Siswa Sekolah Rendah Ramaikan Stan Indonesia di Brunei

BANDAR SERI BENGAWAN. Memasuki hari keempat (2/3) Pesta Buku Brunei 2019, siswa Sekolah Rendah masih mendominasi kunjungan ke stan pameran. Pagi-pagi bus-bus sekolah telah terparkir rapi di halaman stadion yang terletak di Kompleks Sukan Negara Hassanal Bolkiah, sementara tujuh delapan bus belum menurunkan siswa-siswi.

Kami bergerak pelan menuju stan di antara kerumunan anak-anak yang mengantri untuk mendapat buku gratis dari meja urusan setia atau sekretariat. Sesampai di stan idepun bermunculan untuk meramaikan acara pesta buku. Tim IKAPI Kalbar berinisiasi untuk membuat permainan dengan memberikan dooprize bagi pengunjung stan, “kita buat games, yang bisa menjawab pertanyaan kita berikan buku gratis,” ungkap Dwi Safriyanti salah satu delegasi IKAPI Kalbar. Sementara itu penjaga stan lainnya sibuk memilih buku-buku yang bisa dan kira-kira cocok dibaca oleh anak-anak untuk diberikan secara gratis kepada mereka yang bisa menjawab pertanyaan.

Dalam beberapa saat stan Indonesia dipenuhi anak-anak berseragam merah putih bersiap mengikuti games. Dwi Safriyanti memberikan instruksi mengunakan bahasa Inggris, namun salah seorang anak meminta agar beliau menggunakan bahasa Melayu sebab mereka orang Melayu.

Permainannya sederhana, anak-anak hanya diberikan pertanyaan pengetahuan tentang Indonesia, nama Ibu kota hingga nama presiden Indonesia saat ini, dari 5 pertanyaan hanya 1 soal yang tidak bisa dijawab yakni pertanyaan tentang bahasa Indonesia.

Beberapa hari pesta buku berlangsung, sebelumnya stan Indonesia memang sangat jarang dikunjungi oleh anak-anak yang datang membeli buku, kecuali untuk melihat-lihat dan pergi tanpa penawaran. “Di pameran ini kami memang tidak menyediakan buku khusus anak-anak seperti buku dongeng, novel dan buku sastra anak. Padahal pengunjung yang paling mendominasi acara ini adalah anak-anak”, ujar Setia Purwadi yang juga delegasi IKAPI mewakili penerbit IAIN Pontianak Press.

Sejak hari pertama pesta buku berlangsung hingga memasuki hari ke empat, orang-orang yang antusias membeli buku adalah untuk kebutuhan penelitian mengenai Kalimantan Barat atau pulau Borneo, selepasnya hanya melihat-lihat, sebab tidak ada yang cocok.

Sulitnya buku-buku yang berlabel agama masuk ke negeri Hassanal Bolkiah ini menjadi minimnya jumlah stok buku yang dibawa oleh IKAPI Kalbar, bahkan hingga hari ke empat buku-buku masih di kantor imigrasi. Menurut Toni, staf KBRI bahwa di negara ini barang atau buku yang masuk seleksinya sangat ketat, “satu buku, bisa memakan waktu 3 bulan untuk di tahfidz,” tambahnya. (Saripaini/Fahmi)

Print Friendly, PDF & Email