Pontianak (iainptk.ac.id) – Riset inovatif yang mengupas peran sentral perempuan di pedalaman Kapuas Hulu menjadi salah satu sorotan utama dalam International Student Paper Conference (ISPC) 2025.Siti Halijah, mahasiswi Program Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak, mempresentasikan penelitiannya berjudul “Women and Kratom: An Arena for Empowerment Transformation in Kapuas Hulu”. Riset tersebut menyingkap bagaimana budidaya kratom telah menjadi instrumen pemberdayaan yang mendorong transformasi ekonomi, sosial, sekaligus ekologis.
Konferensi internasional ini berlangsung selama dua hari di Gedung Pascasarjana IAIN Pontianak. Selain diikuti IAIN Pontianak, ISPC juga melibatkan Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS), Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPU-SB) Brunei Darussalam, serta sejumlah perguruan tinggi negeri maupun keagamaan di Kalimantan Barat.
Dalam paparannya, Siti Halijah menemukan bahwa partisipasi perempuan pada setiap tahap produksi kratom—mulai dari penanaman hingga penjualan—telah mengubah tatanan sosial yang sebelumnya didominasi patriarki. Melalui keterlibatan tersebut, perempuan mampu mengumpulkan modal ekonomi, sosial, dan budaya, yang pada akhirnya memperkuat posisi mereka di komunitas.
Wakil Rektor III IAIN Pontianak, Dr. Ismail Ruslan, M.Si., menyampaikan apresiasi kepada para peserta. “Kami mengucapkan selamat kepada peserta yang lolos presentasi di ISPC. Kegiatan ini adalah ajang akademik bagi mahasiswa untuk mempresentasikan hasil riset sekaligus mendorong mereka agar terus berkarya dalam bidang akademik,” ujarnya. Ia menambahkan, ISPC merupakan bukti nyata kolaborasi internasional yang produktif dalam dunia riset.
Lebih jauh, riset ini juga menegaskan bahwa kratom merupakan instrumen multidimensi yang mampu mendorong pemberdayaan, mengurangi kemiskinan, serta menciptakan pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada kesetaraan gender. Praktik budidaya yang dilakukan masyarakat setempat sejalan dengan prinsip ekofeminisme, menunjukkan bagaimana perempuan membangun hubungan harmonis dengan alam.
“Di tangan perempuan, tanaman yang tumbuh di jantung paru-paru dunia ini dapat menjadi kekuatan transformatif yang menggerakkan kesetaraan, meningkatkan kesejahteraan, dan membangun harmoni abadi antara manusia dan alam,” ungkap Siti Halijah.
Secara keseluruhan, ISPC 2025 melampaui perannya sebagai konferensi akademik. Ajang ini menjadi wadah pengembangan keterampilan, perluasan jejaring, serta penumbuhan semangat kritis mahasiswa terhadap isu sosial, budaya, dan lingkungan.