Pontianak (iainptk.ac.id) — Tiga Ucap Tama dalam pembukaan Konferensi Antarbangsa Islam Borneo (KAIB) ke-16 menyoroti isu penting pendidikan, krisis kemanusiaan, dan penguatan ekonomi Islam sebagai pilar utama dalam menjawab tantangan global umat Islam. Disampaikan oleh tokoh-tokoh dari Indonesia dan Malaysia, pidato utama ini menghadirkan refleksi mendalam sekaligus menawarkan solusi berlandaskan nilai-nilai Islam yang moderat dan berkeadaban. Dipandu oleh Prof. Hermansyah, M.Ag., Dekan FTIK IAIN Pontianak.
Ucap Tama pertama disampaikan oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., yang mewakili Menteri Agama. Beliau mengangkat tentang pentingnya kurikulum berbasis cinta yang digagas Menteri Agama. Pendidikan, menurutnya, bukan sekadar transfer ilmu, melainkan sarana menanamkan kasih sayang, kemanusiaan, dan cinta kepada Allah yang tercermin dalam kepedulian terhadap sesama dan alam. “Pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi harus mampu menumbuhkan kesadaran, empati, dan semangat perdamaian,” tegasnya.
Ucap Tama kedua disampaikan oleh Mufti Kerajaan Negeri Sabah Malaysia, Sahibus Samahah Datuk Haji Bungsu @ Aziz bin Jaafar. Beliau menyoroti isu perdamaian dan kemanusiaan dengan mengangkat relevansi Borneo terhadap krisis dunia. Dalam paparannya, beliau menekankan pentingnya solidaritas bersama Palestina sebagai isu moral global. “Tak perlu menjadi ahli agama untuk bersimpati terhadap Palestina, cukup memiliki rasa kemanusiaan dan nurani. Forum KAIB ini menjadi ruang penting untuk membangun solidaritas lintas bangsa dalam menghadapi krisis dunia,” ujarnya.
Ucap Tama ketiga datang dari Pengurus Besar Tabung Baitulmal Sarawak, Datuk Haji Abang Mohd Shibli bin Abang Mohd Nailie. Beliau mengangkat peran zakat dan wakaf dalam membangun kekuatan ekonomi umat. Menurutnya, zakat dan wakaf bukan dua jalan yang berasingan, tetapi dua sayap yang menerbangkan ummah menuju puncak kejayaan. Adapun Word Of Wisdom yang beliau tegaskan yakni “Zakat menyantuni fakir, wakaf memperkasa ummah”. Dalam hal ini, zakat dan wakaf jika dikelola dengan inovasi, termasuk digitalisasi, maka keduanya dapat menjadi instrumen strategis dalam menciptakan keadilan sosial dan kemandirian ekonomi,” jelasnya.
Dengan hadirnya tiga Ucap Tama tersebut, KAIB ke-16 ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang akademik, tetapi juga melahirkan kesadaran kolektif untuk membangun dunia yang lebih adil, damai, dan beradab melalui pendekatan pendidikan, solidaritas kemanusiaan, dan penguatan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam.
Penulis : Fitria
Editor : Bambang