Pontianak (iainptk.ac.id) — Kesetaraan menjadi poin penting dalam pelaksanaan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Pontianak tahun 2025 yang resmi dimulai pada Selasa, 26 Agustus 2025. Dari total 1.194 mahasiswa baru, tercatat ada 9 mahasiswa penyandang disabilitas yang juga berkesempatan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
Mahasiswa penyandang disabilitas yang mengikuti PBAK 2025 tercatat berasal dari jalur UM-PTKIN maupun Mandiri. Jumlah tersebut meliputi empat mahasiswa tuna rungu, empat mahasiswa tuna netra, dan satu mahasiswa tuna daksa. Mereka tersebar di beberapa program studi, di antaranya Bimbingan dan Konseling Islam, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Manajemen Dakwah, dan Manajemen Bisnis Syariah. Kehadiran mereka menjadi bukti nyata komitmen IAIN Pontianak dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua kalangan.
Sebagai bentuk dukungan, panitia juga menghadirkan dua penerjemah bahasa isyarat untuk mendampingi mahasiswa tuna rungu selama PBAK berlangsung. Hal ini menjadi semakin istimewa karena keduanya merupakan mahasiswa baru angkatan 2025 yang turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan PBAK. Kehadiran penerjemah ini menunjukkan komitmen IAIN Pontianak untuk menghadirkan suasana akademik yang inklusif sekaligus memberdayakan potensi mahasiswa baru sejak awal.
Lebih membanggakan lagi, salah satu mahasiswa penyandang disabilitas, Siti Farhatun Nufus, tercatat sebagai juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tuna netra tingkat nasional . Prestasi Siti menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih capaian gemilang. Kehadirannya memberi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berprestasi.
Kepala Subbagian Layanan Akademik Bagian Umum dan Layanan Akademik Biro AUAK IAIN Pontianak, Syarif Akhmad Fauzi, S.T., menegaskan bahwa kampus memberikan perhatian serius terhadap pemenuhan hak mahasiswa, termasuk penyandang disabilitas. Ia menyampaikan bahwa mahasiswa disabilitas telah diberikan akses yang setara dalam pendidikan, termasuk melalui kebijakan pembiayaan.
“Mahasiswa penyandang disabilitas sudah diberikan haknya berupa biaya pendidikan yang diringankan. Kebijakan ini juga berlaku bagi mahasiswa tahfidz Al-Qur’an,” jelasnya.
Fasilitas dan keringanan tersebut bukan sekadar bentuk bantuan, melainkan wujud keseriusan kampus dalam menciptakan iklim akademik yang inklusif. Dengan adanya perhatian khusus ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih fokus pada pengembangan potensi diri, baik dalam bidang akademik, riset, maupun pengembangan minat dan bakat.
PBAK IAIN Pontianak tidak hanya berfungsi untuk mengenalkan mahasiswa baru pada struktur akademik, tetapi juga memberi pemahaman mengenai kode etik mahasiswa, pengenalan sarana dan prasarana kampus, serta motivasi untuk mengembangkan potensi diri. Melalui kegiatan ini, mahasiswa baru diarahkan untuk menumbuhkan karakter yang kuat, disiplin, dan siap berkontribusi sesuai minat dan bakat masing-masing.
Dengan dukungan penuh dari seluruh civitas akademika, PBAK 2025 diharapkan tidak hanya menjadi ajang pengenalan, tetapi juga langkah awal membangun budaya kampus yang setara, inklusif, dan berdaya saing. Kisah inspiratif Siti Farhatun Nufus bersama mahasiswa baru lainnya menjadi simbol nyata bahwa IAIN Pontianak adalah rumah bersama, tempat setiap mahasiswa merasa dihargai dan memiliki kesempatan berkembang yang sama.
Penulis : Fitria
Editor : Bambang