Teater Komunitas Santri (KOMSAN) suguhkan Pentas Drama “Ada Benarnya” Sebagai Refleksi Sosial Penuh Makna
Pontianak (iainptk.ac.id) 5 Oktober 2025 — Selama dua malam berturut-turut, 3–4 Oktober 2025 pukul 19.30, Gedung Auditorium Abdul Rani IAIN Pontianak menjadi saksi terselenggaranya pertunjukan teater bertajuk “Ada Benarnya” karya dan garapan Yeye Komsan, yang merupakan adaptasi dari naskah klasik “Wanita yang Diselamatkan” karya Arthur S. Nalan.
Pentas ini dipersembahkan oleh Sanggar Teater Komunitas Santri IAIN Pontianak, dan berhasil menyedot perhatian publik. Sebanyak 750 penonton dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, dosen, guru, siswa, masyarakat umum, hingga pencinta seni, mereka hadir memenuhi auditorium. Antusiasme mereka tampak dari awal hingga akhir pertunjukan, disertai tepuk tangan panjang yang menggema di penghujung pementasan.
Sebagai penulis adaptasi sekaligus sutradara, Yeye Komsan berhasil menghadirkan tafsir baru terhadap naskah legendaris tersebut. Menurutnya, pementasan ini bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah refleksi sosial dan spiritual tentang makna kebenaran, kemanusiaan, dan penyelamatan dalam konteks kehidupan modern.
“Saya ingin membawa penonton untuk merenungkan kembali konsep ‘penyelamatan’. Dalam masyarakat kita hari ini, penyelamatan seringkali bersifat simbolik, tentang moral, sosial, dan emosi. Kadang niat baik bisa melukai, dan tindakan salah bisa punya alasan yang ‘ada benarnya’. Lewat pementasan ini, saya ingin menunjukkan bahwa kebenaran tidaklah tunggal, melainkan hasil dari pergulatan batin dan pandangan yang beragam,”
ujar Yeye Komsan, usai pertunjukan malam kedua.
Secara artistik, “Ada Benarnya” menyuguhkan perpaduan kuat antara naskah reflektif, akting naturalis, serta tata artistik simbolik. Tata cahaya yang kontras memperkuat suasana batin antar tokoh, sementara musik latar yang minimalis menonjolkan intensitas emosi dan konflik batin yang mendalam.
Naskah ini menggali pertentangan antara idealisme, kemanusiaan, dan relativitas kebenaran. Dialog-dialognya yang tajam dan realistik menghadirkan perdebatan moral yang terasa dekat dengan realitas sosial masa kini, mulai dari isu keadilan, peran gender, hingga makna empati dalam relasi antar manusia.
Penonton pun memberikan beragam tanggapan positif.
“Saya merasa seperti bercermin pada realitas hidup kita sendiri. Konflik dan pilihan moral yang ditampilkan terasa nyata dan menyentuh,” ungkap Udin, penonton dari kalangan masyarakat.
Rahma, seorang guru , menilai pementasan ini sarat nilai edukatif. “Banyak pesan karakter dan moral yang bisa diambil. Ini bisa menjadi media refleksi bagi siswa tentang pentingnya memahami makna benar dan salah dari berbagai sisi,” tuturnya.
Sementara Agus, mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak, menyebut pementasan ini sangat relevan dengan kondisi generasi muda saat ini. “Kita hidup di zaman di mana semua orang merasa paling benar. Drama ini menyadarkan bahwa setiap pandangan punya dasar dan alasan yang ‘ada benarnya’,” ujarnya dengan antusias.
Pementasan “Ada Benarnya” sekaligus menjadi tonggak penting bagi kiprah Sanggar Teater Komunitas Santri IAIN Pontianak dalam menghidupkan kembali tradisi teater kampus sebagai media ekspresi dan pendidikan karakter.
Yayan (Tendik IAIN Pontianak) menambahkan, “Teater bukan sekadar panggung dan dialog. Ia adalah cermin sosial. Siswa, mahasiswa, dan masyarakat bisa belajar mengenal diri dan lingkungannya melalui seni. Kami ingin agar teater kampus ini tidak berhenti di panggung, tapi terus tumbuh menjadi ruang refleksi dan perubahan.”
Dengan dukungan penuh dari sivitas akademika IAIN Pontianak dan apresiasi luar biasa dari publik, pertunjukan “Ada Benarnya” berhasil menghadirkan peristiwa seni yang menggugah nurani, memperlihatkan bahwa seni teater tetap relevan sebagai ruang pembelajaran, kontemplasi, dan kritik sosial di tengah dinamika zaman.
Sebagaimana pesan tersirat dari naskahnya, setiap kebenaran memiliki sisi yang bisa diperdebatkan, karena dalam hidup, selalu ada sudut pandang lain yang “ada benarnya.”