Pontianak (iainptk.ac.id) — Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak menjadi tuan rumah pelaksanaan International Student Paper Competition on Islamic Studies and Social Science (ISPC) 2025 yang berlangsung pada 24–25 September 2025 di Gedung Pascasarjana IAIN Pontianak.
Kegiatan ini resmi dibuka oleh Rektor IAIN Pontianak, Prof. Dr. K.H. Syarif, S.Ag., M.A., dengan penuh khidmat. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor III IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta. “Saya mengucapkan selamat kepada peserta yang sudah lolos presentasi kegiatan ISPC. Kegiatan ISPC adalah ajang akademik bagi mahasiswa mempresentasikan hasil risetnya. ISPC juga mendukung mahasiswa agar selalu berkarya dalam bidang akademik. Tahun ini kegiatan diselenggarakan bersama tiga kampus: IAIN Pontianak, UNIMAS Serawak Malaysia, dan KUPU-SB Brunei Darussalam,” ungkapnya.
Pelaksanaan ISPC 2025 dilakukan secara luring bagi peserta yang berada di Kota Pontianak, yakni mahasiswa dari IAIN Pontianak, Universitas Tanjungpura (UNTAN), dan Politeknik Negeri Pontianak (POLNEP). Sementara itu, peserta dari luar Pontianak, seperti Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) dan Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU-SB) Brunei Darussalam, mengikuti kegiatan melalui Zoom Meeting dengan jadwal khusus pada Kamis, 25 September 2025.
Salah satu peserta yang menarik perhatian adalah Rayunsyah Pitra Darmawan, mahasiswa IAIN Pontianak, yang membawakan artikel berjudul “Cerita Rakyat Kelebur: Nilai Moral dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter.” Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Rayunsyah menjelaskan bahwa motivasi mengambil topik ini didorong oleh keprihatinan terhadap generasi muda yang mulai melupakan budaya lokal di tengah derasnya arus teknologi. Menurutnya, banyak cerita rakyat pedalaman Kalimantan yang belum dieksplorasi dan dipublikasikan, padahal mengandung nilai moral, kearifan, dan keunikan yang patut dilestarikan bagi generasi mendatang.
“Cerita rakyat bukan sekadar dongeng, tetapi juga media pendidikan karakter yang harus diwariskan. Saya berharap penelitian ini dapat menjadi sumbangsih untuk menumbuhkan kembali kesadaran generasi muda akan budaya mereka,” ujarnya.
Penelitian ini dilakukan Rayunsyah saat melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Meski menghadapi keterbatasan jaringan komunikasi di lokasi penelitian, semangatnya tidak surut untuk menyelesaikan tulisan hingga siap dipresentasikan di ISPC 2025. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pihak kampus IAIN Pontianak, khususnya Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan riset tersebut.
Hadirnya penelitian tentang cerita rakyat dalam forum internasional ini membuktikan bahwa isu lokal dapat diangkat menjadi diskursus akademik global. Melalui ISPC 2025, mahasiswa seperti Rayunsyah tidak hanya memperkaya wawasan ilmiah, tetapi juga mempertegas peran generasi muda dalam melestarikan budaya sebagai bagian dari pembangunan peradaban yang berkelanjutan.