- -

Perkuat Moderasi Beragama, ICRHD FUAD 2020 Hadirkan Pemateri dari 3 Negara

PONTIANAK (iainptk.ac.id) — Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menggelar International Conference on Religion, Humanity and Development (ICRHD) 2020. Kegiatan ini berlangsung di aula Syeik Abdurrani Mahmud IAIN Pontianak. Tampak undangan yang datang, Kepala BPSDM Kalimantan Barat mewakili Gubernur Kalimantan Barat, Walikota Pontianak dan Kabintal Komando daerah Militer (KODAM) XII Tanjungpura.

Kegiatan ICHRD 2020 yang digagas FUAD IAIN Pontianak ini menghadirkan 2 (dua) Pemateri dari luar negeri, yaitu Prof. Madya Dr. Ahmad Sunawari Long dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan dan Prof. Thomas Bret Golson, D. Min dari Lakewood Baptist Church Norhtport Alabama, USA. Tampak pula rombongan dari Malaysia yang turut meramaikan kegiatan ini.

Walaupun maraknya Pandemi COVID-19 yang mulai memasuki kota Pontianak beberapa hari yang lalu, kegiatan ini tetap berjalan lancar dengan pengawalan ketat dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Peserta yang memasuki lokasi kegiatan tersebut harus melewati pengecekan terlebih dahulu dengan mengukur suhu badan dan pemberian Sanitizer oleh petugas Dinas kesehatan tersebut.

Kegiatan FUAD kali ini mengusung tema, “Moderasi Beragama And Current important Issues on Religion, Humanity and Development In Digital Era”.

Mengawali sambutan, Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA dalam sambutannya menyebutkan bahwa Moderasi Beragama ini akan lebih berbahaya daripada Corona apabila tak dapat terwujud. Menurutnya, hal ini dapat memusnahkan ribuan orang, jika tak ada yang paham mengenai Moderasi Beragama.

“Kalo Moderasi Beragama ini tidak dapat terwujud di negeri ini dan di dunia ini, lebih berbahaya dari Corona. Karena Corona itu mungkin bisa sebulan baru bisa membunuh manusia. Tapi kalo orang yang gagal paham mengenai moderasi beragama di muka bumi ini dalam hal keagamaan itu bisa memusnahkan ribuan orang. Jadi, itu ekspektasi”, katanya.

Dr. Syarif yang juga menjadi pemateri dalam kegiatan ini pun mengatakan bahwa Moderasi Beragama ini sangat penting bagi Indonesia. Dengan memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi, Dr. Syarif memberitahukan kepada para tamu undangan dari luar negeri tersebut bahwa dengan 17.000 pulau yang dimiliki, Indonesia dapat dibangun atas kebersamaan lintas suku bangsa dan agama.

“Di Indonesia, khususnya tentang agama, moderasi ini menjadi acuan utama dalam kerja-kerja nasional,” imbuhnya. Lebih Rektor menjelaskan mengenai Moderasi beragama ini yang terutama menyangkut kemanusiaan, yaitu pembangunan manusia. Moderasi beragama tajuknya di Kementerian Agama itu “moderasi beragama rumah rukun Indonesia maju”. Menurut beliau, “ternyata menjadi umat pertengahan itu memang harus berkonsep agama”. Kemudian Rektor menjelaskan, “dalam Islam tidak ditemukan contoh-contoh yang kasar dalam menyampaikan kebaikan. Tidak ditemukan contoh-contoh kebrutalan. Memang di Indonesia, tema moderasi beragama ini sangat penting. Kita mengambil pelajaran oleh karena Indonesia itu tidak kurang dari 17.000 pulau, seribu lebih suku bangsa dan bahasa. Keluasan hidup bersama, sejarah juga mencatat bahwa bangsa Indonesia ini membangun negara bersama-sama lintas suku bangsa dan agama”.

Gubernur Kalimantan Barat yang kali ini diwakili oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Kalimantan Barat, Drs. Alfiansyah, MM. Mengawali sambutannya, ia menyampaikan pesan dari Gubernur bahwa menyambut baik kegiatan ini dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh FUAD tersebut.

“Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dalam kesempatan kali ini menyampaikan terima kasih dan apresiasi serta menyambut baik atas terselenggaranya kegiatan ini”, katanya.
Melanjutkan sambutannya, Drs. Alfian sampaikan mengajak peserta yang hadir untuk memahami dan serta mengamalkan ajaran agama dengan cara yang tidak ekstrim.

“Dalam 4 tahun terakhir kami dapatkan dalam kesempatan ini, bahwa Kementerian Agama terus aktif mempromosikan dalam hal pengarusutamaan moderasi beragama. Bersama-sama kita pahami pandangan kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan cara tidak ekstrim sehingga menjadi jalan tengah dalam keberagaman agama di Indonesia saat ini”, ucapnya.

Ia menyebutkan beberapa hal yang menjadi faktor retaknya hubungan antar umat beragama.

“Dalam kehidupan beragama, berbagai permasalahan yang dihadapi seperti Ekstrimisme, Radikalisme, ujaran kebencian. Bahkan sampai retaknya hubungan antarumat beragama menjadi masalah yang kita hadapi. Tentu Ekstrimisme bagaikan dua kutub yang berlawanan, yaitu pada satu sisi sangat kaku dalam beragama, yaitu memahami ajaran agama dengan membuang jauh-jauh penggunaan akal. Sementara di sisi lain, justru sebaliknya, sangat bebas dalam memahami sumber ajaran agama. Dan, kebebasan tersebut tampak dalam penggunaan akal sehat yang sangat berlebihan sehingga menempatkan akal sebagai tolak ukur kebenaran. Dalam sebuah hubungan antara pemeluk agama di Indonesia saat ini, ada beberapa hal yang dapat memicu keretakan antar umat beragama, yaitu pertama populisme agama yang dihadirkan ke ruang publik yang dibumbui dengan nada kebencian terhadap pemeluk agama, ras, dan suku tertentu. Kedua, politik sektarian yang sengaja menggunakan simbol-simbol keagamaan untuk menjustifikasi atas kebenaran dalam keuntungan politik tertentu sehingga ini akan menggiring masyarakat kearah konservatisme radikan secara radikal,” katanya.

Sebelum menutup sambutannya, ia beraharap dengan adanya kegiatan ICRHD 2020 yang diselenggarakan oleh FUAD ini dapat mengoptimalkan pemahaman mengenai Moderasi Beragama serta mengawal kehidupan demi terwujudnya perdamaian dunia.

“Mudah mudahan melalui konferensi saat ini, banyak hal yang bisa digali, banyak hal yang menjadi pemikiran-pemikiran untuk lebih mengoptimalkan pemahaman moderasi beragama agar hasil capai dari pemikiran ini mudah-mudahan bermanfaat bagi banyak orang terutama bagi daerah Kalimantan Barat dan tentu juga untuk negara kita Indonesia maupun negara-negara lainnya yang kita harapkan dipersatuan umat dalam mengawal kehidupan yang ada di dunia ini dapat terwujud perdamaian dan dapat kita rasakan”, harapnya.

Editor: Mulyadi
Penulis: Farli Afif dan Bambang Eko Priyanto

Print Friendly, PDF & Email