Sistem Pendidikan Islam dan Manajemen Dakwah di Iran

orasi ilmiah

Oleh: Dr. Hojjat Ibrahimian

Orasinya diterjemahkan oleh Imam Ghazali

Selasa, 24 Juni 2014 I 10:00 WIB

IAIN PONTIANAK, HUMAS – Dr. Hojjat Ibrahimian, mengatakan, Perguruan tinggi di Iran memiliki dua sistem pada siapa pun yang ingin mendalami Islam dapat merujuk di dua sistem tersebut. Pertama, perguruan tinggi yang mengandung unsur-unsur keislaman, dan kedua hauzah ilmiah.

Hauzah ilmiah dipadankan penerjemah, Imam Ghazali, seperti pesantren walaupun belum begitu mewakili. Hauzah ilmiah memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, dan memiliki latar belakang yang cukup panjang di Iran, baru kemudian muncullah perguruan tinggi Islam.

Dia menyatakan, hauzah ilmiah mengawali sistem pendidikan di Iran dan sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu, dan itu dimulai dari Najaf al Ashraf yang berada di negara Irak, dan sistem tersebut dinamakan hauzah ilmiah yang dicetus oleh orang-orang syiah, maka lebih dikenal dengan hauzah ilmiah assyi’iyyah.

Oleh karena itu, penelitian-penelitian yang terbaru saat ini lebih memojokkan pada Iran, atau syiah, bahwa mazhab ahlul bait adalah ciptaan orang-orang Iran, maka dengan sendirinya akan terbantah karena latar belakang pendidikan Islam itu sendiri, dan bahkan sudah ada ajaran-ajaran atau keyakinan bersamaan dengan munculnya Islam.

Dua sistem pendidikan Islam inilah yang diperjelas Hojjat Ibrahimian, antara perguruan tinggi atau universitas Islam dan hauzah ilmiah. Perguruan tinggi di Iran juga dibagi menjadi perguruan tinggi negeri dan swasta. Pada perguruan tinggi negeri tidak dipungut biaya, sementara swasta berbayar.

Dari semua perguruan tinggi di Iran, semuanya memiliki fakultas atau mata pelajaran Islam. Kemudian dari fakultas atau prodi ilmu-ilmu Islam diajarkan mulai dari S1, S2, dan S3.

Jurusan al-Quran dan hadis misalnya, di situ juga bercabang ada ulumul quran, dan tafsir. Jadi sudah berpisah atau tidak digabung lagi. Di jurusan al-Quran ada lima konsentrasi mulai S1 hingga S3. Demikian juga tafsir memiliki konsentrasi-konsentrasinya. Ilmu hadis juga tersendiri dan memiliki konsentrasi tersendiri.

orasi ilmiah2Bagitu juga ilmu filsafat memiliki beberapa konsentrasi, filsafat Mula Sadran misalnya, filsafat Masa’i, ibnu Sina atau filsafat barat. Begitu juga dengan jurusan Irfan banyak sekali konsentrasinya. Ada konsentrasi Irfan Islami, Irfan Ahlul bait, Irfan ibnu arabi atau yang lainnya. Sama halnya dengan jurusan teologi, ada teologi Islam dan Barat, atau pun pada jurusan fikih, seperti di sini ada empat mazhab ditambah mazhab ja’fari, diajarkan pada perguruan tinggi.

Semua itu, tuturnya, hanya dijadikan contoh saja, semuanya sudah dijabarkan mulai dari S1 sampai S3. Di Iran ada sebuah peristiwa baru, dalam rangka penggabungan ilmu ke dalam Islam atau islamisasi ilmu, misalnya ilmu ekonomi kemudian dibuka jurusan ilmu ekonomi Islam jadi memberikan tambahan terhadap ilmu ekonomi tersebut pada Islam menjadi ilmu ekonomi Islam.

Bagitu juga dengan ilmu-ilmu yang lainnya, psikologi misalnya ada psikologi Islam. Ini merupakan sebuah tantangan dan memiliki kesulitan tersendiri, karena sejak saat itu ada ilmu ekonomi disusun oleh orang-orang barat atau ekonomi barat, atau psikologi referensi-referensinya banyak datang dari barat.

Dalam pandangan tersebut, Hojjat Ibrahimian berpendapat, konteks pendidikan Islam yang diinginkan punya pandangan dan penjelasan tentang itu, dan ini merupakan usaha yang cukup sulit, karena ketika dibuka jurusan ekonomi Islam maka perlu dipersiapkan 140 sampai 150 sks, dan juga terpenting adalah mempersiapkan dosen-dosennya.

Dia merasa bersyukur, “Iran dengan berkah al-Quran dan ahlul bait, bisa mengistimbatkan atau bisa mencari atau mengkaji hal tersebut sehingga ditambahkan dengan ilmu-ilmu yang lain”.

Hojjat Ibrahimian menjelaskan, ketika seorang pelajar lulus dari SMA, sudah bisa memilih untuk melanjutkan perguruan tinggi Islam dan mengambil jurusan apa saja yang ia inginkan. Semua jurusan Islam yang ia minati ada disana, bahkan jurusan-jurusan baru seperti ekonomi Islam, psikologi Islam, dan jurusan lainnya.

Sedangkan kedua, sistem pendidikan hauzah ilmiah, dia menuturkan, sosok seorang imam Khomeini yang menggunakan baju ulamanya, jadi, ada yang disebut “aba”, dan juga yang ditaruh diatas kepala yang biasa dikenal orang Iran sebagai “imamah”, orang seperti itu disebut ulama.

“Ulama belajar di pesantren atau hauzah ilmiah. Hauzah ilmiah maktab ahlul bait, maktab ja’fari atau nama-nama yang lainnya sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu. Banyak sekali buku-buku atau kitab-kitab dijadikan referensi yang ditulis sejak saat itu diibaratkan lautan yang sangat kaya pengetahuan keagamaan”, pungkas Hojjat Ibrahimian.

 

Print Friendly, PDF & Email