Untuk Moderasi Beragama)
Oleh: S y a r i f

Pada setiap zaman manusia dicatat oleh sejarahnya sebagai komunitas yang tidak pernah tidak berkonflik. Hanya saja para ahli di kalangan manusia kebanyakan hanyut dalam perbincangan fakta konflik itu sendiri. Pada saat yang sama sangat jarang perbincangan tersebut tembus kepada akarnya atau ushulnya. Oleh karena itu tidak jarang solusi yang ditawarkan pun tidak reliable sehingga tidak membuahkan hasil yang optimal. Invalidasi pemetaan masalah membuat solusi yang digagas dan dilakukan jadi tidak tepat. Mengapa pemetaan masalah dan solusi yang dilakukan manusia tidak akurat? Hal itu disebabkan “manusia tidak mengenal dirinya”. Mengapa manusia tidak mengenal dirinya? Karena manusia merasa tahu dan tidak bertanya kepada yang menciptakan manusia. Kalau boleh saya ibaratkan, tidak mungkin sebuah mobil yang sedang bermasalah dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Pastinya mobil tersebut memerlukan subyek dan panduan atau tuntunan tentang mobil tersebut. Ibarat ini pasti disanggah dengan “iya kan mobil tidak berakal”. Ok, lalu manusia berakal, bisakah menemukan solusi yang akurat untuk masalahnya sendiri?
Di balik sekelumit ulasan dan pertanyaan-pertanyaan ini saya ingin mengungkapkan tentang urgensi ajaran agama yang subyek utamanya adalah Tuhan. Bahwa manusia tidak bisa menemukan solusi tanpa bimbingan Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengutus para rasulnya yang disebut “para auliya-anbiya” ke permukaan bumi. Menurut versi hadis Abu Dzar bahwa utusan Tuhan itu berjumlah “seratu duapuluh empt ribu tigaratus tigabelas”. Yang menakjubkan bahwa di antara jumlah tersebut tidak termasuk di dalamnya Aristoteles, Plato, Descartes, dan lain-lainnya dari para ahli fikir. Keterangan ini sebenarnya untuk menjelaskan bahwa Tuhan punya cara sendiri untuk menyampaikan solusi atas persoalan manusia. Artinya Tuhan tidak meminta bantuan pemikiran manusia untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di kalangan manusia. Hanya saja manusia kebanyakan merasa bisa untuk menyelesaikan persoalannya. Akhirnya manusia tidak jarang hanya terjebak pada saling menyalahkan. Yang satu kelompok melihat kesalahan kelompok lain sebagai penyebabnya, begitu pun sebaliknya.

Akhir-akhir ini sangat marak fakta konflik horizontal antar sesama manusia, baik kita saksikan di dalam negeri ini maupun dan terlebih di luar negeri. Yang mengerikan konflik tersebut disertai dengan pembantaian-pembantaian. Kita lihat misalnya Israel-Palestina, konflik di syuriah, konflik Rohngiya, dan masih banyak lagi. Kemudian yang sangat menyesakkan dada bahwa konflik-konflik itu dinisbatkan kepada kebenaran yang diajarkan agama. Bahkan konflik politik dibawa atau dicarikan argumen ke dalam dan dengan nash-nash agama sebagai alat mobiltasnya. Sebenarnya semua orang tahu bahwa tidak ada agama yang mengajarkan seperti itu. Lalu lisenci siapa yang mengizinkan konflik itu dilegalkan dengan nash-nash agama. Nah, di sini kita bisa masukkan bahwa peran pemahaman agama yang utuh dan benar menjadi sangat urgen dalam meminimalisir atau bahkan menghilangkan konflik. Apa itu mungkin? Saya pikir sangat mungkin. Saat Muhammad Saw dirasulkan dengan Tubuh kenabiannya, bangsa Arab penuh konflik bahkan nyaris tidak ada penghargaan kepada eksistensi sesama manusia. Saat itu yang kaya disanjung, yang kuat berkuasa, yang miskin diinjak, dan perempuan tiada harganya. Penuturan sejarah memaparkan bahwa dalam masa kurang-lebih 23 tahun konflik dan kebiadaban itu bisa terkikis menjadi sosok pribadi-pribadi dan kelompok yang damai dan saling meninggikan derajat, saling menghormati, dan saling menyayangi.
Dalam suatu diskusi, saat saya ungkap contoh seperti di atas, ada yang nyeletuk” itu kan Rasulullah, tidak bisa diikut, tidak bisa kita wujudkan”. Saya berkata di dalam hati, kalau bukan Rasulullah yang kita ikuti caranya, lalu cara siap yang mau kita contoh? Ada satu hal yang tidak kita telusuri di balik kesuksesan Rasulullah Saw itu. Yaitu materi dan cara Rasulullah Saw mempersaudarakan orang-orang dan kelompok-kelompok yang keras berkonflik, ganas bersyahwat saling bunuh menjadi kelompok yang bersaudara dan saling berkasih sayang. Dari semula saling mengutamakan dan mengunggulkan sukunya menjadi komunitas yang mengedepankan persaudaraan. Sebenarnya apa sih yang materi yang disampaikan Rasulullah?
Saudara-saudara, sebatas pengetahuan yang saya dapat, ternyata Beliau Rasulullah Saw mengenal SATU hal saja, yaitu Beliau mengenalkan bahwa di dalam wujud jasmaniyah yang berbeda warna dan berbeda kelompok dan bangsa (syu’uuban wa qabaailan) itu ada SATU WUJUD yang sama-sama datang dari Tuhan. Apa pun warna kulit jasmaniyahnya, apa pun nama suku-bangsanya, kepada mereka masing-masing DITIUPKAN SATU WUJUD RUH (Qs. Al-Sajadah/32:9) pada saat umur jasad atau jasmaniyah 4 bulan 10 hari (fii arba’ati asyhurin wa ‘asyraa) di dalam kandungan ibu. Ketika Ruh ditiupkan belum ada suku-bangsa dan agamanya (jika dikonfirm ke hukum fiqh ditemukan dalam bahasan hukum takliif. Satiap diri Ruh tidak pernah minta DILAHIRKAN di tubuh berwarna apa, pada kalangan suku-bangsa apa, dan pada komunitas agama apa. Artinya setiap diri Ruh menjalankan qadar atau ketetapan Tuhannya yang kemudian dikenal dengan sebutan “taqdirnya” dengan KEHENDAK Tuhannya.

Di sini, dapat kita jadikan materi penyejuk atau bahkan penahan terhadap sikap keras dan perilaku caci maki. Bukankah Ruh itu menjalankan takdirnya hinggap di sebuah tubuh? Mengapa Ruh itu yang disalahkan dan dicaci-maki. Mengapa tidak menyalahkan Allah atau bahkan mungkin mencaci-Nya karena telah meniupkan Ruh ke dalam komunitas TUBUH yang kebetulan dipandang sebagai kelompok yang tidak beriman kepada Allah. Kesadaran inilah yang dipupuk oleh Rasulullah Saw.
Selanjutnya disebut Beliau selama 13 tahun di Makkah mengajarkan iman. Sesungguhnya beliau mengajarkan iman bukan mengajarkan dengan menyuruh orang Arab menghafal definisi iman seperti yang kita lakukan di kampus-kampus. Tetapi Beliau mengenalkan SOSOK atau WUJUD iman itu apa. Kata “ايمان” adalah bantuk ism mashdar. Jika ia ism maka itu artinya “kata benda”. Jika ia kata benda, maka ia harus ada bendanya atau wujudnya. Jadi Beliau mengajarkan iman bukan mengajarkan definisi karena Beliau bukan epistemolog. Bahkan Beliau dengan tubuh kenabiannya dikenal dengan sosok yang tidak kenal baca tulis (Qs. Al-‘Ankabuut/29:48). Lalu apa bentuk pengajaran Beliau tentang iman itu?
ايمان itu artinya kepercayaan. Ia bukan wujud abstrak kalau difahami dengan wujudnya atau adanya. Tetapi îmâm akan menjadi abstark jika difahami dengan definisi secara epistemic. Bagaimana memahami îmân dengan mengenal wujudnya? Saya sampaikan dulu ibarat atau umpama. Misalnya seorang staf khusus Menteri itu adalah orang kepercayaan Menteri. Orang kepercayaan itu adalah sosok yang sipercaya oleh Menteri untuk mengurus urusan tertentu. Jadi kata “kepercayaan” di sini bukan adalah menunjuk sosok seseorang yang dieprcaya atau seseorang yang mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya.

Sesungguhnya îmân dalam hal ini adalah sosok atau wujud yang dipercaya oleh Allah. Atau ia adalah wujud sosok yang dipercaya oleh Allah untuk mengemban tugas dipermukaan bumi ini. Maka îmân itu ialah sosok yang aktif. Sesungguhnya ia adalah sosok atau wujud yang dari Tuhan.
Untuk mengenal diri yang datang dari Tunan ini kita harus mengenal unsur apa saja yang ada pada kita ini. Tanpa memerlukan referensi yang jelimet sebenarnya kita dapat mengenal ada unsur jasmaniyah dan ruhaniyah. Unsur jasmaniyah ini kita temukan istilahnya dalam Alquran sebagai jasad. Alquran bercerita bahwa unsur jasad ini dijadikan dari saripati tanah yang tersaring (Qs. Al-Mu’minun/23:12), menjadi saripti air yang hina (Qs. Al-Sajadah/32:8), yang dikeluarkan daei tulang sulbi dan tulang dada (Qs. Al-Thariq/86:5-7). Bahan ini dijadikan di dalam rahim (Qs. Ali Imran/3:6). Jadi berdasar info Alquran ini jasad manusia tidak dinadikan dari tanah. Yang dari tanah itu adalah awal mula Allah menjadikan manusia dari tanah (Qs. Al-Sajad/32:7), itu tubuh Adam. Sedang anak cucu atau keturunannya (naslahuu) dari saripati air yang hina tadi.

Setelah mengenal unsur-unsur jasadiyah di atas Alquran memberitakan ada unsur ruhiyah. Yaitu “untuk menyempurnakan kejadian manusia Allah meniupkan ruh di dalamnya… (Qs. Al-Sajadah/32:9)”. Bagaimana membedakan dan meyakinkan adanya dua unsur ini? Menurut Qs. Al-Sajadah/32:9 ini bahwa yang melihat, mendengar, dan yang merasa itu adalah Ruh, karena kepada Ruh ini dianugerahkan pendengaran, penglihatan, dan rasa. Maka disebutlah Ruh ini yang aktif atau yang subyek mengamtifkan organ-organ pda tubuh. Bagaimana untuk membuktikan bahwa Run inilah yang subyek atau yang aktif? Kita perhatikan Qs. Al-Zumar/39:42, bahwa Allah mewafat/menggenggam/menahan diri atau Ruh saat kematian atau saat tidur. Artinya pada saat kematian atau pada saat tidur Ruh itu tidak ada pada tubuh karena ditahan oleh Allah. Lalu? Nah perhatikan tubuh yang ditinggalkan Ruh baik karena kematian atau karena tidur. Pada tubuh tersebut ada telinga dan mata tapi tidak bisa mendengar dan melihat. Juga ada sekijur tubuh tapi tidak bisa merasa. Mengapa? Karena Ruh yang kepadanya dianugerahkan kepada pendengar (bukan telinga), penglihatan (bukan mata), dan rasa sedang tidak ada di tubuh.
Nah, sesungguhnya Ruh itulah wujud yang datang dari Tuhan, dan Ruh itulah yang sosok yang dioercaya oleh Tuhan untuk mengaktifkn tubuh. Ruh itulah yang dipercaya Tuhan untuk menikmati segala apa yang ada di peemukaan bumi ini (Qs. Al-Baqarah/2:29). Ruh itulah sesungguhnya wujud atau sosok sang îmân atau sang kepercayaan atau yang dipercaya Tuhan itu.

Apa hubungan semu uraian ini dengan ukhuwah ilahiyah? Ukhuwah ilahiyah yang saya maksud adalah persaudaraan wujud yang sama-sama datang dari Tuhan. Di atas telah saya utaikan tentang wujud yang datang dari Tuhan, yaitu Ruh. Ia didatangkan ke dalam tubuh belum mengenal suku-bangsa dan agama. Bahkan Ruh itu tidak minta didatangkan kepada tubuh siapa ia ditiupkan. Juga Ruh tidak minta ke komunitas agama dan suku-bangsa apa ia ditugaskam. Kehendak Tuhanlah yang menetapkan kapan, di mana, dan kepada tubuh yang mana sang Ruh itu ditiupkan dan silahirkan. Para Ruh itu satu jenisnya yaitu cahaya (Qs. Al-Syûrâ/42:52). Para Ruh itu adalah satu asalnya atau sumbernya Tuhan. Maka para Ruh inilah yang beesaudara seasal yaitu Tuhan. Atau Ruh ini wujud se-Tuhan atau se-satu Tuhan. Inilah yang saya maksud dengan ukhuwah ilâhiyah atau persaudaraan se-Tuhan.

Materi inilah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, Bahwa Ruh itu bersaudara. Konsep Ruh bersaudara ini yang dapat mengabaikan eksiatensi warna kulit, suku-bangsa, dan agama. Seperti yang kita ketahui bersama, misalnya di Indonesia begitu beragamnya suku dan agama. Menurut saya dengan konsep persaudaraan seperti ini bangsa Indonesia pasti sangat kuat. Krena dengan konsep seperti ini seseorang akan merasa bersaudara walaupun eksistensinya berbeda warna kulit, suku-bangsa, dan agama. Sebab keberadaannya di warna kulit yang dihuninya, di komununitas suku-bangsa dan agamanya tidak pernah dipesan. Dengan konsep ini kita dengan mudah memahami mengapa Allah mengajarkan bahwa “membunuh satu orang same dengan membunuh manusia seluruhnya…Qs. Al-Maidah/5:32)”.

Sebenarnya inilah yang dimaksud oleh Qs. Al-Hukurat/49:10, bahwa sesungguhnya mukmin itu bersaudara. Dalam kajian sifistik hikmah, mukmin itu nama Ruh. Teks ayat ini menunjuk kepada persaudaraan se-Tuhan atau sesama Ruh yang sama-sama datang atau ditiupkan dari Tuhan—ukhuwwah ilâhiyah Sedangkan saudara dalam satu agama atau saudara se-agama disebut ikhwânu fi al-dîn (Qs. Al-Taubah/9:11). Sebenarnya Alquran tidak menyediakan terminologi tentang ukhuwah basyariah, juga ukhuwah insâniyah.
Jadi, saya berpendapat bahwa penanaman pemahaman persaudaraan se-Tuhan ini dapat menangkal faham terorisme yang kemudian bisa mereduksi tindakan teror. Tetapi awas, konsep persaudaraan yang uraikan di atas sama sekali tidak sama dengan menyama-ratakan gama, atau menyamakan agama, tidak. Tetapi kita tidak menemukan setitik argumentasi pun bahwa karena berbeda agama lalu kita harus saling membenci apalagi saling membunuh. Muhammad Rasulullah Saw sukses bukan karena ajaran kebencian. Kalo bicara perbedaan agama dan teror pada zaman Rasulullah Saw sangat tajam. Sejarah menuturkan bagaimana pihak yang tidak setuju dangan agama yang diajarkan Muhammas Saw mengintimidasi Beliau. Tetapi Beliau tidak membalasnya dengan kebencian dan teror. Beliau konsisten mengajarkan persaudaraan mukmin atau ruh. Akhirnya Beliau berhasil mempersaudarakan antar suku yang semula sangat keras. Bahkan Beliau berhasil mepersaudarakan antar penduduk Madinah yang berbeda agama. Juga Beliau berhasil mempersaudarakan antar bangsa. Inilah inti dari satu-satunya misi Beliau “innamâ bu’itstu limakârimi al-akhlâq”.




Rakernas 2019, Menag Harap Moderasi Beragama sebagai Ruh Kementerian Agama

JAKARTA (iainptk.ac.id)—Kementerian Agama menggelar Rapat Kerja Nasional pada 23-25 Januari 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Tema yang diusung: “Moderasi Beragama untuk Kebersamaan Umat”.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengharapkan Kementerian Agama menjadikan Moderasi Beragama sebagai ruh instusi yang dipimpinnya.

Hal itu dinyatakan Lukman Hakim saat membuka secara resmi Rakernas Kemanag 2019 pada Rabu (23/1) siang.

“Rakernas kemenag memasuki babak baru dengan bahasan yang fokus dan jelas. Internalisasi tema agar tepat sasaran. Tahun ini kita hadirkan narasumber yang kompeten untuk menunjang kinerja, diantaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani dan motivator perubahan Rhenal Kasali” jelasnya dihadapan 300-an para pajabat eselon I dan II, para rektor PTKN, Kepala Balai, Kakanwil Kemenag.

“Kemenag merupakan satker terbesar di dunia. Mengelola kekuatan yang luar biasa. Kemenag harus menjadikan agama sebagai core kementerian kita” tegasnya.

“Moderasi mengandung makna menengahi dan pengurangan ke ekstriman.
Moderasi agar tidak kebablasan. Agar berada di jalur yang tepat Jadikan kemenag sebagai instansi terpercaya melayani umat” imbuhnya.

Menag berharap moderasi beragama bukan hanya keingin person seorang menteri saja, melainkan harus menjadi kesadaran kolektif pegawai kemenag untuk memahami, mengamalkan dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.

“Kita canangkan moderasi beragama dan sadar budaya data terintegrasi sebagai ruh Kementerian Agama. Mari sukseskan rakernas 2019 ini dengan ingat 3 mantra: moderasi, kebersamaan, integrasi data” tutupnya.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif saat ditemui usai acara pembukaan rakernas menjelaskan “Arahan Menteri Agama tersebut sudah kita sahuti dengan melaunching rumah moderasi di IAIN Pontianak beberapa waktu lalu. Kemudian terkait kebersamaan itu kita juga sudah merumuskan dan menggaungkan 9 pilar semangat kerja IAIN Pontianak yang diantara mengajak untuk menguatkan kebersamaan” jelasnya.

Rektor Syarif juga menyatakan “Untuk menganggarkan pendanaan untuk membangun sistem yang terintegrasi. Sehingga data yang ada dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan serta pengembangan IAIN Pontianak ke depan” pungkasnya.

Penulis: Aspari Ismail
Editor: Aspari Ismail




Perubahan Kuota Calon Mahasiswa Baru, Ini Penjelasan Warek I IAIN Pontianak

JAKARTA (iainptk.ac.id)—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah melaunching penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SPAN-UM PTKIN 2019, Rabu pagi (23/1) di Hotel Borobudur Jakarta.

Terdapat perubahan signifikan terkait kuota dari masing-masing jalur penerimaan. Menanggapi hal itu, Wakil Rektor I IAIN Pontianak, Dr. Firdaus Achmad memberikan komentarnya.

“Kebijakan tentang perubahan alokasi quota, dimana quota SPAN di 2018 maksimal 50% diturunkan menjadi minimal 20% di 2019, adalah realistis, karena data menunjukkan bahwa pendaftar ulang jalur SPAN tidak sebanding dengan jumlah pendaftar yang dinyatakan lulus. Walau kebijakan itu realistis, namun argumen yang melatarinya masih membutuhkan kajian kritis. Satu fakta penting yang mungkin terlewatkan untuk dijadikan sebagai bahan kajian kritis atas kebijakan tersebut, yaitu masa pengisian PDSS pada PTKIN dibuka setelah kemenristek dikti melakukannya terlebih dahulu. Jika fakta ini tetap tidak diperhitungkan, maka PTKIN akan selalu menjadi second choise bagi alumni MAN maupun SMA. Bahkan lebih parah lagi, PTKIN akan dijadikan pangkalan penantian akan kepastian mereka dari hasil pengumuman SPAN di Kemenristekdikti” ungkapnya di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (23/1).

Realitas yang tidak jauh berbeda dengan SPAN juga ditemukan pada jalur UM. Oleh karenanya, dibutuhkan kebijakan berani untuk menjadikan kedua jalur penerimaan mahasiswa baru ini sebagai ajang kompetisi positif, sehingga alumni MAN/SMA/pesantren teredukasi dalam menentukan kepastian pilihan masa depan pendidikan mereka” ujarnya.

Warek I melanjutkan, “Tahun 2019 ini, IAIN Pontianak menetapkan kuota penerimaan mahasiswa baru sebanyak 2000, naik sekitar 21% lebih dari 2018. Kuota 2000 tersebut terinci menjadi: jalun SPAN 600 mahasiswa, jalur UM 800, dan jalur mandiri 600. Salah satu dasar penetapan kuota ini adalah, hasil pembacaan terhadap data tentang animo masyarakat secara umum untuk menjadi mahasiswa IAIN Pontianak. Tahun 2018 jumlah mahasiswa yang mendaftar melebihi kuota yang telah ditetapkan” imbuhnya” ujarnya.

Warek I ini memiliki ekspektasi mahasiswa baru yang kita harapkan mendaftar ke IAIN Pontianak adalah alumni MAN/SMA/pesantren yang memiliki hasrat positif untuk merubah dirinya menjadi bagian integratif sivitas akademika IAIN Pontianak.

“Hasrat atau kemauan yang berlandas pada kesadaran diri tersebut merupakan faktor utama dan terpenting bagi mereka dalam proses membentuk diri menjadi manusia yg cerdas dan beramal, saleh dalam berpikir, mulia dan bersikap. Faktor ini melebihi faktor nilai akademis mereka di MAN/SMA/pesantren” tutupnya.

Penulis: Aspari Ismail
Editor: Aspari Ismail