-

Harmonisasi Budaya, Yudisium FTIK IAIN Pontianak Kenakan Pakaian Adat

Pontianak (iainptk.ac.id)–Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak meyudisium 146 mahasiswanya. Sudah menjadi khas dari FTIK IAIN Pontianak setiap kali menggelar kegiatan Yudisium selalu mengenakan pakaian adat yang ada di Indonesia.

Tampak mereka bergembira mengenakan pakaian adat tersebut. Ada yang memakai baju khas pakaian adat suku Melayu, Madura, Dayak dan suku daerah lainnya. Acara meriah itu bertempat di aula Abdul Rani Mahmud. Sabtu, (19/10/19) pagi.

Para mahasiswa yang diyudisium itu terdiri dari berbagai prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Dekan FTIK IAIN Pontianak, Dr. Ali Hasmy menyampaikan lapoan bahwa ada mahasiswanya yang menyelesaikan masa studi dan mendapatkan predikat tertinggi yaitu, 3,9. “Prestasi atau capaian ini tidak mungkin bisa diraih tanpa ada kerjasama dari semua pihak stakeholder, baik external maupun internal. Terimakasih atas bimbingan dan arahan Rektor IAIN Pontianak dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga. Karena itu selaku dekan dan jajaran FTIK mengucapkan terimakasih kepada semua pihak membantu sehingga capain tersebut terwujud” katanya.

Lebih lanjut dekan FTIK mengatakan, “Kami juga menyadari dalam mendidik mahasiwa yang sampai saat ini diyudicim ada banyak masalah kekhilafan baik dari tutur kata maupun perbuatan. Merasakan pelayanan belum pada level prima. Tetapi kami memiliki indikator terus diperbaiki. Dan saat ini tidak ada lagi untuk mendapatkan SK memerlukan waktu lama dan banyak hal lain” jelasnya.

“Mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studi di FTIK selama ini dibekali bisa memberikan manfaat bagi dirinya” pungkasnya.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif dalam sambutan tersebut menyampaikan, “Terkait perkembangan yudicium kedepan yang bisa jadi tidak ada lagi karena akan ada perubahan. Boleh jadi yudicium kali ini adalah yudicium terakhir. Akan ada regulasi internal yudicium langsung setelah selesai ujian” ungkap rektor.

“IAIN Pontianak telah melakukan transparansi dalam pelayanan. Diantaranya dengan cara pembayaran non tunai bagi mahasiswa dan untuk para pegawai serta dosen yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun” jelasnya rektor.

Rektor mengucapkan selamat kepada mahasiswa karena telah berhasil mengalahkan dirinya sendiri dalam hal kemalasan terkait penyelesaian studi tersebut.

“Banyak orang yang tidak selesai dengan urusan diri sendiri. Kalau mahasiswa tidak selesai dengan dirinya dialah peragu, mencuri teori orang. Mahasiswa yang telah selesai studi diharapkan menjadi duta kampus yang menebarka. Informasi-informasi positif terkait kemajuan dan prestasi yang diraih.” ujar orang nomor 1 di kampus IAIN Pontianak itu.

“Kami harapkan para sarjana apapun prodinya harus memiliki akhlak mulia, mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan kemanusiaan. Jangan pernah mengadu kepintaran di kampung. Hari ini kita mesti mengadu kebaikan hati, mengadu kemulian akhlak. Baru kalian akan dipandang orang lulusan IAIN itu meskipun tidak pandai amat tetapi akhlaknya bagus. Sehingga pada akhirnya akan dimintai pendapat. Itulah bekal yang paling utama. Kadang pengetahuan orang lain bisa menjadi modal saat kita bermanfaat bagi orang lain. Kebaikan itu yang akan melahirkan kemuliaan. Yakinilah kalau kita melakukan kebaikan lalu kita mendapatkan yang tidak baik, itu ujian” ulasnya.

Kegiatan yudisium juga dihadiri oleh pejabat kampus di lingkungan IAIN Pontianak, diantaranya, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Firdaus Achmad, Ketua senat Dr. Nani Tursina, Dekan FEBI Dr. Fachrurrazi, Direktur Pascasarjana Dr. Misdah serta dosen FTIK.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email