Seminar Internasional Resolusi Konflik, Rektor: IAIN Pontianak Komitmen Jaga Kedamaian

PONTIANAK (iainptk.ac.id) –IAIN Pontianak menjadi tuan rumah kegiatan Seminar Internasional dan Kuliah Umum dengan tema Manajemen Transformasi dan Resolusi Konflik: Menjaga dan Membangun Perdamaian, Selasa (5/3) malam. Kegiatan ini digagas Yayasan Al-Qadri Center bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat di Kalbar.

Lebih dari 200-an peserta memadati ruangan Auditorium Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak. Terdapat tiga pemateri yang membahas tentang menjaga dan membangun perdamaian dari konflik: Prof. Dr. Timo Kivimaki; Prof. Dr. Syarif Ibrahim Al Qadrie; dan Prof. Dr. Delsy Ronnie.

Sambutan dari pengurus Al Qadrie Center, Dr. Yapandi Ramli, menjelaskan salah satu tujuan terbentuknya Al Qadrie Center adalah untuk mencegah terjadinya keresahan umat manusia dengan konflik ras, suku, sehingga Prof. Dr. Syarif Ibrahim Al Qadrie melakukan kerjasama dengan Prof. Dr. Timo Kivimaki dan terwujudlah kegiatan pada malam hari ini.

Sekretaris Yayasan Al-Qadri Center yang juga sebagai dosen IAIN Pontianak itu menambahkan “Al Qadrie Center akan menciptakan Kalbar sebagai sentral multikultural yang berada di Indonesia dan dapat diaplikasikan di provinsi-provinsi, serta kabupaten-kota. Kegiatan ini juga nanti dilanjutkan di Kota Singkawang pada tanggal 7 dan 8 mengundang para stakeholder dari pemerintah Kabupaten-Kota dan Kepolisian Kabupaten-Kota.”

Rektor IKIP PGRI Kalimantan Barat, Rustam, M.Pd Kons “Tadi kami menyepakati hal ini tidak hanya sebatas di dalam seminar internasional seperti ini, kita akan tindak lanjuti dengan MoU, dengan kerjasama agar semua masyarakat yang berada di Kalimantan Barat dengan multi kulturalnya, multi budayanya dapat meningkatkan multi kulturalismenya, idealismenya, indahnya hidup bersama dengan orang yang berbeda. Itu yang akan kita wujudkan.” pungkasnya.

Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA, diberikan kesempatan untuk membuka kegiatan ini. “Alhamdulillah selama 19 tahun ini kita dalam keadaan kondusif, tapi yang namanya penyakit manusia antar etnis itu pasti ada, maka walaupun sudah kondusif kita harus ikhtiarkan dengan instrument-instrument yang valid kemudian menopang pemahaman masyarakat tentang keberagaman. Terutama di Kalimantan Barat yang sudah sangat kondusif di mana Kalbar hari ini tercatat 17 suku besar dan ada 17 nominasi suku yang lebih besar lagi dan dapat hidup dengan baik.”

Dr. Syarif menambahkan “IAIN Pontianak akan mengambil peran strategis untuk ikut berpartisipasi dalam membuat masyarakat kondusif” jelasnya.

Penulis: Bambang Eko Priyanto
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email