Pengumuman Hasil Seleksi CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017
Institut Agama lslam Negeri (IAIN) Pontianak mendapat 15 formasi CPNS Dosen dari 1.000 formasi Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia pada tahun 2017. Setelah melaksanakan seleksi administrasi, terdapat 103 peserta lolos yang kemudian mengikuti Ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di Laboratorium Komputer IAIN Pontianak, 23 Oktober 2017.
Dari 103 peserta yang lolos seleksi administrasi, hanya 20 orang saja yang memenuhi passing grade (penilaian) dengan menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT) yang selanjutnya diharuskan mengikuti Test Kompetensi Bidang (TKB) pada 15 November 2017. Setelah mengintergrasikan nilai Ujian SKD dengan nilai TKB, terdapat 10 orang yang lulus tahap akhir dari 15 formasi dosen yang ada. Adapun daftar nama pelamar yang dinyatakan LULUS sebagai CPNS Dosen IAIN Pontianak pada tahun 2017 dapat dilihat pada link berikut ini.
Menurut data yang disampaikan oleh Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, H. Syahrul Yadi, M.Si. “Ada 5 formasi dosen yang kosong; 3 formasi karena tidak ada pelamar yang memenuhi syarat administrasi (Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Dosen Ilmu Ekonomi dan Dosen Tasawuf) dan 2 formasi karena tidak lulus pasing grade (Dosen Bahasa Arab serta Dosen Keuangan dan Perbankan Syariah),” papar Kabiro yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Panitia Seleksi CPNS IAIN Pontianak Tahun 2017.
Selanjutnya, bagi para pelamar yang dinyatakan lulus sebagai CPNS Dosen IAIN Pontianak diwajibkan melakukan Daftar Ulang dan Pemberkasan Usul Penetapan NIP ke Panitia Pengadaan CPNS dengan ketentuan sebagai berikut:
Membawa dokumen administrasi sebagaimana dipersyaratkan dan diserahkan kepada bagian Organisasi, Kepegawaian dan Penyusunan Peraturan (OKPP) Gedung Biro AUAK IAIN Pontianak. (Daftar kelengkapan syarat administrasi untuk Pemberkasan Usul Penetapan NIP dapat dilihat di sini.
Hadir secara langsung (tidak boleh diwakilkan) dan menyerahkan dokumen administrasi tersebut pada tanggal 11 s/d 15 Desember 2017 pada pukul 08.00 s/d 16.30 waktu setempat.
Biaya transportasi dan akamodasi pelamar selama mengikuti kegiatan Pemberkasan Usul Penetapan NIP menjadi tanggung jawab masing-masing peserta.
Kasubbag. Organisasi, Kepegawaian dan Penyusunan Peraturan IAIN Pontianak, Adi Mulyono, S.Sos., menambahkan bahwa pelamar yang tidak melakukan Daftar Ulang dan Pemberkasan Usul Penetapan NIP pada tanggal yang telah ditetapkan, dinyatakan mengundurkan diri sebagai CPNS Kemenag RI tahun 2017 dan harus menyampaikan Surat Pengunduran Diri yang ditandatangani di atas materai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) secara langsung kepada Panitia Pengadaan CPNS.
Hanya pelamar yang dapat memenuhi seluruh persyaratan administrasi yang dapat diusulkan proses Penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP) dan memperoleh Surat Keputusan tentang Pengangkatan sebagai CPNS. Keputusan Panitia bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat. Kelalaian dalam membaca dan memahami pengumuman menjadi tanggung jawab peserta.
Untuk lebih lengkap mengenai Pengumuman Hasil Akhir Kelulusan Seleksi CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017 dapat lihat di website Kemenag RI. (Luthfy)
4 Mahasiswa IAIN Pontianak Menang Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalbar 2017
Lagi, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengharumkan nama almamaternya. Kali ini 4 mahasiswa sekaligus mengamankan 4 gelar Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalimatan Barat Tahun 2017 yang diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat di Hotel G Jl. Jenderal Urip, 23 November 2017.
Lomba Penulisan Sejarah dan Budaya Tingkat Mahasiswa Se-Kalimantan Barat Tahun 2017 yang mengusung tema “Peran Sejarah dan Budaya dalam Membentuk Karakter Generasi Muda” diikuti oleh 22 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kalbar. Dari 22 peserta tersebut, IAIN Pontianak mengantongi 4 gelar, yaitu Juara I, Juara III, Juara Harapan II, dan Juara Harapan III.
Mereka ialah Zainal Aripin mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FUAD dengan judul “Budaya Berayam Orang Iban” mendapat Juara I, Siti Muslikha mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI FTIK dengan judul “Budaya Makan Kampung” mendapat Juara III, Tuti Alawiyah mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah FSEI dengan judul “Budaya Paluang” mendapat Juara Harapan II, dan Saripaini mahasiswi Jurusan Bimbingan Konseling Islam FUAD dengan judul “Petuah Melayu” mendapat Juara Harapan III.
Ada beberapa tahapan yang harus diikuti oleh para peserta. Diawali dengan pengiriman makalah yang dinilai oleh dewan juri diawal November 2017. Pengumuman pemenang seleksi naskah pada tanggal 22 November 2017. Setelah pengumuman nominasi, peserta diminta istirahat tepat sekitar pukul sepuluh malam. Esok harinya pukul 08.10 WIB dilanjutkan dengan acara presentasi. Setelah presentasi, dewan juri langsung bertanya kepada peserta 6 nominasi secara berurutan yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan pengumuman pemenang lomba. (Luthfy)
Puslitbang Penda & PTKIN Sinergi Riset dan Pengembangan Daerah 3T
Bintaro (Kemenag) — Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) bersama beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), termasuk IAIN Pontianak menandatangani dokumen komitmen bersama untuk melakukan riset dan pengembangan daerah 3 T (Terluar, Terdepan, Tertinggal).
Penandatanganan MoU yang kemudian disebut sebagai “Komitmen Bintaro” ini dilakukan bersamaan dalam kegiatan Workshop Penyusunan Panduan Riset Aksi yang diselenggarakan Balitbang-Diklat Kementerian Agama, 23 – 25 Nopember 2017, di Hotel Santika, Bintaro, Tangerang Selatan.
Menurut Kabid Litbang Pendidikan Keagamaan Muhamad Murtadlo, Minggu (26/11), selama ini, PTKIN sudah melakukan riset dan pengembangan daerah perbatasan. Namun hal itu belum menjadi gerakan nasional. Baru ada beberapa PTKIN yang berkontribusi, khususnya yang berada di daerah perbatasan seperti IAIN Pontianak, STAIN Jayapura, IAIN Manado. Sementara PTKIN lainnya, seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta masih sangat minim terlibat di daerah 3T.
“Komitmen Bintaro” juga sejalan dengan arahan Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Abd Rahman Mas’ud. Dia menyarankan agar riset dan partisipasi PTKIN dalam pembangunan 3T dilakukan lebih serius dan berkelanjutan, termasuk dengan melibatkan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).
Komitmen Bintaro ini berisi kesepakatan tentang empat hal. Pertama, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan bersama PTKIN yang hadir berkomitmen membuat konsorsium riset dan Pengembangan daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Kedua, untuk menjalankan konsorsium ini, ditunjuklah koordinatoriat konsorsium. Ketiga, kepersertaan konsorsium ini bersifat terbuka bagi seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) baik Negeri maupun swasta. Keempat, mengamanatkan koordinator untuk menyusun program dan kegiatan untuk riset dan pengembangan daerah 3T.
Hadir sebagai Penandatangan Dokumen tersebut dari Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Dr. Muhamad Murtadlo, sedangkan yang dari PTKIN adalah Dr. Waryono (Wakil Rektor UIN Yogyakarta), Dr. Jejen Muspah (Ketua Prodi Pasca Sarjana UIN Jakarta), serta perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) dari UIN Banten, Universitas Islam At-Tahiriyah, Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ Jakarta), IAIN Pontianak, IAIN Manado, IAIN Ambon, dan STAIN Jayapura.
Penandatangan “Komitmen Bintaro” sepakat menunjuk DR,. Waryono (UIN Yogyakarta) sebagai Ketua dan Dindin Hafiudin, M. Pd (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pengarah koordinator konsorsium. Sementara Balitbang-Diklat dan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama sebagai pengarah gerakan nasional ini.
Pada tahap awal, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan akan memfasilitasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa di enam lokasi daerah perbatasan, yang akan dimulai tahun 2018. Keenam lokasi itu meliputi Natuna Kepulauan Riau yang dipercayakan kepada UIN Jakarta, Atambua NTT yang dipercayakan kepada UIN Jogkarta, Entikong Kalimantan Barat yang dipercayakan kepada IAIN Pontianak, Sangihe Uyang dipercayakan kepada IAIN Manado, Skouw Papua yang dipercayakan kepada STAIN Jayapura, serta Saumlaki Maluku Tenggara Barat yang dipercayakan kepada IAIN Ambon.
“Dalam pelaksanaannya nanti, dibuka kemungkinan PTKIN yang ditunjuk untuk melibatkan Perguruan Tinggi Swasta dan Perguruan Tinggi Keagamaan lain seperti perguruan Tinggi Keagamaan Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha,” tegas Murtadlo.
Di luar itu, lanjutnya, konsorsium akan berupaya membangun komunikasi untuk melakukan kerjasama dengan lembaga dan Kementerian Negara yang mengurusi daerah perbatasan seperti Kemenko Bidang Kementerian dengan gerakan Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ), Badan Pengelola Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri, dan Kemendikbud, Kementerian Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
“Ikhtiar ini perlu dilakukan agar keterlibatan PTKI di Indonesia lebih optimal dalam memajukan daerah 3T,” pungkasnya. (Murtadlo)
Kunjungi IAIN Pontianak, Prof. Kriya Langputeh Berbagi Pengalaman Situasi Konflik di Thailand
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kedatangan tamu terhormat dari negara tetangga. Prof. Kriya Langputeh, Deputy Secretary General & Religion for Peace-Interreligious Council of Thailand mengunjungi IAIN Pontianak dalam rangka menghadiri Focus Group Discussion (FGD) dengan tema, “Menggali Pengalaman Dialog antar Agama di Thailand,” di Lantai IV Gedung Rektorat IAIN Pontianak, 26 November 2017.
Sebagai pengantar, Prof. Kriya mengawali materinya dengan menjelaskan bahwa Thailand adalah negara dengan penduduk muslim minoritas. Lebih dari 90% penduduk Thailand beragama Budha (Buddhist). Menurut catatan Prof. Kriya, penduduk muslim di Thailand berjumlah sekitar 1.775.247 yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Narathiwat 546.450, Pattani 482.760, Yala, 286.005, Satun 168. 640, dan Songkhla 291.392. Di antara 5 provinsi yang mayoritas berpenduduk muslim tersebut; Narathiwat, Pattani dan Yala adalah daerah yang rawan konflik di Thailand Selatan.
Dalam sejarahnya, Prof. Kriya menjelaskan, Narathiwat; Pattani dan Yala adalah suatu negara yang dipimpin oleh Kerajaan Islam Melayu Pattani Darus Salam. Sejak tahun 1902, Pattani jatuh di tangan Siam (Thailand) dan sistem kerajaan pun dihapus. Sekarang, orang-orang kerajaan lari, mereka tidak bisa lagi tinggal di Thailand lagi. Para penduduk yang masih tinggal di Pattani tidak dapat terima terhadap penaklukan Kerajaan Islam Melayu Pattani Darus Salam oleh Siam dan berkeinginan balik lagi seperti semula. Setelah itu, Kerajaan Thailand membagi Negara Pattani Darus Salam menjadi 3 wilayah, yaitu Narathiwat, Pattani dan Yala.
Pasca dikuasai oleh Kerajaan Thailand, maka muncullah beberapa kumpulan pemisah (saparatis movement). Dulu, kumpulan pemisah ini dianggap hal yang biasa saja. Tetapi pasca peristiwa tahun 2004 yang menyerang military camp di Narathiwat yang mengakibatkaan 4 tentara tewas dan mengambil mengambil banyak senjata. Setelah itu, terjadi pertempuran antara kumpulan pemisah dengan para tentara. Peristiwa ini terjadi pada April 2004 di Krue Se Mesque Bana Village yang menyebabkan 107 muslim tewas ditembak oleh tentara. Setelah itu, terjadi peristiwa di Tak Bai District yang menewaskan 85 orang.
Menurut Prof. Kriya, satu cara untuk menyelesaikan konflik di Thailand ialah melalui pendidikan. “We have to educate them. How to live peacefully,” paparnya. “Kita orang Islam di Selatan Thailand adalah minority. Kalau mau memperjuangkan dengan senjata, saya rasa impossible. Dan Kerajaan Thai menekankan bahwa tidak akan memberi sedikit pun tanah Pattani walaupun 1 inc,” papar Dosen Department of Usuluddin, Faculty of Islamic Studies and Law, Fatoni University tersebut.
Kegiatan FGD ini diinisiasi oleh Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Dekan FUAD IAIN Pontianak, Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA. mengatakan bahwa “Kehadiran Prof. Kriya sangat signifikan bagi kami (FUAD) dalam rangka untuk meningkatkan kerja sama antar perguruan tinggi. Kebetulan isu-isu yang disampaikan Prof. Kriya dalam beberapa seminarnya berhubungan dengan kehidupan antar agama dan antar iman, terutama di Asia,” ungkapnya.
“Saya berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut dan draft mou yang dikirim kemarin dapat kita pelajari dan perbaiki. Kami berharap tahun 2018, kita dapat ke sana untuk melakukan studi religi dan edukasi di Fatoni University Thailand,” harapnya. (Luthfy)
Biro Ortala Kemenag RI Gelar Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN di IAIN Pontianak
Biro Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI mengadakan kegiatan Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN Provinsi Kalimantan Barat di Aula Lantai IV Gedung Rektorat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Kegiatan yang dilaksanakan pada 24 November 2017 ini mengusung tema, “Pastikan Efektifitas Struktur Organisasi.”
Peserta dalam kegiatan tersebut ialah Ketua Senat IAIN Pontianak, Direktur Pascasarjana, para ketua lembaga, para kabag dan para Kasubbag di lingkungan IAIN Pontianak. Sedangkan narasumbernya ialah Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) Kemenag RI, Afrizal Zen dan Wakil Rektor II IAIN Pontianak bidang Administrasi, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Syarif, MA.
Kepala Biro Ortala Kemenag RI menginformasikan bahwa PTKN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri) termasuk salah satu objek yang menjadi bahan untuk dievaluasi Menpan. “Kita mencoba untuk melakukan pemotretan terhadap tujuh PTKN yang menjadi objek, termasuk salah satunya ialah IAIN Pontianak. Kemudian, kami menginfokan kepada pihak IAIN Pontianak untuk melakukan kegiatan,” paparnya.
Pengembangan Organisasi Efektif dan Pembinaan Instansi Vertikal/PTKN ialah kegiatan yang diadakan semacam Pembinaan Kepala Pimpinan Satker (Satuan Kerja) terhadap Satkernya dan dari Kepala Biro terhadap Satkernya. Pada akhir kegiatan, akan dilaksanakan pengisian survei. Pengisian survei ini terkait sekali tentang apa yang menjadi evaluasi Menpan. “Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mengisi survei tersebut sesuai dengan apa adanya,” harapnya.
Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si turut hadir memantau kegiatan pembinaan tersebut. (Luthfy)
Bangkitnya Konseling Berbasis Agama: Jalan untuk Menapaki Perwujudan Generasi Emas 2045
Oleh: Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd
Orasi Ilmiah, Disampaikan pada Acara Yudisium Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd
2 Juni 2015, Mengawali orasi ilmiah saya ini, saya mengucapkan selamat kepada para calon wisudawan dan wisudawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak tahun 2014/2015, yang hari ini mengikuti acara Yudisium sebagai tanda telah menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas ini. Sebagai generasi penerus bangsa, sekaligus calon-calon pemimpin masa depan, kami semua berharap kiranya ilmu pengetahuan yang didapat selama menempuh pendidikan di IAIN ini, dapat menjadi bekal dan sumber inspirasi serta motivasi dalam mendarmabhaktikan diri pada keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih kepada Panitia Yudisium dan seluruh Civitas Akademika FTIK IAIN Pontianak, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan Orasi Ilmiah dalam acara ini. Adapun tema Orasi saya kali ini adalah: BANGKITNYA KONSELING BERBASIS AGAMA: Jalan untuk Menapaki Perwujudan Generasi Emas 2045.
Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan berjalan begitu cepatnya, termasuk di dalamnya adalah ilmu bimbingan dan konseling, sebagai salah satu cabang ilmu pendidikan, karena bimbingan dan konseling adalah layanan psikopedagogik, yaitu layanan psikologis dalam suasana pedagogis (Kartadinata, 2010: 157). Sebagai wujud dari perkembangan tersebut, dewasa ini konstruk ilmu Bimbingan dan Konseling telah mengalami kemajuan yang pesat, yaitu mulai dari masa awal berkembangnya aliran bimbingan dan konseling psikodinamika, dilanjutkan oleh aliran behaviorisme, diperbaharuhi oleh aliran humanisme dan multikultural, dan puncaknya akhir-akhir ini, tengah berkembang bimbingan dan konseling spiritual sebagai kekuatan kelima. Salah satu bentuk perwujudan layanan bimbingan dan konseling spiritual ini adalah berkembangnya bimbingan dan konseling religius, suatu era baru tentang pemahaman terhadap individu dan bagaimana membuka misteri tentang penyembuhan psikologis melalui keimanan, imajinasi dan ritual, selain melalui penjelasan secara rasional.
Selama ini telah menjadi keyakinan, bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk memfasilitasi individu mencapai perkembangan optimal (Muro dan Kottman, 1995, ABKIN, 2008). Bila dikaitkan dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, tujuan tersebut mengacu kepada tujuan pendidikan nasional (UU Sisdiknas, 2003). Berdasarkan tujuan tersebut, para pakar mengembangkan model-model bimbingan dan konseling dengan landasan filosofis tertentu (Corey, 2005). Akan tetapi, model-model tersebut memiliki sejumlah keterbatasan sehingga hasil bimbingannya hanya bersifat “kulit luar saja” (Sutoyo, 2009: 4).
Aliran Psikodinamik terlalu pesimistik, deterministik, dan reduksionis dalam memandang manusia (Corey, 1985: 15; Dahlan, 1988: 15); Behaviorisme terlalu berani dalam menganalogikan manusia dengan binatang, terlalu menekankan aspek lingkungan dan kurang menghargai potensi manusia (Dahlan, 1988: 16). Humanisme terlalu optimistik, terlalu mendewakan manusia (Dahlan, 1988: 22). Sementara, pendekatan multikultural terlalu mengagungkan peran budaya dalam membingkai kehidupan manusia (Ridwan, 2014).
Berangkat dari fenomena dan penilaian di atas, kini timbul pertanyaan: model manusia bagaimana yang diinginkan setelah konseli mampu menyelesaikan masalah-nya? Pertanyaan tersebut sangat penting, karena model manusia yang diinginkan menjadi rujukan semua upaya bimbingan dan konseling, baik di lingkungan sekolah maupun konseling dalam setting kemasyarakatan. Bisa jadi pula, dengan tidak adanya pegangan, lahirlah orang-orang pintar tapi tak benar: pintar karena mengutamakan akal, tak benar karena menyingkirkan hati (Frager, 2002: 62; Ridwan, 2014: 4). Bila hati disingkirkan, pintu untuk mengenal Tuhan jadi tertutup (al-Ghazali, 2002b: 225; Hawwa, 1995: 112; Shihab, 2011: 151). Padahal, kurikulum pendidikan 2013 (walaupun saat ini ditunda penerapannya), telah mengamanatkan bahwa tahun 2045, tepat seratus tahun kemerdekaan negera kita yang tercinta ini, kita harus mampu mewujudkan generasi emas, yaitu generasi yang dibentuk dengan berlandaskan pada tujuan utuh pendidikan nasional (Kartadinata, 2013). Oleh para pakar, tujuan utuh tersebut dituangkan ke dalam empat gugus utama, yakni sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan (Supriatna, 2014a), sehingga generasi emas yang dimaksud bercirikan: produktif, kreatif, inovatif dan afektif (Supriatna, 2014b). Sementara itu, kekhawatirannya adalah, bahwa pada sikap spiritual dan ranah afektif bangsa kita pada umumnya, dan generasi muda pada khususnya sedang mengalami masalah serius, yaitu merajalelanya dekadensi moral (Ridwan, 2014).
Pemerintah dan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia sebenarnya telah melakukan perbaikan-perbaikan. Kelemahan pendekatan klinis dalam empat kekuatan aliran bimbingan dan konseling diperbaiki dengan konsep bimbingan dan konseling berbasis tugas-tugas perkembang-an, atau yang lebih dikenal dengan bimbingan dan konseling komprehensif (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 194). Dikatakan bahwa, bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi dan pengentasan masalah. Bila konsep ini dianalisis lebih jauh, menurut Ridwan, (2014: 5) model manusia yang dikehendaki adalah manusia multikultur. Karena, bila tugas-tugas perkembangan dikaitkan dengan bangsa Indonesia yang religius, maka model ini akan mengadopsi tugas-tugas perkembangan individu dalam Islam, dalam Katholik, Kristen, Hindu, Budha dan seterusnya. Model ini adalah model manusia berbasis ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan agama, yakni dari ilmu pengetahuan dibawa ke dalam agama.
Dengan mengadopsi cara berfikir: bahwa manusia yang paripurna adalah manusia yang Islami (al-insān al-kamīl), sepuluh tahun terakhir ini, telah lahir beberapa model bimbingan dan konseling berbasis agama Islam.
Anwar Sutoyo (2006) menghasilkan model konseling Qur’anik untuk mewujudkan manusia kãffah (utuh) pada mahasiswa. Model yang dihasilkan dari riset disertasi ini, telah terbukti mampu meningkatkan kualitas “manusia kaffah” pada mahasiswa di Universitas Negeri Semarang yang menjadi obyek treatmen model ini.
Uman Suherman AS (2006) menghasilkan Pendekatan Konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Keterampil-an Hubungan Sosial. Penelitian ini menghasilkan sebuah Model Konseling Qur’ani yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan keterampilan hubungan sosial pada kalangan santri di Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Kabupaten Garut.
Ahmad Waki (2013) mengembangkan Model Bimbingan Berdasarkan Teori Transformasi Ruhani Ibn Qayyim Al-Jauziah untuk Meningkatkan Karakter Muthmainah pada Penelitian ini menghasilkan model bimbingan yang telah teruji secara empirik, efektif untuk meningkatkan karakter muthmainah pada kalangan mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ridwan (2014) mengembangkan Model Bimbingan Berlandaskan Neo-Sufisme untuk Mengembangkan Perilaku Arif pada Mahasiswa. Model yang dikembangkan dengan Pemaduan Pendekatan Idiografik dan Nomotetik ini telah diujicobakan pada mahasiswa di STAI Hamzawadi, Lombok Tomur, Nusa Tenggara Barat.
Melanjutkan empat temuan penelitian di atas, juga sebagai upaya untuk ikut andil dalam pengembangan generasi emas 2045, sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum 2013, saya telah mengembangkan sebuah Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Surah Al-Fātiḥah untuk Meningkatkan Religusitas Siswa (Model BBSA). Model ini saya kembangkan dalam rangka penyelesian Program Doktor saya di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Uiversitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Model Bimbingan Berbasis Surat Al-Fātiḥah untuk Meningkatkan Religiusitas Siswa dimaknai sebagai suatu pola atau acuan bimbingan yang digunakan untuk meningkatkan religiusitas siswa yang diturunkan dari teori religiusitas dalam Islam (Ancok dqn Suroso, 2011) dan kontekastualisasi ayat demi ayat dalam surat Al-Fātiḥah. Asumsi dasar model ini meyakini bahwa keberagamaan atau religiusitas siswa merupakan kondisi yang dapat naik dan turun. Karena itu, harus ada upaya bimbingan agar siswa tetap berada dalam kondisi religiusitas yang baik.
Karena dikembangkan dari surat Al-Fātiḥah, semua unsur layanan, mulai dari landaan filosofis, tujuan bimbingan, materi bimbingan, prosedur bimbingan, kompetensi konselor dan evaluasi serta indikator keberhasilan layanan, semuanya diekstraksi dan hasil kontekstualisasi dari surat Al-Fātiḥah, dalam hal ini saya menggunakan istilah B5KB dalam The Seven Islamic Daily Habits-nya Dr. Harjani Hefni, MA.
Hal yang menjadi alasan mengapa saya mengangkat Al-Fātiḥah sebagai landasan pengembangan Model BBSA, adalah dengan alasan keluasan cakupan surah al-Fātiḥah yang melingkupi seluruh isi al-Qur’ān (Shihab, 2010: 8; Ibn Katsir (Ar-Riva’I (2011) yang karenanya juga mencakup tiga dimensi religiusitas Islam (akidah, ibadah dan akhlak). Penggunaan Al-Fātiḥah sebagai landasan dasar pengembang-an model ini juga karena keagungan surah al-Fātiḥah (Shihab: 2010: 4; Hefni: 2013: xxxiii-xxxiv; Azis, 2012: 7). Selain itu, al-Fātiḥah selalu menawarkan nilai yang akan selalu segar dalam pribadi setiap muslim, karena menurut Hefni (2013: xxxv) al-Fātiḥah secara otomatis memberikan layanan isi ulang nilai (value auto recharging). Layanan isi ulang nilai ini dilakukan minimal 17 kali sehari semalam dengan format 2+4+4+3+4, yaitu di setiap raka’at shalat wajib yang kita lakukan.
Pada kesempatan ini saya bukan bermaksud untuk menjelaskan keseluruhan dari model yang saya kembangkan. Saya ingin mengatakan, bahwa peluang dan tantangan saat ini telah menanti di hadapan kita. Kita punya peluang karena, mainstream ilmu psikologi dan bimbingan konseling saat ini sedang “bergelayut” menuju ke arah dunia kita, yaitu spiritual keagamaan. Bukankah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional kita, UU No. 20 tahun 2003 telah mengamanatkan bahwa Pendidikan harus diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampil-an yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut hemat saya, rasanya mustahil kita mampu mengarahkan peserta didik kita untuk mencapai tujuan tersebut, khususnya yang terkait dengan pengembangan kompetensi spiritual keagamaan dan akhlak mulia, manakala cara yang kita gunakan bukan merupakan jalan spiritual keagamaan dan tatanan yang menopang akhlak karimah. Untuk itu, kita harus segera menyambut amanat itu dengan aksi yang menjadi kewenangan kita, yaitu menyelenggarakan pendidikan tinggi. Yang saya maksudkan adalah, kita harus segera mewujudkan pendirian program studi Bimbingan dan Konseling (Pendidikan) Islam di Fakultas ini, karena sejatinya, secara yuridis formal, konselor itu adalah pendidik. Hal ini sebagaimana tertuang dalam bab 1 pasal 1 ayat 6 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyebutkan: “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggara-kan pendidikan. Sedangkan sebutan konselor sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Konselor Indonesia: “Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi”. Dengan mengacu pada aturan tersebut, jelas bahwa konselor adalah pendidik profesional, sementara pendidik adalah tenaga kependidikan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan, dalam hal ini adalah fakultas, jurusan atau program studi yang membidangi ilmu pendidikan.
Perkembangan terbaru terkait dengan layanan bimbingan konseling di sekolah, bahwa pemerintah telah menerbitkan Permendiknas No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling di Sekolah, di mana di dalamnya menyebutkan bahwa sekarang sudah terjadi perluasan layanan bimbingan dan konseling, yaitu yang dulunya hanya mencakup jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, berdasarkan Permendikbud ini layanan konseling sudah diwajibkan pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI). Dengan demikian, semakin terbuka lebar peluang kerja bagi alumni program studi atau Jurusan Bimbingan dan Konseling (Pendidikan) Islam.
Saat ini Fakultas kita sudah meyelenggaran empat jurusan, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasan Arab (PBA), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI) dan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA). Saya yakin bahwa semua jurusan tersebut, akan menjadi jalan buat kita untuk mendukung terbentuknya Generasi Emas 2045 sebagaimana menjadi amanat KURTILAS. Karena semua jurusan yang kita selenggarakan, semuanya memberikan bekal ilmu keagamaan yang representatif untuk menjadikan para alumni kita menjadi agen pembelajaran penyokong perwujudan cita-cita generasi emas 2045. Akan tetapi, penyelenggaraan pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang tidak saja dilakukan oleh guru sebagai agen pembelajaran yang mendidik, akan tetapi juga ada wilayah kerja bimbingan dan konseling yang memandirikan. Dan semuanya itu, menurut hemat saya, harus dilakukan dalam kerangka dan berbasis pada nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dan itu, semakin lengkap jika kita memiliki Jurusan Bimbingan dan Konseling (Pendidikan) Islam.
Bapak Rektor, Ibu Dekan dan civitas akademika FITIK serta para tamu undangan dan calon wisudawan yang berbahagia. Demikian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang mulia ini. terima kasih atas segala perhatian, dan mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan.
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Pontianak, 2 Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, A.H.M. (2002b). “Kompas Pengembaraan Spiritual.” Dalam Samudera Pemikiran al-Gazali. Alih bahasa Kamran As’ad Irsyadi. Yogyakarta: Pustaka Sufi
Al-Jauziyyah, I.Q. (2003). Penawar Hati yang Sakit (Al-Jawabul kafi Liman Saala’Anid Dawaaisy-Syafi). Penerjemah Ahmad Turmudzi. Jakarta: Gema Insani
Al-Jauziyyah, I.Q. (1999). Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah). Penerjemah Kathur Suhardi. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar
Al-Jauziyyah, I.Q. (2005). Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Setan. Penerjemah Ainul Haris Umar Arifin Thayyib. Jakarta: Darul Falah
Ancok, D. dan Suroso. (2011). Psikologi Islami, Solusi Islam atas Problem-problem psikologi. Cet. VIII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahlan, M.D. (1988). Posisi Bimbingan dan Penyuluhan Pendidikan dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Bandung. Ikip Bandung. 9 April 1988
Dahlan, M.D. (2003), Presfektif Filosofis-Religius dalam Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Dalam kumpulan makalah utama Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling.
Frager, R. (2002). Hati, Diri dan Jiwa, Psikologi Sufi untuk Transformasi. Penerjemah Hasmiyah Rauf. Jakarta: Serambi
Hawwa, S. (1995). Jalan Ruhani Bimbingan Tasawuf untuk Para Aktivis Islam. Penerjemah Khairul Rafie M., dan Ibnu Thaha Ali. Bandung: Penerbit Mizan
Hefni, H. (2013). The 7 Islamic Daily Habits. Jakarta: Pustaka Ikadi.
Ibnu Katsir, A.F.I. (2000). Tafsir Ibn Katsir, Juz I A, Al-Fātiḥah dan Al-Baqarah. Cet.I. Terjm. Bahrun Abu Bakar, dkk. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kartadinata, S. (2010) Isu-Isu Pendidikan, antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press
Kartadinata, S. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Kiat Mendidik sebagai Landasan Profesional Tindakan Konselor. Bandung: Penerbit UPI Press.
Kartadinata, S. (2013). Kerangka Pikir Pemberdayaan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013: Sebuah Proposal Kebijakan. PPT Bahan Seminar Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013. UPI Bandung.
Kartadinata, S. (2014). Politik Jati Diri Bangsa, Telaah Filosofis dan Praksis Pendidikan bagi Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung: UPI Press.
Kemendikbud. (2013). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Arah Peminatan Siswa. Sumer: Shoftcopy dari Prof. Sunaryo Kartadinata.
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013 dan Tantangan Zaman Generasi Emas. Bahan Diskusi Publik Kurikulum 2013 Fraksi Golkar DPR RI.
Kurnanto, M.E. (2010). Bimbingan dan Konseling Islami, Mengangkat Nilai-nilai Bimbingan dan Konseling dalam Al-Quran. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Shihab, M.Q. (1998). Wawasan AI-Qur`an. Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Suherman, U. (2006). Pendekatan Konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Keterampilan Hubungan Sosial. Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, tidak diterbitkan.
Supriatna, M. (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri untuk Mengembangkan Kecakapan Pribadi Mahasiswa. Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, tidak diterbitkan.
Supriatna, M. (2014a). “Sinergi Arah Peminatan pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Ikhtiar Implementasi Kurikulum 2013 dalam Bimbingan dan Konseling)”. Makalah. Disajikan dalam Forum Seminar ABKIN dan MGBK Kabupaten Kuningan dan Wilayah Tiga Cirebon, 4 Maret 2014
Supriatna, M. (2014b). “Problematika Bimbingan dan Konseling sebagai Praktik Pendidikan di Sekolah (Sebuah Telaah Kurikulum 2013)”. Makalah. Disajikan dalam Forum Seminar Nasional Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon, 16 Januari 2014
Sutoyo, A. (2006). Pengembangan Model Konseling Qurani untuk Mewujudkan Manusia Kaffah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, tidak diterbitkan.
Sutoyo, A. (2010). Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktik. Semarang: Widya Karya.
Waki, A. (2013). Model Bimbingan Berdasarkan Teori Transformasi Ibn Qayyim untuk Meningkatkan Karakter Muthmainah Mahasiswa. Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, tidak diterbitkan.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
MUHAMMAD EDI KURNANTO, Lahir tanggal 5 September 1973 di Desa Gegeran Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Kartubi bin Tukijan (alm) dan Ibu Bibit binti Sonokarso. Sejak kecil diasuh oleh pamannya, Bapak Sakat bin Tukijan dan Ibu Katiyem bintI Sodikromo. Sejak tahun 1982 hijrah ke Kalimantan Barat bersama orangtua (Paman) yang mengikuti Program Transmigrasi di SP. II Kecamatan Mukok Kabupaten Sanggau. Karena di tempat yang baru belum ada sekolah, hingga terpaksa harus berhenti sekolah selama satu tahun.
Keluarga: Dari hasil perkawinannya dengan Mawar, S.Ag, kini telah dikaruniai dua orang putri: Karima Nada Medina (2000, Kelas IX, MTsN 1 Pontianak) dan Zhafira Azka Medina (2003, Kelas VI MIS Al-Ikhwah Pontianak).
Pendidikan yang pernah dilalui: (1) Sekolah Dasar Negeri 2 Gegeran, Kec. Sukorejo, Kab. Ponorogo Jawa Timur (Kelas 1-2); SDN Transmigrasi SP II Kecamatan Mukok Kab. Sanggau Kalimantan Barat, tamat tahun 1987. (2) Melanjutkan sekolah di SMP Negeri Kedukul (sekarang SMP Negeri I Mukok) tamat tahun 1990. (3) SMA Negeri 4 Pontianak tamat tahun 1993. (4) Menamatkan S1 pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah, STAIN Pontianak pada tahun 1998 (kini IAIN Pontianak). (5) Menyelesaikan studi Magister Pendidikan (M.Pd) Program Studi Bimbingan dan Konseling dengan Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung yang ditempuhnya dalam waktu 1 tahun 10 bulan dengan yudisium Cumlaude tahun 2006. (6) Memperoleh Gelar Doktor pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Januari 2015.
PengalamanKerja: Sejak tamat S1 tahun 1998 mengabdikan diri mengajar di almamaternya. Tahun 2000 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di Jurusan Tarbiyah dengan mengajar Ilmu Kalam. Tahun 2007, setelah menamatkan pendidikan Magister Bidang Bimbingan dan Konseling, dipindahkan ke Juruan Dakwah, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI). Tahun 2014 ditarik kembali menjadi Dosen FTIK IAIN Pontianak, pada Jurusan PGRA.
Penelitian yang pernahdilakukan: (1) Pengembangan Program Bimbingan untuk Mengembangkan Multiple Intelligences Anak TK melalui Kegiatan Bermain (2006), (2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen STAIN Pontianak (2007), (3) Penerapan Pembelajaran Berbasis Minat untuk Meningkatkan Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Anak Taman Kanak-kanak: Studi pada Taman Kanak-kanak (TK) Negeri Pembina Kota Pontianak (2007), (4) Penerapan Teknologi Informasi dalam Layanan Konseling di STAIN Pontianak (2008), (5) Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Al-Quran: Studi Kepustakaan atas Kandungan Ayat-ayat Al-Quran yang Terkait dengan Bimbingan dan Konseling (2009), (6). Peningkatan Religiusitas Siswa dengan Model Bimbingan Berbasis Surah Al-Fātiḥah (Disertasi, 2015), (7) Prokrastinasi pada Mhasiswa FTIK IAIN Pontianak (2015, dalam proses penelitian).
Karya tulis yang telah diterbitkan: (1) Serba Serbi Keber-Islaman di Indonesia (2001, penulis dan editor, Penerbit: Romeo Grafika Pontianak), (2) Hidup Tumbuh Subur Bersama Rakyat (2002, kontributor, Penerbit: PMII Kalbar), (3) Menjadi Cerdas di Usia Dini (2007, Penerbit STAIN Pontianak Press), (4) Bimbingan dan Konseling (2007, Penerbit: STAIN Pontianak Press), (5) Play Therapy (2009, Penerbit: STAIN Pontianak Press), (6) Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini (2009, Penerbit: STAIN Pontianak Press), (7) Bimbingan dan Konseling Islam (2010, Penerbit: STAIN Pontianak Press), (8) Konseling Kelompok (2013, Penerbit: Alfabeta Bandung), (9) Konseling Keluarga (2013, Penerbit: STAIN Pontianak Press) dan beberapa artikel yang dimuat di berbagai jurnal.
AlamatRumah: Jl. Ujung Pandang, Perumahan Permata Permai No. A. 10, RT. 06/RW.01. Kelurahan Sei Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Alamat Kantor: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Jl. Lenjen. Soeprato No. 19 Pontianak, Kalimantan Barat.
Jadwal Seleksi Kompetensi Bidang CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun 2017
Menindaklanjuti Pengumuman Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia Selaku Ketua Panitia Seleksi Kementerian Agama Tahun 2017 dengan Nomor P-64509/SJ/B.II.2/KP.00.1/11/2017 tanggal 15 November 2017, bersama ini kami umumkan Jadwal Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Kemenag RI Formasi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Tahun Anggaran 2017.
Tes SKB CPNS Dosen IAIN Pontianak Tahun Anggaran 2017 dilaksanakan pada Kamis, 23 November 2017 di Auditorium Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Materi-materi yang diujikan ialah kemampuan profesional sebagai dosen PTKN (micro teaching), komitmen kebangsaan, komitmen beragama, karya ilmiah, pengabdian pada masyarakat dan jejak rekam. Materi-materi tersebut akan diujikan oleh 3 tim penguji, yaitu Tim 1: Micro Teaching, Tim 2: Kebangsaan dan Keagamaan, dan Tim 3: Karya Ilmiah, PPM dan Rekam Jejak.
Adapun nama-nama CPNS Dosen IAIN Pontianak yang mengikuti tes SKB adalah sebagai berikut:
No
Peserta
Formasi
Tim 1 Micro Teaching
Tim 2 Kebangsaan dan Keagamaan
Tim 3 Karya Ilmiah, PPM dan Rekam Jejak
1.
Novita
Dosen Akuntansi
07.30 – 07.50
07.55 – 08.15
08.25 – 08. 30
2.
Sabirin
Dosen Akuntansi
07.55 – 08.15
07.30 – 07.50
08.35 – 08.40
3.
Haries Pribady
Dosen Bahasa Indonesia
08.20 – 08.40
08.45 – 09.05
07.30 – 07.35
4.
Muchammad Djarot
Dosen Bahasa Indonesia
08.45 – 09.05
08.20 – 08.40
07.35 – 07.40
5.
Yusi Kurniati
Dosen Bahasa Indonesia
08.10 – 09.30
09.35 – 09.55
07.45 – 07.50
6.
Tommy Hastomo
Dosen Bahasa Inggris
09.35 – 09.55
08.10 – 09.30
07.55 – 08.00
7.
Sulaiman
Dosen Bahasa Inggris
10.00 – 10.20
10.25 – 10.45
08.05 – 08.10
8.
Rahmah Yulisa Kalbarini
Dosen Ekonomi Islam
10.25 – 10.45
10.00 – 10.20
08.15 – 08.20
9.
Al Fakhri
Dosen Hukum Islam
10.50 – 11.10
11.15 – 11.35
08.45 – 08.50
10.
Muhammad Luthfi Hakim
Dosen Hukum Islam
11.15 – 11.35
10.50 – 11.10
08.55 – 09.00
11.
Moh. Fadhil
Dosen Ilmu Hukum
12.30 – 12.50
12.55 – 13.15
09.05 – 09.10
12.
Fatma Muthia Kinanti
Dosen Ilmu Hukum
12.55 – 13.15
12.30 – 12.50
09.15 – 09.20
13.
Raziki Waldan
Dosen Manajemen
13.20 – 13.40
13.45 – 14.05
09.25 – 09.30
14.
Desty Septianawati
Dosen Matematika MI
13.45 – 14.05
13.20 – 13.40
09.35 – 09.40
15.
Yudhi
Dosen Matematika MI
14.10 – 14.30
14.35 – 14.55
09.45 – 09.50
16.
Siti Nurasmah
Dosen Matematika MI
14.35 – 14.55
14.10 – 14.30
09.55 – 10.00
17.
Rizki Susanto
Dosen Pendidikan Islam
15.00 – 15.20
15.25 – 15.45
10.05 – 10.10
18.
Abdullah Syifa
Dosen Penelitian
15.25 – 15.45
15.00 – 15.20
10.15 – 10.20
19.
St. Mutia Asni
Dosen Penelitian
15.50 – 16.10
16.15 – 16.35
10.25 – 10.30
20.
Rahmahidayati Sari
Dosen Penelitian
16.15 – 16.35
15.50 – 16.10
10.30 – 10.35
Bagi peserta yang telah dinyatakan lulus Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Formasi IAIN Pontianak diharapkan memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
Para peserta wajib hadir 60 menit sebelum pelaksanaan Ujian SKB dimulai;
Peserta wajib membawa:
Print out kartu peserta ujian;
KTP Asli, KK, Surat Keterangan Penganti Identitas sesuai NIK yang disyahkan Pejabat berwenang;
Karya Tulis yang pernah/belum dipublikasikan di media cetak/elektronik baik lokal, nasional maupun internasional;
Dokumen pengabdian pada masyarakat dan jejak rekam pribadi;
Peserta menggunakan pakaian rapi dan sopan. Bagi pria menggunakan kemeja putih dan celana gelap, wanita menyesuaikan. Kaos, celana jeans dan sandal tidak diperkenankan dipakai untuk mengikuti ujian.
Kasubbag. Organisasi, Kepegawaian dan Penyusunan Peraturan IAIN Pontianak, Adi Mulyono, S.Sos., menjelaskan bahwa keputusan panitia ini bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat. Kelalaian dalam membaca dan memahami pengumuman menjadi tanggung jawab peserta. Apabila ada pihak-pihak yang menjanjikan kelulusan dalam motif apapun, maka hal tersebut adalah penipuan dan diluar tanggung jawab panitia. Pengumuman ini ditandatangani oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., Rektor IAIN Pontianak, di Pontianak, 16 November 2017 dengan Nomor: B-1837/In.15/KP.00.1/11/2017.
Adapun pengumuman selengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini.
Mahasiswi IAIN Pontianak Juara I MTQ Mahasiswa Se-Kalbar
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak patut berbangga. Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak kembali mengharumkan nama almamaternya dengan berprestasi meraih Juara I Lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa se-Kalimantan Barat dengan membaca surah Az-Zumar ayat 32-38.
Ia mengalahkan 24 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi se-Kalimantan Barat. Perlombaan bergengsi tersebut diadakan oleh Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Keluarga Mahasiswa Islam (KAMAIS) Poltekkes Kementerian Kesehatan Pontianak, 11 November 2017.
Mahasiswi tersebut bernama Sa’adah. Ia adalah mahasiswi semester V Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) FTIK IAIN Pontianak. Ia lahir di Mempawah, 21 Desember 1996. Sa’adah merupakan buah hati dari Bapak Usman Husin dengan Ibu Sari’ah yang selama ini dikenal di lingkungan FTIK IAIN Pontianak sebagai mahasiswi yang memiliki suara bagus dan bakat di bidang tilawatil qur’an.
Prestasi yang pernah diraihnya ialah Juara 1 Tilawah BEM STIK Muhammadiyah Tahun 2015, Juara 1 Tilawah Dewasa Tingkat Kab. Bengkayang Tahun 2015, Juara 1 Lomba Tilawah Tingkat Mahasiswa Se-Kota Pontianak Tahun 2016, Juara 1 Tilawah Remaja MTQ Tingkat Kota Tahun 2016, Juara 1 Tilawah STQ Tingkat Kecamatan Tahun 2016, Juara 2 Tilawah Tingkat Daerah LPP RRI Pontianak Tahun 2017, Juara Harapan 1 Tilawah Dewasa STQ Tingkat Kota Pontianak Tahun 2017, dan terakhir Juara I Lomba MTQ Mahasiswa se-Kalimantan Barat.
“Saya merasa senang dan bersyukur setelah mengikuti perlombaan tersebut. Senangnya karena melalui perlombaan ini saya bisa mendapatkan teman-teman baru lagi dan saya masih bisa diberi kesempatan untuk mensyiarkan ilmu Al-Qur’an melalui tilawah. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberi nikmat kesempatan untuk saya menjuarai perlombaan ini,” ungkap mahasiswi yang selain sibuk kuliah, juga mengisi kesehariannya mengajar tilawah, tahfidz, ngaji, dan TPA.
“Setelah saya mengikuti perlombaan tersebut, saya berharap melalui bacaan tilwah semoga yang mendengarkan bisa mendatangkan rahmat dan menjadi motivasi kita semua untuk lebih semangat dalam belajar, mengajar dan istiqomah dalam mempelajari ilmu al-Qur’an,” harapnya. (Luthfy)
Mahasiswi IAIN Pontianak Raih Juara III Lomba Kaligrafi Putri Tingkat Kab. Kubu Raya
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kembali meraih prestasi tingkat kabupaten. Kali ini berkat kegigihan Siti Fatimah, berhasil meraih Juara III Lomba Kaligrafi Putri Tingkat Kababupaten Kubu Raya dalam Festival Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-V di Batu Ampar, Padang Tikar, 26-31 Oktober 2017.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Tilawatil Quran (LPTQ) Kababupaten Kubu Raya ini diadakan dalam rangka untuk menyeleksi calon para peserta yang akan menjadi utusan dari Kab. Kubu Raya di Festival MTQ Tingkat Provinsi yang dilaksanakan di Kab. Mempawah.
Siti Fatimah mahasiswi semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FTIK IAIN Pontianak. Ia aktif di Ikatan Mahasiswa Studi Arab se-Indonesia (IMASASI) dan DEMA Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak. Mahasiswi yang lahir pada 3 Juni 1997 ini meraih Juara III Lomba Kaligrafi Putri mengalahkan 14 peserta dari berbagai daerah yang ada di Kab. Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Sebagai Juara III, ia mendapatkan hadiah berupa piala, piagam penghargaan dan uang tunai panitia penyelenggara.
“Alhamdulillah, saya sangat senang sekali bisa ikut serta dalam Festival MTQ Tingkat Kab. Kubu Raya ini. Karena, saya bisa bertemu dengan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang mencintai Al-Qur’an. Dengan mengikuti MTQ ini, saya berharap keimanan dan kecintaan kita terhadap Al-Qur’an terus meningkat, sehingga Al-Qur’an bisa menjadi syafaat bagi kelak di hari kiamat,” papar mahasiswi yang menjabat sebagai Muharrikah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pontianak ini.
Setelah memaparkan kesannya setelah mengikuti festival tersebut, Fatimah juga berpesan kepada mahasiswa IAIN Pontianak untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai teman dekat. ”Jadikan Al-Qur’an sebagai teman dekat mu, sehingga saat Anda tidak bertemu dan membacanya sehari, maka Anda akan merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupmu. Apabila Anda sudah dekat dengan Al-Qur’an, maka Insya Allah dan atas izin-Nya, Al-Qur’an akan menjadi penolong kita di dunia maupun di akhirat nanti,” pesannya.
Ada 6 cabang perlombaan yang dilombakan dalam Festival MTQ ke-V di Batu Ampar yang terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu Tilawah, Tahfizdul Qur’an, Tartil Qur’an, Qira’ah Sab’ah, Syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, dan Khottil Qur’an. Khottil Qur’an ini terdiri dari 3 golongan; hiasan mushaf, dekorasi dan naskah. Semua cabang perlombaan tersebut dipisah antara putra dengan putri. (Luthfy)
Mahasiswa IAIN Pontianak Juara I MTQ Kabupaten Bengkayang
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak kembali menorehkan prestasi yang membanggakan dalam ajang perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. MTQ ini diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Bengkayang dalam rangka meningkatkan insan qur’ani, 3 Agustus 2015.
Yuni Arti merupakan mahasiswi semester V Jurusan PIAUD FTIK IAIN Pontianak. Ia sekarang menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PIAUD. Yuni Arti memenangkan lomba dan menjadi Juara Pertama MTQ Tingkat Kabupaten Bengkayang Cabang Putri mengalahkan 11 orang se-Kabupaten Bengkayang. Ia mendapatkan hadiah berupa piala, piagam dan uang pembinaan.
Musabaqah Tilawatil Qur’an adalah bidang lomba membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan Al-Qur’an yang mengandung nilai ilmu membaca (tajwid), seni (lagu dan suara), dan etika (adab) membaca. Surah dan ayat yang dibaca oleh para peserta pada waktu perlombaan tersebut ditentukan dari panitia penyelengara dari LPTQ Kabupaten Bengkayang. “Pada waktu itu, saya mendapatkan surah Al-Kahfi ayat 54. Alhamdulillah, saya meraih juara pertama,” papar mahasiswi kelahiran Sungai Rasau, 6 Juni 1997, tersebut.
Saat ditanya kesan dan pesannya setelah mengikuti MTQ Tingkat Kabupaten Bengkayang Cabang Putri, Yuni Arti mengatakan, “Saya sangat bersyukur telah mengikuti musabaqoh tilawatil qur’an ini dan mendapatkan juara pertama. Setelah mengikuti lomba, banyak sekali ilmu-ilmu tilawah yang saya dapatkan di sana. Selain itu, saja juga mendapat banyak pengalaman, banyak teman dan sebagainya,” kesannya. “Jangan pernah tinggi hati dan merasa puas dengan ilmu yang dimiliki saat ini, karena di luar sana masih banyak orang-orang yang lebih pandai dari kita,” tutupnya. (Luthfy)