-

Rektor Syarif: IAIN Pontianak Berkomitmen Merawat Indonesia sebagai Rumah Kita

Pontianak (iainptk.ac.id)– Polda Kalimantan Barat bersinergi dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Kodam XII/Tanjungpura mengadakan acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Generasi. Acara itu berlangsung sukses di Aula Syeikh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, pada Kamis (10/10/2019). Agenda tersebut bertajuk “Merawat Indonesia Sebagai Rumah Kita”.

Pada pelaksanaan agenda besar ini dihadiri oleh para petinggi Kalbar yaitu Gubernur Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Ketua FKPT Kalbar dan Nassir, mantan teroris. Tampak peserta membludak. Lebih dari 500 orang hadir memenuhi aula. Tampak para pejabat, kepala sekolah, pimpinan pondok pesantren, ketua BEM, ketua Osis, Ketua OKP dan para mahasiswa IAIN Pontianak antusias menyimak kegiatan tersebut.

Agenda ini dibuka langsung oleh Dr. Syarif sebagai Rektor IAIN Pontianak. Sebelum membuka, Rektor Syarif menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari aksi damai yang dilakukan oleh Mahasiswa, khususnya di IAIN Pontianak. “Kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan forum rektor bersama Kapolda Kalbar dan Pangdam Tanjungpura. Beberapa hari yang lalu waktu kita bermusyawarah dalam menanggapi atensi dari adik-adik yang berpartisipasi dalam berbangsa dan bernegara ini dalam bentuk unjuk rasa. Karena tidak ada bakar-bakar ban. walaupun ada sebenarnya dari provokator tertentu yang menyediakan ban dan bensinnya. Namun adek-adek tidak mengikuti itu karena mereka hanya ingin berunjuk rasa” terangnya.

Kemudian ia menginginkan IAIN Pontianak harus menjadi bagian penting dalam menjaga keutuhan NKRI serta menjadi garda terdepan dalam merawat Indonesia. “IAIN Pontianak ingin menjadi bagian penting dalam ikhtiar kebangsaan untuk utuhnya NKRI yang berdasarkan silsilah dan undang-undang dasar 1945. IAIN Pontianak memiliki cara di bidang keagamaan bahwa tidak satupun poin-poin dari Pancasila itu yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu IAIN Pontianak ingin menjadi bagian yang srategis dalam menyuarakan bahwa tidak perlu ada pemikiran, gagasan, karya, dan gerakan untuk merubah NKRI dengan negara agama tertentu. khususnya Islam, kita semua, bangsa ini menjadi saksi bahwa tidak ada satupun ajaran Islam yang dikebiri di negeri ini. bahkan sebaliknya justru difasilitasi, diatur kedalam undang-undang, dan sebagainya. Kami sivitas akademika IAIN Pontianak seluruhnya menjadi garda terdepan mengisi, merawat, dan membesarkan rumah kita Indonesia.” tegasnya.

Ia juga menyatakan bahwa setiap mahasiswa yang anti NKRI, maka ia pastikan mahasiswa tersebut tak dapat melanjutkan pendidikannya di Kampus IAIN Pontianak.  “Kami mempunyai hajat besar untuk membimbing ribuan mahasiswa tidak kurang dari 8600 mahasiswa. saat ini mereka tumbuh menjadi sel inti anak bangsa yang berkomitmen untuk keutuhan NKRI. Sejak dari PBAK bagi mahasiswa baru kami telah mengisi mereka dengan wawasan kebangsaan materi-materi kebangsaan yang berisikan Pancasila dan UUD 1945 tentang NKRI dan moderasi beragama. Kami juga telah mengambil janji dari mahasiswa dalam surat pernyataan bahwa mereka tidak Anti Pancasila dan UUD 1945. Tidak anti NKRI tidak melakukan tindakan intoleransi, bergagasan, berpikir, dan berkarya dalam pergerakan untuk cita-cita khilafah Islamiyah. Jika ini tidak diindahkan, maka mereka bersedia untuk tidak menjadi mahasiswa IAIN Pontianak. Untuk mempublish semua, kami sedang merampungkan standarisasi kurikulum untuk memaksimalkan basis ilmu keagamaan hingga semester 4. Oleh karena itu kami terus berikhtiar untuk menyempurnakan layanan akses berupa gedung-gedung kuliah dan gedung ma’had al-jamiah yang cukup dan baik. ikhtiar ini memerlukan support dari berbagai pihak terutama Pemda Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil riset nasional bahwa salah satu sebab penting dalam penyebaran terorisme, lahirnya gerakan radikalisasi keagamaan yang oleh karena kurangnya basis pengetahuan keagamaan. Dari sekolah SD sampai SMA selama 12 tahun anak kita itu hanya belajar selama 48 hari selama 12 tahun. Hasil riset lain juga menyebutkan bahwa sosmed menjadi pilihan mudah sebagai sumber pembelajaran tentang agama dan ini sangat tidak kondusif. Data dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan bahwa mahasiswa yang kuliah di PTKIN di Indonesia itu 80 sampai 85 persen berasal dari SMA dan SMK. IAIN Pontianak pada tahun 2018 dan 2019 menerima 1770 mahasiswa dan 1780 mahasiswa. Disinilah letak Strategis dan urgentnya kehadiran IAIN Pontianak dalam rangka bersama-sama menanamkan basis untuk mengokohkan NKRI dangan visinya mempertebal dan memperbanyak pengetahuan agama yang benar dan yang cocok dengan porsinya” pungkasnya.

Setelah membuka kegiatan tersebut, penyampaian pertama langsung diberikan kepada Sutarmidji selaku Gubernur Kalimantan barat. Orang nomor 1 di Kalimantan Barat yang akrab disapa Bang Midji ini pun menyampaikan pendapatnya bagaimana cara menjaga keutuhan NKRI dalam hal pencegahan terorisme. Menurut Bang Midji cara mengurus negara yang baik yaitu dengan mengurus dan memperbaiki diri sendiri. “Inilah tugas kite untuk menyampaikan kepada masyarakat. Saye pun kalo misal ade pemikiran-pemikiran sedikit radikal tidak hanya pada agama Islam. Jangan pernah pemikiran Anda dimasukkan keruang publik. Cukup dirumah saudara, cukup di rumah peribadatan saudara. Agama pun sudah mengatur bagaimana kite berlaku di luar itu. Kite udah menderite 350 tahun apalagi pada masa Jepang 2 generasi kita sudah hilang karena pembantaian waktu zaman Jepang. Contoh saja Australia mau mengurus Papua. Ngurusin diri sendiri saja ndak beres. Ngurus die sendiri jak ndak beres, nak ngurusin Papua”.

Kemudian Bang Midji berpesan masyarakat, khususnya kepada para hadirin agar memiliki komunikasi yang baik .“Pesan saya, saya ini tak pernah demo, sampe saat ini saye belom pernah demo. Tapi kalo ngomel sering. Saya ingin berpesan kepada adek-adek dan juga masyarakat harus mempunyai gaya komunikasi yang betul-betul komunikatif” katanya dengan bahasa Melayu yang kental.

Penulis: Firli Afif
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email