Walau Gelap, Mahasiswa KKL IAIN Pontianak di Natuna Tetap Ajar Anak-anak Membaca al-Qur’an

NATUNA (www.iainptk.ac.id)—Sebagai umat Islam, mempelajari al-Qur’an adalah sebuah kewajiban. Bahkan, pembelajaran itu dimulai sejak usia dini hingga lanjut usia. Terbukti dengan didominasinya tempat-tempat mengaji oleh mereka yang berusia belia.

Mengaji di masjid bagi sebagian orang adalah hal yang biasa. Namun, bagaimana jika di masjid tersebut gelap gulita lantaran listrik padam?

Banyak orang yang berpikir pengajian tersebut bubar. Namun, dugaan itu kurang tepat. Di masjid Al-Munawwaroh, Desa Limau Manis, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna contohnya. Malam tadi, anak-anak tetap mengaji walau listrik padam.

Asrap, mahasiswa KKL IAIN Pontianak yang mengajar menjelaskan, bahwa semangat anak-anak dalam belajar al-Qur’an menjadi cahaya tersendiri.

“Saya melihat semangat anak-anak dalam belajar membaca al-Qur’an sehingga tetap mengajar mereka walau keadaan gelap” ujar mahasiswa yang juga menjadi mahasantri Ma’had Al-Jamiah ini.

Memang beberapa hari ini keadaan listrik di desa Limau Manis mengalami gangguan. Sehingga terjadi pemadaman secara berkala, termasuk di waktu Maghrib.

Sebelumnya memang mahasiswa KKL IAIN Pontianak mengadakan pengajian al-Qur’an selepas sholat Maghrib berjamaah di masjid. Mereka merasa perlu untuk melaksanakan kegiatan positif kepada anak-anak Desa Limau Manis.

“Mengaji disini enak. Selain belajar membaca, kami juga belajar tajwid dan membetulkan huruf (makhrijal huruf)” ujar Nasril, siswa SMP yang setiap Maghrib selalu hadir untuk belajar bersama.

Ia datang tak hanya sendiri, melainkan juga bersama Nazrimah, sang adik. “Selama ngaji disini, baru sekarang belajarnya asik” tuturnya. Memang mahasiswa IAIN Pontianak ini menerapkan metode yang lain dari biasanya. Jika mengaji guru hanya mendengar murid membaca dan menegur apabila ada kesalahan, maka cara yang diterapkan mahasiswa ini adalah dengan memberikan penguatan materi tentang hukum tajwid dan makhrijal huruf.

Kehadiran mahasiswa disini dirasa memberikan warna pada desa Limau Manis ini. Apalagi menurut pengurus masjid, dulu pernah ada guru yang mengajar mengaji. Kini guru tersebut melanjutkan studinya sehingga pembelajaran al-Qur’an menjadi vakum.

Kehadiran mahasiswa juga diharapkan dapat menjadi inspirasi pembentukan kelompok pembelajaran al-Qur’an agar anak-anak dapat membaca dan mengamalkan ajaran kitab suci mereka.

Penulis: Ega Wahyu P
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email