Rakor Reformasi Birokrasi, Inilah Pesan Menteri Agama dan Tanggapan Rektor IAIN Pontianak

BOGOR (www.iainptk.ac.id)–“Kebanyakan kita terjebak pada rutinitas. Maka rapat koordinasi (rakor) ini hendaknya tidak sekedar ritualistik seremonial. Kita harus tahu betul sebenarnya yang akan direformasi pada birokrasi rutin kita di satker masing-masing”. Hal itu dinyatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika membuka Rapat Koordinasi Reformasi Birokrasi di Bogor, Senin (29/7/2019).

Pada rakor ini saya akan ingatkan 6 poin.
1. Regulasi, birokrasi orientasinya ritual proses. Beda dengan usaha yang orientasinya hasil. Birokrasi bicara cara, prosedur, dan ini terkait regulasi. Maka analisislah regulasi yang ada. Apakah masih sesuai apa tidak. Jangan sampai regulasi ketinggalan zaman. suatu inovasi misalnya tidak bisa dieksekusi jika tidak ada regulasi, landasan pijak. Pada bagian ini Rektor IAIN Pontianak, Dr. Syarif, MA menanggapi bahwa regulasi berupa SK rektor terkait semua yang berhubungan dengan kepemimpinan IAIN telah dan sedang diadakan. Terutama yang menjadi turunan dari PMA yang mengatur STATUTA dan ORTAKER.

2. Tata laksana. Sekali lagi adalah prosedural. Seperti Standar Operasional Prosedur (SOP)nya bagaimana. Pada bagian tata laksana ini Rektor IAIN Pontianak menyatakan telah mewujudkan sejumlah SOP, dan hal lain yang terkait dengan tata laksana.

3. Terkait SDM, tentang penataan dan penempatan SDM. Apakah sudah sesuai kompetensi pada bidangnya apa tidak. Tempatkanlah seseorang sesuai kapasitasnya. Kadang kita ada pada posisi dilematis saat harus merotasi. Resikonya akan ada pada sisi tertentu jika harus memutasi dengan orang baru maka dia akan memulai dari awal. Mutasi kadang memang diperlukan dalam rangka merefresh, melakukan penyegaran suasana kerja. Tapi lakukanlah penempatan sekecil mungkin yang dapat mendatangkan mudhorat.

4. Zona integritas. Hendaknya setiap satuan kerja betul-betul mampu menerapkan zona integritas. Dalam hal zona integritas ini IAIN Pontianak, kata Rektor Syarif telah menyusun dan menempatkan person-person serta meng-SK-kan Tim terkait 6 langkah perubahan. Saat ini sedang direncanakan waktu launching zona integritas.

5. Akuntabilitas. Khususnya dalam hal laporan-laporan pelaksanaan kegiatan harus akuntabel. Harus teruslah diperbaiki dan disempurnakan upaya terkait akuntabilatas ini. Dalam hal akuntabilitas ini Rektor IAIN Pontianak mengambil kebijakan memfungsikan full Satuan Pengawas Internal (SPI). Setidaknya dalam dua hal yaitu, SPI diwajibkan menilai kelayakan RAB pada setiap TOR program yang diajukan oleh fakultas/unit kerja. Yang kedua, SPI diberikan Surat Tugas Khusus oleh Rektor untuk mengaudit setiap laporan kegiatan yang disampaikan oleh pengampu POK. Di samping itu, layanan pembayaran non tunai telah terwujud 100%.

6. Peningkatan Kualitas Pelayanan. Lakukan cara yang tepat, cepat, dan terpercaya dalam melakukan layanan. Di era digital seperti sekarang ini harus mengikuti keadaan saat ini di mana semua yang kita lakukan dengan mudah dan cepat dilihat oleh dunia. Maka dalam hal layanan manfaatkan betul sosial-media. Lakukan digitalisasi layanan. Manfaatkan era digital ini sebagai publikasi area. Informasi dan klarifikasi secara digital ini merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat. Demikian pungkas Menteri Agama. Dalam hal ini pun rektor menegaskan bahwa IAIN Pontianak telah melakukan beberapa hal seperti diwujudkannya daftar ulang secara online. Mahasiswa saat ini tidak perlu antri panjang di kampus untuk daftar ulang kuliah. Sekarang mereka cukup daftar ulang dari dari kampung halaman dengan transfer di ATM atau dari ponsel mereka.

Layanan ini dapat menghemat cost bagi para mahasiswa. Saat ini juga sedang dibangun infrastruktur system layanan terintegrasi (integrated service system).

Yang Kedua, rakor ini kata Menag, menekankan sinergisitas antar satker kita. Kita tidak cukup melakukan reformasi birokrasi sendiri. Kita memiliki 4.590 satker. Maka kita jangan berfikir bekerja sendiri. Kita harus bergerak bersama.

Perhatikan dan lakukan sinergisitas antar satker. Maka kita harus mampu bertenggang-rasa. Untuk itu yang pertama, kita jangan melakukan hal-hal negatif karena akan melibatkan bagian kita yang lain. Jangan pernah berfikir individual dalam keluarga besar. Kedua, tularkan prestasi bagi yang telah berprestasi. Berbagi pengalaman dan trik-trik keberhasilan. Jangan nikmati sendiri keberhasilan itu, sekali lagi berbagilah. Ingat inspirasi 3 mantra pada rakernas kita yaitu “moderasi, integrasi data, dan kebersamaan”.

Berikutnya, perhatikn serapan anggaran kita. Pertama, Lihat program mana yang tidak mungkin dieksekusi, lalu segera lakukan revisi. Lakukan analisa SWOT dalam menyisir program. Jangan terperosok berkali-kali dalam lubang yang sama. Maka pimpinan harus turun tangan. Ini era bukan zamannya lagi pemimpin duduk manis di belakang meja. Kedua, lihat perencanaan 2020. Perhatikan 3 mantra kita di rakernas “moderasi, integrasi data, dan kebersamaan” tadi.

“Lakukan sinkronisasi program terhadap 3 mantra itu. Jangan ritualistik lagi. Bongkar program yang tidak relevan” tegasnya.

Di akhir sambutan ini saya sampaikan, “Penting bekerja dengan ilmu dan wawasan. Tetapi tidak kalah pentingnya bekerja dengan cinta. Pemimpin harus menularkan ruh kerja dengan cinta ini kepada yang dipimpin. Jika kerja hanya rutinitas itu tak punya makna. Tak punya ruh. Kalau begitu apa bedanya dengan robot. Maka diperlukan pemaknaan atas semua yang kita kerjaan. Untuk apa kita bekerja dan berkinerja. Jika dengan cinta, maka semua hambatan dan masalah akan dapat kita lewati dengan baik dan sukses” nasihat Menag berkharisma.

Penulis: Abdullah
Editor: Aspari Ismail

Print Friendly, PDF & Email