Studium General FTIK PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan

ii

Fakultas Tarbiyyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak mengelar Studium General di Auditarium Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak, Kalimantan Barat, Jum’at (07/10/2016). Acara yang mengangkat tema “Perguruan Tinggi Agama Islam Menyonsong Tantangan Masa Depan” ini menghadirkan Prof Dr H Abdul Djamil MA selaku Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI.

Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dekan FTIK IAIN Pontianak yang diwakili oleh Wakil Dekan II, Drs. Muhammad Rahmatullah M.Ag. Rahmatullah menerangkan bahwa kegiatan seperti ini (studium general) sering dilakukan, terutama diperuntukkan bagi mahasiswa baru. Dengan mengangkat tema ini, diharapkan kita dapat saling mengingatkan tentang apa yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam dalam menyonsong tantangan masa depan.

Selanjutnya, kegiatan studium general tersebut dibuka langsung oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag. Sebelum membuka acara tersebut, Hamka menyampaikan bahwa IAIN Pontianak pada tahun ini banyak menolak mahasiswa. “Tapi tahun ini, kita (IAIN Pontianak) betul-betul banyak membuang mahassiswa. Pertama, memang kekurangan lokal yang ada. Kedua, peminat IAIN Pontianak yang semakin meningkat pada masyarakat,” tuturnya. “Tahun ini IAIN menampung 2 mahasiswa dari mesir dan IAIN pernah melakukan KKN di luar negeri sekitar 3 tahun yang lalu,” tambahnya.

Studium general yang dihadiri sekitar 300 civitas akademika IAIN Pontianak (baik dari kalangan dosen, staf dan mahasiswa) kemudian mendengankan paparan yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang ini mengangkat judul yang menurutnya agak provokatif, yaitu PTKI Menyonsong Tantangan Masa Depan.” Ia memulai menjelaskan materi yang disampaikannya dengan tantangan yang dialami oleh PTKI dalam perspektif sejarah.

“Dilihat dari perspektif sejarah, PTKI muncul karena sifat mendesak dan pada awalnya hanya untuk mengisi kekosongan imam-imam tentara dan menganulir jabatan penerangan Islam,” papar Djamil. Ia mengibaratkan kedudukan 14 IAIN pada waktu itu, sama dengan 1 IKIP saja. Dalam perkembangan selanjutnya, PTKI selalu dihadapi dengan tantangan, terutama tantangan dari demokratisasi dan perkembangan globalisasi yang sangat berkembang pesat. Menurutnya, globalisasi adalah sebuah intensitas yang dapat menembus batas yang dapat mempengaruhi perkembangan PTKI.

iiiPerkembangan global yang sangat berkembang pesat ini juga dialami pada dunia pendidikan, terutama di lingkungan PTKI. Djamil menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan telah terjadi sebuah revolusi intelektual, yaitu perubahan yang pada awalnya berpusat pada dosen, menjadi berpusat pada kemampuan dari mahasiswa itu sendiri. Ia memberikan contoh dengan dosen “killer”. “Dulu, dosen killer pada saat itu sangat beribawa. Semakin killer dosen tersebut, maka semakin beribawa dosen itu. Sekarang tidak lagi seperti itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, perkembangan dan tantangan ini harus dipersiapakan oleh PTKI dengan sebaik-baiknya, baik dari dosen harus siap, begitu pula mahasiswa juga harus siap. Akan tetapi, Djamil sangat optimis bahwa PTAI siap dalam menghadapi perubahan dan tantangan itu. Civitas dari PTKI siap dalam menghadapi dan menyonsong perubahan dan tantangan pada masa depan.

Print Friendly, PDF & Email